Penentuan kandungan total fenolik ekstrak dan fraksi daun puring diperoleh dari persamaan regresi standar asam galat. Persamaan regresi yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui kandungan total fenolik dari nilai serapan ekstrak daun puring dan fraksinya.
Kesimpulan
Dari nilai LC50 yang diperoleh ekstrak etanol, fraksi etil asetat, fraksi n-heksana dan fraksi air bersifat toksik karena nilai LC50 kurang dari 1000 mg/L.
Ucapan Terimakasih
Kerusakan metabolik yang diakibatkannya terjadi dengan cepat dan dapat dideteksi dalam waktu 24 jam, menyebabkan 50% kematian pada larva Artemia salina [15].
PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL, UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, AKTIVITAS ANTIMIKROBA DAN SITOTOKSIK
Pendahuluan
- Metodologi Penelitian 1 Alat
- Hasil dan Diskusi
- Ucapan terima kasih
Berdasarkan nilai LC50 dapat dikatakan fraksi metanol daun miana tidak bersifat toksik. Fraksi metanol mempunyai aktivitas antimikroba (antibakteri dan antijamur) yang lemah terhadap bakteri (Staphylococcus aureus, Escherichia coli) dan jamur (Candida albicans).
16 VALIDASI METODE DPPH UNTUK PENENTUAN KANDUNGAN
- Bahan
- Persiapan Sampel
- Prosedur Kerja
- Hasil dan Diskusi A. Persentase Kadar Air
- Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar Untuk menentukan konsentrasi pada
- Penentuan Standar Deviasi Relatif Tabel 2 Nilai SDR pada masing - masing
- Penentuan Persentase Perolehan Kembali
- Penentuan Kandungan Antioksidan Total
Selain itu, kandungan antioksidan juga ditentukan dengan menggunakan dua pelarut yaitu metanol dan heksana. Tujuan dibuatnya kurva kalibrasi ini adalah sebagai acuan dalam menghitung kandungan antioksidan total pada bayam, sawi, sawi, sawi putih, dan daun bawang yang nantinya akan diukur. Terlihat dari data bahwa keakuratan metode dalam menentukan konsentrasi total antioksidan dalam sampel memenuhi syarat, karena menurut literatur nilai persentase perolehan kembali adalah 100 ± 10.
Bawang 96.0 98.0 Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa nilai persentase perolehan kembali yang diperoleh masih dalam kisaran yang diperbolehkan, artinya dari data diatas dapat disimpulkan bahwa metode DPPH valid digunakan dalam penentuan kandungan total. antioksidan dalam lebih banyak sampel sesuai dengan nilai persen hasil. Berdasarkan Tabel 4 terlihat kandungan antioksidan total yang diperoleh pada pelarut metanol mempunyai nilai tertinggi yaitu 97,13 µmol/g asam askorbat pada sampel seledri, sedangkan pada pelarut heksana. Penentuan kandungan antioksidan total dengan metode DPPH valid untuk digunakan pada sampel bayam, seledri, sawi, sawi putih, dan daun bawang berdasarkan hasil linearitas, perhitungan LoD dan LoQ, persen SDR, dan nilai persen pemulihan.
Metode penentuan antioksidan total (dilihat sebagai asam sitrat) dalam sampel jeruk secara spektrofotometri menggunakan oksidan FeCl3.
PENENTUAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL, UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, AKTIVITAS ANTIMIKROBA, DAN UJI
Metodologi Penelitian 2.1 Alat
- Prosedur Penelitian .1 Preparasi Sampel Daun
- Uji Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak heksana (0,5 g) dimasukkan
- Ekstraksi Daun Miana
- Uji Kandungan Fenolik total
- Uji Aktivitas Antioksidan
- Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Difusi Cakram
- Uji Aktivitas Antijamur
- Uji Sitotoksik
- Identifikasi Tumbuhan
- Uji Kandungan Metabolit Sekunder Hasil uji kandungan metabolit sekunder
- Ekstraksi sampel
- Kandungan Fenolik total Ekstrak Heksana
- Aktivitas Antioksidan Ekstrak Heksana Uji aktivitas antioksidan dilakukan
- Aktivitas Antibakteri
- Uji Sitotoksik
Ekstrak heksana yang diperoleh dilakukan uji kandungan metabolit sekunder, penentuan kandungan total fenolik, uji aktivitas antioksidan, antibakteri, antijamur dan sitotoksik. Dari kurva baku diperoleh persamaan regresi larutan baku asam galat, y = 0,0066x + 0,0723 sehingga total kandungan fenol yang terkandung dalam ekstrak heksana daun miana sebesar 0,4015 mg/L GAE. Pada penelitian ini nilai IC50 asam askorbat sebesar 1,239 mg/L, sedangkan nilai IC50 ekstrak heksana sebesar 116,093 mg/L.
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak heksana memiliki aktivitas antioksidan aktif yang kurang karena semakin tinggi nilai IC50 maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidan yang dikandung suatu senyawa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ekstrak heksana daun Miana mempunyai daya hambat sedang karena mempunyai diameter zona bening 5-10 mm terhadap bakteri Escherichia coli dan bakteri Staphylococcus aureus. Uji sitotoksik ekstrak heksana daun miana dilakukan dengan metode brine udang lethality test (BSLT).
Dari literatur tersebut dapat dikatakan bahwa ekstrak heksana daun Miana bersifat toksik karena nilai LC50nya.
Kesimpulan
Kriteria kekuatan antibakteri dikatakan “lemah” jika diameter zona bening <5 mm, “sedang” jika diameter zona bening 5-10 mm, “kuat” jika diameter zona bening 10-20. mm, dan "sangat kuat". Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dikatakan bahwa daya hambat ekstrak heksana terhadap jamur Candida albicans berada pada kategori “sedang”. Hasil tersebut diperoleh dari persen kematian larva udang dari berbagai variasi konsentrasi yang diubah menjadi nilai probit sesuai tabel nilai probit berdasarkan persen kematian.
Berdasarkan nilai toksisitas pada tumbuhan dapat dikatakan sangat toksik jika LC50 ≤ 30 mg/L, toksik jika 31 mg/L ≤ LC50 ≤ 1000 mg/L dan dikatakan tidak toksik jika LC50.
Ucapan Terima Kasih
6] Hardiyanti; Yuniar: Uji Ekstraksi dan Antioksidan Senyawa Antosianin dari Miana (Coleus scutellarioides L. Benth) dan Aplikasinya pada Minuman, Jurnal Kimia Unand. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Miana (Coleus Atropurpureus L. Benth), Seminar Nasional Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman Samarinda, 5 - 6 Juni 2015. 12] Ningdyah, A.W; Alimuddin, A.H; Jayuska, A: Uji Toksisitas Menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt) Hasil Fraksinasi Ekstrak Kulit Buah Tampoi (Baccaurea macrocarpa), JKK.
PENGUJIAN ANTIBAKTERI DAN ANTIJAMUR DARI DAUN PURING MERAH (Codiaeum variegatum (L.) Rumph)
Pendahuluan
Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk mengetahui kandungan berbagai tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional dengan tujuan untuk memberikan penjelasan ilmiah mengenai komponen aktif yang terkandung dalam tumbuhan tersebut dan pengaruh fisiologisnya. Puring (Coadieum variegatum) merupakan tanaman hias yang banyak diminati dan dibudidayakan untuk mendapatkan bentuk baru yang eksotik. Puring sangat menarik untuk diteliti karena puring juga digunakan sebagai antijamur, obat kanker, obat diare berdarah dan pereda nyeri.
Sangat sedikit penelitian sebelumnya yang meneliti kandungan daun puring, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dan antijamur untuk mengetahui seberapa kuat senyawa dalam daun puring dalam menghambat bakteri dan jamur tersebut [5].
Metodologi Penelitian 1 Waktu dan Tempat Penelitian
Ekstrak sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan akuades dan kloroform (1:1) dan didiamkan hingga terbentuk bidang batas. Filtrat diambil 2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml asam sulfat 2N, dikocok dan didiamkan beberapa saat hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan asam dan kloroform. Lapisan asam sulfat diambil dengan menggunakan pipet dan dipindahkan ke tabung reaksi lain, setelah itu ditambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer.
Medium NA dalam labu Erlenmeyer dituangkan ke dalam tabung reaksi (sepertiga tabung), kemudian dimiringkan 300 dan ditunggu hingga memadat. Bakteri uji diambil sebanyak 200 μL dan dituangkan ke dalam media MHA padat dalam cawan petri, kemudian disebarkan secara merata dan dibiarkan kering selama 15 menit dalam aliran laminar. Larutan bening dituangkan ke dalam beberapa tabung reaksi yang telah disterilkan (autoklaf) selama 15 menit pada suhu 1210C.
Media PDA yang telah diinokulasi suspensi Candida albicans dituangkan ke dalam cawan petri dan didiamkan selama 5-15 menit agar suspensi jamur meresap ke dalam media.
Hasil dan Pembahasan 1 Uji Fitokimia Daun Puring
Kemudian kapas yang dicelupkan ke dalam masing-masing ekstrak dimasukkan ke dalam lubang-lubang pada media PDA yang diatur sedemikian rupa sehingga terdapat area yang baik untuk mengamati zona hambat yang terjadi. Ekstrak etanol yang diperoleh lebih banyak karena pelarut etanol dapat mengekstraksi senyawa dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda. Namun pada ekstrak etanol dibawah konsentrasi 500 mg/ml tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri Escherichia coli, demikian juga pada ekstrak etanol dibawah konsentrasi 125 mg/ml tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus Aureus.
Hal ini mungkin disebabkan karena ekstrak etanol masih mengandung campuran senyawa polar, semipolar, dan non polar yang belum terpisah sempurna sehingga mungkin mengakibatkan kurang efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Koleangan, Analisis metabolit sekunder dan uji toksisitas ekstrak etanol batang tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Jurnal Ilmiah Sains. 2] Sari, Evi Rosyida., Nugraheni, Estu Retnaningtyas, Uji aktivitas antijamur ekstrak etanol daun cabai jawa (Piper retrofractum) terhadap pertumbuhan Candida albicans.
10] Putra, Affian, Huda atama., Corvianindya, Yani., Wahyukundari, Melok, Aris, Menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun putih Kamboja (Plumeria acuminata) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.
PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT PENSI (Corbicula moltkiana) SERTA UJI SIFAT FISIKA DAN KIMIANYA
- Pembuatan kitin dari kulit pensi a. Pemisahan protein (deproteinasi)
- Deasetilasi kitin menjadi kitosan Kitin yang diperoleh dideasetilasi dengan
- Karakterisasi kitosan hasil isolasi secara fisika-kimia
- Pembuatan Kitin dari Kulit Pensi .1 Deproteinasi
- Demineralisasi Tujuan dari demineralisasi adalah untuk menghilangkan garam-garam organik atau
- Depigmentasi
- Deasetilasi kitin
- Karakterisasi Kitosan Hasil Isolasi Secara Fisika-Kimia
- Penentuan kadar air dan kadar abu Tabel 3.1 Kadar air dan kadar abu pada kitosan
- Uji bebas protein
- Uji ninhidrin
- Uji kelarutan
- Pengukuran serapan FTIR
- Referensi
- Metodologi Penelitian 1 Alat
- Hasil dan Pembahasan 1 Morfologi Chlorella vulgaris
- Ucapan Terima Kasih
- Metodologi Penelitian 1 Alat
Dapat disimpulkan bahwa Chlorella vulgaris dengan dosis 15 mg/20 g BB lebih efektif dalam menurunkan enzim SGOT pada mencit yang diinduksi dengan insektisida deltametrin. Perlakuan dengan mikroalga Chlorella vulgaris dosis 15 mg/20 g bb dapat menurunkan enzim SGOT dan meningkatkan enzim SGPT dan enzim katalase selama 14 hari pengobatan. Mikroalga Chlorella vulgaris dengan dosis 10 mg/20 g BB setelah 7 hari perlakuan mampu menurunkan malondialdehyde (MDA) pada mencit yang diinduksi insektisida deltametrin.
Penentuan nilai pH air Danau Biru dilakukan sebanyak dua kali di lapangan, yaitu pada musim kemarau (Februari) dan musim hujan (Maret), dengan menggunakan alat pH meter tipe pena (pH-900(I)A). Analisis penentuan konsentrasi logam Cd pada air danau biru dilakukan dengan menggunakan SSA (spektrofotometer serapan atom). Apabila pengambilan sampel pada musim kemarau (Februari), hasil penentuan konsentrasi logam Pb pada air Telaga Biru dapat dikatakan tidak terdeteksi.
Hasil data survei menunjukkan tidak ditemukan konsentrasi logam Pb pada air danau biru di sekitar lokasi. Analisis penentuan konsentrasi logam Fe pada air danau biru dilakukan dengan menggunakan SSA (Atomic Absorpsi Spectrophotometer). Analisis penentuan konsentrasi logam Cu pada air danau biru dilakukan dengan menggunakan SSA (spektrofotometer serapan atom).
IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER, UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI, DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
Metodologi Penelitian 1. Alat
Sampel dipotong-potong dan dikeringkan di udara pada suhu kamar, kemudian digiling dengan grinder dan ditimbang. Pelarut setiap maserat yang diperoleh diuapkan dengan menggunakan rotavapor pada suhu 40 oC, kemudian hasil rotari dikumpulkan dan dikeringkan di udara pada suhu kamar dan ditimbang. Larutan uji dibuat dengan cara melarutkan 10 mg masing-masing ekstrak dengan metanol dalam labu takar 10 mL hingga diperoleh konsentrasi larutan 1000 mg/L.
Uji aktivitas antioksidan: Masing-masing larutan uji diambil 2 ml, kemudian ditambahkan larutan DPPH sebanyak 3 ml dan didiamkan selama 30 menit, dan campuran dijauhkan dari cahaya. Setelah larut sempurna, media agar disterilkan dalam autoklaf, kemudian ditempatkan dalam dua tabung reaksi masing-masing 10 ml dan dibiarkan memadat pada suhu kamar dalam keadaan miring, setelah itu diperoleh media nutrisi agar dengan kemiringan. Kemudian dituangkan ke dalam setiap cawan petri dan dibiarkan memadat pada suhu kamar dalam aliran udara laminar.
Masing-masing media ditetesi padat dengan suspensi bakteri uji dan disebar merata, kemudian dibiarkan kering selama 15 menit pada suhu kamar dalam aliran laminar.
Hasil dan Pembahasan 1. Persiapan Material Tanaman
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol mempunyai nilai IC50 sebesar 140,278 mg/L dan ekstrak etil asetat mempunyai nilai IC50. Penentuan nilai daya hambat dan nilai IC50 ekstrak ranting benalu jengkol dapat dilihat pada Lampiran 9. Uji aktivitas antibakteri ekstrak ranting jengkol benalu terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dilakukan dengan metode difusi cakram.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap ekstrak tangkai benalu jengko dapat disimpulkan bahwa tangkai benalu jengkol segar mengandung fenolik dan steroid. Pada uji aktivitas antioksidan ekstrak ranting benalu jengkol dengan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak metanol (140,278 mg/L) dan ekstrak etil asetat (194,324 mg/L) tergolong antioksidan sedang, sedangkan ekstrak heksana (303,785 mg/L) tergolong antioksidan sedang. mg/L) tergolong antioksidan lemah. Dan pada uji aktivitas antibakteri, ranting benalu jengkol tergolong aktif sebagai antibakteri, hal ini terlihat dari zona hambat terbaik yang dihasilkan pada ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 1000 mg/L setara dengan 9,7 mm untuk Staphylococcus aureus. bakteri dan 8,2 mm untuk bakteri Escherichia coli.
Uji skrining fitokimia, aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana daun benalu kakao (Dendrophthoe Pentandra (L.) Miq.).