Negara mana pun yang mengakui dirinya sebagai negara hukum tentu menjamin perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Secara teoritis, skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan dokumentasi hukum mengenai jaminan kebebasan beragama berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, dan sebagai upaya untuk mengembangkan pengetahuan hukum tata negara dalam melaksanakan perlindungan hak asasi manusia. Hak Asasi Manusia (HAM). Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1999 nomor 165.
Pengertian Konstitusi
Konstitusi sebagai konstitusi dan hukum dasar yang mempunyai makna baru, lahir seiring dengan berkembangnya “sistem demokrasi perwakilan dan konsep nasionalisme”. Penyetaraan pengertian konstitusi dan konstitusi dimulai sejak Oliver Cronwell (Lord Protector of the British Republic, yang menyebut konstitusi sebagai instrumen pemerintahan, yaitu bahwa konstitusi diciptakan sebagai pedoman untuk memerintah dan disinilah letaknya. muncul pengidentifikasian, pengertian konstitusi dan konstitusi, hingga saat ini terdapat beberapa ahli hukum yang mendukung pembedaan antara yang menyamakan pengertian konstitusi dengan hukum dasar. Konstitusi sebagaimana tertulis merupakan hukum tertinggi yang berlaku di negara ini. .
Lassalle di atas, dapat disimpulkan bahwa Konstitusi hanyalah sebagian dari pengertian konstitusi, yakni hanya konstitusi tertulis. Padahal UUD sebenarnya mengandung makna yang lebih luas dari sekedar Undang-Undang Dasar yang hanya mengandung makna hukum. Penganut ideologi yang menyamakan makna UUD dan Konstitusi adalah C.F Strong dan James Bryce.
Berdasarkan pengertian konstitusi di atas, maka dapat dipahami bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah konstitusi dalam arti seluas-luasnya. Sebab Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak hanya sekedar dokumen hukum, namun juga memuat aspek non hukum seperti pandangan hidup, cita-cita moral, landasan filosofis, keyakinan agama, dan pemahaman politik suatu bangsa.
Materi Muatan Konstitusi
Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Konstitusi
Hal ini juga menjadi bukti pengakuan dunia internasional, termasuk dengan menjadi anggota PBB, karena kepatuhan suatu negara terhadap hukum internasional ditandai dengan ratifikasi perjanjian internasional. Konstitusi mengatur maksud dan tujuan bentuk negara dengan sistem pemerintahannya melalui kepastian hukum yang terkandung dalam pasal-pasalnya, penyatuan hukum nasional, kontrol sosial, memberikan legitimasi bagi berdirinya lembaga-lembaga negara termasuk peraturan mengenai pembagian dan pemisahan kekuasaan. antara legislatif, eksekutif dan badan-badan lain serta yudikatif. Konstitusi merupakan usulan untuk memperhatikan berbagai nilai dan norma suatu bangsa, misalnya simbol demokrasi, keadilan, kemerdekaan, supremasi hukum, yang dijadikan landasan bagi pencapaian kemajuan dan keberhasilan tujuan negara. nilai jati diri bangsa, persatuan dan kesatuan, perasaan.
Pertama, konstitusi tertulis adalah undang-undang dasar (UUD) yang dituangkan dalam suatu dokumen resmi. Bryce yang dikutip Dahlan Thaib dalam bukunya Teori dan Hukum Konstitusi adalah sebagai berikut: 23 Keempat, bentuk negara menentukan konstitusi negara. Jika suatu negara berbentuk serikat pekerja, akan ada sistem pembagian kekuasaan antara pemerintah serikat pekerja dan pemerintah negara bagian.
Ketiga, Yang dimaksud dengan konstitusi tingkat tinggi adalah konstitusi yang menduduki kedudukan tertinggi dalam suatu negara. Sedangkan konstitusi tanpa derajat yang tinggi adalah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan dan derajat yang tinggi.
Tinjauan Tentang Hak Asasi Manusia 1. Sejarah Hak Asasi Manusia
Pada abad ke-20, teks-teks di atas masih dianggap belum lengkap sehingga muncul hak-hak lain yang cakupannya lebih luas. Adanya hak atas kebebasan dari kemiskinan menunjukkan bahwa hak politik saja tidak cukup untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Pendapat Soekarno ini didukung oleh Soepoma (yang kita kenal sebagai negara keluarga), yang juga berpendapat bahwa peraturan hak asasi manusia tidak perlu dimasukkan dalam konstitusi.
Soepomo secara sadar menentang ideologi kekerabatan dan hak-hak sipil yang disebut Sukarno sebagai bagian dari liberalisme dan individualisme. Dalam sistem kekeluargaan, sikap warga negara bukanlah sikap yang selalu bertanya: apa hak saya, melainkan sikap yang menanyakan: apa kewajiban saya sebagai anggota keluarga besar negara Indonesia ini. Pandangan dan pendapat Soekarn dan Soepom ditentang oleh M.Hatta dan M.Yamin yang menginginkan hak asasi manusia diatur dalam konstitusi.
Kekhawatiran Hatta adalah tidak adanya jaminan hak-hak tersebut dalam Konstitusi akan berujung pada terbentuknya negara baru. Pendapat Hatta tersebut diperkuat oleh M. Yamin dalam persidangan BPUPKI yang memunculkan dua kutub pemikiran, yaitu paham kekerabatan dan paham pencantuman hak asasi manusia.
Tinjauan Tentang Negara Hukum
Pengertian Negara
Indonesia berkomitmen untuk ikut serta dalam penyelenggaraan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian dunia, dan keadilan sosial yang pada hakikatnya merupakan visi kewajiban setiap bangsa Indonesia, dengan pandangan bahwa hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dari kewajibannya. Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia tertulis bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan karunia-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan. hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sifat-sifat Negara
Tujuan dan Fungsi Negara
Secara umum tujuan negara dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: (1) tujuan negara berkaitan dengan tujuan akhir hidup manusia, yang sebenarnya bukan dalam bidang kewarganegaraan melainkan dalam bidang eskatologi. . yaitu dalam kaitannya dengan akhir dunia (2) tujuan negara berkaitan dengan kebutuhan kelompok sosial secara empiris pada saat tertentu. Menurut Plato yang dikutip Nukhtoh Arfawie Kurde, pemerintahan yang baik diatur dengan undang-undang.31 Dan menurut Aristoteles yang dikutip Nukhtoh Arfawie Kurde, negara yang baik adalah negara yang diatur berdasarkan konstitusi dan mempunyai kedaulatan hukum.32 Bagi Aristoteles, yang Penguasa dalam suatu negara bukanlah manusia melainkan akal budi dan moralitas yang menentukan baik atau buruknya suatu hukum, sedangkan penguasa yang sebenarnya hanyalah penjaga hukum dan keseimbangan. Pendapat inilah yang pertama kali memperkenalkan negara hukum, dan pelajaran inilah yang hingga saat ini mendesak para negarawan untuk menciptakan negara hukum.
Aristoteles berpendapat bahwa pengertian negara hukum muncul dari polis yang mempunyai wilayah negara yang kecil, misalnya kota, dan mempunyai jumlah penduduk yang sedikit, berbeda dengan negara sekarang yang mempunyai wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang banyak. Dari konsep negara hukum diatas yaitu rechtsstaat dan rule of law kita dapat mengetahui perbedaan dan persamaan diantara keduanya. Dalam konsep rule of law abad ke-19, pemerintah dituntut bersikap pasif dalam arti hanya menjadi penengah atau pelaksana berbagai keinginan rakyat, yang dituangkan dalam undang-undang oleh parlemen.
Kekuasaan pemerintah dibatasi secara ketat agar tidak terjerumus pada pola absolutisme seperti sebelum lahirnya konsep negara hukum. Menghadapi kenyataan tersebut, pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa, karena menurut asas negara hukum formal, pemerintah hanya bertugas melaksanakan keputusan yang diambil oleh parlemen tanpa boleh ikut campur terhadap apa yang dilakukan masyarakat, sepanjang hal tersebut dapat dilakukan. tidak bertentangan dengan hukum.
Konstitusionalisme Ham
Landasan utama pembatasan kekuasaan adalah konsensus (kesepakatan umum) di antara mayoritas penduduk mengenai struktur negara yang ideal. Perkembangan konstitusionalisme sebagian besar hanya mengatur lembaga-lembaga negara, memberikan kewenangan dan membatasi penggunaannya, secara tradisional hanya didasarkan pada konstitusi yang menekankan pemisahan dan/atau pembagian kekuasaan, mencegah pemusatan kekuasaan di satu tangan dan mencegah kesewenang-wenangan dan penindasan terhadap negara. hak-hak warga negara. Konstitusionalisme tradisional, yang berdasarkan pada pembatasan kekuasaan, tidak menekankan hak asasi manusia sebagai bagian dari pembatasan substantif atas kekuasaan yang dijalankan oleh cabang-cabang pemerintahan yang ada.
Hak asasi manusia dalam konstitusionalisme tradisional tidak mempunyai konsekuensi langsung dalam arti warga negara tidak mempunyai hak untuk menggugat pemerintah yang dapat ditegakkan melalui pengadilan. Masyarakat dapat mendalilkan hak asasinya dan dapat ditegakkan oleh hakim, namun hanya sepanjang hak-hak tersebut diciptakan atau diatur dengan undang-undang. Perubahan ke konstitusionalisme baru (modern) terjadi setelah Perang Dunia Kedua, yang menyaksikan kehancuran dan penghinaan terhadap martabat manusia, sehingga Eropa mengalami revolusi yang sangat penting dalam mengkodifikasikan hak asasi manusia.
Di seluruh dunia terjadi implementasi secara masif terhadap gagasan konstitusionalisme hak asasi manusia, yaitu konstitusionalisasi hak asasi manusia sehingga konstitusi mengatur dan menjadikan hak asasi manusia sebagai bagian dari konstitusi serta membentuk suatu sistem keadilan konstitusional untuk menjamin dan mempertahankan hak asasi manusia tersebut. hak apabila terjadi pelanggaran terhadapnya 40. Oleh karena itu, hak asasi manusia dijadikan sebagai tolak ukur dan pembatas kekuasaan negara dan pemerintahan. Dan menurut Jimlly Asshidiqqie, tujuan dari gagasan ini adalah untuk menanamkan hak asasi manusia dalam konstitusi agar tidak dapat dilanggar, dikurangi atau diintervensi oleh pemerintah yang menindas41.
Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum
Oleh karena itu, pemisahan kekuasaan merupakan elemen penting dalam supremasi hukum untuk menjamin terpeliharanya hak asasi manusia. Menyadari betapa pentingnya hak asasi manusia dalam kehidupan bernegara, maka hak asasi manusia dihormati untuk dilindungi secara hukum dan menjadi salah satu unsur negara hukum. Eksistensi hak asasi manusia dalam negara hukum dapat dilihat pada deklarasi International Commussion of Jurists (ICJ) pada kongresnya di Athena tahun 1955 bahwa 45: .. a) Negara tunduk pada hukum. Pemerintah harus menghormati hak-hak individu berdasarkan aturan hukum dan menyediakan alat yang efektif untuk penegakan hukum.
Perlindungan hak asasi manusia merupakan syarat negara hukum, hal ini juga mendukung pendapat Julius Stahl yang mengatakan bahwa pengertian rechtstaat setidaknya mempunyai empat landasan, yaitu: perlindungan hak asasi manusia (grondrechten), pembagian. kewenangan (scheiding van machten).), pemerintahan berdasarkan hukum (wetmatigheid van bestuur), dan adanya peradilan tata usaha negara (administrateve rechspraak).47 Sementara itu, dalam tradisi Anglo-Saxon, sebagaimana dikemukakan oleh A.V. Indonesia sebagai negara hukum telah memegang teguh unsur negara hukum sejak kemerdekaan hingga saat ini dengan menjamin perlindungan hak asasi manusia melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sepanjang sejarah negara, Indonesia telah memiliki empat konstitusi, dan keempat konstitusi tersebut mengatur hak asasi manusia.
Sementara bagi Yamin dan Hatta, hak asasi manusia tetap harus diberikan kepada warga negara. Dalam KRIS, hak asasi manusia diatur secara rinci pada pasal 7 hingga 33 mengenai hak asasi manusia dan kebebasan, mulai dari pengakuan hak individu, hingga hak yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.