PENDAHULUAN
Permasalahan Sampah
Masih lemahnya pengelolaan dan pengelolaan sampah, salah satunya disebabkan oleh kebijakan atau program pengelolaan yang kurang terintegrasi serta kurangnya dukungan dan partisipasi masyarakat, baik dunia usaha maupun masyarakat. Permasalahan lingkungan hidup yang banyak terjadi di perkotaan adalah pengelolaan sampah perkotaan yang belum optimal disediakan oleh pemerintah kota untuk memenuhi kebutuhan warganya. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkelanjutan yang mencakup pengurangan dan pengelolaan sampah.
Salah satu pilar penerapan tata kelola yang baik adalah komitmen terhadap lingkungan hidup, yang berarti pengelolaan sampah perlu dilakukan dengan tetap berlandaskan kelestarian lingkungan hidup, dan dampak negatifnya terhadap lingkungan dapat diminimalkan. Solusi pengelolaan sampah yang baik secara garis besar dilaksanakan melalui pengelolaan sampah yang terorganisir secara terpadu, mulai dari hulu hingga hilir, termasuk dampaknya. Sampah yang merupakan sisa kegiatan manusia hendaknya dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai permasalahan bagi kehidupan manusia dan gangguan lingkungan seperti pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit, berkurangnya estetika dan sebagai pembawa penyakit (Nuryani, 2003). : 56).
Terlebih lagi, kemampuan pemerintah dalam mengelola sampah belum mencapai hasil yang optimal, hal ini terlihat dari dampak sampah yang semakin hari semakin meningkat.
Tantangan Pengelolaan Sampah Perkotaan
Jarak yang jauh dan pelayanan yang kurang optimal ditambah dengan kurangnya moda pengangkutan sampah menjadi permasalahan kinerja pengelolaan sampah di Kota Nabire. Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering muncul diantaranya adalah perilaku dan gaya hidup masyarakat yang masih cenderung mengarah pada peningkatan timbulan sampah yang sangat memberatkan pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, kendaraan personel, sehingga pengelola kebersihan belum mampu. menangani semua limbah yang dihasilkan. Dalam hal pengelolaan sampah, pengelolaan sampah terdiri dari beberapa aspek, antara lain aspek kelembagaan, hukum, ekonomi, teknis dan operasional serta partisipasi masyarakat.
Apabila pengelolaan sampah tidak berjalan dengan baik maka akan menimbulkan berbagai permasalahan lain, salah satunya adalah menurunnya kualitas lingkungan akibat pencemaran sampah. Uraian singkat di atas memberikan pemahaman bahwa perlu adanya pengelolaan sampah yang baik dan benar di kota Nabire untuk mengantisipasi berbagai permasalahan lain yang timbul akibat pencemaran sampah. Kami berharap kinerja pengelolaan sampah di kota Nabire semakin baik dan dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas lingkungan hidup di kota Nabire.
Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan kajian mengenai kinerja pengelolaan sampah dan dampaknya terhadap kualitas lingkungan di Kota Nabire, dengan judul penelitian “Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan (Studi Kasus Kota Nabire, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua).
KONSEP TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH 5
Kinerja Pengelolaan Sampah
Indikator kinerja organisasi merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang dapat menggambarkan tingkat pencapaian tujuan. Jika ingin diketahui, kinerja suatu jasa dapat dilihat dari seberapa banyak produksinya, semakin tinggi volume produksi maka semakin tinggi pula tingkat kinerjanya. Indikator kinerja berguna untuk menunjukkan kemajuan dalam mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan (Muljadi, 2006).
Penilaian kinerja baik buruknya saling berkaitan erat dan dapat diukur melalui penilaian tingkat efisiensi dan efektivitas (Prawirosentono, 1999). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai baik secara kualitas maupun kuantitas oleh individu atau organisasi sesuai dengan tanggung jawab yang dilakukan dengan memperhatikan tingkat efisiensi dan efektivitas, serta misalnya dengan melihat seberapa besar outputnya sehingga dapat diketahui jika semakin besar volume output berarti semakin tinggi pula tingkat kinerjanya. Berdasarkan berbagai definisi seperti di atas, kinerja pengelolaan sampah dapat diukur dengan membandingkan kinerja aktual dengan hasil atau tujuan yang diharapkan. Selain itu, kinerja juga erat kaitannya dengan tingkat efisiensi dan efektivitas.
Melakukan evaluasi kinerja dalam pengelolaan sampah erat kaitannya dengan kualitas pelayanan dan kepuasan yang dinikmati masyarakat. Mengenai kondisi yang diharapkan dalam pengelolaan sampah, maka indikator kinerja pengelolaan sampah pada hakikatnya adalah kondisi ideal pengelolaan sampah yang diperoleh dari studi literatur tentang sistem pengelolaan sampah dan sesuai dengan standar yang ada seperti SNI T -131990-F tentang Prosedur Teknis. untuk Pengelolaan Sampah Perkotaan, serta SNI T12-1991-03 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Permukiman. Selanjutnya evaluasi kinerja dapat didasarkan pada pendapat atau persepsi masyarakat sebagai pelanggan layanan persampahan.
Menurut (Haryono, 2004), keberhasilan mencapai tujuan pengelolaan sampah dapat diukur dengan menghitung. Jumlah masyarakat yang dilayani harus diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana, personel serta biaya yang diperlukan dalam pengelolaan sampah. Menurut (Ismaria, 1992), salah satu faktor penentu baik buruknya suatu operasi pengelolaan sampah adalah cara operasionalnya, yang dipengaruhi oleh karakteristik komponen operasi seperti kendaraan, personel operasi dan faktor eksternal lainnya seperti kondisi fisik area operasi.
Dari uraian di atas, penilaian keberhasilan pengelolaan sampah dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu. Berdasarkan perbandingan dengan standar normatif (Standar Nasional Limbah Padat Indonesia) atau tinjauan literatur yang relevan.
Penurunan Kualitas Lingkungan
Dari segi keseimbangan lingkungan hidup, kesehatan, keselamatan dan pencemaran, apabila sampah tidak dikelola dengan baik maka dapat menimbulkan berbagai gangguan antara lain: 1) sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-gas yang terjadi dan penguraian sampah yang berbau tidak sedap, daerah berlumpur dan terkadang becek apalagi saat musim hujan tiba;
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN 23
Studi Pengelolaan Sampah Kawasan Perkotaan
Dengan mempertanyakan pandangan responden terhadap kinerja pengelolaan sampah yang diharapkan, maka jawaban responden atas pertanyaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Artinya, sebanyak 77% responden menilai kinerja operasional sampah, khususnya ketersediaan wadah sampah dinilai kurang. Artinya, sebanyak 75% responden menilai kinerja operasional sampah, khususnya pada proses pengumpulan sampah, dinilai masih buruk.
Artinya, sebanyak 72% responden menilai kinerja operasional sampah, khususnya pada saat pengangkutan sampah, dinilai baik. Berdasarkan indikator pelayanan sampah, sebanyak 92 responden berpendapat baik, 2 responden berpendapat buruk, dan 6 responden berpendapat buruk. Berdasarkan indikator waste retaliation diperoleh opini baik sebanyak 87 responden, opini buruk sebanyak 11 responden, dan opini buruk sebanyak 2 responden.
Berdasarkan indikator kebersihan lingkungan, terdapat 9 responden yang menilai baik, 85 responden menilai kurang, dan 6 responden menilai buruk. Berdasarkan indikator sosialisasi aturan, 2 responden berpendapat baik, 6 responden berpendapat buruk, dan 92 responden berpendapat buruk. Berdasarkan indikator pencemaran udara diperoleh 0 responden berpendapat baik, 12 responden berpendapat buruk, dan 88 responden berpendapat buruk.
Artinya, sebanyak 88% responden menilai kinerja pengelolaan sampah saat ini berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan, terutama dalam hal pencemaran udara (bau) akibat penumpukan sampah. Berdasarkan indikator pencemaran tanah diperoleh pendapat baik sebanyak 27 responden, pendapat buruk sebanyak 65 responden, dan pendapat buruk sebanyak 8 responden. Artinya, sebanyak 65% responden berpendapat bahwa kinerja pengelolaan sampah saat ini berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan, terutama pencemaran tanah (bakteri dan cacing) akibat penumpukan sampah.
Berdasarkan indikator pencemaran air, terdapat 2 responden yang berpendapat baik, 24 responden berpendapat buruk, dan 74 responden berpendapat buruk. Artinya, sebanyak 74% responden berpendapat bahwa penerapan pengelolaan sampah saat ini berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup, khususnya pencemaran air (penyebab diare) akibat penumpukan sampah. Berdasarkan indikator pencemaran tanah, terdapat 0 responden yang berpendapat baik, 9 responden berpendapat buruk, dan 91 responden berpendapat buruk.
Penerapan pengelolaan sampah yang tergolong buruk memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup yang ada.
PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN
Kinerja Pengelolaan Sampah Kawasan Perkotaan
Faktor-faktor tersebut perlu dicermati untuk mengetahui apakah kinerja pengelolaan sampah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau sebaliknya. Efisiensi pengelolaan sampah terlihat dari beberapa variabel yang dipertimbangkan keakuratannya dalam memberikan gambaran terhadap fenomena yang akan diamati. Efektivitas pengelolaan sampah di lokasi penelitian dinilai berdasarkan persepsi masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas di lokasi.
Dampak kinerja pengelolaan sampah terhadap kualitas lingkungan dapat diukur dengan menggunakan beberapa variabel yang telah diperhitungkan keakuratannya. Variabel pengukuran yang dimaksudkan untuk mengukur kualitas lingkungan hidup terdiri atas empat indikator penilaian, yaitu indikator pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air, pencemaran akibat degradasi tanah. Dengan mempertanyakan pandangan responden mengenai dampak kinerja pengelolaan sampah terhadap kualitas lingkungan hidup yang bersangkutan, maka jawaban responden atas pertanyaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
Pengaruh Kinerja Pengelolaan Sampah Terhadap
Berkurangnya kualitas lingkungan akibat pencemaran limbah menurut Yunus (2008) dapat diamati dengan terjadinya gejala penurunan kualitas lingkungan abiotik yang disebabkan oleh meningkatnya pencemaran udara, penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran tanah, penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran air dan lingkungan abiotik. penurunan kualitas yang disebabkan oleh kerusakan lahan. Dari berbagai pendapat yang dikemukakan di atas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa buruknya kinerja pengelolaan sampah di suatu kota akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mengukur pengaruh kinerja pengelolaan sampah terhadap penurunan kualitas lingkungan di Kota Nabire, perlu dilakukan penilaian yang cermat dan komprehensif.
Faktor kinerja pengelolaan sampah di Kota Nabire diukur dengan indikator pelayanan pengangkutan sampah, sedangkan penurunan kualitas lingkungan diamati karena meningkatnya pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air dan rusaknya estetika tanah. Jika diolah dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana seperti yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa kinerja pengelolaan sampah di Kota Nabire berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan yang ada. Hasil analisis kinerja pengelolaan sampah mempengaruhi penurunan kualitas lingkungan di Kota Nabire sesuai dengan hasil wawancara terbuka terhadap sebagian besar responden. Dijelaskan mereka, pengelolaan sampah di Kota Nabire masih buruk, terbukti dari masih banyaknya wadah sampah berupa wadah dan tempat sampah di tempat umum serta fasilitas umum lainnya, jarak membawa sampah ke TPS sangat jauh. , terutama di kawasan pemukiman yang hampir tidak tersedia TPS, dan.
Selain itu, penerapan pungutan sampah yang relatif murah oleh pemerintah tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat bahwa mereka membayarnya. Banyak responden yang menyatakan merasakan dampak langsung dari penumpukan sampah yang dihasilkan di TPS, baik resmi maupun ilegal. Diantaranya adalah bau busuk sampah yang hampir selalu tercium dari jarak tertentu, bahkan ada yang mengaku mengidap cacingan dan diare ketika sesekali meminum air sumur.
Selain itu keindahan lingkungan kota tercemar dengan adanya tumpukan sampah hampir di setiap sudut kota, terutama di pusat-pusat kegiatan seperti pasar, terminal dan lain-lain.