• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFIKASI HERBISIDA BERBAHAN AKTIF ATRAZIN DAN MESOTRION UNTUK PENGENDALIAN GULMA, DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt.)

N/A
N/A
Pratama Pratama

Academic year: 2023

Membagikan "EFIKASI HERBISIDA BERBAHAN AKTIF ATRAZIN DAN MESOTRION UNTUK PENGENDALIAN GULMA, DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt.)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) hampir sama dengan jagung biasa, perbedaan yang mencolok adalah kandungan gulanya lebih tinggi (5 - 6%) dibandingkan jagung biasa (2 - 3%) dan umur panen rata-rata 60 - 70 hari setelah tanam. Jagung manis merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan merupakan salah satu komoditas yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Permintaan jagung manis terus meningkat, tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga tetapi juga sebagai bahan baku industri (Kartika, 2019).

Seiring bertambahnya supermarket, hotel, restoran, dan tempat wisata di Indonesia, permintaan jagung manis pun meningkat. Keadaan ini mendorong para petani untuk melakukan perbaikan sistem tanam guna meningkatkan produksi. Salah satu penyebab rendahnya hasil jagung manis adalah adanya gulma pada tanaman jagung manis. Oleh karena itu pengendalian gulma merupakan hal penting yang patut diperhatikan untuk meningkatkan produksi jagung manis sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan.

Salah satu herbisida kimia yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung manis adalah herbisida yang mengandung bahan aktif atrazin, karena herbisida yang juga dapat menekan pertumbuhan gulma pada budidaya jagung manis adalah herbisida dengan bahan aktif mesotrione.

Rumusan Masalah

Mekanisme kerja herbisida Atrazine adalah menghambat aliran elektron pada fotosistem II, sedangkan mekanisme kerja herbisida Mesotrion adalah menghambat fungsi enzim HPPD (p-hydroxy-phenylpyruvate dehydrogenase) yang menyebabkan pigmen karotenoid. tidak membentuk (Umiyati, 2019). Salah satu herbisida yang direkomendasikan untuk budidaya jagung adalah herbisida yang mengandung campuran bahan aktif atrazin dan mesotrion, yang dipasarkan dengan nama Calaris. Rasio pencampuran herbisida Calaris yang mengandung bahan aktif atrazin dan mesotrion masing-masing adalah 500 dan 50 g/l, dimana herbisida ini banyak digunakan sebagai herbisida selektif pada tanaman jagung, gandum, sorgum, dan gula sebelum dan sesudah tumbuh. tebu. metode (Simarmata et al., 2016).

Tujuan Penulisan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Tanaman Jagung Manis
  • Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Jagung Manis
  • Herbisida Atrazin dan Mesotrion
  • Kerangka Pemikiran
  • Hipotesis

Secara amnya, jagung manis boleh tumbuh di hampir semua jenis tanah dengan saliran yang baik, humus dan baja. Akar tanaman jagung manis boleh tumbuh dan berkembang dengan baik dalam keadaan tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Batang tanaman jagung manis berbentuk silinder, tanpa lubang, dan mempunyai 8-20 ruas.

Tanaman jagung manis mempunyai batang tidak bercabang, berbentuk silinder dan terdiri dari beberapa ruas dan ruas. Konsumen jagung manis menginginkan rasa manis tinggi yang tetap manis setelah disimpan beberapa hari. Jagung manis unggul mempunyai umur simpan yang lebih lama dan rasa manisnya tidak cepat berkurang selama penyimpanan.

Selain bijinya, bagian tanaman jagung manis lainnya juga mempunyai nilai ekonomi, antara lain batang dan daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos, batang dan daun kering untuk bahan bakar pengganti kayu bakar, buah jagung muda untuk sayur, lauk pauk dan makanan olahan lainnya (Syukur dan Rifianto, 2016). Kendala utama peningkatan produksi jagung manis adalah adanya gulma yang bersaing memperebutkan sumber daya yang sama, yaitu unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Alat dan Bahan Penelitian
  • Metode Penelitian
  • Pelaksanaan Penelitian
  • Parameter Pengamatan
  • Analisis Data

Perlakuan dosis herbisida mesotrion dan atrazin berpengaruh nyata terhadap berat kering gulma pada 3 MSA dan 5 MSA. Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa efisiensi pengendalian gulma pada perlakuan mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5) pada 4 MST lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 97,75%. Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa parameter fitotoksisitas tanaman pada perlakuan 1 MSA, kontrol atau tanpa kontrol (H7) berbeda nyata dengan perlakuan mesotrion dan atrazin 1 l b.a/ha (H4), serta mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a. /ha (H5) .

Perlakuan kombinasi dosis herbisida mesotrion dan atrazin 0,25 l b.a/ha (H1) berbeda nyata dengan mesotrion dan atrazin 1 l b.a/ha (H4), serta mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5). Kombinasi dosis herbisida perlakuan mesotrion dan atarzin 0,25 l b.a/ha (H1) berbeda nyata dengan perlakuan mesotrion dan atarzin 0,75 l b.a/ha (H3). Berdasarkan Tabel 4.10 di atas terlihat bahwa dilihat dari parameter tinggi tanaman pada umur 2 MST, perlakuan kontrol atau tanpa kontrol (H7) berbeda nyata dengan perlakuan dengan mesotrion 1,5 l b.a/ha dan atrazin (H5).

Dalam rawatan gabungan herbisida, rawatan mesotrione dan atrazine 0.25 l b.a/ha (H1) adalah berbeza dengan ketara daripada rawatan mesotrione dan atrazine 0.75 l b.a/ha (H3) dan mesotrione dan atrazine 1.5 l b.a/ha (H5) . Berdasarkan jadual 4.12 di atas, menunjukkan bahawa parameter diameter batang pada umur 2 MST, rawatan kawalan (H7) adalah berbeza secara signifikan dengan rawatan mesotrion dan atrazine 1 l b.a/ha (H4) dan mesotrion dan atrazine 1.5 l . b.a/ha (H5). Pada umur 4 tahun pemerhatian MST, rawatan kawalan (H7) adalah berbeza dengan ketara daripada rawatan mesotrion dan atrazine 0.75 l b.a/ha (H3) dan mesotrion dan atrazine 1.5 l b.a/ha (H5).

Berdasarkan tabel 4.15 parameter panjang telinga huskless, perlakuan dengan kontrol atau tanpa kontrol (H7) berbeda nyata dengan perlakuan mesotrion dan atrazin 0,25 l b.a/ha (H1), mesotrion dan atrazin 1 l b.a/ha (H4) dan mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5). Berdasarkan tabel 4.16 terlihat bahwa dilihat dari parameter bobot kuping kuping, perlakuan dengan kontrol dan tanpa kontrol (H7) berbeda nyata dengan perlakuan dengan mesotrion dan atrazin 0,25 l b.a/ha (H1), mesotrion dan atrazin 0,5. l b.a/ha (H2), mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5) dan gulma (H6). Berdasarkan Tabel 4.17, parameter berat tongkol dikupas, perlakuan dengan kontrol atau tanpa kontrol (H7) berbeda nyata dengan perlakuan dengan mesotrion dan atrazin 0,25 l b.a/ha (H1), mesotrion dan atrazin 0,5 l b.a/ha (H2) , mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5) dan pengobatan gulma (H6).

Berdasarkan Tabel 4.18 terlihat bahwa parameter berat labu kupas per plot (kg/4,5m2), perlakuan kontrol atau tanpa kontrol (H7) berbeda nyata dengan perlakuan mesotrion dan atrazin pada 1,5 l b.a/ha (H5). Kombinasi perlakuan herbisida mesotrion dan atrazin 0,25 l b.a/ha (H1) berbeda nyata dengan perlakuan mesotrion dan atrazin 1 l b.a/ha (H4) serta mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5). Berdasarkan tabel 4.19 terlihat bahwa pada parameter berat labu kupas per atrazin 0,5 l b.a/ha (H2 ), mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5) dan gulma mekanis (H6).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Perlakuan dosis herbisida mesotrion dan atrazin berpengaruh nyata terhadap populasi gulma pada 4 MST dan tidak berpengaruh nyata terhadap populasi gulma per spesies pada 6 MST. Berdasarkan Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa parameter jumlah gulma pada 4 MST, perlakuan kontrol atau tanpa kontrol (H7) berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan. Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa gulma dengan berat kering tertinggi adalah gulma rumput tipe D.

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa parameter berat kering gulma pada perlakuan 3 MSA, kontrol dan tanpa kontrol (H7) berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan. Berdasarkan Tabel 4.11 di atas terlihat bahwa parameter jumlah daun pada umur 2 MST, pada perlakuan kontrol atau tanpa kontrol (H7) berbeda nyata dengan perlakuan mesotrion dan atrazin 0,75 l b.a/ha (H3), mesotrion dan atrazin 1 l b.a/ha (H4) dan mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5). Pada perlakuan kombinasi herbisida, perlakuan mesotrion dan atrazin 0,25 l b.a/ha (H1) berbeda nyata dengan perlakuan mesotrion dan atrazin 0,75 l b.a/ha (H3), serta mesotrion dan atarzin 1,5 l b.a/ha (H5). ) ).

Pada kombinasi perlakuan dengan herbisida, perlakuan dengan mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5) berbeda nyata dengan perlakuan dengan mesotrion dan atrazin 0,25 l b.a/ha (H1), mesotrion dan atrazin 0,5 l b.a/ ha (H2). , dan mesotrion dan atrazin 1 l b.a/ha (H4). Berdasarkan tabel 4.13 di atas terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada parameter batang tanaman pada semua perlakuan. Berdasarkan tabel 4.14 di atas terlihat bahwa menurut panjang tongkol, perlakuan kontrol atau non kontrol (H7) berbeda nyata dengan mesotrion dan atarzin 0,25 l b.a/ha (H1), mesotrion dan atrazin 0,75 aku b.a. /ha (H1).H3), dan mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5).

Berdasarkan Tabel 4.20 terlihat bahwa pada parameter tingkat kemanisan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada semua perlakuan.

Tabel 4. 2 Rerata Jumlah Gulma Pada 3 MSA dan 5 MSA
Tabel 4. 2 Rerata Jumlah Gulma Pada 3 MSA dan 5 MSA

Pembahasan

Herbisida yang mengandung bahan aktif mesotrione dan atrazine efektif mengendalikan gulma jagung baik sebelum maupun sesudah tumbuh. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan fitotoksisitas atau keracunan tanaman menunjukkan bahwa pemberian herbisida mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha (H5) pada 1 MSA dan 2 MSA nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini bisa jadi disebabkan karena tanaman jagung manis mungkin tidak toleran terhadap herbisida sehingga menimbulkan gejala keracunan pada tanaman jagung manis. Ciri-ciri tanaman jagung manis yang beracun menunjukkan gejala daun berwarna putih mulai dari sebagian daun hingga seluruh bagian daun, setelah itu tanaman mengering atau mati (Fuadi & Wicaksono, 2018).

Penyiangan secara mekanis dilakukan pada umur 4 MST dan 6 MST yang merupakan masa kritis tanaman jagung manis sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi persaingan gulma dengan tanaman jagung manis. Hasil tanaman jagung manis juga dipengaruhi oleh tingkat keberhasilan pengendalian gulma, karena gulma merupakan pesaing tanaman jagung manis dalam memperebutkan unsur hara dan sinar matahari. Selain itu pada perlakuan mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya, hal ini mungkin disebabkan karena pengamatan fitotoksisitas pada perlakuan mesotrion dan atrazin 1,5 l b.a/ha mempunyai nilai fitotoksisitas yang tinggi, sehingga tanaman jagung manis tidak mempunyai hasil yang tinggi pada perlakuan ini.

Pada parameter tingkat kemanisan (Brix). menunjukkan bahwa pemberian herbisida tidak memberikan pengaruh nyata dan tidak terdapat perbedaan nyata pada semua perlakuan yang berarti tingkat kemanisan jagung manis tidak dipengaruhi oleh pemberian herbisida. Tingkat kemanisan pada jagung manis dapat dipengaruhi oleh pemberian pupuk organik berupa kotoran sapi setelah budidaya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pangaribuan dkk. 2018) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kadar gula pada benih jagung manis.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan kepada petani dan masyarakat bahwa penerapan herbisida berbahan aktif mesotrione dan atrazine dengan dosis 0,25 l b.a/ha pada tanaman jagung manis dapat mengendalikan gulma dengan baik sehingga memberikan hasil yang baik. diambil adalah yang terbaik. Khasiat herbisida campuran atrazin dan mesotrion untuk mengendalikan gulma pada budidaya jagung (Zea Mays L.). Penerapan herbisida yang mengandung bahan aktif atrazin dan mesotrion untuk mengendalikan gulma dan hasil jagung manis (Zea mays L. Saccharata) varietas Bonanza.

Pengaruh persaingan intraspesifik dan interspesifik terhadap pertumbuhan jagung (Zea mays) dan kacang hijau (Vigna radiata). Pengaruh jenis pupuk dan dosis mikoriza vesikuler arbuskula terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt L.). Penggunaan herbisida sebelum dan sesudah tumbuh yang mengandung campuran atrazin dan mesotrion sebagai bahan aktif untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung manis.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan dengan dosis bahan aktif herbisida mesotrione dan atrazine yang berbeda efektif dalam mengendalikan gulma dan dapat memberikan hasil yang lebih baik dengan efisiensi pengendalian gulma pada 4 MST diantaranya. Dosis herbisida mesotrion dan atrazin sebesar 0,25 l b.a/ha memberikan hasil yang lebih tinggi dan tidak berbeda dengan penyiangan mekanis pada panjang sekam, panjang sekam tanpa sekam, berat sekam, berat tongkol tanpa sekam, berat sekam per petak dan berat. tongkol yang dikupas per hektar.

Saran

Pengaruh campuran herbisida Atrazine 500 g/l dan Mesotrione 50 g/l terhadap pertumbuhan berbagai jenis gulma dan hasil jagung (Zea mays L.). Lampiran 4. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Dosis pupuk kandang yang digunakan adalah 2,5 ton/ha Luas petak : 3 m x 1,5 m.

Gambar 1. Lahan Penelitian Gambar 2. Tanaman Jagung Manis 14  HST
Gambar 1. Lahan Penelitian Gambar 2. Tanaman Jagung Manis 14 HST

Gambar

Tabel 4. 1 Jumlah Gulma Sebelum Olah Tanah.
Tabel 4. 2 Rerata Jumlah Gulma Pada 3 MSA dan 5 MSA
Tabel 4. 3 Bobot Kering Gulma Sebelum Olah Tanah
Tabel 4. 4 Rerata Bobot Kering Gulma pada 3 MSA dan 5 MSA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Respon Pertumbuhan dan Produksi serta Ketahanan terhadap Serangan Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt) dengan Aplikasi Biochar

media tidak steril 87,8 a 30,03 a BNT 5% 17,52 4,74 Keterangan: Nilai tengah dalam kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNT