Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar KIO3 garam meja yang beredar di pasaran dengan menggunakan metode iodometri berdasarkan standar SNI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 sampel garam yang diteliti, ternyata 8 sampel garam dengan kadar KIO3 memenuhi standar SNI yaitu 30 – 80 ppm, sedangkan 7 sampel garam tidak memenuhi standar SNI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar KIO3 garam konsumsi yang beredar di pasaran dengan metode iodometri berdasarkan Standar Nasional Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 sampel garam, 8 sampel garam dengan kadar KIO3 memenuhi standar SNI yaitu 30 – 80 ppm, sedangkan 7 sampel garam tidak memenuhi standar SNI. Dari 7 sampel garam yang tidak memenuhi standar SNI setelah dilakukan pengujian kadar air, kadar natrium klorida dan cemaran kadmium, hanya 3 sampel garam dengan kadar air yang memenuhi standar SNI dan 4 sampel dengan kadar air tidak memenuhi standar SNI. kontaminasi natrium klorida dan kadmium, memenuhi standar SNI. Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sukses. Tema yang dipilih pada penelitian ini adalah kandungan garam meja dengan judul “Penentuan kandungan kalium iodat (KIO3) pada garam konsumsi yang beredar di pasaran dengan metode iodometri”.
Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu dan seluruh keluarga atas segala doa dan perhatiannya.
PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Hasil Penelitian
Garam adalah padatan kristal berwarna putih yang merupakan kumpulan senyawa, sebagian besar adalah natrium klorida (>80%) dan senyawa lain seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida dan lain-lain. Garam natrium klorida untuk keperluan memasak dan biasanya diperkaya dengan unsur yodium (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) Padatan kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, jika mengandung MgCl2 rasanya agak pahit dan higroskopis. Bagi orang sehat berusia 14 tahun ke atas, maksimal asupan garam yang dianjurkan dokter adalah 2300 mg atau sekitar satu sendok teh garam.
Kekurangan garam disebabkan oleh pola makan yang salah (terlalu banyak minum atau tidak makan garam sama sekali), perubahan hormonal, obat-obatan tertentu seperti antidepresan, diuretik dan beberapa obat pereda nyeri, serta beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kekurangan natrium (garam) pada tubuh. tubuh. dalam darah, yang disebut hiponatremia. Bahaya kekurangan garam adalah jantung berdebar, dehidrasi, tekanan darah rendah, penyakit gondok, mudah lupa, mulut dan tenggorokan kering, syok dan kejang. Kelebihan garam ditandai dengan peningkatan tekanan darah, mudah haus, kembung, jarang buang air kecil, dan penambahan berat badan.
Bahaya garam berlebih dapat menyebabkan darah tinggi, osteoporosis, menghambat kemampuan tubuh melawan infeksi dan berisiko.
Kandungan Senyawa Pada Garam
- Kalium Iodat (KIO 3 )
Garam magnesium akan mengendap, namun tidak diinginkan pada garam meja NaCl karena rasanya yang pahit (Manalu, 2007). Yodium juga merupakan nutrisi penting bagi tubuh, karena merupakan komponen hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktivitas hormon ini, yaitu triiodothyronine T3 dan tetraiodothyronine T4, yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama, 2006).
Yodium terkonsentrasi di kelenjar tiroid (Glandula Thyroidea) untuk digunakan dalam sintesis hormon tiroksin. Kekurangan yodium menyebabkan hipotiroidisme dan tubuh mencoba mengkompensasinya dengan meningkatkan jaringan tiroid, yang menyebabkan hipertrofi yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, dan disebut Goitre Simplex. Fortifikasi iodium dilakukan dengan cara menambahkan iodium dalam jumlah tertentu pada pangan yang dikonsumsi masyarakat sasaran.
Agar program fortifikasi berhasil maka sangat penting untuk mendefinisikan pangan yang tepat sebagai media nutrisi, dimana media nutrisi ini harus dikonsumsi oleh masyarakat sasaran secara terus menerus dalam jumlah yang tidak jauh berbeda pada tingkat manusia. . . menu dan media harus stabil bila dicampur atau ditambah iodium agar tidak mengubah sifat media (seperti rasa, warna, bentuk atau harga) sehingga tidak menimbulkan penolakan oleh kelompok sasaran. Suplementasi merupakan upaya untuk mencapai target dengan dosis yang lebih besar, yaitu dengan pemberian iodium secara oral sedemikian rupa sehingga iodium dikeluarkan secara perlahan (Suharjo, dkk, 1999). Sumber makanan yang mengandung yodium bergantung pada struktur tanah dan tempat tanaman itu tumbuh, seperti bayam yang mampu menyerap yodium lebih banyak dibandingkan tanaman lainnya. Rumput laut kaya akan yodium karena dapat mengumpulkan dan mengkonsentrasikan yodium yang diserap dari laut.
Semua ikan dan kerang merupakan sumber yodium yang sangat baik, sedangkan yang berasal dari sayuran berdaun dan kacang-kacangan umumnya mengandung lebih banyak yodium dibandingkan buah, daging, dan susu (Suharjo dkk, 1999). Yodium pada garam dihitung berdasarkan kadar Kalium Iodat (KIO3) saat ini, dimana yodium merupakan kandungan terpenting dalam kelenjar tiroid. Kandungan yodium yang dikonsumsi tidak sepenuhnya diserap atau disintesis oleh hormon tiroid tetapi hanya sekitar 33% sedangkan 67% dikeluarkan melalui urin dan feses (Manalu, 2007).
Berdasarkan kestabilannya, kandungan kalium iodat (KIO3) saat ini merupakan senyawa iodium yang banyak digunakan dalam proses iodisasi garam. Kalium iodat (KIO3) merupakan garam yang sulit larut dalam air sehingga diperlukan larutan yang baik untuk membuat larutan tersebut. Untuk iodisasi diperlukan larutan kalium iodat (KIO3) 4% yang dibuat dengan cara melarutkan 40 g kalium iodat dalam setiap 1 liter air (1 kg KIO3/25 liter air) (Manalu, 2007).
Analisis KIO 3
- Metode Iodometri
Cahaya dapat menyebabkan larutan ini teroksidasi, oleh karena itu sebaiknya larutan ini disimpan dalam botol berwarna gelap dan tertutup rapat agar cahaya tidak dapat masuk ke dalam botol dan kestabilan larutan tidak terganggu oleh adanya oksigen di udara (Akhiruddin, 2011 ). Persyaratan standar primer yang digunakan untuk membakukan suatu larutan adalah bahannya harus sangat murni, mudah diproses dan dikeringkan, mudah diperiksa kemurniannya (diketahui jenis dan jumlah pengotornya), stabil dalam kondisi normal (selama penimbangan), molekul tinggi berat untuk mengurangi kesalahan titrasi dan bereaksi sesuai syarat suatu reaksi titrasi, yaitu reaksi berlangsung cepat dan berlangsung sempurna, terdapat indikasi titik akhir dan reaksi diketahui secara pasti (Akhirudddin, 2011). Penggunaan indikator pati dapat menyebabkan warna biru tua pada kompleks iodium-pati, sehingga indikator ini merupakan uji yang sangat sensitif terhadap iodium.
Penambahan indikator pati harus menunggu hingga titrasi mendekati sempurna, hal ini dikarenakan jika indikator ditambahkan terlalu dini maka ikatan antar ion sulit dihilangkan, akibatnya warna biru sulit hilang dan titik akhir titrasi titrasinya tidak lagi terasa tajam. Yodium juga dapat memberikan warna ungu atau violet pada pelarut seperti CCl4 dan kloroform sehingga kondisi ini dapat digunakan untuk mendeteksi titik akhir suatu titrasi (Akhiruddin, 2011).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Metode Penelitian
- Prosedur Kerja
Pengambilan sampel dilakukan secara sengaja: sampel diambil untuk 3 jenis garam meja di setiap pasar tradisional. Penyusunan sampel dilakukan dengan menunjuk satu sampel saja tanpa memperhatikan tingkat anggota populasi. Hal ini dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen (berjenis sama), teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive (pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti yang memperhatikan unsur-unsurnya (unsur yang diinginkan ada dalam populasi). anggota sampel yang diambil).Dalam penelitian ini, populasi produk garam meja dipilih, terdiri dari masing-masing sampel garam (15 jenis garam meja merek berbeda) yang diperoleh dari toko berbeda di 5 pasar tradisional.
Alasan dipilihnya toko ini sebagai sumber pengambilan sampel adalah karena toko tersebut ramai dikunjungi konsumen untuk membeli barang sehari-hari, termasuk garam meja. Tambahkan 6 ml H2SO4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam gelas ukur yang berisi 90 ml air suling, kemudian pindahkan ke dalam labu takar, encerkan sampai tanda tera dan kocok hingga homogen. Masukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu tambahkan 3 ml asam sulfat (H2SO4) dan 0,1 gram kristal kalium iodida (KI), kemudian tutup dengan plastik, titrasi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga terjadi perubahan warna dari kuning kecoklatan menjadi kuning muda.
Panaskan cawan petri bertutup dalam oven pada suhu 1100C selama kurang lebih 1 jam dan biarkan dingin dalam dehidrator selama 20 menit hingga 30 menit. Kemudian timbang dengan timbangan analitik (cawan petri bertutup), tuang 20 gram garam ke dalam cawan petri, tutup dan timbang. Panaskan gelas kimia berisi garam dalam keadaan terbuka dengan meletakkan tutup gelas kimia di sebelah gelas kimia dalam oven dengan suhu 1100C selama 2 jam.
Tutup panci selagi masih dalam pengering, segera pindahkan ke dalam desikator dan dinginkan selama 20-30 menit, lalu timbang. Timbang ±50 gram garam, tambahkan 200 ml aquades, campur, saring dan tampung dalam labu takar, bilas dengan aquades dan sesuaikan dengan garis tanda (larutan A). Larutkan dengan aquades, asamkan dengan asam nitrat pekat (HNO3) hingga pH <2, masukkan ke dalam labu ukur, tambahkan aquades dan sesuaikan sampai tanda garis, lalu kocok.
Analisis kadar kalium iodat (KIO3) pada garam meja dengan metode iodometri yang beredar di pasar Ujung Batu kabupaten Rokan Hulu. Kadar Kalium Iodat (KIO3) pada Garam dan Air yang Dikonsumsi Masyarakat Garoga Kabupaten Tapanuli Utara.