SIMPOSIUM NASIONAL
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA
Prof. Dr. Ir. Alam anshary, M.Si.
Prof. Dr. Shahabuddin, M.Si.
Dr. Ir. Moh. Yunus, M.P.
Dr. Ir. Moh. Hibban Toana, M.Si.
Nur Edy, SP., M.Si., Ph.D.
Penerbit
2017
TIM EDITOR :
ISBN: 978-602-6619-31-0
P R O S I D I N G
ii
SIMPOSIUM NASIONAL
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA
PENGELOLAAN BERKELANJUTAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN, URBAN PEST, DAN AGROEKOSISTEM UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK
Palu, 26 November 2016
Media Center Universitas Tadulako Palu
TIM EDITOR :
Prof. Dr. Ir. Alam Anshary, M.Si.
Prof. Dr. Shahabuddin, M.Si.
Dr. Ir. Moh. Yunus, M.P.
Dr. Ir. Moh. Hibban Toana, M.Si.
Nur Edy, SP., M.Si., Ph.D.
Penerbit
2017
DISELENGGARAKAN BERSAMA OLEH :
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA CABANG PALU FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO
PERHIMPUNAN FITOPATOLOGI INDONESIA KOMDA SULTENG
P R O S I D I N G
iii
Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prosidin Simposium Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia Alam Anshary. dkk. Palu: Untad Press, 2017
vi+ 125 hal.; 21 x 29 cm ISBN: 978-602-6619-31-0
© Hak Cipta 2017
1. Non Fiksi i. Judul ii. Alam Anshary. dkk
Penerbit:
UNTAD Press
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Palu Sulawesi Tengah 94118
Kutipan Pasal 72:
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hal Cipta No. 19 Tahun 2002
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayar (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu
ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
SAMBUTAN PENGURUS
PERHIMPUNAN ENTOMOLOGI INDONESIA (PEI) CABANG PALU
Yth. Rektor Universitas Tadulako
Yth. Wakil-wakil Rektor Universitas Tadulako Yth. Dekan dan Wadek Fakultas Pertanian Yth. Ketua Pusat PEI dan Ketua PEI Palu
Yth. Pengurus Pusat PEI dan Pengurus PEI Cabang se Indonesia Yth. Para Nara sumber
Yth. Para peserta Simposium, tamu undangan, dan hadirin yang berbahagia
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah Nya sehingga Simposium Nasional PEI Cabang Palu dapat dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Nopember 2016 di Media Center Universitas Tadulako Palu. Kedua, Kami mengucapkan terima kasih atas partisipsi Bapak/Ibu peserta dan pemakalah dari berbagai Universitas/instansi di seluruh Indonesia
Tema Simposium adalah “Pengelolaan Berkelanjutan Organisme Pengganggu Tanaman, Urban Pest, Dan Agroekosistem Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik”. Adapun tujuan pelaksanaan Simposium adalah : 1) untuk meningkatkan partisipasi dan kontribusi akademisi dan peneliti dalam mengembangkan sistem pengendalian hama pertanian, perkebunan dan pemukiman serta sistem pertanian yang lebih berkelanjutan pada umumnya dan, 2) untuk berbagi informasi dan menjalin kerjasama dalam merumuskan strategi dan teknik pengendalian hama-hama tersebut.
Untuk itu membahas tema simposium tersebut terdapat 50 abstrak makalah yang akan dipresentasikan oleh dosen dan peneliti dari 20 Universitas dari berbagai propinsi di Indonesia. Cukup banyaknya dosen/peneliti dari luar yang datang ke Sulawesi Tengah menghadiri Simposium ini paling tidak disebabkan oleh tiga hal : 1). Entomologi merupakan bidang ilmu yang terus berkembang dan menarik minat llmuan / peneliti untuk membantu mengatasi masalah-masalah pertanian, pemukiman dan kesehatan, 2) Daya tarik dari tiga orang narasumber utama kita yaitu; Prof. Dr. Ir. Intan Ahmad, M.Sc (Guru Besar Entomologi ITB, Dirjen Belmawa Kemenristek DIKTI), Prof. Dr. Damayanti Buchori, M.Sc., (Guru Besar Entomologi Pertanian IPB, Ketua Pusat PEI) dan Prof. Dr. Ir. Baharuddin Patandjengi, M.Sc (Laboratorium Bioteknologi UNHAS). 3) Eksotisme kota Palu untuk dikunjungi dan dinikmati keindahan alam dan berbagai lansekapnya.
iv
Kegiatan Simposium Nasional ini didahului oleh pelatihan penyiapan naskah artikel ilmiah dan Sistem Jurnal Online pada tanggal 25 Nopember 2016 yang diikuti oleh 44 orang peserta dengan narasumber Dr. Akhmad Rizali, M.Si pengelola Jurnal Entomologi Indonesia, Jurnal Nasional terakreditasi DIKTI. Semoga kegiatan tersebut memberikan manfaat yang besar bagi peserta khususnya dalam peningkatan kemampuan publikasi ilmiah di jurnal nasional dan internasional bereputasi. Selanjutnya peserta Simposium berkesempatan menikmati pesona kota Palu pada kegiatan City Tour pada hari minggu 27 Nopember 2016.
Kegiatan simposium ini dapat terlaksana berkat dukungan berbagai pihak baik fasilitas, tenaga, pemikiran dan materill. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak tersebut khususnya kepada :
1. Pengurus Pusat Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) 2. Rektor Universitas Tadulako
3. Dekan Fakultas Pertanian
4. Kepala Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Tengah 5. Kepala UPT Proteksi Disbun Daerah Sulawesi Tengah 6. Kepala UPT Proteksi TPH Sulawesi Tengah
7. Kepala Balai Karantina Tumbuhan dan Hewan Kelas II Palu
8. Perhimpunan Fitopatologi Indonenesia (PFI) Komda Sulawesi Tengah 9. PT. Citra Palu Utama (CPM)
Mengingat tidak semua pemakalah memasukkan makalah lengkapnya maka Prosiding Simposium PEI ini hanya memuat artikel dari pembicara yang memasukkan makalah lengkap.
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada para pemakalah dan tim editor sehingga Prosiding ini bisa diterbitkan.
Pengurus PEI Cabang Palu Wakil Ketua,
Prof. Dr. Shahabuddin, M.Si
v
Palu, 18 Desember 2017
DAFTAR ISI
Laporan Ketua Panitia iv Daftar Isi vi Materi Pembicara Kunci / Pemakalah Utama 1. Entomologi permukiman dan industri (Intan Ahmad) 1 2. Pendekatan lanskap dalam pengelolaan agroekosistem: Sebuah renungan
(Damayanti Buchari) 17
3. Perkembangan bioteknologi untuk pengelolaan penyakit tanaman
(Baharuddin Patandjengi) 41
Makalah Pendukung
1. Efektivitas insektisida biorasional dalam pengendalian hama pengorok daun (Liriomyza spp.) bawang merah lokal Palu (Shahabuddin, Alam Anshary, Mohammad Yunus, Hasriyanty) ………. 65 2. Keefektifan ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
terhadap mortalitas kumbang beras, Sitophylus oryzae L. (COLEOPTERA:
CURCULIONIDAE) (Mohammad Yunus, Flora pasaru, dan Susanti)……….... 7 5 3. Efektivitas biokultur yang diperkaya bioinsektisida Beauveria bassiana
Balsamo. terhadap serangan hama Spodoptera exigua Hubner. dan produksi bawang merah (Burhanuddin Nasir, Sri Anjar Lasmini, dan Ketut Suwitra)…… 85 4. Pengendalian gulma dengan herbisida pratumbuh pada budidaya padi sistem
tabela di Sulawesi Tengah (I Ketut Suwitra, Burhanuddin Nasir, dan Sri Anjar Lasmini)………. 9 7 5. Keanekaragaman arthropoda tanah pada perbedaan pola tanam sayuran di
Kabupaten Kerinci, Jambi (Ratna Rubiana dan Araz
Meilin)……… 103 6. Morfologi dan perkembangan kutu Phenacoccus solenopsis (Hemiptera:
Pseudococcidae), hama pada tanaman terung (Solanum melongena L.) (Rostaman, Giannini Velayati, dan Agus
Suyanto)……… 1 0 9 7. Identifikasi spesies lalat buah yang terperangkap pada perangkap Melaleuca
bracteata pada tanaman cabai merah besar (Abdi
Negara)……… 121 8. Observasi terhadap musuh alami hama Eurydema pulchrum
(Hemiptera:Pentatomidae) pada tanaman sayuran Brassicaceae di Propinsi Sulawesi Utara (Elisabet R.M. Meray dan Max M,
Ratulangi)……….. 129 9. Uji adaptasi Padi Tipe Baru (PTB) IPB 3S dan IPB 4S di Sulawesi Tengah
(I Ketut Suwitra)... 137 10. Efektivitas trap barrier system (TBS) dalam penangkapan tikus sawah (Retno
Wijayanti, Supriyadi, Novialita Herlina) ……… 1 4 7 11. Hama penggerek cabang (Lepidoptera: Xyloryctidae) pada tanaman cengkeh di
Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara (Caroulus S. Rante
dan Jackson F. Watung)……… 153 12. Distribusi dan populasi hama pengorok daun (Liriomyza spp.) pada sentra
penanaman bawang merah di Lembah Palu (Arfan, Ratnawati, dan
Shahabuddin) 1 6 3
vi
13. Asosiasi serangga polinator dan non-polinator dengan buah fig dari spesies Ficus racemosa di Provinsi Aceh (Jauharlina, Afriyani, M. Ikram Taufik, dan
Stephen ompton)……… 169 14. Keanekaragaman serangga pada pertanaman kedelai (Glycine max L.) yang
diaplikasi dan tanpa aplikasi insektisida (Moh. Hibban Toana, Hasriyanty, Burhanuddin Nasir, I Wayan Patrayasa)……… 179 15. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Arachis pintoi Terhadap Hama Aphis spp.,
dan Predator Kumbang Koksi pada Pertanaman Kacang Panjang (Abd.
Wahid).. 187
16. Hubungan sifat fisik dan kandungan senyawa kimia tanaman dengan tingkat serangan hypsipyla sp. pada tanaman Meliceae (Jefri Sembiring, Max Tulung,
Jusuf Manueke, J. Warouw)……….. 199
17. Kejadian dan keparahan penyakit bercak daun pada cabai (Capsicum annumL.) Di beberapa desa di Sulawesi Tengah (Nur Edy, Midun, Johanis Panggeso,
Irwan Lakani, Rosmini)………. 221
vii
viii
PENGENDALIAN GULMA DENGAN HERBISIDA PRATUMBUH PADA BUDIDAYA PADI SISTEM TABELA DI SULAWESI TENGAH
I Ketut Suwitra1), Burhanuddin Nasir2) dan Sri Anjar Lasmini2)
1)BPTP Sulawesi Tengah, Jl Lasoso No 62 Biromaru
2)Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Jl.Soekarno-Hatta, Palu e-mail: [email protected]
Abstract
Weeds are one group of plant pests (OPT), which became a competitor for the rice plants in obtaining nutrients, water, sunlight, CO2, and land. The purpose of this study was to determine the pre-emergence herbicide that is effective to control narrow-leaved weeds in rice cultivation by direct seeding system. This herbicide application is expected to control weeds early on so that the increase in productivity in rice crops. This study was conducted at Sidondo Experimental Farm, BPTP Central Sulawesi, in the period of April until September 2015. Using a randomized complete block design with four treatments systemic herbicides and selective with the active ingredient ethyl Pirazosulfuron (H1), oksifluorfen (H2); Clomazone (H3); and kuinklorak (H4) and without of herbicides (Control), which is repeated three times, on each land area of 0.5 ha. The results shown that the herbicide active ingredient ethyl pirazosulfuron, klomazone and Kuinklorak very effective in controlling weeds from the group of grasses (Echinochloa colona) and oksifluorfen effectively control : Cyperus difformis and Fimbristylis miliacea. Control of pre-emergence herbicides are very effective in controlling weeds in direct seeding system in Central Sulawesi.
Keywords: Pre-Growing Herbicide, direct seeding Paddy Abstrak
Gulma merupakan salah satu kelompok organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menjadi pesaing bagi tanaman padi dalam memperoleh hara, air, sinar matahari, CO2, dan lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis herbisida pra tumbuh yang efektif untuk mengendalikan gulma berdaun sempit pada budidaya padi sawah dengan sistem tanam benih langsung (tabela). Aplikasi herbisida ini diharapkan mampu mengendalikan gulma sejak dini sehingga terjadinya peningkatan produktivitas pada tanaman padi. Kajian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Sidondo, BPTP Sulawesi Tengah, pada periode ASEP (April-September 2015).
Menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan herbisida pratumbuh yang bersifat sistemik dan selektif dengan bahan aktif etil Pirazosulfuron (H1), oksifluorfen (H2);
klomazone (H3); dan kuinklorak (H4) dan tanpa pemberian herbisida (Kontrol), yang diulang sebanyak tiga kali, pada lahan masing-masing seluas 0,5 ha. Hasil kajian menunjukkan bahwa herbisida berbahan aktif etil pirazosulfuron, klomazone dan Kuinklorak sangat efektif mengendalikan gulma dari golongan rumput-rumputan (Echinochloa colona) dan oksifluorfen efektif mengendalikan teki-tekian (Cyperus difformis dan Fimbristylis miliacea). Pengendalian herbisida pra tumbuh sangat efektif mengendalikan gulma pada sistem tanam benih lansung (TABELA) di Sulawesi Tengah.
Kata Kunci : Herbisida Pra Tumbuh, Tabela Padi
PENDAHULUAN
Di Sulawesi Tengah, sistem tabela sudah mulai memasyarakat dan banyak digunakan oleh petani padi sawah. Tanam padi sistem tabela memberikan beberapa keunggulan atau kelebihan dibandingkan cara tanam
konvensional karena lebih efisien. Namun kendala yang dihadapi dalam sistem tabela adalah tidak terkendalinya pertumbuhan gulma akibat dari benih padi dan gulma relatif tumbuh secara bersamaan. Untuk pengendaliannya dibutuhkan herbisida purna tumbuh yang bersifat selektif. Gulma yang tumbuh diawal pertanaman berasal dari biji- 97
biji gulma disaat pengolahan lahan.
Pembajakan dan perendaman lahan sawah hanya mampu menekan sebagian pertumbuhan gulma khususnya yang berkembang biak melalui thalus.
Gulma merupakan salah satu kelompok organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menjadi pesaing bagi tanaman padi dalam memperoleh hara, air, sinar matahari, CO2, dan lahan (Lamid 1996). Persaingan gulma dengan padi dapat mengakibatkan penurunan hasil antara 11-55% pada sistem tanam pindah dan 55% pada sistem tabela (De Datta;
Bangun; Nyarko dan De Datta; Ridwan dalam Koloi, 2005). Tanpa pengendalian, gulma mampu menurunkan hasil padi sawah 32- 42%, bergantung pada varietas padi yang ditanam dan agroekosistem (Sutanto, 1997).
Kehilangan hasil padi sistem tabela lebih tinggi daripada sistem tapin, yakni 1,0 t/ha bila tidak disiangi (Supaad dan Cheong dalam Koloi, 2005). Selain itu juga, gulma mampu beradaptasi, tumbuh, dan berkembang pada semua agroekosistem dan dalam kondisi iklim yang telah berubah. Aplikasi herbisida termasuk cara pengendalian gulma yang efektif, mudah, dan murah dibandingkan dengan cara manual (Sutanto, 1997). Namun, penggunaan herbisida sejenis pada setiap musim tanam dapat menimbulkan resistensi jenis gulma tertentu sehingga menghendaki alterasi aplikasi bahan aktif yang berbeda (Lamid et al. 1996) .
Pada lahan budidaya padi sawah, dinamika populasi gulma akan menentukan tindakan pengendalian yang tepat. Pada dinamika populasi gulma, golongan gulma yang dominan merupakan target utama untuk dikendalikan karena berpotensi sebagai pesaing tanaman budidaya (Yuliaty et al, 2013; Mahfud et al, 2012). Perlu diwaspadai bahwa gulma minor akan muncul sebagai pesaing pengganti pada musim tanam berikutnya, oleh karena itu, keberagaman tersebut menghendaki pendekatan pengendalian yang spesifik (Lamid 1996).
Untuk itu pemilihan herbisida yang selektif dan efektif serta waktu aplikasi yang tepat mutlak dibutuhkan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma dengan sistem tanam tabela. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Djojosoemarto (2008) yang menyatakan bahwa pemilihan jenis herbisida sangat menentukan keberhasilan pengendalian gulma.
Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis herbisida pra tumbuh yang efektif untuk mengendalikan gulma berdaun sempit pada budidaya padi sawah dengan tabela. Aplikasi herbisida ini diharapkan mampu mengendalikan gulma sejak dini sehingga terjadinya peningkatan produktivitas pada tanaman padi.
METODOLOGI
Kajian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Sidondo BPTP Sulawesi Tengah pada musim kemarau periode ASEP (April – September 2015). Menggunakan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah. Alat yang dipakai dalam pengkajian ini adalah hand traktor, pacul, hand sprayer dan alat perontok. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih padi Inpari 20, pupuk phonska, urea, SP-36 dan KCl, insektisida dan herbisida.
Kajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan model matematiknya (Steel and Torrie, 1991) :
Yijk = u + Rk + Ai + δik + Bj + ABij +ijk
Rk = pengaruh kelompok ke-k
• Ai = pengaruh perlakuan faltor A taraf ke-I
• δ ik = pengaruh galat (a)
• Bj = pengaruh perlakuan 33actor B taraf ke-j
• (AB)ij = pengaruh interaksi
• eijk = pengaruh galat (b)
Perlakuannya adalah jenis herbisida pra tumbuh dengan simbol H. Herbisida yang digunakan adalah yang sistem kerjanya sistemik dan selektif dengan bahan aktif etil pirazosulfuron (H1), oksifluorfen (H2);
klomazone (H3); kuinklorak (H4) dan Tanpa pemberian herbisida (Kontrol), yang diulang sebanyak tiga kali. Luas lahan yang digunakan masing-masing 0,5 ha.
Pada sistem tabela dilakukan pengolahan tanah sempurna dengan menggunakan traktor.
Setelah pembajakan I, sawah digenangi selama 7 hari, kemudian dilakukan penggaruan yang bertujuan untuk meratakan dan pelumpuran tanah. Varietas yang digunakan adalah Inpari 20. Lahan sawah yang ditanami dalam kondisi
98
macak-macak dan rata, tidak bergelombang dan tidak tergenang air. Di sekeliling petakan sawah dibuat parit atau caren yang berfungsi untuk mengalirkan air bila terjadi hujan disaat/menjelang penanaman.
Sebelum tanam petakan sawah digenangi air dan disemprot dengan herbisida pra tumbuh sesuai dosis perlakuan. Pada sistem tabela ini, sebelum benih ditanam terlebih dahulu direndam sehari semalam dan diperam selama 24 jam hingga terlihat adanya calon akar, Jung-Sun, et al (2012) melaporkan bahwa pertumbuhan bibit padi melalui perendaman dapat meningkatkan daya tumbuh benih di lapangan. Kemudian masukkan benih ke dalam alat tabela (atabela) tipe jajar legowo 2:1. Takaran pupuk diberikan berdasarkan kondisi kesuburan tanah setempat dengan menggunakan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah). Penggenangan tipis dilakukan pada hari ke 3-5 setelah tanam. 10-14 hari setelah tanam dilakukan pemupukan dasar dan 15-20 hari setelah tanam dilakukan penyiangan.
Tanaman yang tumbuhnya terlalu rapat/banyak dicabut dan ditanam pada barisan tanaman yang kosong. Untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan penerapan pengendalian hama terpadu (PHT).
Panen dilakukan bila 90% gabah sudah menguning.
Peubah yang diamati adalah identifikasi gulma, persen penutupan total gulma dan gejala fitoktoksisitas pada tanaman padi.
Skoring keracunan didasarkan atas pengamatan visual yaitu :
0 (tidak ada keracunan) = 0 – 5 % bentuk daun atau warna daun atau pertumbuhan tanaman tidak normal.
1 (keracunan ringan) = 5 – 20 % bentuk daun atau warna daun atau pertumbuhan tanaman tidak normal.
2 (keracunan sedang) = 20 – 50
% bentuk daun atau warna daun atau pertumbuhan tanaman tidak normal.
3 (keracunan berat) = 50 – 75
% bentuk daun atau warna daun atau pertumbuhan tanaman tidak normal.
4 (keracunan sangat berat) = 75 % bentuk
daun atau warna daun atau Pertumbuhan tanaman tidak normal sampai tanaman mati
Data hasil pengamatan diolah dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam dan bila terdapat pengaruh yang nyata akibat dari perlakuan dilanjutkan dengan uji BNJ 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan.
Dalam penelitian ini, gulma yang tumbuh dipertanaman padi saat penelitian pada pengamatan umur 14 HSS (Hari Setelah Sebar) terdiri atas tiga golongan yaitu rumput- rumputan, daun lebar dan teki-tekian.
Identifikasi gulma pada masing-masing perlakuan dapat di lihat pada Tabel 1 berikut ini.
Perlakuan Jenis Gulma Golongan Gulma Etil
pirazosulfuron (H1)
Ludwigia octovalvis Cyperus difformis
Daun lebar Teki – tekian
Oksifluorfen (H2)
Ludwigia octovalvis Echinochloa colona Eichornia crassipes Ageratum conyzoides
Daun Lebar Daun sempit Daun lebar Daun lebar
Klomazone (H3)
Ludwigia octovalvis Cyperus iria
Daun lebar Teki – tekian
Kuinklorak (H4)
Ludwigia octovalvis Fimbristylis miliacea
Daun lebar Teki – tekian
Tanpa Herbisida (Kontrol)
Ludwigia octovalvis Cyperus difformis Echinochloa colona Eichornia crassipes Ageratum conyzoides
Daun lebar Teki – tekian Daun sempit Daun lebar Daun lebar Teki – tekian Tabel 1. Identifikasi gulma pada masing
masing perlakuan
99
Fimbristylis miliacea
Ludwigia octovalvis merupakan gulma dengan golongan daun lebar yang paling dominan pada masing-masing perlakuan, sehingga seluruh perlakuan tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap keberadaan gulma ini. Ludwigia octovalvis berkembang biak melalui biji, potongan tanaman dan stolon. Berkembang pesatnya gulma ini di lokasi penelitian diduga akibat dari perbanyakan potongan tanaman dari sisa-sisa olahan tanah yang belum sempurna. Sembodo (2010) melaporkan bahwa gulma yang ber- kembang-biak dengan umbi dan rimpang sangat sulit dikendalikan karena letaknya di dalam tanah sehingga mampu untuk tumbuh kembali. Gulma ini dapat ditekan pertumbuhannya melalui penggenangan dengan air pada stadia peka.
Perlakuan dengan oksifluorfen (H2) memberikan jenis pertumbuhan gulma yang lebih banyak dibandingkan ke tiga perlakuan lainnya. Menurut Pane (2004), ketiga golongan gulma tersebut merupakan jenis gulma paling jahat dan memiliki daya bersaing tinggi di pertanaman padi sawah maupun padi gogo rancah dan paling awal tumbuh, Tahir dan Chauhan (2016) melaporkan bahwa gulma dari jenis rerumputan khususnya E. Crus-galli memiliki daya saing terhadap tanaman padi yang sangat tinggi. Sedangkan ketiga perlakuan lainnya etil pirazosulfuron (H1), klomazone (H3) dan kuinklorak (H4) sangat efektif dalam mengendalikan gulma berdaun sempit (Tabel 1).
Pertumbuhan gulma yang berada didekat tanaman utama akan menyebabkan terjadinya kerapatan antara tanaman dengan gulma.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya persaingan antara gulma dengan tanaman utama. Menurut Pujisiswanto dan Sembodo (2009) bahwa kerapatan tanaman yang semakin tinggi dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman yang semakin tinggi untuk mendapatkan faktor tumbuh seperti cahaya, unsur hara dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing
(Jatmiko et al. 2002). Persaingan tanaman dengan gulma terutama dalam hal pengambilan cahaya matahari, air, hara dan ruang (Andriyani, 2006; Utami, 2004).
Persaingan gulma dengan tanaman padi dimana pertumbuhan dan perkembangan gulma tidak dikendalikan menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi berkurang, Suwitra (2013) melaporkan bahwa kehilangan hasil akibat adanya gulma dipertanaman padi mencapai 42,61%. Gulma dominan di di lokasi kajian adalah : Aeschinomene sp, Ageratum conyzoides, Amaranthus spinosus, Echornia crassipes, Echinochloa sp, Ludwigia sp, Mimosa, Monochoria vaginalis, Ischaemum rugosum, Chyperus difformis, Chyperus iria, Fimbsistylis sp.
Persen Penutupan Total Gulma
Persen penutupan total gulma yang diamati 14 hari setelah aplikasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keberadaan gulma dibandingkan dengan tanpa pemberian herbisida (Kontrol). Nampak bahwa aplikasi etil pirazosulfuron (H1), klomazone (H3) dan kuinklorak (H4) yang diberikan sebelum penanaman padi mampu menekan pertumbuhan gulma total (tabel 2).
Tabel 2. Persentase Penutupan Gulma Total pada Masing-masing Perlakuan
Perlakuan Persen Penutupan Gulma Total Etil pirazosulfuron
(H1)
9,45b
Oksifluorfen (H2) 11,13b Klomazone (H3) 9,56b Kuinklorak (H4) 9,67b Tanpa Herbisida
(Kontrol)
44,67a
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji BNJ taraf 5%
Fitoktoksisitas Tanaman Padi
Penggunaan herbisida pra tumbuh dapat menyebabkan tidak tumbuhnya benih padi (fitoktoksisitas). Dampak keracunan ini dilihat dari berkurangnya populasi tanaman
100
dalam satuan luas. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan oksifluorfen (H2) memberikan populasi tanaman yang paling rendah (22 tanaman dalam 1 m2), sedangkan pada perlakuan etil pirazosulfuron (H1) tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan benih padi yang ditanam secara langsung (Tabela).
Selanjutnya rata-rata populasi tanaman akibat perlakuan herbisida pada tanaman padi dapat di lihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Rata-rata populasi (rumpun) tanaman pada masing-masing perlakuan
Perlakuan Populasi dalam 1 m2
Tingkat Keracunan etil
pirazosulfuron (H1)
25 Tidak
keracunan
oksifluorfen (H2) 22 Keracunan ringan klomazone (H3) 23 Keracunan
ringan kuinklorak (H4) 23 Keracunan
ringan Fitoktoksisitas pada tanaman padi akibat pemberian herbisida ini dapat mengakibatkan kematian pada tanaman padi.
Hal ini terlihat dari berkurangnya populasi tanaman. Kematian diduga karena benih padi belum berkecambah dengan baik, setelah tanaman tumbuh, herbisida ini hanya memberikan pengaruh keracunan ringan saja.
Hal ini dapat diatasi dengan pemberian pupuk urea pada umur 7 hari setelah sebar. Hasil pengamatan terhadap komponen pertumbahan tanaman padi pada masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa tanaman sangat respon terhadap unsur N, oleh sebab itu dilakukan pemberian pupuk urea tahap I. Pemberian dosis pupuk urea disesuaikan dengan rekomendasi setempat sebanyak 250 kg/ha.
Pemberian pupuk ini dapat memulihkan pertumbuhan tanaman padi menjadi normal.
KESIMPULAN
mengendalikan teki-tekian (Cyperus difformis dan Fimbristylis miliacea).
Pengendalian gulma dengan herbisida pratumbuh (etil pirazosulfuron, klomazone, Kuinklorak dan oksifluorfen) dapat menekan total gulma pada tanaman padi sawah sistem tabela.
DAFTAR PUSTAKA
Ananto, E.E. 1989. Mekanisasi pertanian dalam usaha tani padi. hlm. 631-652.
Dalam M. Ismunadji, M. Syam, dan Yuswadi (Ed.). Padi, Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Andriyani, L., Y., 2006. Pengaruh waktu penyiangan dan populasi tanaman terhadap hasil kacang hijau (Vigna radiata L.) pada kondisi tanpa olah tanah. J.
Agronimi 10(1):27-31.
Djojosoemarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Jatmiko, S.Y., Harsanti S., Sarwoto, dan A.N.
Ardiwinata. 2002. Apakah herbisida yang digunakan cukup aman? hlm. 337-348.
Dalam J. Soejitno, I.J. Sasa, dan Hermanto (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor Jung-Sun, Baek dan Nam-Jin Chung. 2012.
Seed Wintering and deterioration characteristics between weedy and cultivated rice. Department of Crop Science and Biotechnology. Chanbuk National University, Jeonju 561-756, Repubic of Korea.
Melalui : Springer.
http://www.thericejournal.com/content/5/1 /21
Koloi, S. 2005. Kajian Agronomi Pengembangan Budidaya Padi Tanam Benih Langsung (tabela) dan Kedelai.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lamid, Z. 1996. Perkembangan pengelolaan gulma dewasa ini di Indonesia. Prosiding HIGI XIII.
Mahfud, Dwi Guntoro dan Dita Nurul Latifah 2012. Efikasi herbisida kombinasi budidaya tanaman padi sawah tabela
Pengendalian gulma dengan
herbisida pratumbuh berbahan aktif etil pirazosulfuron, klomazone dan Kuinklorak sangat efektif mengendalikan gulma dari golongan rumput-rumputan (Echinochloa colona) dan oksifluorfen efektif
101
Efficacy of Tetris and Basgran Combinations for Weed Eradication in, 19(April), 16–26.
Sembodo J. 2010. Gulma dan Pengelolaanya.
Penerbit Graha Ilmu. Edisi Pertama.
Yogyakarta
Sutanto, R. 1997. Studi Penyiapan Lahan Dengan Herbisida Glifosat dan Tinggi Penggenangan Air pada Budidaya Padi sawah Tanpa Olah Tanah. Tesis (tidak dipublikasikan). PPSUB.
Suwitra IK. 2013. Pemberian Pupuk Organik dan Herbisida Campuran pada Tanaman Padi Sistem Tabela. Tesis S2 Ilmu Ilmu Pertanian. Universitas Tadulako.
Tahir Hussain Awan dan Bhagirath Singh Chuahan. 2016. Effect of emergence, inter and intra-spesific competition on growth and fecundity of Echinochloa crus-galli in dry-seeded rice. Weeds Science, Crop and Evironmental Science Division, International Rice ResearchInstitute (IRRI), Los Banos,
Philippines. melalui :
www.elseiver.com/locate/crop
Utami, 2004. Kemelimpahan Jenis Gulma Tanaman Wortel pada Sistem Pertanian Organik. Bioma 6(2):54-58
Yuliaty, S., Arfah, C., & Rauf, R. A. 2013.
Padi Sawah Sistem Tabela Dan Sistem Tapin Di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong, Agroland 1(3), 244–249.
102