Sry Juliansi, 2022 “Strategi Pengembangan Kawasan Sarana Wisata Ollon di Kabupaten Tana Toraja (Studi Kasus : Lembang Bau Kecamatan Bonggakaradeng)”. Penelitian ini hendaknya menjadi salah satu upaya untuk mendukung pengembangan kawasan daya tarik wisata yang ada.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan dan Manfaat
- Ruang Lingkup Penelitian
- Sistematika Pembahasan
Lokasi penelitian ini adalah Objek Wisata Alam Ollon di Lembang Bau Kecamatan Bonggakaradeng Kabupaten Tana Toraja. Lokasi objek wisata ini berada di daerah perbukitan dan pegunungan, penelitian ini fokus pada beberapa permasalahan strategis yang telah dibahas di latar belakang, antara lain daya tarik wisata, ketersediaan fasilitas pariwisata, infrastruktur pariwisata, informasi dan promosi, serta aksesibilitas, yang mempengaruhi pengembangan fasilitas Pariwisata Ollon dan bagaimana merumuskan strategi pengembangan fasilitas pariwisata Ollon di Lembang Bau.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Strategi
Pengertian Pengembangan
Pengertian Objek Wisata
Fungsi dan Peran Objek Wisata
Pengertian Pariwisata
Pengertian Wisatawan
Elemen-elemen Destinasi Wisata
Jenis Pariwisata
- Sifat Pelayanan Objek Wisata
Dampak Kegiatan Objek Wisata
Tinjauan Strategi Pengembangan
Pengembangan Pariwisata
Kerangka Pikir
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
- Jenis Data
- Sumber Data
Populasi dan Sampel
- Populasi
- Sampel
Teknik Pengumpulan Data
- Metode Intensional
- Obervasi Lapangan
- Metode Kuesioner
- Dokumentasi
Variabel Penelitian
Metode Analisis Data
- Analisis Regresi Linear Berganda
- Analisis SWOT
Defenisi Operasional Variabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Tana Toraja
- Aspek Fisik Dasar
- Kebijakan Pariwisata Kabupaten Tana Toraja
- Aspek Demografi
- Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan
- Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan
- Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Wilayah Kabupaten Tana Toraja terbagi menjadi 19 kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 47 desa dan Lembang/Dusun sebanyak 112 buah. Wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Tana Toraja adalah Kecamatan Malimbong Balepe dengan luas wilayah 211,47 km2 atau sebesar 10,29%. Dapat dilihat pada Tabel 4.1 yang memuat luas wilayah tiap kecamatan dan persentase luas wilayah Kabupaten Tana Toraja.
Kondisi topografi Kabupaten Tana Toraja merupakan dataran tinggi yang dikelilingi pegunungan dengan kemiringan yang curam. Jenis tanah di Kabupaten Tana Toraja antara lain dystropept, eutrandept, eutropept, paleudults, rendolls dan tropudults. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tana Toraja Visi dan Misi Tahunan Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
Jumlah penduduk di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2020 sebanyak 280.794 jiwa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini. Untuk lebih jelasnya laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana Toraja tahun 2020 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Sebaran atau persebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2020 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Gambaran Umum Kecamatan Bonggakaradeng
- Aspek Demografi
Tabel di atas menunjukkan bahwa jarak Kelurahan dengan ibu kota Pengadilan Negeri Bonggakaradeng yang terdekat adalah di Pengadilan Negeri Ratte Buttu yang berjarak 3 km. 64 Tabel di atas menunjukkan bahwa wilayah lembang/kelurahan yang terluas di Kecamatan Bonggakaradeng adalah Lembang Bau Selatan, sedangkan lembang/kelurahan terkecil adalah Lembang Mappa'. Keadaan hidrologis di Kecamatan Bonggakaradeng secara umum dipengaruhi oleh sumber air yang bersumber dari Sungai Saddang.
Kondisi hidrologi Kecamatan Bonggakaradeng secara umum air tanah terdapat pada kedalaman 40 – 100 meter dan untuk air permukaan pada umumnya berupa jenis tanah aluvial abu-abu terutama terdapat pada daerah lembah dan perbukitan seperti di Kecamatan Bonggakaradeng. dan wilayah penelitian ini. Berdasarkan jenis kelamin, dapat disimpulkan dari jumlah penduduk di Kecamatan Bonggakaradeng lebih banyak laki-laki.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok umur 15-64 tahun merupakan kelompok umur dengan jumlah terbanyak yaitu 5.596 orang, sedangkan kelompok umur dengan jumlah paling sedikit yaitu 603 orang berada pada kelompok umur 65+. . . Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Bonggakaradeng periode 2010-2020 disajikan pada Tabel 4.6 berikut ini. Berdasarkan tabel diatas pertumbuhan penduduk per tahun 2010-2020 di Kecamatan Bonggakaradeng dapat disimpulkan Lembang Mappa'.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kondisi topografi kawasan objek wisata ini bergunung-gunung (bukan pesisir) dengan ketinggian rata-rata sekitar 300 – 500 di atas permukaan laut (m). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi belum berkembangnya kawasan wisata Ollon di Kabupaten Tana Toraja. Pengembangan Pariwisata Kabupaten (RIPPARKAB) Tana Toraja, tahun ini kawasan Obyek Wisata Ollon ditetapkan sebagai kawasan wisata alam.
Eksisting Sosial Budaya Masyarakat Lembang Bau
Pengembangan Objek Wisata Ollon Kabupaten Tana
- Daya Tarik wisata
- Sarana Dasar Wisata
- Prasarana Dasar Wisata
- Informasi dan Promosi
- Aksesibilitas
Di objek wisata Ollon ini yang paling utama yang bisa dijadikan tujuan wisata adalah keindahan alamnya yaitu panorama alam/sabana. Jarak dari objek wisata Ollon menuju kantor Lembang Bau sekitar ± 21 Km dengan jarak tempuh ± 1 jam untuk sampai ke lokasi objek wisata ini. Objek wisata Ollon ini juga memiliki sungai sehingga pengunjung bisa berenang dan memancing sambil melihat pemandangan alam yang ada.
Ketersediaan fasilitas wisata bertujuan untuk melengkapi dan memperlancar proses kegiatan di objek wisata agar dapat berjalan dengan lancar. Fasilitas yang ada di objek wisata ini tidak hanya dinilai secara kuantitatif saja, namun juga berdasarkan kualitas yang ada. Di Kawasan Obyek Wisata Ollon ini ketersediaan fasilitas yang ada belum tersedia dan belum sepenuhnya memadai.
Penyebaran informasi dan promosi wisata di Kawasan Obyek Wisata Ollon berjalan dengan baik dan benar, misalnya karena telah digunakannya media sosial. Untuk mencapai Kawasan Obyek Wisata Ollon, wisatawan tentu akan melintasi berbagai jenis jalan, mulai dari jalan arteri, jalan pengumpulan, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jika wisatawan sudah sampai di Obyek Wisata ini, terdapat loket dengan biaya masuk sebesar Rp.
Analisis Fisik Dasar Kawasan
- Analisis Kondisi Topografi dan Kemiringan Lereng
- Analisis Kondisi Hidrologi
- Analisis Kondisi Curah Hujan
- Analisis Kondisi Jenis Tanah
Sedangkan kemiringan lereng 25 – 40% merupakan kawasan yang curam sehingga menyulitkan pengembangan permukiman dan fasilitas yang dapat menunjang ketersediaan objek wisata. Kondisi hidrologi di daerah penelitian sudah menggunakan sistem perpipaan dimana daerah dengan kondisi tersebut dapat dikembangkan menjadi kawasan pemukiman. Untuk menunjang keberadaan objek wisata di lokasi penelitian, kondisi hidrologi dapat dimanfaatkan dengan sistem perpipaan untuk mengalirkan air pada toilet umum yang disediakan.
Kondisi curah hujan di kawasan objek wisata ini berkisar 1.000 mm per tahun dengan intensitas curah hujan sedang. Dengan kondisi curah hujan seperti ini, masih terdapat kemungkinan terjadinya tanah longsor, hal ini terjadi karena air hujan meresap, merembes dan mengisi rongga-rongga tanah sehingga memudahkan tanah untuk bergerak. Di kawasan wisata ini hanya terdapat satu jenis tanah yaitu tropodult yang merupakan jenis tanah pedzol yang termasuk dalam ordo ultisol.
Tanah ordo Ultisol merupakan tanah liat pada horizon bawah, bersifat masam, kejenuhan basa (KB) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Penerapan teknik budidaya lorong (tumpung sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah seminimal mungkin.
Analisis Sosial Budaya Masyarakat
- Analisis Kondisi Sosial Masyarakat
- Analisis Kondisi Budaya Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang yang ada di kawasan wisata tersebut, kondisi budaya masyarakatnya mempunyai budaya campuran karena berada di daerah perbatasan Toraja dengan kabupaten lain, sehingga budaya disana tidak kental seperti Toraja. budaya pada umumnya. Masyarakat disana juga masih mengadakan upacara kematian (Rambu Solo) seperti budaya terkenal di Toraja dan juga rumah adat disana terlihat berbeda dengan rumah adat pada umumnya seperti Tongkonan (Rumah Adat Toraja). Dengan budaya yang sedikit berbeda, masyarakat disana tetap mempertahankannya dan tidak meninggalkan budaya yang sudah ada.
Dengan adanya budaya baru ini dapat menjadi salah satu hot spot di kawasan wisata Ollon jika dilestarikan. Kebudayaan yang ada dipelajari dan diketahui disana oleh generasi muda, agar kebudayaan yang ada tidak cepat hilang dan tetap dilestarikan. Dengan adanya interaksi yang baik antara masyarakat dan pengunjung, maka pariwisata yang ada dapat menjadi peluang besar untuk diperkenalkan.
Diharapkan masyarakat ikut terlibat dalam pengembangan kawasan objek wisata ini, sehingga menjadi salah satu peluang besar di bidang kebudayaan.
Karakteristik Responden
- Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
- Responden Berdasarkan Usia
- Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
- Responden Berdasarkan Pekerjaan
- Hasil Analisa Regresi Linear Berganda
- Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
- Hasil Uji Simultan (Uji F)
- Hasil Uji Parsial (Uji T)
104 3,779 > Nilai F tabel sebesar 2,31 yang berarti daya tarik wisata, sarana, prasarana, informasi dan promosi, aksesibilitas secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap perkembangan objek wisata. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel X1 (daya tarik wisata) mempunyai thitung 2,005 > ttabel 1,987 dengan tingkat signifikansi 0,887 > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata berpengaruh positif terhadap pengembangan daya tarik wisata. atraksi. Oleh karena itu, dalam mengembangkan aspek daya tarik objek wisata alam yang dimiliki oleh Objek Wisata Ollon perlu memperhatikan kelestariannya, menjaga dan melestarikannya agar dapat mempertahankan daya tarik wisatanya.
Untuk meningkatkan minat wisatawan terhadap Objek Wisata Ollon, perlu juga menjaga dan meningkatkan kegiatan rekreasi di kawasan tersebut. Dari tabel diatas terlihat bahwa variabel X2 (nilai mean) mempunyai thitung 2,032 > ttabel 1,987 dengan tingkat signifikansi 0,045 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas berpengaruh terhadap pengembangan daya tarik wisata. Kondisi fasilitas berpengaruh karena hampir seluruh aspek fasilitas yang ada di objek wisata Ollon ini bisa dikatakan memadai untuk kebutuhan wisatawan yang ada.
Dari tabel diatas terlihat bahwa variabel X4 (informasi dan promosi) mempunyai thitung 1,993 > ttabel 1,987 dengan tingkat signifikansi 0,201 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa informasi dan promosi berpengaruh terhadap pengembangan daya tarik wisata. . Maka dari itu dalam pengembangan objek wisata Ollon aspek informasi dan periklanan harus tetap dijaga dan ditingkatkan lagi, agar tempat wisata Ollon semakin dikenal oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, serta semakin banyak pula wisatawan yang datang berkunjung. Dari tabel diatas terlihat bahwa variabel X5 (ketersediaan) mempunyai t-angka sebesar 1,010 < t-tabel sebesar 1,987 dengan tingkat signifikansi 0,315 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas tidak berpengaruh terhadap pengembangan objek wisata.
Strategi Pengembangan Kawasan Objek Wisata Ollon
- Analisis SWOT
Analisis yang digunakan untuk menentukan arah strategis pengembangan Obyek Wisata Ollon adalah seperti diuraikan pada uraian berikut: 1. Belum tersedianya infrastruktur jalan yang memadai sehingga menyulitkan akses menuju kawasan objek wisata. Tidak ada akomodasi/rumah akomodasi yang layak bagi pengunjung di kawasan wisata.
Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tana Toraja (RIPPARKAB), Kawasan Obyek Wisata Tahun Ollon ditetapkan sebagai kawasan wisata alam. Mengembangkan dan meningkatkan kegiatan wisata alam dan rekreasi dalam pengembangan objek wisata di Ollon sebagai pariwisata andalan daerah. Memperhatikan dan meningkatkan infrastruktur jalan agar wisatawan dapat dengan mudah mengakses tempat wisata Ollon.
Berdasarkan hasil analisis dan proses pembahasan yang dilakukan mengenai strategi pengembangan kawasan objek wisata Ollon di Kabupaten Tana Toraja, dapat disimpulkan bahwa. Tujuan Penelitian: Mengumpulkan data skripsi mengenai strategi pengembangan kawasan objek wisata Ollon di Kabupaten Tana Toraja. Terdapat toilet umum dan kamar mandi yang bersih dan nyaman bagi pengunjung objek wisata Ollon.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Saran
Perlunya peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan objek wisata guna meningkatkan keramahtamahan masyarakat dan mendorong peningkatan lapangan kerja di sektor pariwisata. Faktor yang menyebabkan belum berkembangnya kawasan wisata Ollon di Lembang Bau kecamatan Bonggakaradeng adalah faktor infrastruktur dan aksesibilitas. Untuk mengembangkan kawasan wisata Ollon perlu peningkatan peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memaksimalkan pengembangan kawasan wisata Ollon.
Penelitian ini membahas tentang strategi pengembangan fasilitas wisata Ollon di Kabupaten Tana Toraja berdasarkan variabel-variabel yang telah digunakan, guna melakukan dan mengembangkan penelitian dan kajian lebih lanjut.