• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN - HKBP Nommensen University

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN - HKBP Nommensen University"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

Tindak pidana ini merupakan tindak pidana dalam perkara pidana, dimana tindak pidana dalam suatu perkara pidana diselesaikan melalui sistem peradilan pidana. Namun dengan adanya sistem restorative justice maka tindak pidana pencurian kecil-kecilan juga dapat diselesaikan melalui penerapan pendekatan restorative justice. Bagaimana pendekatan restorative justice diterapkan pada tindak pidana pencurian kecil-kecilan di Polsek Medan Sunggal?

Kendala apa yang dihadapi Kepolisian Sektor Sunggal (Polsek Medan Sunggal) dalam menangani tindak pidana pencurian kecil-kecilan dengan pendekatan restorative justice? Untuk mengetahui bagaimana pendekatan restorative justice diterapkan dalam tindak pidana pencurian kecil-kecilan di Polsek Medan Sunggal. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi Polsek Medan Sunggal dalam menangani tindak pidana pencurian kecil-kecilan dengan menerapkan pendekatan restorative justice.

9 Diakses dari website http://www.Pengertian dan Unsur Aksi Kriminal.org, pada tanggal 13 Mei 2014 pukul 14.00 WIB. Wirjono Prodjodikoro menjelaskan bahwa tindak pidana adalah suatu pelanggaran yang pelakunya dapat dihukum pidana.18. 18 Diakses dari website http://www.Pengertian dan Unsur Aksi Kriminal.org pada tanggal 13 Mei 2014 pukul 15.00 WIB.

Unsur-unsur tindak pidana dalam hukum pidana dibedakan menjadi dua macam, yaitu unsur obyektif dan unsur subyektif.

Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Walaupun rincian rumusan di atas tampak berbeda, namun pada hakikatnya terdapat persamaan, yaitu tidak memisahkan unsur-unsur yang berkaitan dengan suatu perbuatan dengan unsur-unsur yang berkaitan dengan seseorang.

Unsur – Unsur Tindak Pidana Pencurian

Segala sesuatunya tidak harus menjadi milik orang lain, hanya sebagian saja, sedangkan sebagian lagi menjadi milik pengarangnya sendiri. Niat untuk memiliki terdiri atas dua unsur, yaitu unsur kesengajaan (kehendak sebagai kesengajaan) yang berupa unsur penyimpangan dalam pencurian, dan unsur kepemilikan. Yang dimaksud dengan penguasaan yang melanggar hukum adalah sebelum melakukan tindakan pengambilan barang itu, ia telah mengetahui dan mengetahui adanya penguasaan terhadap barang orang lain yang melanggar hukum. Oleh karena itu, unsur melawan hukum dalam pencurian tergolong unsur melawan hukum subyektif.

Pegertian Tindak Pidana Pencurian Ringan dan Unsur – unsur Tindak Pidana Pencurian Ringan

Ciri-ciri tindak pidana pencurian Pasal 364 KUHP (KZ) adalah: 43. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih, apabila harga barangnya tidak lebih dari Rp250; Dan. Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 364 KUHP diancam dengan pidana pencurian kecil-kecilan dengan pidana penjara paling lama tiga (3) bulan atau denda paling banyak 900 rubel.

Yang disebut hewan adalah hewan yang berkuku (kuda, kedelai, dll), dan hewan pemamah biak (sapi, kerbau, kambing, domba, dll). Pencurian ini dilakukan pada saat kebakaran, ledakan, banjir, gempa bumi atau gempa laut, letusan gunung berapi, kapal selam, kapal karam, kecelakaan kereta api, kerusuhan dan pemberontakan atau kesusahan pada masa perang. Pencurian pada malam hari, di dalam rumah atau di pekarangan tertutup di mana rumah itu berada, dilakukan oleh seseorang yang ada di sana tanpa sepengetahuannya dan bertentangan dengan kehendak orang yang berhak (yang memilikinya) (Pasal 363 ayat 3 atau Pasal 98 , Pasal 167 dan Pasal 365 KUHP).

Bahwa barangsiapa, dengan melawan hak orang lain, dengan paksa memasuki suatu rumah atau ruang tertutup atau pekarangan, yang dipergunakan oleh orang lain, atau berada di sana tanpa haknya, tidak segera meninggalkan tempat itu atas permintaan orang yang berhak atau atas permintaannya. atas nama orang yang berhak (Pasal 167 KUHP). Bahwa pencurian tersebut disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan tujuan untuk memudahkan pencurian tersebut.

Jenis – jenis Tindak Pidana Pencurian menurut KUHP

Tinjauan Umum tentang Restorative Justice

  • Pengertian Restorative Justice
  • Prinsip – prinsip Pendekatan Restorative Justice
  • Prinsip Penyelesaian yang Adil (due process)
  • Perlindungan yang Setara
  • Hak – hak Korban
  • Praduga Tak Bersalah
  • Hak untuk Memperoleh Bantuan Konsultasi/Penasehat Hukum
  • Prinsip Kesukarelaan
  • Prinsip Kerahasiaan
  • Prinsip Non Diskriminasi
  • Akses terhadap pendampingan dari lembag terkait
  • Prinsip Perlindungan Khusus terhadap kelompok rentan
  • Pelembagaan – Pelembagaan Restorative Justice
  • Lembaga Pertemuan Bersama (Conferencing)
  • Lembaga Panel antara Korban dengan Pelaku(Victim Offender Panels/VOP)
  • Lembaga Pertemuan Berkala (Circles)
  • Lembaga Bantuan Korban (Victim Assitance)
  • Lembaga Bantuan Mantan Pelaku Tindak Pidana (Ex Offender Assistance)
  • Lembaga Pencegahan Kejahatan oleh Masyarakat (Community Crime Prevention)
  • Model – model Pendekatan Restorative Justice

Pendekatan Restoratif adalah suatu proses dimana semua pihak yang berkepentingan terhadap suatu tindak pidana tertentu dilibatkan untuk bersama-sama mencari jalan keluar sekaligus mencari jalan keluar dalam menghadapi peristiwa setelah terjadinya tindak pidana tersebut dan bagaimana menyikapi implikasinya. masa depan.52. Pendekatan Restoratif adalah suatu bentuk pendekatan penyelesaian perkara pidana dengan melibatkan langsung pelaku dan korban, keluarga pelaku atau keluarga korban, serta pihak-pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil melalui pemulihan dengan menekankan pada keadaan semula dan bukan pembalasan. 53. Pendekatan Restoratif merupakan pendekatan yang lebih menitikberatkan pada kondisi untuk menciptakan keadilan dan keseimbangan bagi pelaku tindak pidana dan korbannya sendiri.54.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Restoratif adalah suatu upaya yang dapat menyelesaikan suatu perkara pidana secara adil dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku, keluarga korban dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam suatu tindak pidana untuk bersama-sama mencari jalan keluarnya. penyelesaian kejahatan dan dampaknya, dengan menitikberatkan pemulihan pada keadaan semula, prasyarat bagi hubungan antar individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan pelaku tindak pidana, termasuk pemberian kompensasi kepada korban melalui cara-cara tertentu yang disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat, dan nyatanya memuat standar keadilan yang tidak lagi mengacu pada teori pembalasan yang pantas dari korban kepada pelaku (fisik, psikis, atau punitif), namun perbuatan menyakitkan itu disembuhkan dengan dukungan kepada korban dan mengharuskan pelaku untuk bertanggung jawab. , bila perlu dengan bantuan keluarga dan masyarakat. Dalam proses penyelesaian tindak pidana melalui pendekatan restoratif, keadilan harus muncul dari proses saling memahami makna dan tujuan keadilan, tanpa memandang suku, gender, agama atau kedudukan sosial lainnya. Dalam penyelesaian suatu permasalahan melalui pendekatan restoratif maka hak-hak korban harus mendapat perhatian, karena korban merupakan pihak berkepentingan yang harus mempunyai kedudukan (hukum) dalam proses penyelesaiannya.

Asas ini pada hakikatnya mensyaratkan adanya unsur kesediaan semua pihak untuk bekerja sama mencari jalan keluar atas suatu perselisihan yang timbul di masyarakat dan dalam konteks ini dapat disebut dengan tindak pidana. proses yang sedang berlangsung. Lembaga-lembaga yang banyak digunakan untuk mengefektifkan proses penyelesaian tindak pidana melalui pendekatan restoratif adalah sebagai berikut66: 1. Proses mediasi diharapkan dapat menjembatani kepentingan para pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana, oleh karena itu perlu dilakukan upaya mediasi. perlu melibatkan mediator terlatih untuk membahas tindak pidana yang dipermasalahkan, apa yang terjadi selanjutnya dan langkah-langkah yang diperlukan untuk memulihkan semuanya.

Peran mediator adalah memfasilitasi interaksi antara korban dan pelaku, dimana masing-masing pihak berperan proaktif dalam mencapai suatu hasil yang dianggap adil oleh kedua belah pihak. dimensi pribadi atas pengorbanan dan kehilangannya, sedangkan pelaku mempunyai kesempatan untuk menyatakan penyesalannya dan menjelaskan keadaan yang menyertai tindakannya. Lembaga ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan narapidana untuk berfungsi dalam masyarakat normal dan dapat memungkinkan narapidana melakukan transisi menjadi anggota masyarakat, dari menjadi pelaku hingga melakukan tindak pidana yang menimbulkan aib dan kurangnya modal sosial. Dengan adanya program pendampingan terhadap mantan pelaku tindak pidana ini bisa disebut sebagai bantuan terhadap dirinya sendiri, sehingga dapat melakukan transisi atau juga dapat menjadi jembatan bagi dirinya sendiri 72.

Beberapa institusi yang sering digunakan untuk menangani tindak pidana, seperti sekolah negeri yang menggunakan teman sebaya untuk memulai proses mediasi sebagai cara menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, termasuk organisasi internasional yang bukan organisasi pemerintah, seperti International Crime Prevention Center. Model ini berlaku untuk semua jenis pelanggaran: ada yang ditujukan untuk jenis pelanggaran tertentu (misalnya mengutil, perampokan, dan kejahatan kekerasan), ada yang terutama ditujukan kepada pelanggar di bawah umur, yang baru pertama kali melakukan pelanggaran, dan ada juga yang ditujukan untuk pelanggar berat dan bahkan pelanggaran berat. untuk pelanggar berulang. Model ini dimaksudkan semata-mata untuk memperkirakan atau mengevaluasi ganti rugi atau reparasi yang harus dibayarkan oleh pelaku kejahatan kepada korban, biasanya pada saat sidang di pengadilan.

Dalam model ini, pelaku tindak pidana dapat dikenakan program kerja agar dapat menabung untuk membayar restitusi atau restitusi. Keinginan korban untuk didengarkan oleh pelaku mengenai dampak tindak pidana terhadap kedua belah pihak serta membicarakan penanganan dan upaya perbaikan dampak yang dialami kedua belah pihak 75.

Dasar Hukum Pelaksanaan Restorative Justice

Dalam model ini, penyelesaiannya tidak hanya melibatkan pelaku langsung dan korban, namun juga korban tidak langsung, seperti keluarga atau teman dekat korban serta keluarga dan teman dekat pelaku.76. Biasanya pelaku mendapat kesempatan pertama untuk membicarakan kejadian itu sendiri, dan orang-orang yang berada di lingkaran mendapat kesempatan untuk berbicara. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Penyelenggaraan Kepolisian Daerah dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Besaran Denda dalam KUHP yaitu untuk Perbuatan Pidana yang Kerugiannya Kecil dan Disetujui Para Pihak Melalui Asas Pertimbangan Mufakat, Menghormati Adat /Norma Hukum Sosial dan Asas Keadilan bagi para pihak. Atas permohonan tersangka atau terdakwa, penyidik, penuntut umum, atau hakim, sesuai dengan kewenangannya masing-masing, dapat mengadakan penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan tunai atau jaminan pribadi berdasarkan syarat-syarat tertentu. Tindak pidana penyiksaan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia (Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman and Degrading Treatment or Punishment).

Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi Penelitian

Sumber Data Penelitian

Metode Pendekatan

Metode Analisis Data

Data primer yang diperoleh dari hasil penelitian disusun sedemikian rupa kemudian dianalisis secara deskriptif, logis, sistematis dan berkaitan dengan data sekunder dengan menggunakan metode berpikir deduktif dan induktif, yang berpedoman pada hukum pidana dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. untuk menjawab. masalah. Sistematis artinya setiap bagian yang dianalisis harus saling berhubungan, runtut, saling mempengaruhi agar mencapai hasil yang diinginkan. Metode deduktif artinya suatu permasalahan umum yang dijadikan pedoman bagi data khusus yang diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan.Metode induktif artinya kesimpulan umum yang diambil dari data khusus yang diperoleh dari penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

"The effects of the surface roughness on the dynamic behavior of the successive micrometric droplets impacting onto inclined hot surfaces", International Journal of Heat and Mass