PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pasca perceraian, seringkali timbul permasalahan antara mantan suami dan mantan istri mengenai harta bersama, bahkan perselisihan harta bersama bercampur dengan harta warisan. Hakim Pengadilan Agama Metro yang mengadili dan mengadili gugatan tersebut, dalam putusannya hanya membagi dan berpendapat bahwa yang menjadi obyek harta bersama hanyalah bangunan rumah tetap, tanpa tanah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk menulis disertasi yang berjudul “Studi Gender Terhadap Putusan Pembagian Harta Bersama Pada Pengadilan Agama Kota Metropolis (Perspektif Hukum Ekonomi Syariah).
Pertanyaan Penelitian
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian Relevan
Penelitian pertama berjudul “Penyelesaian perselisihan pembagian harta bersama akibat perceraian (studi kasus di Pengadilan Agama Yogyakarta)”. 10 Muhammad Arlan Perdana, “Penyelesaian perselisihan pembagian harta bersama akibat perceraian (studi kasus di Pengadilan Agama Yogyakarta)”, dalam Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2010). 11 Ervi Yulianti, “Pembagian harta bersama pasca perceraian dilihat dari komposisi hukum Islam (studi kasus di Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir)”, dalam skripsi, (Palembang: Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2017 ).
Metode Penelitian
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti akan lebih fokus pada kajian gender dalam kaitannya dengan putusan pembagian harta bersama di Pengadilan Agama Metro dalam perspektif Hukum Dagang Syariah. Penelitian ini akan mengkaji kajian gender dalam keputusan distribusi properti beserta aspek hukum ekonomi syariah. Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh yaitu kaitannya dengan kajian gender terhadap pembagian harta bersama dalam kasus perceraian.
GENDER, PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DAN
Gender Dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2017 13
- Kesetaraan Gender
- Keadilan
- Asas-Asas Peraturan Mahkamah Agung No. 3 tahun 2017
- Tujuan Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2017…
12 Muhammad Ridwansyah, “Pengakuan Keadilan, Keamanan dan Berlakunya Hukum dalam Qanun dan Bendera Aceh,” dalam Jurnal Konstitusi Vol. 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Mengadili Perempuan Melanggar Hukum, adalah agar hakim mempunyai acuan dalam pemahaman dan pelaksanaan kesetaraan dan keadilan dalam memutus perkara perempuan pelanggar hukum. 13 Aunur Rohim Faqih, “Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim”, dalam Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, no.
Harta Bersama
- Pengertian Harta Bersama
- Dasar hukum Harta Bersama
- Pembagian Harta Bersama Dalam Perceraian
17 Evi Djuniarti, “Hukum harta benda masyarakat dalam perspektif hukum perkawinan dan hukum perdata”, dalam Jurnal Penelitian Hukum DE JURE Vol. 1 tahun 1974 pasal 35 ayat Kompilasi Hukum Islam pasal 85 menyatakan bahwa “Adanya harta bersama dalam suatu perkawinan tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami istri.”22.
Mengenai kewenangan penyelesaian sengketa harta bersama dalam KHI pasal 88 yang berbunyi: “Apabila terjadi perselisihan antara suami istri mengenai harta bersama, maka penyelesaian perselisihan itu diserahkan kepada Pengadilan Agama.” 23. Pembagian harta bersama harus dilakukan secara adil, sehingga tidak menimbulkan ketidakadilan antara apa yang menjadi hak laki-laki dan apa yang menjadi hak perempuan. Artinya, daftar harta bersama dan pembuktiannya dapat diproses apabila harta tersebut diperoleh dalam perkawinan dan dapat disebutkan dalam alasan-alasan pengajuan gugatan cerai (posita), yang kemudian dicantumkan dalam permohonan pembagian harta. bernama. dalam berkas gugatan (petitum).
Pasal 37 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tidak menyebutkan secara spesifik berapa besarnya bagian harta bersama yang akan diperoleh masing-masing suami atau isteri jika terjadi perceraian, baik itu perceraian maupun perpisahan yang sah. Pasal 97 KUHP menyatakan: “Janda atau duda yang bercerai masing-masing berhak atas separuh harta bersama, sepanjang tidak ditentukan lain dalam akad perkawinan.” Beni Kurniawan, “Pembagian Harta Bersama Berdasarkan Besarnya Sumbangan Suami Istri”, dalam Jurnal Yudisial Vol.
Aturan hukum di atas menyatakan bahwa cara penyelesaian harta bersama yang paling baik adalah dengan membagi harta tersebut secara adil.
Amwal dan Syirkah Milik
- Amwal
- Syirkah Milik
Syirkah Amlak (harta) adalah perkumpulan antara dua orang atau lebih untuk memiliki harta bersama-sama tanpa melalui akad syirkah.34 Menurut Hanafiyah, Syirkah secara umum terbagi menjadi dua bagian, yaitu syirkah susu ijabar dan syirkah susu ikhtiyar. 35 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 189 menjelaskan “Hak milik bersama atas kepemilikan penuh atas harta benda dibedakan menjadi syirkah/ikhtiyari/hak milik bersama sukarela dan syirkah ijabari/hak milik bersama yang bukan karena usaha manusia.36 Terjadinya kedua hal tersebut Syirkah dijelaskan dalam Pasal 190 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang berbunyi 34 Udin Saripudun, “Syirkah dan Penerapannya dalam Lembaga Keuangan Syariah” dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. Dalam hak syirkah harta benda memberikan kepada orang-orang yang berhak atas harta syirkah. hak atas harta bersama menimbulkan tanggung jawab bersama bagi mereka yang membentuk persekutuan.
Hak milik bersama atas harta dengan kepemilikan sempurna terdiri dari hak milik bersama atas harta dan hak milik bersama atas tagihan. Mengenai penggunaan syirkah sendiri, baca kompilasi hukum syariah ekonomi pada BAB VII bagian kedua. Mengenai hak milik bersama atas harta bersama, jika seseorang ingin memperdagangkan hartanya atau menjual hartanya, maka Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah berbunyi:
Namun jika harta tersebut dicampur dengan kepemilikan bersama, maka harus ada persetujuan dari pihak lain. Pemisahan hak milik bersama dapat dilakukan sepanjang dapat dihitung besarnya dengan menentukan pembagian atau pertukaran. Pemisahan hak milik bersama hanya dapat dilakukan terhadap harta berwujud yang status kepemilikannya sempurna.
Jadi, dalam hal ini pembagian harta bersama itu harus dilakukan secara proporsional menurut bagian yang dimiliki masing-masing dari mereka dalam hak milik bersama atas harta itu, setelah saham-saham itu diketahui dan dapat dibedakan, dan dalam pemisahan itu harus tidak boleh merugikan pihak lain atau pihak yang mempunyai hak manfaat atas hak milik bersama.
KAJIAN GENDER TERHADAP PUTUSAN PEMBAGIAN
Putusan Pembagian Harta Bersama di Pengadilan Agama
Sedangkan pada saat penggugat dan tergugat masih menjalin hubungan perkawinan, dihasilkan harta benda yang bersifat harta bersama (gono gini), yaitu: sebidang tanah berukuran 535 meter persegi dan diatasnya terdapat rumah tetap yang terletak di pusat kota metro. Kecamatan Kota Metro atas nama Terdakwa II. Menghukum dan memerintahkan tergugat I untuk menyerahkan apa yang menjadi hak penggugat atas harta bersama berupa sebidang tanah berukuran 535 meter persegi beserta bangunan rumah tetap diatasnya yang terletak di Kecamatan Metro Pusat Kota Metro, yaitu separuhnya. . Berlaku apabila harta bersama tidak dapat dibagi-bagi natura, maka harta bersama berupa sebidang tanah seluas 535 meter persegi dan bangunan rumah tetap diatasnya yang terletak di kawasan Metro Pusat Kota Metro harus dijual. melalui lelang dan.
Menetapkan menurut undang-undang bangunan tetap rumah yang terletak di atas tanah tergugat 1 seluas 535 meter persegi yang terletak di Kecamatan Metro Utara Kota Metro atas nama tergugat II, adalah milik bersama penggugat dan terdakwa Yang tidak terbagi. Oleh karena itu, harus dibagi antara penggugat dan tergugat, saya mendapat setengah bagian. Sebenarnya apa yang terjadi di masyarakat Indonesia mengenai harta bersama sudah lama dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, keberadaan ketentuan hukum mengenai kepemilikan bersama pada KHESy dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkembang dan diterapkan di masyarakat.
Dalam Al-Quran dan Sunnah tidak ada satupun ayat yang melarang atau membolehkan harta bersama. Kepemilikan bersama harus menjadi suatu lembaga yang telah berkembang sejak lama dan selalu berlaku dalam kehidupan masyarakat. Artinya, hukum Islam pada umumnya tidak menjelaskan perbedaan antara harta masyarakat itu sendiri dengan yang bukan merupakan harta masyarakat.
Pemeriksaan Gender Putusan Bagi Hasil Masyarakat di Pengadilan Agama Kota Metro Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah.
Kajian Gender Terhadap Putusan Pembagian Harta Bersama
Hal ini sesuai dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pada BAB VII bagian kedua pasal 193 yaitu penggunaan susu syirkah dapat dilakukan sesuai dengan akad 13 Apabila tidak ada kesepakatan mengenai pembagian harta bersama, dalam hal ini pendistribusiannya akan dilakukan secara proporsional. Pembagian harta bersama didasarkan pada ketentuan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yaitu Pasal 195 ayat 1 dan 2 yang berbunyi a) Hasil yang diperoleh dari harta bersama dengan kepemilikan penuh harus dibagi secara proporsional di antara para pihak. Padahal, dalam status harta bersama, pemisahan harta tetap dapat dilakukan, dengan memenuhi syarat-syarat pemisahan harta.
Kondisi seperti ini akan mengubah paradigma bahwa perempuan juga harus mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, khususnya dalam pembagian harta bersama. Padahal dalam kompilasi peraturan perundang-undangan ekonomi syariah dijelaskan mengenai pembagian harta bersama atau yang disebut susu syirkah dibandingkan dengan ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam. Oleh karena itu, pembagian harta bersama dalam keputusan ini sesuai dengan konsep gender berdasarkan hubungan timbal balik.
Peradilan Agama dan lembaga hukum atau administratif lainnya diharapkan dapat melakukan sosialisasi mengenai pembagian harta bersama. Aspek Utama. “Kedudukan Harta Bersama dalam Perkawinan Menurut Fiqih dan Hukum Positif Indonesia serta Praktek Putusan Pengadilan Agama,” Jurnal Hukum Khaira Ummah, Vol. Muhammad Arlan Perdana, “Penyelesaian Perselisihan Pembagian Harta Bersama Akibat Perceraian”, skripsi, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2010.
Yulianti, Ervi. “Pembagian Harta Masyarakat Setelah Perceraian Muncul Menurut Kompilasi Hukum Islam”, Skripsi, Palembang: Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2017.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti terhadap perkara Nomor 0143/Pdt.G/2020/PA.Mt., baik melalui peninjauan kembali terhadap putusan yang dibuat peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa Majelis Hakim memberikan putusan yang adil berdasarkan fakta-fakta di persidangan dan keterangan para saksi. Majelis Hakim memutuskan pembagian harta bersama dalam perkara Nomor 0143/Pdt.G/2020/PA.Mt., dibagi rata 50:50, berdasarkan pertimbangan tidak ada perjanjian pranikah dalam perkara ini. sesuai dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 195, maka Berdasarkan pertimbangan hakim bahwa segala sesuatu (baik harta maupun kewajiban/hutang) yang dihasilkan suami istri selama perkawinan disebut harta bersama dan harus dibagi secara proporsional sepanjang masih ada. Jika tidak ada perjanjian pranikah maka putusan tersebut dapat dikatakan adil menurut kajian gender. Dan konsep mubjadi merupakan hasil musyawarah mufakat para pihak berdasarkan pertimbangan majelis hakim.
Saran
Pengertian harta bersama harus dipahami secara mendalam dengan ketentuan normatif dan hukum serta perkembangan sosial. Pada saat akad nikah wajib adanya perjanjian harta bersama dengan memperhatikan adanya KHESY yang berlaku menurut Lex Specialis KHI. Hukum Harta Bersama dalam Perspektif Hukum Perkawinan dan Hukum Perdata”, Jurnal Penelitian Hukum DE JURE Vol.
Faqih, Aunur Rohim. “Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim”, Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, No. Harta Bersama dalam Perkawinan Poligami Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Hukum Islam,” Intelektualitas: Volume 06, Nomor 01, 2017. Harun, “Bisnis Waralaba di Indonesia Dalam Perspektif Hukum Islam (Tinjauan Hukum Muamalat),” dalam Jurnal SUHUF, Jil.
Masyarakat Sipil, dan Pusat Kajian Hukum Islam, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, , Edisi Revisi, Jakarta: Kencana 2017. Rohmi, Putri Kamilatur, “Implementasi Akad Musyarakah Mutanaqishah dalam Pembiayaan Pemilikan Rumah di Bank Muamalat Lumajang”, di Majalah Iqtishodun Vol. Santoso, Lukman Budi, “Eksistensi Peran Perempuan Sebagai Kepala Keluarga (Penelitian Pengumpulan Syaraf Islam dan Qira’ah Mubjadi Ilegal)”, dalam Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Gender, Vol.
Kesetaraan Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Implikasinya Terhadap Hukum Islam.” Jurnal Al Ulum.No.