1
PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA SPIRITUAL DI KECAMATAN RENDANG KABUPATEN KARANGASEM
BALI
Peneliti : A.A. Manik Pratiwi NIP : 1989012720130122001
Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana Denpasar
2017
2 ABSTRAK
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Perkembangan Pariwisata Bali telah berkembang hingga ke ujung utara Bali yakni Kecamatan Rendang, Karangasem. Pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan wisata, khususnya wisata spiritual. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Besakih, Kecamtan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, selain itu menggunakan analisis SWOT dan skala likert untuk membahas uraian isi. Tehnik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara mendalam, kuesioner, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang dari kalangan kepala camat dan kepala desa di Kecamatan Rendang..
Hasil penelitian ini menunjukkan potensi wisata spiritual Besakih berupa pura, sasana budaya, ibadah sehari-hari (Membanten), upacara keagamaan, dan ceramah agama (Darmawacana). Strategi yang digunakan untuk pengembangan wisata spiritual Besakih secara umum merupakan perbaikan aspek askesibilitas, zonafikasi parkir, dan wilayah atraksi, penambahan fasilitas penunjang, pembuatan badan pengelolaan wisata, dan penambahan sarana dan prasarana IT, serta pelatihan dan pembinaan masyarakat.
Kata kunci :Potensi Wisata, Wisata Spiritual, Strategi Pengembangan
3 KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat dan karunia-Nya. Berkat nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Penelitian Mandiri ini sesuai waktu yang telah ditentukan.
Laporan penelitian ini berjudul Strategi Pengembangan Wisata Spiritual Di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem Bali. Dalam penyusunan laporan ini penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah membantu yakni :
1. Drs. I Made Sendra, M.Si,selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
2. Ibu Ni Made Ariani, SE.M.Par., selaku Ketua Program Studi Diploma IV Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
3. Bapak Drs. I Nyoman Jamin Ariana, M.Par. selaku Dosen Pembimbing Penelitian Mandiri
4. Seluruh Staf dan karyawan Tata Usaha Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, atas bantuan dalam menyelesaikan administrasi akademik
5. Orang tua,teman-teman penulis, narasumber dan responden yang telah memberikan dorongan dan doanya serta mebantu dalam pengumpulan data penelitian.
Laporan ini tentunya belum sempurna sebagaimana mestinya. Masih terdapat kekurangan yang ada, karena masih dalam proses pembelajaran.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran agar dapat menyempurnakan laporan ini selanjutnya. Demikianlah semoga laporan penelitian ini memberikan manfaat baik dalam lingkungan kampus maupun masyarakat luas.
Denpasar, Juli 2017 Penulis
4 DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR………... ii
DAFTAR ISI ...iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... ….. 1
1.2 Rumusan masalah……….. 2
1.3 Tujuan penelitian………...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Telaah hasil penelitian sebelumnya ... 3
2.2 Tinjauan strategi pengembangan ... 5
2.3 Tinjaua pariwisata ... 5
2.4 Tinjauan potensi wisata ... 5
BAB III METODE PENELITIAN... 6
3.1 Lokasi penelitian………....6
3.2 Jenis dan sumber data... 6
3.3 Teknik pengumpulan data ... 7
3.4 Teknik penentuan informan ... 8
3.4 Teknik penentuan sampel ... 8
3.4 Teknik analisis data ... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12
4.1 Gambaran Umum Desa Besakih………..12
4.2 Potensi Wisata Spiritual Besakih………...14
4.3 Lingkungan Internal Sdan Eksternal Kawasan Besakih ……….14
4.4 Strategi Pengembangan Potensi Wisata Spiritual Besakih ……….. .19
BAB V PENUTUP………...27
5.1 Simpulan……….27
5.2 Saran………...28
DAFTAR PUSTAKA………..30
5 BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan pariwisata sudah sangat mendunia. Bali merupakan salah satu pulau yang dilirik wisatawan sebagai tempat untuk berwisata. Bali terkenal akan keindahan alamnya, keunikan budaya dan tradisi yang dimilikinya serta keramah- tamahan penduduknya. Hal inilah yang menjadi faktor utama berkembangnya Bali sebagai daerah tujuan wisata baik oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Bali sendiri memiliki 8 wilayah kabupaten.
Salah satu kabupaten yang sedang mengembangkan pariwisata adalah Kabupaten Karangasem. Ibukota Kabupaten Karangasem adalah Amlapura.
Atraksi wisata yang ditawarakan berupa wisata alam, wisata minat khusus dan wisata spiritual. Kecamatan Rendang adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Karangasem. Potensi wisata alam yang ditawarkan di kecamatan ini adalah rafting yakni bermain di sungai. Selain itu menawarkan pertanian tidak lain adalah padi. Sedangkan perkebunan ditanami dengan cengkeh, kopi, dan coklat, dan membentuk agrowisata yang bernama Bukit Jambul. Kecamtan ini juga memiliki Pura Besakih. Pura Besakih ini merupakan tempat ibadah umat Hindu terbesar di Bali yang terletak di kaki Gunung Agung.
Wisata spiritual memang wisata yang diandalkan di Kecamatan Rendang ini. Siapapun baik wisatawan mancanegara ataupun nusantara ingin megunjungi Pura Besakih dan melihat kemegahannya. Namun, sangat disayangkan karena dalam pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata spiritual tersebut belumlah maksimal. Masalah sampah, akses untuk menuju Pura Besakih, Masalah keamanan menjadi contoh terhambatnya perkembangan pariwisata di kecamtan ini. Untuk itu suatu wilayah khususnya Kecamatan Rendang harus lebih peka dalam memperhatikan daya tarik wisata spiritualnya yang menjadi andalan pariwisata di Kecamatannya sendiri.
6 1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana potensi wisata spiritual di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali ?
2) Bagaimana strategi pengembangan wisata spiritual di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali ?
1.3 Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah tersebut, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui potensi wisata spiritual di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.
2) Untuk mengetahui strategi pengembangan wisata spiritual di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali
7 BAB II
TINJUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Ronald Martin Yakarimilena (2008) dengan judul “Strategi Pengembangan Danau Sentani Sebagai Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam Di Kabupaten Jayapura Papua”.
Hasil penelitiannya bahwa karakteristik alamnya mempunyai keindahan panorama indah dengan jalur yang bervariasi (datar, miring, belokan) tidak berada di areal yang rawan bencana serta variasi fauna. Wisata adventure yang bisa di kembangkan di sini adalah tracking and hiking (mendaki) riding horse (berkuda) crosscountry (lintas alam). Pengembangan pariwisata Desa Yahim yang berorientasi pada potensi alamnya, di dominasi oleh daerah perbukitan, hutan, dan danaunya. Jadi pariwisata di sini bercirikan pada wisata alam, dengan alam yang masih segar dan di alami. Dari segi aksesibilitas kedekatannya dengan objek wisata adalah sebagai objek wisata adventure dengan keindahan alam yang ada di sekitar danau tersebut, dimana dalam pengembangannya harus tetap memperhatikan dan memperdayakan masyarakat setempat. Berdasarkan visi pengembangan tersebut selanjutnya di tetapkan pengembangan yaitu pengelolaan potensi yang di miliki objek wisata tersebut secara maksimal serta tetap menjaga keseimbangn untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah.
Yuliawati (2002) dengan judul “Strategi Pengembangan Wisata Alam Pantai Dreamland Sebagai Wisata Alternatif di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Menunjukkan bahwa objek wisata dreamland cocok untuk di kembangkan sebagai objek wisata alam karena memiliki potensi alam berupa pemandangan, tebing serta ombak yang konsisten cocok untuk wisata surfing. Persepsi masyarakat adalah sangat setuju terhadap pengembangan potensi pantai Dreamland sebagai objek wisata alam, sedangkan persepsi wisatawan terhadap pengembangan potensi pantai Dreamland sebagai objek wisata alam adalah setuju karena pantai Dreamland memiliki potensi alam berupa pemandangan alam, tebing serta ombak yang konsisten cocok untuk wisata
8 surfing. Strategi pengembangan pantai Dreamland adalah menentukan visi pengembangan, menentukan tujuan pengembangan, menentukan sasaran pengembangan dan menentukan program-program pengembangan potensi pantai Dreamland.
Philipus Waragam (2003) dengan dan judul “Studi Pengembangan Potensi Objek Wisata Pantai Amai Di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua”. Hasil penelitian di simpulkan bahwa desa pesisir Pantai Amai Kabupaten Jayapura memiliki potensi untuk di kembangkan sebagai objek wisata yang didukung oleh budaya masyarakat meliputi kesenian tradisional, kerajinan tradisional, atraksi tradisional di Desa Tabla Sufa. Oleh karena itu, sistem pengelolaan objek wisata alam Pantai Amai harus di dukung dengan program – program antara lain:
membina kesenian tradisional dan atraksi wisata lokal, sehingga dapat di jadiikan sebagai atraksi wisata yang di sajikan secara professional kepada wisatawan, penataan sarana dan prasarana wisata, melakukan promosi secara intensif dan peningkatan sumber daya manusia di bidang pariwisata.
Agustini, dkk (2013) meneliti tentang Kecamatan Rendang dengan judul penelitian “Potensi Wisata Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali”.
Hasil penelitiannya menyebutkan Kecamatan Rendang merupakan kecamatan yang memilliki cukup banyak potensi wisata mulai dari wisata alam, buatan maupun budaya. Kecamatan ini sarana akomodasi dan restoran telah ada. Adanya akomodasi pariwisata tidak terlepas dari adanya objek wisata adapun beberapa objek wisata yang ada disana seperti objek wisata buatan yaitu agrowisata.
Agrowisata yang ada di kecamatan rendang juga tersebar di beberapa desa yaitu agrowisata “Teras dan One Bali” di Desa Nongan, agrowisata “Alam Giri dan Lestari Agro” di Desa Rendang. Potensi wisata di Kecamatan Rendang yang paling terkenal adalah sungai Telage waje di Desa Rendang. Sungai ini dikelola sebagai tempat untuk kegiatan Rafting.
Manfaat yang diperoleh dari telaah hasil penelitian sebelumnya ini adalah peneliti selanjutnya dapat mencari gambaran dalam penentuan teknik analisis data, membantu dalam penentuan informan dan sampel yang sesuai dengan apa yang ingin dteliti. Selain itu membantu peneliti selanjutnya mengetahui gambaran
9 mengenai kendala-kendala yang dihadapi selama meneliti, memberikan gambaran visi pengembangan potensi wisata yang sesuai dan berkesinambungan.
2.2 Tinjauan Strategi Pengembangan
Menurut Marpaung (2002:96) strategi adalah suatu proses penentuan nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaat sumber daya yang menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindak- tindakan yang mengarah pada masa depan. Selain itu dirinya juga mengartikan strategi adalah rencana umum yang bersifat integratif yang di rancang untuk memampukan organisasi pariwisata untuk mencapai tujuannya melalui alokasi pemanfaatan sumber daya dengan tepat walaupun menemukan banyak rintangan dari pihak pesaing.Sehingga strategi pengembangan dapat dikatakan sebagai proses penetapan nilai, rencana, dan pengambilan keputusan atau cara menjadikan sesuatu menjadi maju, baik, sempurna dan berguna.
2.3 Tinjauan Pariwisata
Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa pariwisata adalah: “Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerindah daerah”.Pariwisata juga dikatan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan orang dari suatu tempat ke tempat lain, untuk sementara waktu dengan maksud atau tujuan tidak untuk berusaha atau mencari nafkah ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, akan tetapi untuk menikmati perjalanan tersebut sebagai rekreasi atau untuk memenuhi kegiatan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan dan dilakukan perorangan maupun kelompok.
2.4 Tinjauan Potensi Wisata
Potensi wisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata yang terbagi potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia.
10 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem Bali. Dalam kecamatan Rendang sendiri terdapat 6 Desa yaitu Desa Pesaban, Desa Nongan, Desa Rendang, Desa Pempatan, Desa Menanga dan Desa Besakih.
Lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan karena memiliki potensi wisata spiritual yang belum dikembangkan dengan baik.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam jenis dan sumber data sebagai berikut :
3.2.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat diukur secara langsung dengan angka namun merupakan informasi. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa uraian maupun keterangan-keterangan hasil wawancara termasuk kajian pustaka dan dokumentasi.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka-angka yang akan disusun serta diinterpretasikan. Data kuantitatif dalam penelitian ini seperti jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Bali, jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karangasem, dan jumlah kunjungan wisatawan ke Besakih di Kecamatan Rendang, Karangasem Bali.
3.2.2 Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, seperti dibawah ini.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui observasi dan wawancara dari berbagai pihak seperti wawancara langsung dengan kepala
11 dan pegawai kantor kecamatan dan desa-desa di Kecamatan Rendang, dan masyarakat lokal di Kecamatan Rendang.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data berupa dokumen yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan seperti informasi-informasi dari buku pembanguanan Kabupaten Karangasem, buku monografi Kecamatan Rendang, data jumlah kunjungan wisatawan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian seperti observasi, wawancara, kuesioner, dan studi kepustakaan agar dapat memenuhi harapan sesuai tujuan penelitian.
1. Observasi
Observasi lapangan dengan datang langsung ke lokasi atau pengamatan secara langsung sehingga memungkinkan untuk melihat kegiatan di objek penelitian. Kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang telah terjadi sesuai keadaan sebenarnya. Hasil observasi disajikan dalam bentuk foto-foto pada lampiran.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara yaitu dengan bertanya mengenai informasi yang dibutuhkan didasarkan atas daftar pertanyaan dan hal-hal terkait diluar pertanyaan yang telah disusun. Wawancara ditujukan kepada kepala desa di kantor Desa Rendang, dan pegawaipekerjaannya membidangi Pariwisata, serta masyarakat lokal.
3. Kuesioner
Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang diberikan langsung kepada penduduk lokal dan wisatawan di Kecamatan Rendang untuk diisi baik terstruktur ataupun tidak, untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan mereka terhadap pengembangan daya tarik spiritual di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem. Adapun jumlah kuisioner yang disebarkan
12 sebanyak 50 kuisioner dimana pengisi dipilih secara accidental baik kepada wisatawan maupun masyarakat lokal.
4. Studi Kepustakaan
Studi pustaka berupa buku pembangunan Kabupaten Karangasem, buku monografi Kecamatan Rendang, data jumlah kunjungan wisatawan di Kecamatan Rendang dan akses website terkait.
5. Dokumentasi
3.4 Teknik Penentuan Informan
informan yang dipilih untuk memberikan keterangan adalah Informan pangkal yaitu Kepala Desa Pesaban, Desa Nongan, Desa Rendang, Desa Pempatan, Desa Menanga dan Desa Besakih. Sedangkan informan kunci adalah pegawai Kantor Camat Rendang, pegawai Kantor Desa Pesaban, Desa Nongan, Desa Rendang, Desa Pempatan, Desa Menanga dan Desa Besakih.
3.5 Teknik Penentuan Sampel 3.5.1 Teknik Purposive Sampling
Penentuan informan dilakukan melalui teknik purposive sampling yang ditujukan terhadap orang-orang tertentu. Orang-orang yang digunakan sebagai informan mempunyai sangkut paut dan terkait dengan permasalahan yang dibahas sehingga mampu dan berpotensi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Prosedur penentuan informan berdasarkan pada konteks kedalaman informasi yang digali dan diseleksi untuk melengkapi data penelitian.
3.5.2 Teknik Random Sampling
Penentuan informan dilakukan melalui teknik random sampling atau teknik acak yang di tunjukkan terhadap wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang sedang melakukan persembahyangan yang diambil secara acak. Agar penelitian ini bersifat representative, kunjungan wisatawan yaitu 86.939 per tahun dibagi 360 sehingga rata-rata kunjungan wisatawan per hari 241. Jumlah wisatawan ditentukan sebanyak 25 orang yaitu 10% dari rata-rata kunjungan wisatawan per hari. Karena terbatasnya waktu dan biaya, maka 25
13 orang sudah mewakili jumlah keseluruhan wisatawan yang berkunjung ke Pura Besakih.
3.5.3 Sampel dari Masyarakat Lokal
Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah masyarakat local yaitu pegawai puskesmas desa besakih 2 orang, pegawai kantor koperasi 4 orang, pengelola akomodasi 6 orang, pengelola retoran 5 orang, dan pengelola sarana lainnya 8 orang sehingga jumlah masyarakat lokal sebanyak 25 orang.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif
Teknik analisis data deskriptif kualitatif merupakan gambaran dari data yang disusun secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada.
Tujuan dari analisis ini adalah mengungkapkan fakta, fenomena, variabel, dan keadaan yang terjadi selama penelitian berlangsung dan menyuguhkan data apa adanya. Analisis ini dipergunakan menguraikan informasi untuk mengetahui dan memperoleh gambaran yang jelas dan objektif mengenai gambaran umum Kecamatan Rendang, potensi wisata spiritual, lingkungan fisik dan eksternal daya tarik wisata, dan strategi pengembangan daya tarik wisata spiritual. Data yang muncul dalam analisis ini lebih banyak berupa deskriptif yang diperkuat dengan keterangan yang mendukung kesimpulan penelitian.
3.6.2 Analisis SWOT
Analisis SWOT menurut Rangkuti (2015:20-19) adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun secara bersama dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.
Dengan demikian, perencanaan strategis harus menganalisis factor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada
14 saat ini. Hal tersebut disebut analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.
Strategi pengembangan dalam penelitian ini yang digunakan adalah analisis SWOT dengan langkah pertama menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada di lingkungan internal dan eksternal Pura Besakih. Kemudian disilangkan menjadi strategi kekuatan-peluang atau disebut matrik SWOT.
1) Strategi SO (Strenght-Opportunity)
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran yaitu dengan memanfaatkan keseluruhan kekuatan yang ada untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2) Strategi ST (Strenght-Threat)
Strategi ini menggunakan segala macam kekuatan yang dimiliki wilayah bersangkutan untuk mengatasi ancaman yang datang.
3) Strategi WO ( Weakness-Opportunity)
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatn peluang yang ada untuk meminimalisir kelemahan.
4) Strategi WT (Weakness-Threat)
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalisir kelemahan yang ada dan menghindari ancaman buruk yang terjadi.
3.6.3 Skala Likert
Skala Likert merupakan metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang. Skala likert merupakan analisis untuk mengukur persepsi seseorang tentang fenomena sosial (Sugiono:93,2012).
Penelitian ini menggunakan skala likert untuk mengukur persepsi masyarakat lokal dan wisatawan tentang pengembangan wisata spiritual Besakih. Pada penelitianini juga menggunakan metode skala likert yang menampilkan sejumlah pertanyaan atau pernyataaan untuk mengukur persepsi berdasarkan rata-rata jawaban, tetapi memiliki perbedaan yang cukup jelas. Setiap responden diminta
15 memberikan jawaban yang menunjukkan tingkatan sangat bagus, bagus, cukup, kurang bagus, sangat kurang bagus. Setiap jawaban masing-masing diberikan skor tertentu yaitu:
1 = Sangat kurang bagus atau sangat tdak baik 1 = Kurang bagus atau kurang baik
2 = Cukup
3 = Bagus atau baik
4 = Sangat bagus atau sangat baik
Penelitian ini menggunakan delapan buah pertanyaan yang diberikan skor dari angka satu sampai dengan lima dengan keterangan skor sesuai penjelasan diatas. Hasil dari persepsi wisatawan dan masyarakat lokal mengenai pengembangan wisatawa spiritual Besakih akan dijadikan acuan perumusan strategi pengembangan yang cocok dikembangkan di kawasan Besakih.
16 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Besakih
Besakih berasal dari kata Basuki yang berarti selamat dimana dari kata Basuki menjadi Basukih dan lanjut menjadi Besakih. Desa Besakih terletak di wilayah Kecematan Rendang Kabupaten Karangasem, dengan luas wilayah 21,23 Ha. Desa Besakih beriklim sub tropis, dengan curah hujan rata-rata 2000-3000 mm / tahun, dengan temperature antara 25 C-37 C. Adapun batas – batas wilayah Desa Besakih antara lain :
a. Sebelah Utara : Gunung Agung b. Sebelah Timur : Kecamatan
Selat
c. Sebelah Selatan : Desa Menanga
d. Sebelah Barat : Desa Pempatan Penduduk di Desa Besakih keseluruhannya berjumlah 6.967 orang pada tahun 2013. Jumlah ini meningkat sebanyak 220 orang dari tahun sebelumnya yang bertotalkan 6747 orang. Untuk memeperjelas jumlah penduduk di Desa Besakih dari tahun 2012-2013 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
NO INDIKATOR JUMLAH
Tahun 2012 Tahun 2013 1. 0-12 Bulan 55 Orang 52 Orang 2. > 1- < 5 Tahun 344 Orang 336 Orang 3. > 5 - < 7 Tahun 705 Orang 761 Orang 4. > 7 - < 15
Tahun 805 Orang 874 Orang
5. > 15 – 56
Tahun 3.808 Orang 3.839 Orang 6. > 56 Tahun 1.030 Orang 1.105 Orang
Sumber : Kantor Desa Besakih, 2014
Jumlah penduduk berdasarkan umur pada tahun 2012 mengalami peningkatan di tahun 2013, kecuali penduduk yang berumur 0-12 bulan itu
17 mengalami penurunan dari tahun 2012 yang berjumlah 55 orang dan pada tahun 2013 berjumlah 52 orang. Pemerintah Kabupaten Karangasem memberikan segala prioritas terhadap peningkatan dibidang pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinan didalam menuju Karangasem yang “JAGAT HITA YA CA ITI DHARMA”.Adapun jumlah sekolah di Desa Besakih dapat terlihat pada tabel 4.2 berikut..
Tabel 4.2 Sarana Pendidikan Formal No Nama
Pendidikan Jumlah Jumlah Siswa
Jumlah Guru
1 TK 1 buah 56 orang 5 orang
2 SD 6 buah 802 orang 53 orang
3 SLTP satu atap 1 buah 76 orang 16 orang Sumber : Kantor Perbekel Desa Besakih, 2014
Sarana pendidikan formal yang ada di Desa Besakih yaitu TK, SD, dan SLTP. Hanya ada 1 buah TK di Desa Besakih yaitu dengan jumlah siswa 56 orang dan jumlah guru 5 orang. Di desa besakih terdapat 6 buah SD dengan jumlah siswa 802 orang dan jumlah guru 53 orang. Kemudian SLTP ada 1 buah dengan jumlah siswa 76 orang dan 16 orang guru. Dari data tingkat perkembangan pendidikan di Desa Besakih dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan di Desa Besakih sudah baik, karena penduduk yang berusia 15 tahun ke atas tidak ada yang menderita buta huruf.
Kesehatan di Desa Besakih sudah cukup baik. Terdapat beberapa bentuk kegiatan berkaitan dengan peningkatan kesehatan diantaranya Gerakan Sayang Ibu-B (GSI-B), Posyandu, kelompok PHBS ( Prilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan kelompok lingkungan bersih dan sehat.Setiap rumah tangga yang ada di Desa Besakih sudah semua mendapatkan air bersih. Namun untuk rumah tangga yang tidak mempunyai jamban masih banyak.
Begitu pula dengan kondisi ekonomi, Ekonomi masyarakat di Desa Besakih sudah cukup baik sumber pendapatan masyarakat yang meningkat dari tahun 2012 ke 2013. Kecuali pendapatan pada perkebunan yang menurun dari 499.634.800 pada tahun 2012 menjadi 417.956.000 pada tahun 2013. Untuk menjaga
18 keamanan dan ketertiban wujud kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga keamanan antara lain adanya Linmas dan 40 orang Pecalang, dibangun Poskambling sebanyak 11 buah,Pos Kepolisian Besakih, Babin Kantibmas dan Babinsa.
Sedangkan partisipasi masyarakat dalam rangka merencanakan dan melaksanakan pembangunan di Desa Besakih masyarakat ikut dalam lembaga – lembaga seperti LPM, PKK, dan Karang Taruna, membudayakan kegiatan gotong royong, dan Musrenbang.
4.2 Potensi Wisata Spiritual Besakih
Potensi fisik yang dimiliki oleh kawasan Besakih adalah tempat suci (Pura).
Pura tersebut dikenal dengan nama Pura Besakih. Pura besakih merupakan pura terbesar umat Hindu di Bali. Pada pura ini terdapat 18 Pelebahan dan satu komplek Pedarman. Sealin itu sasanan Budaya juga Jabe Sisi oleh masyarakat Bali. Sasana Budaya ini memiliki luas sekitar 50 ha dengan panorama alam yang masih asri biasanya digunakan untuk menampilkan sendra tari dan gambelan untuk upacara-upacara tertentu sekaligus sebagai hiburan.
Potensi Non-Fisik spiritual di Besakih adalah ibadah sehari-hari seperti Membanten saat siang hari dan sore hari di kawasan Pura Besakih, upacara keagamaan seperti Betare Turun Kabeh, Panca Bali Krama, Eke Dase Ludre, Taur Eka Buana, dan Piodalan, serta Ceramah Agama (Darmawacana)
4.3 Lingkungan Internal dan Ekstenal Kawasan Besakih 1. Kekuatan (Strenghts)
a) Image yang baik, Kawasan besakih memiliki pura besakih tidak lain adalah pura terbesar umat Hindu di dunia dan Bali. Pura ini telah tersohor dilangan wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Reputasinya sudah tidak diragukan lagi karena memang pura ini digunakan sebagai tempat ibadah terunik di Bali yang terletak di kaki Gunung Agung. Hal inilah yang menarik wisatawan datang berkunjung ke kawasan Pura Besakih.
19 b) Letak Geografis, Selain dikenal sebagai pura yang besar, kawasan Besakih menawarkan panorama yang menarik berupa hutan dan pegunungan. Pura Besakih juga menawarkan suasana yang sejuk, damai dan menenangkan keseharaiannya. sehingga aspek pharyangan sangat melekat di Pura Besakih ini. Area ini biasa dijadikan kegiatan trecking dan climbling oleh beberapa wisatawan yang ingin menguji keangunan alam kawasan Besakih dan telah mendapatkan izin terlebih dahulu. Hal tersebut mendukung daya Tarik wisata spiritual besakih. Kawasan besakih terletak di kaki Gunung Agung. Lokasinya yan unik ketimbang pura lainnya inilah yang menarik pengunjung terbanyak.
c) Kebersihan Kawasan Pura, Kebersihan merupakan aspek terpenting dalam daya tarik wisata. Lingkungan yang bersih akan menghasilkan suasana yang nyaman bagi siapaun yang mengunjungi kawasan tertentu. Kawasan Besakih dari segi kebersihan sudah baik untuk kesehariannya. Sampah-sampah yang terdapat di kawasan besakih diangkut setiap harinya oleh DKP dan didistribusikan di TPA. Sehingga setiap sampah dari hasil proses ibadah, upacara, dan sampah wisatawan terakumulasi dengan baik dan tidak memperlihatkan lingkungan yang kotor. Sedangkan untuk sampah yang bersumber dari kegiatan rumah tangga, masyarakat juga telah sadar akan kebersihan lingkungan. Umumnya mereka membuang sampah organik dibuang ke ladang yang kosong untuk dibiarkan dan dijadikan pupuk. Sedangkan sampah anorganik seperti plastik dibakar.
d) Organisasi Pariwisata, Kunjungan yang banyak ke Pura Besakih menyadarkan mayarakat untuk turut serta membangunan besakih menjadi destinasi wisata bukan hanya terkenal sebagai daya tarik semata. Oleh karenanya, beberapa masyarakt telah membentuk kelompok-kelompok kecil untuk pengingkatan atraksi wisata di Besakih. Kelompok kecil itu antara lain Sanggar Tari, Gambelan, Penyewa Ojek, Penyewa Sarung dan Pakaian, serta Organisasi Pramuwisata.
e) Keamanan yang Memadai, Dari segi keamanan kawasana Besakih memang sudah aman. Banyaknya aparat yang menjaga kawasan Pura Besakih sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan kegiatan kriminalitas. Petugas keamanan tidak
20 hanya berasal dari pihak kepolisian, namun berasal dari pecalang yang dikekola oleh banjar adat.
f) Aksesibilitas yang Sudah Baik, Kondisi aksesibilitas yang diamati adalah jalanan menuju kawasan Besakih. Jalan-jalan memang sudah cukup baik.
Jalanan menuju besakih semuanya telah di hotmik dengan aspal. Memang terdapat beberapa kondisi jalan yang tidak mulus seperti jalur Desa pempatan menuju Pura Besakih, dimana jalannya bergelombang. Sedangkan dari akses jalan ldari jalur lainnya sudah baik. Jika dilihat dari jaringan komunikasi, juga sudah cukup baik. Telah terdapat jaringan saluran telepon selular. Memang jaringan telepon umum belum merambah sampai ke Kecamatan Rendang termasuk kawasan besakih. Untuk jaringan internet disini sangat minim. Hal ini sesuai penegasan dari kepala Desa Pempatan, bahwa masyarakat kurang bersahabat dengan internet dikarenakan kurangnya pengenalan akan internet disini.
g) Ketersediaan Sarana Akomodasi dan Restoran, Sarana seperti akomodasi dan restoran memang telah terdapat di Kecamatan Rendang. Sarana akomodasi dan restoran sesuai dengan peraturan pemerintah provinsi tidak membolehkan berkembangnya sarana tersebut dalam jarak 5 km dari Pura Agung Besakih.
Hal inilah yag menyebabkan tidak boleh dibangunannya sarana akomodasi dan restoran di Desa Besakih. Adanya ketentuan dalam peraturan tersebut maka desa-desa lain yang memsupport fasilitas sarana akomodasi dan restoran untuk wisatawan dari Pura Besakih tersebut.
2. Kelemahan (Weakness)
a) Tempat Parkir Saling Terpisah, Tempat parkir di kawasan Besakih masih menjadi suatu kendala karena area parkir sempit dan terbagi-bagi, sehingga membuat kemacetan jalan untuk menuju Pura Besakih selain itu harga dari parkir juga relatif mahal.
b) Manajemen Organisasi yang Belum Baik, Belum adanya suatu manajemen organisasi yang baik sehingga membuat kinerja masyarakat tidak berjalan dengan baik dan dimanfaatkan oleh pramuwista. Pramuwisata semena-mena
21 melakukan pemerasan terhadap wisatawan asing sehingga hal itu menyebabkan image dari pura besakih di pandang kurang baik.
c) Penanganan Sampah yang Masih Kurang, Sudah adanya petugas DKP yang membersihkan lingkungan di area Pura Besakih. Ditinjau dari segi kesehariannya sampah yang ada masih bisa di tangani, karena sampah yang ada sedikit sehingga mudah untuk di buang ke tempat pembuangan akhir. Namun pada saat hari raya besar agama Hindu di Pura Besakih sampah mulai menumpuk karena tidak di distribusikan ke tempat pembuangan akhir.
d) Pedagang yang Tidak Tertib, Keberadaan pedagang kaki lima di area pura Besakih membuat kenyamanan orang terganggu. Diantara mereka ada yang memaksa pengunjung untuk membeli. Hal ini membuat resah pengunjung.
Area yang digunakan untuk berjualan adalah sepanjang nista mandala Pura Besakih. Seharusnya area tersebut bersih dari bentuk aktivitas. Hal ini membuat pemandangan pura Besakih menjadi terlihat kurang menarik.
e) Sikap Pramuwisata yang Tidak Etis, Bagi wisatawan yang berkunjung ke pura Besakih haruslah menggunakan guide lokal, tidak boleh adanya guide diluar itu. Guide tersebut meliputi gudie yang berasal dari Provinsi, Kabupaten, Kecamatan Bali, dan dari Desa Besakih sendiri. Namun kenyataannya hal ini menuai masalah bagi para wisatawan. Sikap pramuwisata yang tidak sesuai membuat wisatawan merasa dirugikan. Pertama sikapnya yang meminta uang lebih kepada wisatawan diluar paket tour yang dibayarnya. Kedua adalah membimbing wisatawan tidak sesuai dengan harapan. Meskipun tidak semua pramuwisata melakukan hal tersebut namun keadaan ini telah tersebar dan mencoreng nama baik pramuwisata di Pura Besakih
f) Berkembangnya Penginapan Ilegal, Sesuai dengan diberlakukannya kebijakan oleh pemerintah Provinsi Bali bahwa jarak 5 km dari pura tidak boleh dibangun penginapan. Hal ini dilanggar oleh masyarakat lokal terutama di Desa Besakih yang memanfaatkan rumah pribadinya untuk disewakan kepada tamu yang ingin menginap. Hal ini setidaknya maresahkan daerah diluar kawasan 5 km dari pura besakih yang tersedianya penginapan. Sehingga terjadi ketidaklarasan di desa lain dengan Desa Besakih.
22 g) Kesadaran Masyarakat Lokal yang Kurang Akan Pariwisata, Masyarakat di kawasan sekitaran Pura Besakih yang berpotensi dikembangkan menjadi wisata spiritual masih kurang memahami tentang pariwisata. Beberapa masyarakat melalui pengisisan kuisioner tidak mendukung bahwa kawasan Pura besakih dijadikan tempat wisata karena Pura merupkan tempat Ibadah. Selain itu sikap masyarakat juga masih kurang ramah terhadap wisatawan yang datang.
Terkadang diantara mereka ada yang menipu harga jual barang dengan menambah harga jauh diatas rata-rata. Beberapa diantaranya juga tidak peduli dengan keberlangsungan wisata di kawasan Besakih.
3. Peluang (Opportunity)
a) Pengembangan Wisata Spiritual, Peluang dari wisata spiritual Besakih sangat besar bahkan pemerintah sudah mau ikut berperan namun masyarakatnya yang masih kurang bisa diajak bekerjasama untuk membangun kegiatan pariwisata.
Dikarenakan kuangya kesadaran masyarakat akan peluang keuntungan dari sector pariwisata.
b) Pengelolaan Organisasi Pariwisata, Sebagaimana bentuk organisasi-organisasi kecil pariwisata yang telah disebutkan dalam aspek kekuatan, hal ini sangat berpeluang besar untuk dikembangkan menajdi lebih baik. Menginat organisasi yang telah ada namun belum berisin itu memang memiliki program kerja untuk membantu para pengunjung saat beribadah ataupun saat berwisata
4. Ancaman (Threat)
a) Adanya Pesaing, Untuk pesaing dari potensi wisata dari Pura Besakih ini sendiri yaitu seperti Pura Batur yang sama-sama menawarkan potensi wisata spiritual dan panorama gunung akan tetapi Pura Besakih lebih diunggulkan lantaran menjadi pura terbesar di dunia. Selain itu juga terdapat pura Tanah Lot yang memiliki keunikan tersendiri yang sudah dikenal didunia dan menjadi salah satu daya tarik wisata dan memiliki lokasi yang lebih baik dari Besakih yaitu di Tabanan yang notabene lebih dekat dengan Provinsi Badung atau daerah dengan kunjungan wisatawan terbanyak di Bali.
23 b) Adanya Aksi Teror, Berbagai isu negatif telah tersebar tentang adanya aksi terror yang akan dilakukan di Pura Besakih. Hal ini mengancam kenyamanan para jemaah yang ingin beribadah maupun wisatawan yang datang. Akibat hal ini kunjungan wisatawan ke Pura Besakih juga semakin berkurang.
c) Isu Pemerasan, Isu ini sedang menjadi tending topic di kawasan daya tarik wisata Besakih. Isu pemerasan ini muncul dikarena sikap tidak etis pramuwisata yang membimbing para wisatawan menuju Pura Besakih. Adanya aksi meminta bayaran lebih untuk bisa mengantar wisatawan sampai ke tujuan wisata adalah bentuk pemerasan yang dilakukan pihak pramuwisata.
d) Kebijakan Pemerintah, Kebijakan pemerintah provinsi saat ini sedang membatasi perkembangan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata.
Salah satunya adalah aspek amenities yakni berkaitan dengan ketersediaannya sarana penginapan yang memadai untuk wisatawan ataupun pengunjung yang ingin beribadah. Izin untuk pembukaan tempat penginapan belum bisa dilaksanakan secara bebas di kawasan sekitaran Pura Besakih atau di Desa Besakih. Dengan adanya kebijakan pembatasan tersebut membuat wisatawan tidak bisa lama tinggal dilokasi wisata karena akan mendapatkan fasilitas yang tidak sesuai harapan sedangkan jarak tempuh menuju kota lumayan jauh dari kawasan Besakih.
e) Teknologi Informasi, Ketersediaan akses internet di Kecamatan Rendang termasuk kawasan daya tarik wisata Besakih menjadi ancaman yang harus diperhatikan. Masyarakat yang belum bersahabat dengan internet juga menjadi kendala utama penyebaran. Ketertinggalannya akses internet disini menyebabkan penyebaran informasi dan promosi manjadi terhambat. Bagi setiap orang yang ingin beriwisata ke tempat tersebut tidak bisa menerima informasi yang teraktual atas kondisi dan situasi tempat wisata.
4.4 Strategi Pengembangan Potensi Wisata Spiritual Besakih
Potensi dan kondisi lingkungan internal dan eskternal yang terdapat di Desa Besakih dan sekitarannya dikombinasikan menjadi dasar untuk analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Hasil analisis SWOT merupakan
24 strategi dalam pengembangan kawasan Besakih sebagai daerah tujuan wisata spiritual. Adapun strategi tersebut dapat dijelaskan melalui table berikut.
Tabel 4.3 Matrik Analisis SWOT Strategi Pengembangan Potensi Wisata Spiritual Besakih
IFAS
EFAS
Kekuatan :
1. Image yang baik
2. Letak Geografis yang strategis
3. Kebersihan Kawasan Pura
4. Organisasi Pariwisata 5. Keamanan yang
Memadai
6. Aksesibilitas yang Sudah Cukup Baik 7. Ketersediaan Sarana
Akomodasi dan
Restoran
Kelemahan :
1. Tempat Parkir Saling Terpisah
2. Manajemen Organisasi yang Belum Baik 3. Penanganan Sampah
yang Masih Kurang 4. Pedagang yang Tidak
Tertib
5. Sikap Pramuwisata yang Tidak Etis
6. Berkembangnya Penginapan Ilegal 7. Kesadaran Masyarakat
Lokal yang Kurang Akan Pariwisata
Peluang :
1. Pengembangan Wisata spiritual 2. Pengelolaan
Organisasi Pariwisata
Strategi SO :
1. Perlu dibuatkannya badan pengelola organisasi pariwisata.
2. Akses jalan lebih diperlebar dan diperbaiki
3. Ketersediaan papan penunjuk perlu diperbanyak.
4. Aparat keamanan perlu
Strategi WO :
1. Zonafikasi tempat parkir yang sesuai 2. Dipertegaskan
struktural, tugas, wewenang,
tanggjungjawab, dan hubungan horizontal- vertikal organisasi pada badan pengelola organisasi pariwisata
25
ditambah dan
diberdayakan sesuai kondisi.
5. Dibuatkannya website terkait promosi kawasan wisata spiritual Besakih.
6. Pembuatan paket wisata ke kawasan Wisata Besakih diperbanyak.
7. Penambahan atraksi wisata
3. Pembinaan dan pelatihan kepada pramuwisata secara berkala.
4. Pengenalan dan pembinaan tentang kepariwisatan kepada masyarakat lokal secara intensif
Ancaman :
1. Adanya Pesaing 2. Adanya Aksi Teror 3. Isu Pemerasan 4. Kebijakan
Pemerintah 5. Teknologi
Informasi
Strategi ST
1. Perbaikan atas fasilitas, dan penambahan atraksi wisata spiritual 2. Penambahan aparat
keamanan yang
bekerjasama dengan pihak provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa
3. Dibuatkannya dasar
hukum yang
mempertegas
zonafikasi area atraksi
wisata, badan
pengelolaan pariwisata, dan keberadaan fasilitas akomodasi
Strategi WT
1. Perbaikan dan penambahan fasilitas kebersihan dan tenaga kebersihan
2. Pembuatan organisasi kebersihan khusus saat upacara keagamaan berlangsung
3. Pembinaan, pengajaran, dan pembentukan badan pengelola masyarakat untuk membuat atraksi wisata yang menarik.
4. Adanya kebijakan dan mempertegas
zonafikasi pedagang di
26 restoran.
4. Jaringan internet
diperluas dan
masyarakat
diperkenalkan dan
dibina dalam
pemanfaatan internet untuk keberlangsungan pariwisata.
area Pura Besakih.
5. Dibuatkannya
kebijakan tentang badan pengelola organisasi pariwisata, dan pramuwisata, serta fasilitas akomodasi dan restoran.
6. Pemberdayaan dan pembinaan secara berkala masyarakat lokal dalam penyediaan keamanan berwisata di kawasan Besakih.
7. Pemberdayaan dan pembinaan masyarakat lokal untuk membuat suatu produk khas Besakih yang ditujukan kepada wisatawan.
8. Pembinaan
pemanfaatan IT kepada masyarakat untuk promosi kawasan wisata.
Sumber : Hasil penelitian (2017)
Strategi pengembangan pariwisata dalam hal ini yakni potensi wisata spiritual Besakih harus memperhatikan isu-isu strategis dalam pengembangannya.
Tidak hanya mengembangkan saja namun harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan serta manfaat yang didapat dari kegiatan wisata. Adapun isu- isu strategis yang perlu diperhatikan adalah:
27 1. Destinasi Wisata
1) Akses jalan diperlebar dan dibenahi ketersediaan papan penunjuk jalan
Kondisi yang dialami kawasan sekitaran wisata besakih adalah jalan-jalan yang sudah baik namun belum terlalu besar dan lebar. Kunjungan ke kawasan Besakih saat upacara keagamaan meningkat pesat ketimbang hari hari biasa. Oleh karena itu untuk menghindari kemacetan panjang, distibusi sampah pasca ibadah tidak mengalami hambatan maka perlu dilakukan perlebaran jalan. Tidak hanya itu saja, rambu atau papan nama yang menunjukkan arah tujuan juga diperbanyak agar wisatawan yang pergi secara individu tidak tersesat menuju lokasi kawasan wisata Besakih. Ketersediaan penerangan dimalam hari juga harus ditambah untuk menghindari hal yang tidak diinginkan karena kondisi dimalam hari jauh lebih gelap. Faktor kekurangan cahaya juga dipengaruhi oleh masih asri dan rindangnya pepohonan di kawasan Besakih. Startegi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi SO.
2) Zonafikasi Tempat Parkir
Saat ini tempat parkir area wisata besakih terpisah-pisah jauh yang membingungkan pengunjung menuju lokasi wisata spiritual. Dipertegasnya zonafikasi tempat parkir diharapkan membantu wisatawan agar tidak khawatir dan bingung akan jarak yang terlalu jauh menuju area wisata Besakih. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi WO.
3) Penambahan dan Zonafikasi Atraksi Wisata Spiritual
Saat ini organisasi yang bergerak dibidang pariwisata telah banyak berkembang di kawasan sekitaran Besakih. Contohnya seperti sanggat tari, ada bagusnya apabila hal itu diberdayakan dalam sebuah pementasan kepada wisatawan supaya tidak bosan hanya disuguhi dengan atraksi fisik pura semata.
Selain itu kawasan besakih memiliki pemandangan gunung, hutan, dan udara yang asri, pengembangan atraksi yoga sangat cocok dkembangkan. Mengingat kawasan ini memiliki nuansa yang damai dan menenangkan. Trecking dan climbing juga cocok dikembangkan sebagai atraksi wisata di kawsan Besakih bagi wisatwan penyuka adventure. Semua hal ini untuk menghindari rasa kebosana akan atraksi yang telah umum dilakukan. Perlu ditambhakan akan zonafikasi tempat
28 peribadatan dengan lokasi atraksi wisata. Misalnya kegiatan wisata dilaksanakan di sasana budaya Pura Besakih. Strategi ini diekmukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi SO dan ST.
4) Perbaikan dan Penambahan Fasilitas Kebersihan serta Tenaga Kebersihan Saat upacara keagamaan distribusi sampah menjadi terhambat oleh karena itu perlu di tambahnya fasilitas kebersihan seperti tempat sampah dan menyediakan organisasi tenaga kebersihan sukarela untuk membantu penangan sampah pasca ibadah. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi SO dan WT.
2. Industri Pariwisata
1) Mempertegas Zonafikasi Pedangang Kaki Lima di Area Pura Besakih
Keberadaan pedagang kaki lima dikawasan Pura besakih memberikan pemandagan yang tidak bagus kepada pengunjung. Asap dari kegiatan jualan, sampah, dan kepadatan area Pura memberikan nuansa ramai dan tidak tenang.
Beberapa pedagang terkadang memaksa pengunjung untuk membeli barang dagangan. Oleh karena itu pembentukan zonafikasi perlu dilakukan dan sebisa mungkin diluar area pura yang bersifat sakral itu. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi WT.
2) Pembentukan Badan Pengelola Organisasi Pramuwisata
Jumlah pramuwisata lokal untuk kawasan Besakih telah banyak. Namun belum terdapat badan yang mengelola organisasi bersangkutan sehingga sifatnya ilegal. Perlu dibuatkannya badan pengelolaan yang bersifat legal untuk mengurus masalah pramuwisata lokal ini supaya diberdayakan secara sesuai demi kesejahteraan masyarakat lokal. Sehingga meminimalisir terjadinya hal-hal negatif sebagaimana isu negatif tentang pramu wisata yang tersebar di Bali.
Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi SO dan WT.
3) Perubahan Kebijakan Mengenai Zonafikasi fasilitas Akomodasi dan Restoran.
Kebijakan pemerintah Provinsi Bali yang membatasi perkembangan sarana akomodasi dan restoran di kawasan Besakih memberikan dampak yang kurang
29 baik bagi masyarakat. Kunjungan wisatawan saat upacara keagamaan melunjak tajam dan sebagian besar masyarakat butuh tempat istirahat sementara dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari kawasan Pura Besakih. Permintaan yang tinngi itu bila dimanfaatkan akan meberikan kontribusi secara ekonomis bagi masyarakat. Namun pembatasan peraturan menyebabkan tidak berkembangnya sarana akomodasi. Dalam hal ini perlu atas perizinan pembukaan sarana akomosdasi yakni berupa homestay yang berasal dari penyewaan kamar-kamar setiap rumah masyarakat. Agar keuntungan ekonomi bisa didapatkan masyarakat sekitar juga dan wisatawan tidak perlu terlalu jauh menginap. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi WT.
3. Pemasaran Produk Wisata (Marketing)
1) Jaringan Internet Diperluas dan Pembinaan Pemanfaatan IT Kepada Masyarakat Untuk Promosi Wisata
Dari lingkungan internal dan ekstenal telah diketahui bahwa masyarakat kurang akrab dengan internet. Hanya segelintir yang melek teknologi dan internet.
Hal ini sungguh disayangkan. Perluasan jaringan internet harus dilakukan demi kenyamanan akses komunikasi dan promosi. Kemudian masyarakat diajarkan dan dibina secara berkala pemanfaatn internet sebagai media promosi wisata. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi ST.
2) Dibuatkannya Web-site dan Paket Wisata Terkait Promosi Kawasan Wisata Kecamatan Rendang (Wisata Spiritual Besakih)
Sampai saat ini promosi wisata di Kecamatan Rendang termasuk Besakih masih mengandalkan pihak travel agent. Suatu wilayahpun perlu kemadirian agar bisa mempromosikan daya tarik yang dimilikinya. Minimal dibuatkanlah website atau blogger terkait pariwisata Rendang termasuk Besakih. Pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah sebagai langkah awal. Untuk pembuatan paket, tindakan yang dilakukan adalah memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada masyarakat lokal untuk membuat paket wisata yang menarik. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi SO.
30 4. Kelembagaan Pariwisata
1) Pembentukan, Pengajaran, Pelatihan dan Pembinaan Organisasi Pariwisata dan Masyarakat Lokal.
Saat ini terdapat beberapa organisasi kecil di kawasan Besakih yang belum memiliki badan pengelolaan yang mengatur aktivitas kegiatannya diantaranya Sanggar Tari dan Gambelan, Penyewa Ojek, Penyewa Sarung dan Pakaian, dan Organisasi Pramuwisata. Dalam hal pementasan pertunjukan atraksi wisata perlu diberikan izin penyelenggara. Masyarakat yang terlibat diberikan pengajaran, pelatihan, dan pembinaan secara berkala berkaitan dengan atraksi wisata sendra tari dan gamelan, penyewa ojek, penyewa sarung dan pakaian untuk wisatawan, dan pramuwisata. Pembinaan dilaksanakan secara berkala. Masyakat juga perlu diberdayakan dalam hal kemananan dan kebersihan lingkungan. Perlu dibuatkannya organisasi yang bersifat musimam untuk menangani masalah tersebut. Organisasi tersebut akan diberdayakan saat upacara keagamaan. Selain itu diajarkan untuk membuat produk khas sebagai cindera mata atau oleh-oleh kepada wisatawan. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi WO.
2) Dipertegaskan Struktural, Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab, dan Hubungan Horizontal-Vertikal Organisasi Pada Badan Pengelola Organisasi Pariwisata.
Perlunya mempertegas strukturalisasi keanggaotaan agar mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung jawab anggota. Mempertegas tugas, wewenang, dan tanggung jwab agar anggota dapat melaksanakan kinerjanya dengan baik sesuai job descripiton dan job specification. Sedangkan mempertegas hubungan horizontal-vertikal memiliki maksud agar adanya hubungan harmonis antara anggota organisasi. Strategi ini dikemukakan dalam matriks SWOT sebagai strategi WO.
31 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab IV, adapun simpulan yang dapat diambil dari penelitian iniadalah sebagai berikut.
1. Potensi wisata spiritual besakih dikategorikan menjadi dua yaitu potensi wisata fisik berupa pura dan sasana budaya sebagai tempat pertunjukan tari dan gamelan. Sedangkan potensi wisata spiritual non-fisik Besakih berupa ibadah sehari-hari (Membanten), upacara keagamaan, dan ceramah agama (Darmawacana).
2. Lingkungan Internal wisata spiritual Besakih meliputi aspek kekuatan dan kelemahan. Aspek kekuatannya berupa, citra yang baik, letak geografis yang sesuai, kebersihan kawasan pura terjaga, terdapat organisasi pariwisata, petugas keamanan yang memadai, aksesibilitas yang sudah baik, dan ketersediaan sarana akomodasi dan restoran. Untuk aspek kelemahannya berupa tempat parkir yang terpisah-pisah, belum ada manajemen organisasi pariwisata, penanganan sampah yang masih kurang saat upacara agama, pedagang yang tidak tertib, sikap pramuwisata yang tidak etis , berkembangnya penginapan illegal, kesadaran masyarakat lokal yang kurang akan pariwisata.
Sedangkan lingkungan eksternal wisata spiritual Besakih meliputi aspek peluang dan ancaman. Aspek peluangnya adalah pengembangan wisata spiritual, dan pengelolaan organisasi pariwisata. Aspek ancamannya berupa adanya pesaing, adanya aksi terror, beredarnya isu pemerasan, pengaruh kebijakan pemerintah, dan pengaruh teknologi informasi.
3. Strategi yang digunakan untuk pengembangan wisata spiritual besakih adalah matrik SWOT yakni persilangan antara aspek kelebihan dengan peluang atau strategi SO, antara aspek kelebihan dengan ancaman atau strategi ST, antara aspek kelemahan dengan peluang atau strategi WO, dan antara aspek kelemahan dengan ancaman atau atrategi WT. Hasil strategi tersebut di
32 rangkum disesuaikan dengan 4 isu strategis pariwisata, diantaranya. Aspek Destinasi wisata, strategi yang dikembangkan adalah akses jalan diperlebar dan dibenahi ketersediaan papan penunjuk jalan, zonafikasi tempat parkir, penambahan dan zonafikasi atraksi wisata spiritual, perbaikan dan penambahan fasilitas kebersihan serta tenaga kebersihan. Aspek industri pariwisata, strategi yang dikembangkan adalah, mempertegas zonafikasi pedangang kaki lima di area pura besakih, pembentukan badan pengelola organisasi pramuwisata, dan perubahan kebijakan mengenai zonafikasi fasilitas akomodasi dan restoran.
Aspek pemasaran produk wisata, strategi yang dicanangkan adalah jaringan internet diperluas dan pembinaan pemanfaatan IT kepada masyarakat untuk promosi wisata, dibuatkannya web-site dan paket wisata terkait promosi kawasan wisata kecamatan rendang (wisata spiritual besakih). Sedangkan aspek kelembagaan, strategi yang dicanangkan berupa pembentukan, pengajaran, pelatihan dan pembinaan organisasi pariwisata dan masyarakat lokal, dipertegaskan struktural, tugas, wewenang, tanggung jawab, dan hubungan horizontal-vertikal organisasi pada badan pengelola organisasi pariwisata
5.2 Saran
Sejumlah hal-hal yang disarankan pada penelitian ini ditujukan kepada stakeholders pariwisata yaitu pemerintah, pihak swasta atau investor dan masyarakat lokal. Saran yang dapat diberikan adalah
1. Pemerintah diharapkan lebih memberikan perhatian lebih kepada masyarakat dalam hal pengenalan pariwisata secara intensif. Hal ini akan mendorong masyarakat berkembang menjadi insan pariwisata yang etis. Selain itu perlunya kerjasama antara pemerintah dengan investor dalam pengembangan sarana dan prasarana pariwisata. Permasalah batasan kebijakan atau hukum yang membatasi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata perlu ditindak lajuti guna mengoptimalkan aspek amenitis pariwisata. Izin atas pembentukan dan mempertegas organisasi perlu dilakukan agar organisasi pariwisata berjalan sesuai harapan.
33 2. Pihak swasta dan investor diharapkan mampu bekerjasama dengan pemerintah daerah dan masyarakat lokal dalam pengembangan fasilitas pariwisata. Hal tersebut selain meberikan keuntungan secara ekonomi dan sosial perusahaan dan masyarakat juga membantu pemenuhan kebutuhan wisatawan. Namun perlu diperhatikan masalah ketertiban dan berwawasan lingkungan.
3. Masyarakat lokal diharapkan dapat berpastisipasi secara nyata dalam pengelolaan kegiatan wisata di Besakih. Jangan acuh tak acuh akan potensi yang dimiliki. Tunjukan sikap yang baik bagi para wisatawan supaya memberikan kesan yang baik.
34 REFERENSI
Agustini, Ni Wayan Ria, Ni Komang Rika Dwiastari, Ni Luh Putu Yuliani, Ni Kadek Septiyanti, Ni Kadek Sri Mirayani, Dyah Ayu Tania, Jenni Melisa Nelsi Mamora, A.A. Made Agung Herry Wibhisana, I Putu Suyasa Putra, Jihan Tenia Mirandi Rabbah. 2013. Potensi Wisata Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem,Bali. Denpasar : Program Studi D4 Pariwisata.
Ariasa, Putu. 2008. Strategi Pengembangan Bali Treetop Adventure Park Sebagai Obyek Dan Daya Tarik Pariwisata Alternatif Di Kebun Raya Eka Karya Bedugul.Denpasar : Program Studi Pariwisata.
Debriyanto, Yogi Krisna. 2011. Strategi Pengembangan Potensi Pulau Gili Ketanag Sebagai Daya Tarik Wisata Kabupaten Probolonggo Provinsi jawa Timur. Denpasar : Program Studi Pariwisata.
Koordinator Statistik Kecamatan Rendang. 2014. Katalog BPS Kecamatan Rendang Dalam Angka 2014. Bali : BPS Kabupaten Karangasem.
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta Pemerintah Kabupaten Karangasem. 2014. Karangasem Membangun Tahun 2014.
Bali : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Karangasem.
Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media
Putra, AA. Gede Yuniartha. 2014. Bali Tourism Statistic 2014. Bali : Dinas Pariwisata Provinsi Bali Press.
Rangkuti, Freddy. 2015. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta : Kompas Gramedia.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Metode R&D.Bandung : Alfabeta.
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasi di Indonesia. Yogyakarta : GAVA MEDIA
Suwantoro, Gamal. 1994. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : ANDI
Suwena, I Ketut dan Widyadmaja. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Denpasar : Udayana University Press.
Yakarimilena, Ronald Martin. 2008. Strategi Pengembangan Danau Sentani Sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Di Kabupaten Jayapura Papua.
Denpasar : Program Studi Pariwisata.
Youti, Oka A. 1983. Ilmu Pengatar Pariwisata. Bandung : Angkasa.
Bagus, Denny. 2011. “Konsep strategi : definisi, perumusan, tingkatan dan jenis strategi”. http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/08/konsep-strategi-definisi- perumusan.html. Diakses tanggal 3 April 2016
35 Kho, Dickson. 2015. Pengertian dan Contoh Analisis SWOT.
http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/.
Diakses anggal 4 April 2016
Setiawan, I Ketut. 2011. Dampak Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Pemanfaatan Pura Tirta Empul sebagai Daya Tarik Wisata Budaya.
http://lppm.unud.ac.id/wp-content/uploads/Dampak-Sosial-Ekonomi-dan- Sosial-Budaya-...-oleh-I-Kt.-Setiawan.pdf. Diunduh tanggal 25 Maret 2016.
Setiawan, Nugraha. 2007. Penentuan ukuran sampel memakai rumus slovin dan tabel krejcie-morgan: Telaah konsep dan aplikasinya.
https://onedrive.live.com/view.aspx?cid=ddf01764903cca0c&id=documents
&resid=DDF01764903CCA0C!857&app=WordPdf&authkey=!&. Diunduh tanggal 3 April 2016.
Wisnawa, I Made Bayu .2011.Potensi Wisata Banjar Mendek Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kecamatan Selemadeg, Tabanan, Bali.
http://jurnal.triatmajaya.ac.id/index.php/PnPII/article/view/27. Diakses tanggal 5 April 2016.