• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN - Universitas Islam Sultan Agung Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN - Universitas Islam Sultan Agung Semarang"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Ciri-ciri kondisi sanitasi lingkungan tercermin pada kondisi rumah (tempat tinggal), air bersih yang digunakan masyarakat RW IV Bandengan, jamban/WC, pengelolaan sampah dan air limbah atau saluran drainase. Secara umum rumah warga RW IV Kelurahan Bandengan bersifat semi permanen namun tidak disebutkan kondisi rumahnya. Kondisi pelayanan air bersih di RW IV Kecamatan Bandengan dapat dikatakan baik dari segi cakupan layanan.

Air bersih di RW IV Kelurahan Bandengan disediakan oleh PDAM, hampir 92% masyarakat RW IV terlayani oleh PDAM. Sedangkan MCK umum di RW IV Kelurahan Bandengan belum ada karena belum bisa membuat MCK di RW IV Kelurahan Bandengan. Sistem pengelolaan sampah yang diterapkan masyarakat di RW IV Kecamatan Bandengan saat ini masih menggunakan sistem pembakaran dan dibuang ke sungai.

Fasilitas tersebut tidak terpenuhi di RW IV Kelurahan Bandengan sehingga masyarakat membuang sampah dalam keranjang, ember atau plastik kemudian memanfaatkan lahan kosong atau petak dan sungai sebagai tempat penampungan sampah atau tempat pembuangan akhir sampah. Saluran pembuangan air di permukiman RW IV Kecamatan Bandengan berfungsi sebagai saluran pembuangan air limbah dan air hujan. Menurut salah satu Ketua RT di wilayah RW IV Bandengan (Pak Hasan) mengatakan, rumah yang sudah jadi sebenarnya sudah ada toiletnya.

Sebelum pelatihan tahap ketiga, beberapa warga RW IV diutus untuk mengikuti pelatihan pengelolaan sampah di LSM Bintari Semarang selama 2 hari.

Gambar 5.3. Sumber air dari PDAM dan Sumur gali   5.2.3. Jamban
Gambar 5.3. Sumber air dari PDAM dan Sumur gali 5.2.3. Jamban

Pengorganisasian Masyarakat

Pengelolaan Sampah

Untuk mengatasi permasalahan pengelolaan sampah, sesuai materi pelatihan yang telah dilakukan, pengelolaan sampah di kawasan Bandengan diawali dengan pengenalan upaya pemilahan sampah. Konsep pengklasifikasian sampah ini dapat dilakukan dimulai dari sumber sampah yaitu rumah masing-masing warga. Dalam pelatihan yang berlangsung sebanyak 3 kali ini, dan 1 kali pelatihan di LSM Bintari, diberikan 9 buah keranjang Takakura dan dibagikan kepada setiap RT sebagai media pembelajaran masyarakat.

Cara lokal, yaitu jika satu atau lebih rumah tangga membuang air limbah/kotoran manusia pada bangunan pengolahan dekat rumahnya, biasanya berupa sump pit atau septic tank dan untuk air limbah lainnya (dapur, laundry, kamar mandi) dibuang. di saluran pembuangan air limbah (SPAL). Cara terpusat, yaitu pembuangan seluruh air limbah domestik (air limbah jamban dan air bekas pakai) dari rumah tangga di suatu wilayah pemukiman (RW, kota) yang dialirkan melalui sistem saluran menuju tempat pengolahan air limbah (IPAL). Upaya sanitasi dalam pengelolaan air limbah dilakukan dengan pengambilan sampel saluran drainase di RT 5, setelah melalui konsultasi masyarakat.

Cara kerja swakelola artinya pekerjaan dilakukan oleh masyarakat sendiri, namun masyarakat juga harus mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya, artinya dalam hal bekerja aturan main yang diterapkan sama dengan aturan yang diterapkan pada metode kerja pihak ketiga. Sehingga apabila hasil pekerjaan tidak sesuai spesifikasi yang diharapkan, maka masyarakat harus menanggung risiko beban perbaikan. Desain teknis terperinci (Desain teknis terperinci). a) Survei dan pengukuran dilakukan setelah diadakan musyawarah masyarakat dan muncul beberapa alternatif lokasi berdasarkan informasi dari masing-masing masyarakat.

Pembangunan saluran drainase ini dihubungkan dengan saluran eksisting yang terletak di RT 5. Panjang saluran ini 60 m, lokasi saluran dapat dilihat pada peta terlampir.

Pengelolaan Tinja

Ketentuan Pembuangan Limbah Tinja Kriteria Ketentuan

Adat istiadat setempat Metode pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan limbah harus disesuaikan dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat.

Detailed Engineering Design (Rincian Desain Teknis)

Rincian Biaya

Untuk mewujudkan terbentuknya badan pengelola, diadakan pelatihan yang juga membentuk badan pengelola sarana drainase dan jamban. Setelah melalui musyawarah, dibentuk badan pengelola sarana sanitasi di RT 3 untuk mengelola jamban dan di RT 5 untuk mengelola drainase. Dasar pelaksanaannya disesuaikan dengan prosedur teknis pengelolaan sanitasi lingkungan yang diterapkan di RW IV.

Pada awal evaluasi, dari 6 komposter yang diberikan, hanya 1 yang cukup berhasil, sedangkan 5 komposter lainnya mengalami berbagai permasalahan antara lain kurangnya waktu untuk mengisi komposter, kemudian terjadi kesalahpahaman mengenai jenis sampah yang akan dimasukkan. Selain teknis, kendalanya adalah bedengan tidak berfungsi normal sehingga air lindi terkuras habis. Dari sekian banyak kendala yang ada, kendala yang menyebabkan kesalahan terbanyak adalah pada cara penggunaan komposter. Namun, pengendalian yang dilakukan oleh petugas dinas sampah kurang memadai, banyak pembuat kompos yang membagikan “cangkokan” kering karena kurangnya penyiraman atau pencampuran, sehingga dinas pengelolaan sampah memutuskan pada saat itu untuk lebih sering memeriksa komposter.

Sebelum melakukan evaluasi pemanfaatan jamban komunal, akan dijelaskan terlebih dahulu proses pembangunan jamban komunal dan proses pelimpahan tanggung jawab dari penyelenggara program kepada masyarakat. Badan pengelola ini mempunyai tanggung jawab untuk memelihara, mengumpulkan dan mengelola iuran, menentukan besaran iuran dan membuat program kerja. Jamban komunal terletak di RT 5 yang bersebelahan dengan musala, sehingga tidak ada kendala untuk membersihkan tanah dan penggunaan air.

Masyarakat merasa lebih nyaman melakukan aktivitas buang air besar di tempat tertutup dibandingkan di tempat terbuka (sungai). Karena jarak antara penyelesaian konstruksi dan evaluasi penggunaan, dan karena badan pengelola baru dibentuk, maka belum mungkin untuk mengetahui lebih banyak mengenai hal ini. Untuk saluran drainase, seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya, pembangunan saluran drainase ini menyambung dengan saluran eksisting yang terletak di RT 3.

Pemanfaatan saluran drainase ini sudah berjalan dengan baik karena konstruksi dan spesifikasinya sesuai dengan kebutuhan. Namun yang menjadi kendala, seperti saluran drainase lainnya, adalah upaya pemeliharaan rutin yang dilakukan warga agar sampah tidak menumpuk dan menyumbat saluran.

Gambar 5.14. Lokasi Pembangunan Saluran Drainase dan Jamban Umum
Gambar 5.14. Lokasi Pembangunan Saluran Drainase dan Jamban Umum

Gambar

Gambar 5.3. Sumber air dari PDAM dan Sumur gali   5.2.3. Jamban
Gambar 5.5. Visualisasi Pembuangan Sampah di Pekarangan Rumah (a),  Pembuangan   Limbah Cair di Saluran Tanah (b) dan Saluran Permanen yang tertutup Sampah dan Rumput
Gambar 5.6. Suasana Pelatihan Peningkatan Sanitasi Lingkungan Tahap I
Gambar 5.7.  Suasana kegiatan ToT: (a) Cara pemilahan sampah, (b) praktek pembuatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Significant Key words: Rural Leadership, Types of Leaders, Qualities of Leader, Identifying potential leaders, Training of Leaders, Public Administration, Coordination, Team, POSDCORB,