• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sustainable Development Goal’s (SGD’s) merupakan program lanjutan dari Millenium Development Goal’s yang berakhir pada tahun 2015 dan dilanjutan

oleh SGD’s. Tidak jauh berbeda dengan program sebelumnya, SGD’s juga menindaklanjuti program MDG’s yang belum maksimal. Perbaikan gizi merupakan program nomor dua dari 17 program SDG’s yang ditarget dapat berhasil pada tahun 2030. Gizi sejak usia dini atau saat bayi berpengaruh pada kehidupan selanjutnya. Gizi yang cukup selama masa bayi sangat penting untuk kesejahteraan dan kesehatan seumur hidup. Oleh karena itu, bayi harus mendapatkan nutrisi yang memadai dan aman untuk makanan pendamping sambil terus menyusui sampai dua tahun atau lebih untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka berkembang.1

World Health Organization (WHO) dan United Nations Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat satu jam pertama setelah melahirkan dan melanjutkan hingga usia 6 bulan pertama kehidupan bayi. Pengenalan makanan pelengkap dengan nutrisi yang memadai dan aman diberikan saat bayi memasuki usia 6 bulan dengan terus menyusui sampai 2 tahun atau lebih. cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya sekitar 36% selama periode 2011-2019.2

(2)

Pemerintah Indonesia khususnya Departemen Kesehatan telah mengadopsi pemberian ASI eksklusif 6 bulan, sebagai salah satu program perbaikan gizi bayi atau balita. Sasaran program yang ingin dicapai dalam Indonesia Sehat 2018 adalah sekurang-kurangnya 80% ibu menyusui memberikan ASI eksklusif.3

ASI merupakan makanan terbaik dari usia 0-6 bulan karena mengandung semua bahan makanan yang di perlukan oleh bayi. Pada pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak di berikan makanan tambahan seperti pisang, biscuit, bubur susu, bubur nasi, tim dsb. ASI eksklusif di harapkan dapat diberikan sampai 6 bulan. Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan, tanpa makanan pendamping.4

Idealnya, proses menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi dilahirkan.

Bayi yang lahir cukup bulan memiliki naluri untuk menyusu 20 - 30 menit setelah dilahirkan. Pada jam-jam pertama, bayi relatif tenang dan memiliki keinginan untuk menyusu. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan banyak ibu yang mengalami ketidakefektifan proses menyusui karena produksi dan ejeksi ASI yang sedikit di hari-hari pertama sehingga ibu enggan untuk menyusui bayinya.4

ASI terlambat diproduksi akibat pengaruh dari hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin dan hormon oksitosin mempengaruhi memproduksi dan mengeluarkan ASI. Proses pengeluaran ASI terjadi ketika hormon oksitosin dilepaskan dari kalenjar hipofisis posterior sebagai respon terhadap isapan bayi. Kemudian menstimulasi sel epitel dalam alveoli untuk

(3)

berkontraksi dan mengeluarkan air susu melewati saluran sinus laktiferus dan merangsang prolaktin.5

Hakikatnya, tidak ada ibu yang memproduksi ASI sedikit. Dari 100 ibu bersalin, hanya dua ibu yang benarbenar memiliki produksi ASI sedikit dan yang lainnya memiliki produksi ASI yang banyak. Ibu perlu mendapatkan penatalaksanaan dini supaya ibu dapat memahami hal-hal penting yang dapat meningkatkan produksi ASI serta upaya agar pengaliran ASI dapat berhasil dengan baik.5

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI adalah makanan ibu, frekuensi menyusui, menyusui sesuai keinginan bayi, umur kehamilan, berat lahir, ketentraman jiwa dan pikiran, penggunaan alat kontrasepsi, perilaku ibu, pengaruh persalinan dan klinik persalinan, dan perawatan payudara.6 Fenomena yang terjadi di masyarakat bahwa produksi dan pengeluaran ASI yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan akan menjadi kendala dalam pemberian ASI secara dini. Ketidaklancaran pengeluaran ASI itu sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor fisik maupun psikologis.

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan karena perasaan ibu dapat menghambat atau meningkatkan pengeluaran oksitosin, bila ibu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional dapat menurunkan produksi ASI.

Pemberian rangsangan pada otot-otot payudara akan membantu merangsang hormon prolaktin untuk membantu memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan

(4)

stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi menghisap.

Isapan bayi akan merangsang susunan saraf disekitarnya dan meneruskan rangsangan ini ke otak, yakni hipofisis anterior sehingga prolaktin disekresi dan dilanjutkan hingga ke hipofisis posterior sehingga sekresi oksitosin meningkat yang menyebabkan otot-otot payudara berkontraksi dan pengeluaran ASI dipercepat.7

Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk membantu kelancaran pengeluaran ASI pada ibu diawal menyusui adalah breast care (kekuranganya bahwa setiap ibu postpartum kesulitan dalam melakukan perawatan payudara), pijat oksitosin (kekuranganya hanya memijat tanpa menstimulasi), dan teknik marmet. Salah satu upaya untuk pengeluaran ASI pada ibu post partum yaitu dengan teknik marmet. Teknik marmet merupakan suatu metode memijat dan menstimulasi agar refleks keluarnya ASI lebih optimal. Dalam teknik marmet terdapat prosedur massage, stroke, dan shake yang akan menstimulasi refleks keluarnya ASI. Jika teknik marmet ini dilakukan dengan efektif dan tepat, maka tidak akan terjadi masalah dalam produksi ASI ataupun cara pengeluaran ASI.8 Teknik marmet merupakan kombinasi antara cara memerah ASI dan memijat payudara sehingga reflek keluarnya ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara marmet ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak dibawah areola sehingga diharapkan dengan pengosongan ASI pada daerah sinus laktiferus ini akan merangsang pengeluaran hormone prolaktin. Pengeluaran hormone prolactin ini selanjutnya akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI.

(5)

Makin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan semakin banyak ASI akan diproduksi.8

Penelitian yang sebelumnya menunjukkan ada pengaruh pemberian teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum.9 Dalam penelitian sebelumnya tentang pengaruh pemberian teknik Marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame Kota Kediri.

Seluruh responden yang diberi teknik marmet mendapatkan produksi ASI yang cukup pada hari ke-7, sebagian besar responden yang tidak diberi teknik Marmet mendapatkan produksi ASI yang cukup pada hari ke-7 dan ada pengaruh pemberian teknik Marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum di BPM Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame Kota Kediri.10

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan studi literature tentang pengaruh teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam studi literature ini yaitu bagaimana pengaruh teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum?

(6)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan teknik marmet pada ibu post partum.

b. Bagaimana pengaruh teknik marmet pada ibu post partum. terhadap produksi ASI

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil literature review ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan literature review khususnya mengenai pengaruh teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi

Hasil literature review ini diharapkan dapat menjadi salah satu informasi penyempurnaan bahan ajar, khususnya dalam ruang lingkup kebidanan.

Literature review ini juga diharapkan dapat digunakan untuk menambah daftar perpustakaan STIKes Dharma Husada dan bahan literatur bagi mahasiswi yang ingin mengetahui lebih dalam tentang pengaruh

(7)

pendidikan kesehatan tentang pengaruh teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum.

b. Bagi peneliti

Literature review ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk dan menjadi referensi yang dapat membantu terkait pengaruh teknik marmet terhadap produksi ASI pada ibu post partum.

E. Ruang Lingkup

Literature review ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2020.

Literature review ini dilakukan dalam ruang lingkup kebidanan yang membahas tentang pengaruh teknik marmet terhadap produksi asi pada ibu post partum.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu Penulis melakukan penelitian Skripsi yang berjudul “Analisis Penerimaan Aplikasi Adonai Menggunakan Metode Technology Acceptance Model TAM Di Kantor KOSPPI” dengan

- Tindak lanjut : Mempertahankan pencapaian, Melakukan edukasi berkala bagaimana pengisian asesmen resiko jatuh awal, ulang dan monitoring resiko jatuh rawat inap dengan lengkap untuk