• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Model Pengembangan Desa Wisata "Kampung Majapahit"

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Model Pengembangan Desa Wisata "Kampung Majapahit""

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGEMBANGAN DESA WISATA “KAMPUNG MAJAPAHIT”

(Studi Kasus Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara

Oleh

KHOIRUL MUAFI NPM 216.01.09.1142

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA MALANG

2020

(2)

RINGKASAN

Khoirul Muafi, 2020, NPM 21601091142, Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang, Model Pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit (Studi Kasus Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto). Dosen Pembimbing I : Dra. Nurul Umi Ati, M. AP, Dosen Pembimbing II : Dra. Agus Zainal Abidin, M. Si

Desa wisata merupakan wujud kreatifitas yang muncul akibat dari sesuatu fenomena sekitar yang mempunyai daya tarik lebih dari desa-desa lainnya. Termasuk Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto, merupakan salah satu tiga desa yang ada di Kecamatan Trowulan masuk dalam wilayah pengembangan II untuk dijadikan wisata purbakala. Tiga desa yang masuk dalam wilayah pengembangan strategis ialah Desa Bejijong, Desa Sentonorejo, dan Desa Jatipasar.

Setelah selesai terbangunnya kurang lebih 200 unit rumah bertopeng perkampungan majapahit di Desa Bejijong pada tahun 2015 guna memfasilitasi wisata situs-situs peninggalan bersejarah dan diperuntukan menjadi home stay, maka dari itu Desa Bejijong mendapatkan julukan sebagai Desa Wisata Kampung Majapahit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model pengembangan desa wisata dan apakah terdapat kerjasama atau kolaborasi sektor-sektor pembangun yang disebut kerjasama Penta Helix Model (Pemerintah, Swasta, Masyarakat, Akademisi, dan Media Massa). Dalam proses pengembangan desa wisata terdapat faktor pedukung dan faktor penghambat yang dapat mempengaruhi model pengembangan desa wisata. dan faktor apa yang menyebabkan belum terwujudnya Desa Wisata Kampung Majapahit yang efektif dan kuat.

Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksploratif dengan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Pada penelitian metode analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif (interactive model) dari Miles dan Huberman dalam Saldana (2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit ialah (1) Model pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal dan terdapat usaha pengembangan desa wisata melalui kerjasama atau kolaborasi dengan lima sektor (Pemerintah, Swasta, Masyarakat, Akademisi, dan Media Massa) disebut dengan Penta Helix model (2) Dalam model pengembangan desa wisata ini ditemukan beberapa faktor pendukung seperti partisipasi masyarakat yang ditunjukkan oleh Sanggar Bhagaskara dalam memberikan atraksi desa wisata (3) Pada faktor penghambat ditemui seperti lahan parkir terbatas, home stay dengan fasilitas seadanya, kamar mandi menjadi satu dengan pemilik home stay, dan masih minim atraksi desa wisata yang ditawarkan, (4) Dalam mewujudkan desa wisata yang efektif dan kuat masih ditemui ego sektor pada proses pengembangan desa wisata ialah sektor Pemerintah Desa dan sektor Masyarakat. (5) Kesadaran untuk memiliki desa wisata serta kurang percaya diri masyarakat Desa bahwa desanya menjadi desa wisata.

Kata Kunci : Model, Penta Helix Model, Desa Wisata, Kerjasama, Efektif

(3)

SUMMARY

Khoirul Muafi, 2020, NPM 21601091142, Public Administration Major Faculty of Administrative Science University of Islam Malang, Model of Village Development in Majapahit Village (Case Study of Bejijong Village, Trowulan District, Mojokerto Regency). Supervisor I : Dra. Nurul Umi Ati, M. AP, Supervisor II : Dra. Agus Zainal Abidin, M. Si

Village tourism is a form of creativity that arises as a result of a phenomenon around it that has more appeal than other villages. Including Bejijong Village, Trowulan District, Mojokerto Regency, is one of the three villages in Trowulan District, which is included in the development area II to be an ancient tourist attraction. The three villages included in the strategic development area are Bejijong Village, Sentonorejo Village, and Jatipasar Village. After completion of the construction of approximately 200 units of Majapahit village masked houses in Bejijong Village in 2015 to facilitate tourism of historic heritage sites and are intended to be a home stay, therefore the Bejijong Village earned the nickname as Kampung Majapahit Tourism Village.

This study aims to study how the development model of tourism villages and cooperation in development sectors is called the Penta Helix Model of Cooperation (Government, Private, Community, Academics, and Mass Media). In the process of developing tourist village supporting factors and inhibiting factors that can affect the model of tourism village development. And what factors led to the not yet the realization of an effective and strong Majapahit Village tourism village.

This research uses explorative research with a qualitative approach, with interview, observation and documentation data collection techniques. Research data sources consist of primary data and secondary data. In the research data analysis method used is a qualitative analysis (interactive model) from Miles and Huberman in Saldana (2014).

The results showed that the development model of Majapahit Village Tourism Village is (1) The model of developing tourism villages based on local wisdom and there is an effort to develop tourism villages through collaboration or collaboration with five sectors (Government, Private, Community, Academics, and Mass Media) called Penta Helix model (2) In this tourism village development model found several supporting factors such as community participation shown by Sanggar Bhagaskara in providing tourist village attractions (3) In the inhibiting factors found such as limited parking space, home stay with makeshift facilities, bathrooms into one with the owner of a home stay, and the attractions of the village tourism that are still offered, (4) In realizing an effective and strong tourism village, there is still a sector ego found in the process of developing a tourist village, which is the Village Government sector and the Community sector. (5) Awareness to have a tourism village and lack of confidence in the village community that the village is a tourist village.

Keywords : Model, Penta Helix Model, Tourism Village, Collaboration, Effective

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia ialah negara berkembang yang mempunyai banyak kekayaan sumber daya alam termasuk potensi untuk maju dalam sektor pariwisata. Dalam pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia bertepat di kantor Kementrian Keuangan Jakarta, dalam kesempatan tersebut Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan dalam forum “ini momentum bagus menilai Indonesia, mempromosikan Indonesia dari timur sampai ke barat” menjadi sebuah ajang yang tepat untuk mempromosikan Indonesia ke dunia internasional (www.Tribbunews.com, diakses 01 November 2019).

Sejak tahun 1980-an dan 1990-an, sektor pariwisata telah memberikan kontribusi terbesar ketiga valuta asing untuk negara dari total ekspor yang didahului oleh gas, minyak, dan bahan kayu, karena komoditas pariwisata sektor terkait erat dengan sektor lain. Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 berbagai kegiatan macam wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh Masyarakat, Pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Perlunya dukungan dan hubungan dari sektor-sektor ini diperlukan untuk keberlangsungan dan pelestariannya.

Perlu kita ketahui letak Indonesia berada dalam garis khatulistiwa dengan iklim sub tropis, menyebabkan Indonesia memiliki bentang alam yang indah mulai dari pesona daratan hingga pesona lautan menjadi ciri khas dan kearifan lokal (local

(5)

wisdom). Selain pesona alam yang ditawarkan, Indonesia juga memiliki pesona sejarah yang berupa bangunan, benda-benda, ataupun situs peninggalan bersejarah dimana hampir setiap provinsi di Indonesia mempunyai keunikan tersendiri, berbeda-beda, dan mempunyai banyak filosofinya.

Provinsi Jawa Timur menyimpan berbagai macam wisata sejarah (historical tour) salah satunya pada Kabupaten Mojokerto bertepat di Kecamatan Trowulan. Banyak situs peninggalan peradaban zaman Kerajaan Majapahit, kerajaan terbesar di Pulau Jawa. Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Trowulan tahun 2011-2031, Kecamatan Trowulan termasuk ke dalam wilayah pengembangan II yang pada rencana pengembangan kawasan strategis khusus di Kabupaten Mojokerto diarahkan kepada pengembangan sebagai kawasan wisata purbakala disamping pada kegiatan sektor pertanian, perikanan, perkebunan dan lingkungan hidup (Pratiwi, dkk Tanpa Tahun : 42). Dengan rencana pengembangan tersebut, banyak didukung oleh situs peninggalan sejarah didaerah Trowulan antara lain candi, makam, pertirtaan, pendopo agung, serta musem purbakala.

Desa Bejijong merupakan salah satu dari tiga desa yang ada di Kecamatan Trowulan yang masuk dalam wilayah pengembangan II untuk dijadikan sebagai kawasan wisata purbakala. Tiga desa yang masuk dalam wilayah pengembangan startegis ialah Desa Bejijong, Desa Sentonorejo, dan Desa Jatipasar. Beji artinya telaga yang luas sedang jong artinya tempat penampungan air, jadi Bejijong artinya suatu telaga yang luas tempat untuk menampung air. Pada zaman itu sudah banyak bangsa Tionghoa yang datang ke Majapahit, orang ini menyebut untung rugi. Beji

(6)

dimaksudkan untung sedang jong maksudnya rugi. Menurut orang Tionghoa wilayah Bejijong ini nasib masyarakatnya pada suatu saat pertaniannya menguntungkan dan suatu saat bisa rugi karena tergenang oleh air hujan.

Letak Desa Bejijong berdekatan dengan beberapa situs peninggalan bersejarah pada masa Kerajaan Majapahit. Situs bersejarah tersebut diantaranya Maha Vihara Majapahit (Patung Buddha tidur terbesar se Asia Tenggara yang menempati urutan ketiga setelah Thailand dan Myanmar), Pertapaan Siti Inggil (Petilasan atau makam Raden Wijaya), dan Candi Brahu. Desa Bejijong juga dipercaya oleh beberapa arkeolog serta peneliti sebagai tempat peradabaan Kampung Majapahit di zaman kerajaan pada masa itu. Lokasi yang strategis dan cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah. Dengan fakta tersebut maka Desa Bejijong masuk kedalam wilayah pengembangan II yang kemudian dibangun replika perkampungan Rumah Majapahit abad ke-14.

Pembangunan replika Rumah Majapahit ialah sebuah inovasi dari salah

satu warga Desa Bejijong yang perduli dengan budaya serta keseniaan Kerajaan Majapahit. Melalui musyawarah dengan beberapa Pemerintah Desa di Trowulan mengajukan usulan untuk di bangun Perkampungan Zaman Kerajaan Majapahit sebagai fasilitas wisata di daerah Trowulan. Dari hasil musyawarah tersebut maka dibuatlah proposal pengajuan untuk ditujukan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan pada akhirnya proposal tersebut disetujui untuk dilakukan pembangunan Rumah Majapahit. Pemerintah Provinsi Jawa Timur bekerjasama, Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Pemerintah Desa, dan Masyarakat dalam pembagian diatur pada Peraturan Bupati Mojokerto No. 36 tahun 2014 dan No. 27

(7)

tahun 2015. Banyak bukti penelitian yang terbengkalai begitu saja didalam area penggalian seperti yang dilakukan beberapa peneliti, maka daripada itu dibuat dan didirikan rumah rumah menyerupai bukti penelitian Rumah Majapahit penuturan dari Bapak Andi Muhammad. S (Kepala BPCB Jawa Timur). Tempat pembangunan tersebut salah satunya di Desa Bejijong Kecamatan Trowulan, banyak sekali pengerajin seperti pengerajin terakota, perunggu, kuningan di desa tersebut. Salah satu tujuan utama dan sekaligus untuk memfasilitasi kegiatan pariwisata maka dibuatkanlah rumah-rumah menyerupai era Rumah Majapahitan sebagai daya tarik wisata.

Menjadi peluang besar yang dimiliki yang dapat memberikan manfaat positif bagi masyarakat terutama masyarakat di sekitar situs peninggalan sejarah di Trowulan. Potensi masyarakat di Kecamatan Trowulan tidak kalah saing dengan potensi wisata sejarah yang ada untuk dikembangkan. Menurut MajaTama (2015)

Gambar 1. Model Rumah Majapahit Sumber : Dokumentasi Peneliti (2019)

(8)

(dalam Kusuma, dkk 2017:53) membahas, ide pembangunan Rumah Majapahit baru mendapat tanggapan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014, setelah adanya usulan yang berisikan bahwa masyarakat Kecamatan Trowulan sangat mendukung program Gubernur Jawa Timur. Tahun 2014 Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menganggarkan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) untuk pembangunan kampung Majapahit dengan total anggaran keseluruhan sebesar Rp. 7,4 Milyar. Pembangunan Rumah Majapahit dilakukan pada tiga Desa yaitu, 200 unit di Desa Bejijong, 50 unit di Desa Jatipasar, dan 46 unit di Desa Sentonorejo (Kusuma, dkk 2017:53). Tujuan dari pembangunan ini ialah supaya menjadi daya tarik wisata yang baru dengan melakukan pembangunan replika Rumah Majapahit di tiga Desa (Bejijong, Jatipasar, Sentonorejo) pada era Kerajaan Majapahit.

Perkembangan pariwisata yang berada di Kecamatan Trowulan sudah cukup baik dengan terdapatnya rumah makan atau restoran yang terus meningkat setiap tahunnya. Namun ketidakseimbangan antara perkembangan pariwisata dengan jumlah pengunjung wisatawan di Kecamatan Trowulan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Permasalahan tersebut dapat terjadi karena belum adanya peraturan khusus/regulasi yang mengatur pengelolaan dan pelestarian situs Majapahit Kecamatan Trowulan serta koordinasi antara pengelola cagar budaya dengan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto (Rosyadi, dkk Tanpa Tahun:833).

Desa Bejijong mempunyai produk unggulan yang menjadi daya tarik diantaranya ialah Kerajinan Cor Kuningan, Patung, Batik Khas Majapahitan, dan

(9)

Jajanan Tradisional. Produk unggulan tersebut dapat membantu perekonomian warga khususnya Desa Bejijong selain hasil pertaniannya. Sangat disayangkan kurangnya branding kampung, kerjasama yang baik dengan sektor-sektor pemangku kepentingan, produk, dan daya tarik wisatanya serta masih minim terdapat pembaruan atraksi desa wisata yang unik di Trowulan. Tidak hanya itu Desa Bejijog ini berpotensi untuk dijadikan kampung berbasis edukasi dengan cara pengemasan paket wisata yang menawarkan produk–produk sejarah disertai tour guide untuk wisatawan yang berkunjung mulai dari umum dan pelajar akan pentingnya belajar sejarah. Terdapat sanggar tari dan pentas seni yang mendukung potensi dari Kampung Majapahit sebagai paket kampung wisata budaya sehingga terdapat atraksi dan ciri khas.

Pengembangan dibidang sektor pariwisata di Desa Bejijong terkhusus pada Desa Wisata Kampung Majapahit tidak bisa dilakukan dengan satu sektor saja.

Akan tetapi percepatan pembangunan harus didukung dengan beberapa sektor guna mengoptimalkan pengembangan terkhusus dibidang sektor pariwisata. Maka dari

itu konsep percepatan pembangunan dilakukan dengan cara kerjasama Five Stakeholder Collaboration Program. Five Stakeholder sendiri terinspirasi dari

Teori Penta Helix Model terdiri dari lima sektor pemangku kepentingan ialah Sektor Pemerintah, sektor Swasta, sektor Masyarakat, sektor Akademisi, dan sektor Media Massa. Lima sektor tersebut saling bekerjasama, berkoordinasi, dan bersinergi bersama guna mengoptimalkan pembangunan di Desa Wisata Kampung Majapahit menjadi lebih baik dan maksimal. Dengan konsep kerjasama oleh lima

(10)

stakeholder yang ditawarkan menjadikan Kampung Majapahit tetap eksistensis dan makin banyak peminat wisatawan untuk berkunjung ke Desa Bejijong.

Berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan bahwa Desa Wisata Kampung Majapahit dapat dikatakan sedikit ditemui atraksi desa wisata sehingga minat wisatawan untuk berkunjung kurang. Atraksi desa wisata dapat menjadi branding bagi Desa Wisata Kampung Majapahit guna meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung. Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam pengembangan Kampung Majapahit juga tidak cukup. Saat ini peran pemerintah sudah melakukan pengajuan usul untuk dilakukan pembangunan Kampung Majapahit yang difungsikan sebagai home stay, galeri, dan toko guna mendongkrak perekonomian warga yang berada di Desa Bejijong. Akan tetapi peran masyarakat juga perlu dalam menghidupkan suasana Kampung Majapahit agar tampak kearifan lokal pada zaman kerajaan dahulu sehingga menarik wisatawan berkunjung. Masyarakat Desa Bejijong setelah dilakukan pembangunan Rumah Majapahitan banyak yang bingung dengan rencana pembangunan rumah ini. Diperuntukan home stay tapi tidak layak karena beberapa faktor ialah :

1. Lahan untuk area parkir bagi pengunjung yang menginap di Home Stay sangat terbatas dan bahkan beberapa rumah tidak terdapat lahan parkir.

2. Fasilitas Home Stay yang kurang lengkap seperti tempat tidur, kamar mandi banyak diresahkan masyarakat yang tidak ingin jadi satu dengan pengujung.

3. Faktor usia dan modal untuk support program Rumah Majapahit ini dikeluhkan oleh beberapa warga.

(11)

Peran Pemerintah dan Masyarakat tidak cukup dalam pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit. Juga dibutuhkan peran dari Swasta, Akademisi,

dan Media Massa untuk mengoptimalkan Desa Wisata Kampung Majapahit.

Penta Helix Model adalah kunci untuk pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit lima pemangku kepentingan saling bersinergi. Peran masing-masing sektor atau pihak dalam kemitraan ini ialah, Sektor Akademisi memiliki peran penting sebagai konsultan dan menjadi aktor dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau motor ekonomi berbasis pengetahuan. Gagasan dan metode dari akademisi berkontribusi pada proses pembuatan kebijakan pemerintah.

Sedangkan Swasta ialah sebagai pihak yang menanamkan modal dalam menciptakan nilai tambah berupa fasilitas penunjang. Sektor Masyarakat atau komunitas dalam berpartisipasi aktif guna pengembangangan dan menarik wisatawan dengan kearifan lokal yang ditawarkan. Sektor Pemerintah sebagai pengawas, monitoring, dan pembinaan dalam pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit. Sedangkan Sektor Media Massa sebagai saluran industri untuk membuat branding image dan promosi Desa Wisata Kampung Majapahit.

Dari pemaparan permasalahan yang sudah dijelaskan dapat dipetakan sebagai berikut :

1. Banyak bukti penelitian yang terbengkalai begitu saja didalam area penggalian seperti yang dilakukan beberapa peneliti, maka daripada itu dibuat dan didirikan rumah-rumah menyerupai bukti penelitian Rumah Majapahit.

2. Pembangunan Desa Wisata Kampung Majapahit ini mempunyai tujuan untuk mendongkrak perekonomian warga terkhusus di Desa Bejijong yang

(12)

difungsikan menjadi Home Stay dan Galeri untuk memasarkan produk unggulan seperti kerajian patung, cor kuningan, jajanan tradisional, dan batik khas majapahitan. Akan tetapi Rumah Majapahit ini kurang berfungsi dengan baik dengan beberapa kendala dan faktor.

3. Pentingnya Branding Image Kampung Majapahit sebagai Desa Wisata yang mencakup beberapa nilai diataranya kampung sejarah, edukasi, budaya dan seni yang membuat wisatawan terpikat untuk berkunjung ke Desa Wisata tersebut. lokasi Desa Bejijong bisa dikatakan strategis karena langsung berdekatan dengan 3 (tiga) situs Candi Brahu, Pertapaan Siti Inggil (Petilasan atau makam Raden Wijaya) dan Maha Vihara Majapahit (Patung Buddha tidur terbesar se Asia Tenggara).

4. Pengembangan dibidang sektor pariwisata di Desa Bejijong terkhusus pada Kampung Majapahit tidak bisa dilakukan dengan satu sektor saja. Dengan kerjasama Five Stakeholder atau lima pemangku kepentingan yang terinspirasi dari teori Penta Helix Model diantaranya Sektor Pemerintah, Sektor Swasta, Sektor Masyarakat, Sektor Akademisi, dan Media Massa dapat mengoptimalkan Desa Wisata Kampung Majapahit menjadi desa wisata yang efektif dan kuat.

Dapat disimpulkan bahwa Desa Wisata Kampung Majapahit Desa Bejijong pengembangan desa wisata dan atraksi-atraksi desa wisata didalamnya minim atau kurang. Kampung yang mempunyai daya tarik berupa wisata sejarah, edukasi, budaya dan seni yang dapat membuat branding kampung menjadi lebih baik dan didukung dengan cara kerjasama Five Stakeholder lima pemangku

(13)

kepentingan ialah Sektor Pemerintah, Sektor Swasta, Sektor Masyarakat, Sektor Akademisi, dan Sektor Media Massa saling bersinergi bersama dalam pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit. Harapanya Desa Wisata Kampung Majapahit menjadi desa wisata yang efektif dan kuat. Oleh karena itu peneliti akan mengemas dalam skripsi yang berjudul :

Model Pengembangan Desa Wisata “Kampung Majapahit”

(Studi Kasus Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto)

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, adapun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana model pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto?

2. Apa aja Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat model pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto?

(14)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini ialah untuk menemukan sebuah solusi dari rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini dijelaskan secara spesifik sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui model pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat model pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ialah sebagai kegunaan hasil dari penelitian yang terbagi menjadi dua ialah manfaat secara praktis dan manfaat secara teoritis.

Manfaat praktis ialah manfaat bagi program sedangkan manfaat teoritis ialah manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat penelitian ini dijelaskan secara spesifik sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah informasi dan sumbangsih inovasi konsep model pengembangan desa wisata melalui bentuk kerjasama sehingga dapat menjadi masukan kepada Pemerintah Kabupaten Mojokerto terkait pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit, dan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

(15)

2. Manfaat Teoritis a. Bagi Penulis

Sebagai upaya untuk menambah ilmu pengetahuan bagaimana konsep model pengembangan desa wisata sebagai kampung mempunyai nilai-nilai berbas wisata sejarah, edukasi, budaya dan seni melalui sebuah bentuk kerjasama untuk mewujudkan desa wisata yang efektif dan kuat di era revolusi industri 4.O, serta sebagai syarat menempuh gelar sarjana Administrasi Publik.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini ditujukan sebagai acuan atau referensi dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan hal serupa.

c. Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai bentuk untuk menambah, menyempurnakan penelitian-penelitian berikutnya dan sebagai sebuah referensi di perpustakaan fakultas maupun universitas.

(16)

BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Model pengembangan Desa Wisata Kampung Majapahit tergolong dalam Model Pengembagan Desa Wisata Bebasis Kearifan Lokal terbukti dengan lokasi desa wisata berdekatan dengan beberapa situs-situs peninggalan bersejarah pada masa zaman Kerajaan Majapahit. Produk-produk unggulan desa wisata seperti cor kuningan, pengerajin patung, batik khas majapahit, bagunan rumah bertopeng perkampungan Rumah Majapahit. Festival Kampung Majapahit di Sanggar Bhagaskara setiap satu bulan sekali dengan menawarkan pagelaran seni dan budaya Kerajaan Majapahit.

Keseluruhan merupakan paket desa wisata yang dikemas secara menarik dengan konsep model pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal yang ditawarkan kepada wisatawan. Pengembangan desa wisata melalui kerjasama atau kolaborasi dengan sebutan Penta Helix model masih dalam tahap penggodokan dan masih belum terlaksana dengan maksimal. Pada Sanggar Bhagaskara diketahui melakukan kerja sama dengan sektor akademisi yaitu menggandeng beberapa universitas yang ada di Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu Universitas Surabaya (UBAYA JATIM), Universitas Airlangga Surabaya (UNAIR JATIM), dan Universitas Negeri Sebelas Maret Solo (UNS

(17)

JATENG). Mereka membantu dalam hal menggali potensi yang ada di Desa Bejijong, melakukan pendampingan secara berkala, melakukan pelatihan- pelatihan pendukung desa wisata, menggali motif batik-batik majapahit, dan lain-lainnya. Masih pada lingkungan Sanggar Bhagaskara terdapat kerja sama dari sektor perusahaan ialah Bank Indonesia yang memberikan bantuan berupa pengembangan desa wisata seperti fasilitas lengkap home stay. Dari sektor media massa desa wisata kampung majapahit secara spontan mereka datang meliput jika terdapat event-event besar, tidak ada kerja sama yang mengikat.

Sedangkan pada sektor Pemerintah Desa Bejijong dapat dikatakan pergerakannya belum dilakukan secara maksimal, terbukti dari atraksi desa wisata yang ditawarakan ialah belum dikemas secara menarik dan promosi atraksi desa wisata masih kurang maksimal. Sumber daya manusia yang kurang keratif dan inovatif dalam melakukan proses pengembangan desa wisata. Dari pengakuan beberapa masyarakat setelah pembangunan Rumah Majapahit tidak ada pendampingan kepada masyarakatnya, sehingga ditemui beberapa Rumah Majapahit yang tidak difungsikan dengan maksimal.

2. Setelah program pembangunan Rumah Majapahit telah selesai, menjadi sebuah polemik. Tujuan dari dibangunnya Rumah Majapahit ialah diperuntukan untuk fasilitas wisata yang berada pada Desa Bejijong menjadi home stay yang nantinya dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga perekonomian masyarakat terbantu. Tujuan selajutnya tidak hanya menjadi

(18)

home stay juga diperuntukkan sebagai fasilitas bagi pengunjung yang ingin merasakan suasana Kampung Majapahit menikmati beberapa situs peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit. Tujuan selanjutnya ialah merubah pola hidup masyarakat Desa Bejijong dalam menjaga lingkungannya agar tidak tampak kumuh setelah pembangunan ini mau tidak mau memaksa masyarakat untuk menjaga lingkungannya.

Pada pembangunan Rumah Majapahit (home stay) masih terdapat faktor penghambat dalam mewujudkan Desa Wisata yang berkembang dengan baik.

Beberapa masyarakat masih mengeluh tentang fasilitas home stay seperti lahan area parkir bagi wisatawan yang menginap jika membawa mobil serta kendaraan sepeda motor lebih dari dua tempat parkirnya tidak ada karena keterbatasan lahan dari pemilik home stay, akan tetapi jika lahan dari pemilik home stay luas maka dapat dikatakan beruntung. Berikutnya fasilitas kamar mandi yang menjadi satu dengan pemilik home stay, kebanyak para wisatawan menginginkan fasilitas kamar mandi menjadi satu dengan home stay sehingga tidak ada kesan malu kepada pemilik home stay. Fasilitas yang ditawarkan untuk kamar tidur masih seadanya dan sederhana, tidak seperti home stay pada umumnya yang fasilitasnya lengkap, hanya beberapa home stay yang mendapatkan bantuan kerja sama dari Bank Indonesia berupa fasilitas kamar tidur lengkap melalui inisiatif paguyuban Sanggar Bhagaskara yang dipimpin oleh Supriadi.

Faktor penghambat pada sektor penta helix model yang menyebabkan belum terwujudnya Desa Wisata Kampung Majapahit secara efektif dan kuat ialah

(19)

permasalahan ego sektor dan aspek sosial masyarakat. Permasalahan ego sektor ditemui pada sektor Pemerintah Desa dan sektor Masyarakat. Dua organisasi yang besar di Desa Bejijong yang memiliki tujuan yang sama untuk pengembangan desa wisata. sedangkan dari aspek sosial masyarakat tentang kesadaran masyarakat dalam memiliki dan peduli terhadap desa wisata kurang. Beberapa masyarakat berperan aktif dalam pengembangan desa wisata tetapi masih banyak masyarakat yang belum berpartisipasi dan tidak percaya diri bahwa kampungnya menjadi desa wisata. Peran Pemerintah Desa dalam mendata atau maaping rumah majapahit agar dapat difungsikan secara maksimal meskipun sudah menjadi hak pemiliknya mau dibuat seperti apa rumah majapahitnya, akan tetapi pembinaan dan pendampingan perlu dilakukan. Atraksi desa wisata hanya dapat disaksikan dan dinikmati melalui Paguyuban Sanggar Bhagaskara karena disana menawarkan paket wisata kampung majapahit, pagelaran festival setiap satu bulan sekali, pelatihan membatik, tour guide dan lain-lainnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat beberapa saran serta inovasi bagi penulis ajukan bagi Desa Wisata Kampung Majapahit, yaitu :

1. Model pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal merupakan model yang tidak mudah untuk dijalankan karena kearifan lokal

(20)

merupakan rangkaian kegiatan atau kebiasaan real yang warga lakukan setiap harinya. Membutuhkan kerjasama atau kolaborasi dengan beberapa sektor pembangun yang tidak bisa dilakukan secara individu melainkan dengan bantuan beberapa sektor (Pemerintah, Perusahaan, Masyarakat, Akademisi, dan Media Massa) disebut dengan Penta Helix model.

Kerjasama atau kolaborasi dalam membangun Desa Wisata Kampung Majapahit dengan beberapa sektor pembangun sangat dibutuhkan. Peran Sektor Pemerintah Desa juga dibutuhkan dalam rangka membuat sebuah peraturan dan kejelasan Desa Wisata Kampung Majapahit. Melakukan sebuah pendampingan kepada masyarakatnya mengenai pengetahuan dan pelatihan desa wisata sehingga Rumah Majapahit dapat berfungsi secara maksimal. Memperkuat jaringan dengan sektor perusahaan, akdemisi, dan media massa dalam memberikan support pada pengembangan desa wisata.

2. Diperlukan pendataan (maaping) fungsi Rumah Majapahit agar beberapa rumah yang tidak difungsikan menjadi lebih maksimal dan bermanfaat.

Pendampingan untuk masyarakat juga dibutuhkan dalam pengelolaan home stay, dibutuhkan edukasi berupa pelatihan tentang pengetahuan desa wisata sebagai bekal bagi masyarakat Desa Bejijong. Peran Pemerintah Desa dibutuhkan dalam membuat peraturan desa wisata sehingga terdapat peraturan-peraturan yang wajib untuk dilaksanakan. Membuat lebih banyak atraksi desa wisata dengan perantara media online sebagai

(21)

platform promosi, informasi dan branding Kampung Majapahit. Serta wisatawan akan tertarik untuk mengunjungi dan menginap di home stay karena terdapat paket wisata, atraksi desa wisata yang menarik.

Membutuhkan proses yang tidak cepat dan instan karena faktor Budaya Majapahit sudah tergerus bersamaan dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit dan perkembangan peradaban umat manusia. Sehingga untuk membuatnya lagi kedalam zaman sekarang membutuhkan waktu, proses secara bertahap dan konsisten.

Dalam mewujudkan Desa Wisata yang efektif dan kuat dibutuhkan gotong royong antar sektor dalam melakukan pengembangan desa wisata. Antar sektor-sektor harus saling bersinergi dalam mencapai tujuan, dibutuhkan kesadaran dan kepedulian bersama sehingga apa yang ada di Desa Wisata Kampung Majapahit menjadi lebih baik dan berkembang. Kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam memiliki Desa Wisata sangat kurang sebaiknya dilakukan sebuah pendampingan, pemberdayaan, pelatihan atau edukasi mengenai desa wisata harapannya masyarakat semakin semangat dan percaya diri.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahmad, Jamaluddin. 2015. Metode Administrasi Publik Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta. GAVA MEDIA.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

A.Yoeti, Oka, Drs. MBA. 2000. Manajemen Wisata Konvensi. Jakarta: PT.Pertija.

Bugin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Erma, Suryani. 2006. Pemodelan Dan Simulasi. Yogyakarta. GRAHA ILMU.

Fennel, D.,A, 1999. Ecotourism, An Introduction, New York: Routledge.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: GP Press.

Keeves John P. 1992. The IEA Technical Handbook. The Nederland Harque, The Amsterdam.

Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saladana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.

Muliawan, H. 2008. Tanpa Kota. Pengembangan Pariwisata Berbasis Mayarakat, Konsep dan Implementasi. Tanpa Tahun.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(23)

Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Gramedia: Jakarta.

Samsuridjal D dan Kaelany HD. 1997. Peluang di bidang pariwisata.

PT MUTIARA SUMBER WIDYA.

Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and Liesure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Liesure.

Siagian, Sondang P. 2001. Organisasi, Kepemimpinan, dan Pelaku Administrasi.

Jakarta. Gita Karya.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Edisi Keempat. Bandung: ALFABETA.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV.Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta. Gava Media.

Taylor, Ellen dan Marcus Powell Renenr. 2003. Analyzing Qualitative Data.

Madison: Program Development and Evaluation.

Timothy, D. J. 1991. Participatory Planning a View of Tourism in Indonesia dalam Annals of Research, Vol 26. No. 2.

Tjokroamidjojo, Bintoro, M.A. 1981. Perencanaan Pembangunan. Jakarta. PT GUNUNG AGUNG.

(24)

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2009. Metodologi Penelitian Sosial Edisi Kedua. Jakarta. PT. Bumi Askara.

Weihrich, H. 2014. Matriks TOWS-Alat untuk Analisis Situasional. Perencanaan Jangka Panjang. 15 (2). 54-66

Jurnal

Atmoko, Prasetyo Hadi. 2014. Strategi Pengembangan Potensi Desa Wisata Brajan Kabupaten Sleman . Jurnal Media Wisata, Vol. 12, No. 2.

Dewi, Ratna Trisuma. 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Collaborative Governance Dalam Pengembangan Industri Kecil (Studi Kasus tentang Kerajinan Reyog dan Pertunjukan Reyog di Kabupaten Ponorogo).

Universitas Sebelas Maret.

Hastuti, dkk. Tanpa Tahun. Model Pengembangan desa wisata Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Strategi Pengentasan Kemiskinan di Lereng Merapi Kabupaten Sleman Daerah Istimewah Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Geografis.

Hernanda, Dedy Wahyu., Lely Indah Mindarti, dan Riyanto. 2018. Community Empowerment Based on Good Tourism Governance in the Development of Tourism Destination. J. Ind. Tour. Dev. Std., Vol.6, No.2.

Hikamatus, Luluk. 2015, April. Ada Apa Dengan Rumah Majapahit. MajaTama.

Ilang, Yosep Kupertino., I Nyoman Darma Putra, dan I Nyoman Sunarta. 2018.

Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Desa Waturaka, Kabupaten Ende, Flores. JUMPA Volume 4 Nomor 2.

Kusuma, Andika Avrista., Wilopo, Yusri Abdillah. 2017. Analisis Pemanfaatan Pembangunan Rumah Majapahit Dalam Mewujudkan Kampung Majapahit (Studi Kasus Ketidaksesuaian Pemanfaatan Rumah

Majapahit di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan)”.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol 52 No. 1

(25)

Mohr, J. dan Spekman, R. 1994. Karakteristik Keberhasilan Kemitraan: Atribut,

Perilaku komunikasi, Dan Teknik Resolusi Konflik.

Jurnal Manajemen Strategis (1994).

Nurcahyono, A. 2015. Collaborative Governance Penanggulangan Kekerasan Seksual ANAK dan Eksploitasi Seksual Komersil Anak (ESKA) Kota Surakarta. Surakarta. FISIP Universitas Sebelas Maret.

Nurmalia, Atika. 2018. Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Dengan Model Penta Helix (Studi Pada UMKM Sentra Bordir dan Konfeksi Desa Padurenan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus). FISIP Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pratiwi, Susi Eka dan Nawangsari, Ertien Rini. Tanpa Tahun. Evaluasi Dampak Pembangunan Rumah Majapahit Bagi Masyarakat Desa Bejijong

Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Surabaya.

FISIP UPN “Vateran” Jawa Timur.

Rosyadi, Khalid., Mochamad Rozikin, dan Trisnawati. Tanpa Tahun. Analisis Pengelolaan dan Pelestarian Cagar Budaya Sebagai Wujud

Penyelenggaraan Urusan Wajib Pemerintahan Daerah.

Jurnal Administrasi Publik (JAP). Vol.2, No.5

Warsono, Hardi., Ade Putri Febriandini, Sultan Arief Azlansyah, dan Zulkan Sipayung. 2019. Peran Stakeholders Dalam Pemberdayaan di Kampung Pelangi. Jurnal Tata Sejuta Vol. 5, No.1, 2019.

Skripsi

A’maliyanto, Rakhmat Arif,. 2017. Perancanaan Lanskap Jalur Interpretasi Wisata Sejarah Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto.

Departemen Arsitektur Institut Pertanian Bogor.

Septiyan, Ririn Nensi. 2018. Strategi Disporabudpar Kabupaten Mojokerto Dalam Mengembangkan Potensi Desa Wisata (Studi Pada Kawasan Petirtaan Candi Jolotundo). FIA Publik UNISMA.

(26)

Widah, Krida Nur. 2017. Romantisme Kejayaan Masa Lalu Kampung Majapahit di Desa Bejijong Trowulan Mojokerto (Antara Penghayatan Nilai-Nilai Kultural dan Kepentingan Indsutri Pariwisata). Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Sosial Program Studi Sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

PerUndang-Undang

Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia No. 14 tahun 2016 tentang pedoman destinasi pariwisata berkelanjutan.

Peraturan Bupati Mojokerto No 36 tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan bantuan keuangan khusus kepada Pemerintah Desa dari Pemerintahan Kabupaten Mojokerto untuk pembangunan Rumah Majapahit.

Peraturan Bupati Mojokerto No 27 tahun 2015 tentang petunjuk pelaksanaan bantuan keuangan kepada Pemerintah Desa dari Pemerintahan Kabupaten Mojokerto untuk pembangunan Rumah Majapahit.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No, 260/M/2013 tentang penetapan satuan ruang geografis Trowulan sebagai kawasan cagar budaya peringkat Nasional pada tanggal 30 Desember 2013 Media Massa

Antara News. Penulis Indriani. 30/07/2015. Diakses melalui https://www.antaranews.com/berita/509716/budaya-sebagai-penentu- bangsa-yang-kuat pada tanggal 22/12/2018 pukul 00.59 WIB

Detik.com. 14/01/2015. Diakses melalui https://news.detik.com/berita-jawa- timur/d-2802679/137-rumah-kampung-majapahit-senilai-rp-74-

miliar-dibangun-di-trowulan pada tanggal 23/11/2018 pukul 19.21 WIB.

Surya.co.id. Penulis Anas Miftakhudin. 25/10/2015. Diakses melalui http://surabaya.tribunnews.com/2015/10/25/rumah-majapahit-

beralih-fungsi-menjadi-toko pada tanggal 26/11/2018 pukul 10.00 WIB.

(27)

Tribunnews.com. Penulis Syahrizal Sidik. 17/09/2018. Diakses melalui http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/09/17/indonesia-dorong- pembahasan-pembangunan-infrastruktur-di-negara-berkembang pada tanggal 01/11/2019 pukul 20.50 WIB.

Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mojokerto arsipvps.mojokertokab.go.id/thm/v1/?vi=geografis diakses pada 03/01/2020 pukul 10.00 WIB

https://iklantravel.com/wp-content/uploads/2017/05/trowulan-1.png diakses pada 03/01/2020 pukul 10.00 WIB

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/10/15/mengenal-sejarah-situs- trowulan-peninggalan-kerajaan-majapahit diakses pada 03/01/2020 pukul 10.00 WIB

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/candi-brahu/ diakses pada 03/01/2020 pukul 09.59 WIB

https://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_timur-candi_brahu diakses pada 03/01/2020 pukul 09.59 WIB

https://www.kompasiana.com/jelajah_nesia/552b28d76ea834bb6f552cfd/candi- gentong-yang-misterius-di-mojokerto diakses pada 03/01/2020 pukul 11.00 WIB

https://faktualnews.co/2019/07/20/budha-tidur-trowulan-wisata-agama-bonus- wisata-sejarah-majapahit/151818/ (jurnalis oleh Redaksi FN, di post pada hari Sabtu tanggal 20 Juli 2019 pukul 01.54 WIB) diakses pada 04/01/2020 pukul 06.45 WIB

https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-patung-buddha-tidur diakses pada 04/01/2020 pukul 06.52 WIB

(28)

http://jurnalmojo.com/2018/01/30/siti-inggil-petilasan-bersejarah-majapahit- sejak-abad-ke-9/ (Jurnalis oleh Irkham, Jurnal Mojo, di post pada hari Selasa tanggal 30 Januari 2018 pukul 08.17 WIB) diakses pada 04/01/2020 pukul 07.34 WIB

http://blog.iain-tulungagung.ac.id/pkij/2018/11/14/siti-inggil-atau-lemah-geneng/

(Penulis oleh Fahrur Rozi Mahasiswa SPI Semester 1 IAIN TULUNGAGUNG) diakses pada 04/01/2020 pukul 08.02 WIB

https://www.wartakum.net/ladewi-gajah-mada-dan-pemerintah-desa-bejijong- memperingati-hut-mojopahit-ke-726/ (Penulis admin, Wartakum.net, dipost pada 03 Desember 2019) diakses pada 10/04/2020 pukul 20.27 WIB

https://radarmojokerto.jawapos.com/read/2019/07/04/144437/rumah-

majapahitan-tak-dilirik-wisatawan-sebagian-dimakan-rayap (Editor Mochamad Chariris dalam Radar Mojokerto.id, Jawa Pos Mojokerto, dipost pada tanggal 04 Juli 2019) diakses pada 11/04/2020 pukul 21.49 WIB

https://beritajatim.com/ekbis/ini-alasan-unair-pilih-bejijong-sebagai-desa-wisata- binaan/ (Reporter Misti.P, beritajatim.com, dipost pada hari Sabtu 25/05/2019 pukul 16.08 WIB) diakses pada 15/04/2020 pukul 06.18 WIB

https://beritajatim.com/ekbis/ini-harapan-pelaku-wisata-di-desa-bejijong/

(Reporter Misti P., beritajatim.com, di post pada hari Sabtu 25/05/2019 Pukul 16.39 WIB) diakses pada 18/04/2020 pukul 05.56 WIB

https://beritajatim.com/pendidikan-kesehatan/tumpeng-paripurna-4-warna-jadi- kuliner-khas-minggu-legi-pasar-tradisional-desa-bejijong/ (Reporter Misti P., beritajatim.com, di post pada hari Minggu 18/08/2019 Pukul 20.00 WIB) diakses pada 18/04/2020 pukul 06.50 WIB

http://suaramojokerto.com/2019/08/20/ada-tumpeng-empat-warna-warisan- majapahit-di-trowulan-mojokerto/ (Penulis admin, Headline Seni

(29)

Budaya, suaramojokerto.com, di post pada tanggal 20/08/2019 Pukul 01.06 WIB) diakses pada 18/04/2020 pukul 07.32 WIB

https://beritajatim.com/ekbis/gandeng-uns-sanggar-bagaskara-kembangkan- batik-motif-majapahit/ (Reporter Misti P, beritajatim.com, di post pada hari Minggu, 27 Oktober 2019 pukul 08.46 WIB) diakses pada 22/04/2020 pukul 23.45 WIB

https://radarmojokerto.jawapos.com/read/2019/10/29/163352/patenkan-riak- segaran-surawina-dan-kembang-segaran (Editor Imron Arlado, Jawa Pos Radar Mojokerto, di post pada 29 Oktober 2019 pukul 08.59 WIB) dikases pada 22/04/2020 pukul 23.50 WIB

https://beritajatim.com/ekbis/ini-alasan-unair-pilih-bejijong-sebagai-desa-wisata- binaan/ (Reporter Misti. P, beritajatim.com, dipost pada hari sabtu 25/mei/2019, pukul 16.03 WIB) diakses pada 26/04/2020 pada pukul 05.20 WIB

https://inilahmojokerto.com/25/05/2019/kementerian-pariwisata-ri-gelar-

pelatihan-pelaku-wisata-desa-bejijong-trowulan/ (IM.com, dipost pada hari sabtu 25/mei/2019) diakses pada 26/04/2020 pada pukul 05.20 WIB

http://jurnalmojo.com/2018/02/17/humas-ladewi-bejijong-berpotensi-menjadi- desa-wisata-sekelas-bali-dan-jogja/ (Reporter Irkham, JunalMojo.com, dipost pada hari sabtu 17/02/2018 pukul 18.41 WIB) diakses pada 27/04/2020 pada pukul 06.46 WIB

http://jatim.co/2019/10/27/uns-lakukan-riset-batik-majapahit/ (Reporter Agus TW, dipost pada jatim.co Berita Dibalik Peristiwa, 27/10/2019 pukul 08.17 WIB) diakses pada 01/05/2020 pukul 21.43 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Mempelajari literature-literatur yang berkaitan dengan teori, konsep dan standar perancangan “ Pengembangan Desa Wisata Kreatif kampung Jamu Di Desa Nguter, Sukoharjo

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah atau Skripsi saya yang berjudul Pengembangan Wisata Edukasi Berbasis Mayarakat (Studi Pada Wisata Kampung Coklat Desa Plosorejo Kecamatan

Pengembangan desa wisata berbasis masyarakat merupakan kegiatan pembangunan desa yang sepenuhnya melibatkan masyarakat lokal sebagai pemegang kepentingan.. Secara

Prioritas alternatif kebijakan revitalisasi pengelolaan fungsi hutan mangrove dalam penerapan desa inovasi nelayan dan desa pesisir berbasis kearifan lokal masyarakat Kampung

Berdasarkan analisis potensi wilayah baik potensi fisik maupun non fisik serta analisis kegiatan wisata dan kearifan lokal maka dapat dibuat model pengembangan desa

204 Rencana Usaha Pengembangan Desa Wisata Kampung Tajur melalui YoLo Youth-Based Local Tourism Indonesia Kevin Eriyang* [email protected] Reza Oktari*

Adapun faktor pendorong dan penghambat dalam kegiatan pengembangan Desa Wisata Kampung Patin Melalui Pemberdayaan Masyarakat Desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar yaitu faktor pendorongnya

Dalam hal tersebut pengembangan desa wisata Bukit Sanjaya Selo Kabupaten Boyolali memiliki sebuah ide kreatif untuk membuat sebuah Desa wisata yang memanfaatkan kearifan lokal di derah