• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN MENGADILI PERMOHONAN DISPENSASI KAWIN”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PEDOMAN MENGADILI PERMOHONAN DISPENSASI KAWIN” "

Copied!
117
0
0

Teks penuh

dr. Chazim Maksalina, S.H., M.H, Panitera PTA Bengkulu Saiful Alamsyah, S.Ag., S.H., M.H., M.M, Sekretaris PTA Bengkulu Mirawati Saktiana, S.H., M.H selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi. Syarifah Aini, S.Ag., M.H.I Mantan Kepala Kelas II Mukomuko PA yang telah memberikan dukungan dan izin kepada saya untuk melanjutkan studi.

Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

Kata sandang Alif+Lam

This study aims to determine Manna Religious Court Number 0017/Pdt.P/2020/PA.Mna according to the Decree of the Supreme Court of the Republic of Indonesia No. 5 of 2019 on guidelines for deciding on applications for divorce. Keywords: legal termination, law no. 16 of 2019, Decree of the Supreme Court of the Republic of Indonesia No. 5 of 2019.

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Apa pertimbangan hakim Pengadilan Agama Kelas II Manna dalam memutus perkara permohonan dispensasi nikah pada putusan 17/Pdt.P/2020/PA.Mna. Apakah putusan Hakim Pengadilan Agama Kelas II Manna Nomor 17/Pdt.P/2020/PA.Mna sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 5 Tahun 2019.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis,

Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Sekolah Tinggi Hukum Bandung merupakan hasil penelitian bahwa pengadilan menolak permohonan cerai karena pergaulan bebas pasangan yang berada di bawah umur yang ditentukan oleh Undang-Undang Perkawinan sehingga menyebabkan meningkatnya permohonan cerai. untuk pernikahan. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis telaah adalah gambaran implementasi PERMA nomor 5 tahun 2019 pada Putusan Pengadilan Agama Manna nomor 17/Pdt.P/2020/Pa.Mna yang masih kurang tepat. . Dalam penelitian ini yang pertama, ketentuan perkawinan dewasa dalam hukum Islam dapat menentukan ikhtilam, rushd, ciri-ciri fisik dan usia tertentu. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dikaji penulis menggambarkan tentang pelaksanaan Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 5 Tahun 2019 dalam Putusan Pengadilan Agama Manna no. 17/Pdt.P/2020/Pa.Mna yang masih belum sesuai.

Metode Penelitian

  • Sifat dan Jenis Penelitian
  • Sumber Data

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer dan digunakan untuk memahami dan menganalisis bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan untuk penelitian ini antara lain: buku-buku yang ditulis oleh para ahli hukum, ilmu hukum, jurnal hukum. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Sistematika Penelitian BAB I Pendahuluan

Perolehan sumber data dalam penelitian ini menitikberatkan pada data sekunder yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mencakup seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini, antara lain: Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 juncto Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam, Peraturan Mahkamah Agung RI (PERMA) Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Perkawinan.

Landasan Teori

BAB III Penyelesaian Perkara Dispensasi Kawin Menurut Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mahkamah Agung (Perma) Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman

BAB IV Pertimbangan Hukum Dan Prosedural Pengajuan Dispensasi Kawin Pengadilan Agama Manna Kelas II Terhadap Penetapan Nomor

Kesimpulan Dan Saran

Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan

Suatu ikatan jasmani dan rohani antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga dan beranak, yang dilaksanakan menurut ketentuan hukum syariat Islam. Hukum perkawinan merupakan bagian dari hukum Islam yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai perkara perkawinan, yaitu bagaimana proses dan tata cara menuju terbentuknya ikatan perkawinan, bagaimana melaksanakan akad nikah menurut hukum, bagaimana menjaminkan ikatan lahir dan batin. Dalam akad nikah sebagai akibat hukum dari adanya akad, bagaimana cara mengatasi krisis rumah tangga yang mengancam ikatan jasmani dan rohani suami istri, bagaimana proses dan tata cara putusnya hubungan perkawinan, serta sebagai akibat hukum dari putusnya perkawinan, baik yang berkaitan dengan hubungan hukum antara mantan suami dan istri, anak-anaknya, dan harta bendanya.

اوُحِكن َ أَو

وْأمُكنِم

يِحِل َٰ صلٱ

للّٱ

هِل أضَفْنِم

Syarat-syarat Perkawinan

Syarat adalah sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu karya (ibadah), melainkan sesuatu yang tidak termasuk dalam rangkaian karya. Ijab adalah sesuatu yang diucapkan oleh wali, sedangkan Kabul adalah sesuatu yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya dengan disaksikan oleh dua orang saksi. Mahar adalah pemberian dari mempelai pria kepada mempelai wanita, baik berupa barang maupun jasa yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.

اوُت

ءٓا َسِ نلٱ

Rukun Perkawinan

Mengenai izin dan persetujuan kedua belah pihak yang akan melangsungkan pernikahan, para ulama fiqih berbeda pendapat menyikapi hal tersebut. Oleh karena itu, tidak sah menjadi wali bagi seseorang yang terganggu pikirannya karena usianya yang sudah lanjut, karena dikhawatirkan tidak membawa manfaat bagi perkawinan. Sighat akad nikah yaitu. ijab dan qabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita dan dijawab oleh calon mempelai pria.

Tujuan Perkawinan

Dan satu-satunya cara untuk menghindari zina adalah dengan menikah, menjauhi hal-hal yang haram itu wajib, sedangkan tidak bisa dilakukan dengan baik kecuali dengan cara nikah, maka nikah itu wajib bagi orang seperti ini. Ini adalah jenis perkawinan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk membiayai biaya hidup untuk menafkahi perempuan tersebut, padahal mereka mempunyai kemampuan biologis, atau tidak mempunyai keinginan biologis. Menurut Sayyid Sabiq, bagi seseorang yang tidak dihalangi untuk menikah dan dorongan untuk menikah tidak membahayakan dirinya, maka ia belum wajib menikah dan tidak haram jika ia belum menikah.

Batasan Minimal Usia Perkawinan

  • Batas Minimal Usia Perkawinan Menurut Hukum Islam

Apabila kondisi seseorang demikian, namun ia tetap melangsungkan perkawinan tersebut, maka perkawinannya (tidak disukai) karena perkawinan yang dilakukannya kemungkinan besar akan menimbulkan hal-hal yang tidak disukai oleh salah satu pihak. Yaitu perkawinan yang dilangsungkan tanpa ada faktor yang mendorong (memaksa) atau menghalanginya. Pernikahan di bawah umur dalam teks Al-Qur'an dan As-Sunnah tidak memberikan batasan tegas mengenai usia minimal seseorang untuk menikah.

اوُلَتأبٱ

Menegaskannya sebagai akad yang sangat kuat, perjanjian yang kokoh (mitsaqan ghalidhan) untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya adalah ibadah. Dalam Islam tidak ada batasan usia seseorang harus menikah, namun yang ditekankan adalah kesiapan membina rumah tangga. Jadi dalam Islam, pernikahan dini diperbolehkan, kalaupun sudah siap, dianjurkan menikah demi menjaga penglihatan dan kehormatan.

ح َكَِ لٱ

Di seluruh dunia, para ulama fiqih hanya mensyaratkan faktor kedewasaan antara kedua belah pihak, tanpa rincian yang jelas dan tegas.

آوُعَفأدٱ

ألُك أ أَيأل

فوُرأعَم أ لٱ

اٗبيِسَح

Batas Minimal Usia Perkawinan Menurut Peraturan Perundang- Undangan

Jelas bahwa bagian dari isi UU No. 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang usia perkawinan di Indonesia, sebagai berikut; Hal ini sesuai dengan asas hukum perkawinan bahwa calon suami istri harus masuk ke dalam jiwa dan raganya agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan dengan baik tanpa berakhir dengan perceraian dan. UU Perkawinan terbaru No. 1 Tahun 1974 direvisi pada tahun 2019 pada Pasal 7 yang semula usia minimal menikah adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan, namun kini menjadi 19 tahun bagi kedua belah pihak.

Penetapan/ Putusan Hakim

  • Pengertian Penetapan/ Putusan
  • Macam-macam Putusan
  • Tinjauan tentang Pertimbangan Putusan Hakim

Wantu, 2013, Kendala Hakim dalam Menciptakan Keamanan Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan di Peradilan Perdata, Jurnal Mimbar Hukum, Volume 25, Nomor 2, Juni, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, h. 3) Putusan penghukuman : putusan yang menghukum pihak yang kalah untuk memenuhi kewajiban yang ditentukan oleh hakim. Putusan itu tidak mengikat hakim, bahkan hakim yang mengeluarkan putusan sela itu berhak mengubah putusan sela itu bila ternyata demikian. mengandung kesalahan. Namun juga merupakan bentuk penyiksaan bagi pihak yang dirugikan dan dirugikan, sehingga putusan hakim tidak ada bedanya dengan putusan Tuhan atau judicium dei.

Dispensasi Perkawinan

  • Pengertian Dispensasi Perkawinan
  • Tujuan Dispensasi Kawin
  • Syarat-syarat Pengajuan Dispensasi Kawin

69 Pasal 5 ayat (2) Perma No. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Penilaian Permohonan Pemisahan Perkawinan...orang tua yang mempunyai hak asuh anak berdasarkan putusan pengadilan. Hakim yang mengadili permohonan perpisahan perkawinan adalah: a) Hakim yang telah mempunyai surat keputusan dari ketua pengadilan. Namun apabila Pemohon tidak hadir pada hari sidang kedua, maka permohonan Dispensasi Nikah dinyatakan “tidak sah”.

Pengadilan Agama/Pengadilan Syariah dapat memperbolehkan pengecualian perkawinan setelah mendengar keterangan orang tua, keluarga atau walinya. Perkara perceraian didaftarkan di Pengadilan Agama, Sekretaris menyerahkannya kepada Ketua Pengadilan Agama untuk menentukan majelis hakim yang akan memeriksa dan memutus perkara tersebut. Apabila pada sidang hari ketiga pemohon tidak dapat menghadirkan para pihak, maka permohonan cerai tidak dapat diterima (Pasal 10 Perma No. 5 Tahun 2019).

Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Manna Kelas II Nomor 17/Pdt.P/2020/PA.Mna dalam Menetapkan Permohonan Dispensasi

Dalam pertimbangan hakim tetap mengacu pada dasar hukum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang disahkan pada tanggal 15 Oktober 2019 dan berpedoman pada tata cara PERMA Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Penghakiman Dispensasi Perkawinan yang disahkan pada tanggal 21 November 2019. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang disahkan pada tanggal 15 Oktober 2019 dan dalam perkara dipimpin PERMA Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Penghakiman Harta Perkawinan yang disahkan pada tanggal 21 November 2019.

Penetapan Hakim Pengadilan Agama Manna kelas II nomor 17/Pdt.P/2020/PA.Mna, apakah sudah sesuai dengan PERMA Nomor 5

Ada kekhawatiran keterangan yang diberikan dan kelengkapan persyaratan administrasi tidak valid sehingga tidak sesuai dengan PERMA Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Sidang Cerai. Namun dalam ketentuan nomor 17/Pdt.P/2020/PA.Mna, selain informasi tentang orang tua/wali calon suami/istri, dalam ketentuan tersebut hanya terdapat sedikit tips dan tidak semua poin dari tips tersebut dimuat. dalam ketentuan yang tidak sesuai dengan PERMA no. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Surat Wasiat Cerai. Keputusan tersebut pada dasarnya tidak sesuai dengan PERMA no. 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Pemeriksaan Perceraian dan mempengaruhi kualitas putusan itu sendiri, meskipun ketentuan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap (BHT).

Perma Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengajuan Perkara Dispensasi Perkawinan telah melahirkan paradigma baru dalam penyelesaian perkara anak. Ketidaktahuan masyarakat akan adanya aturan ini kemudian menimbulkan proses yang panjang karena pihak yang mengajukan biasanya tidak menyiapkan persyaratan administrasi sebagaimana diamanatkan Pasal 5 Perma Nomor 5 Tahun 2019 berupa surat permohonan, fotokopi identitas orang tua/wali. kartu wali, fotokopi Kartu Keluarga, fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau KTP anak dan/atau akta kelahiran anak, fotokopi KTP atau KTP anak dan/atau akta kelahiran anak. calon suami/istri, dan fotokopi ijazah pendidikan terakhir dan/atau surat keterangan anak masih bersekolah. Selain itu, pengusul juga seringkali tidak menghadirkan pihak-pihak yang perlu didengar keterangannya, seperti anak yang mengajukan permohonan dispensasi nikah, calon suami/istri, dan orang tua/wali calon suami/istri sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Perma. Edisi 5 tahun 2019.

PENUTUP

Saran

Sifat peraturan perundang-undangan yang akan terus mengalami perkembangan dan perubahan hendaknya mendapat perhatian lebih dari kalangan akademisi, masyarakat umum, serta fenomena sosial yang sering muncul dan menjadi penyebab lambatnya penegakan hukum, oleh karena itu perlu dicari solusinya. akademisi. , sehingga kesadaran hukum dan respon masyarakat terhadap peraturan baru menjadi terbuka, reseptif dan bijaksana. Diharapkan apabila Mahkamah Agung Republik Indonesia mengeluarkan peraturan, PERMA, atau kebijakan apapun agar sosialisasi yang memuat petunjuk teknis, format keputusan/penetapan, format catatan putusan (BAS) dan hal-hal yang berkaitan dengan putusan dan putusan dapat terlaksana. keluar dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama sejak peraturan tersebut, agar pelaksanaannya lebih optimal khususnya dalam permohonan Kabulnya Perkawinan, dengan menelaah dan menganalisis terlebih dahulu berbagai kendala dan/atau kekurangan serta menawarkan solusi atas kendala yang ada dalam peraturan tersebut. lingkungan peradilan untuk memastikan bahwa peraturan baru yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan baik dan akurat. Pengawasan di tingkat Peradilan Agama semakin ditingkatkan terutama dalam hal pemahaman hakim, karena pasca perubahan masih ada pengadilan yang belum melaksanakannya, termasuk aparatur peradilan dan hakim agar lebih memperhatikan permintaan peraturan ini. bahwa klasifikasi hakim lebih berkompeten dalam menangani dispensasi perkawinan yang memiliki Keputusan Presiden Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai hakim anak.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Ujang Firmansyah, Implementasi Maslahah Mursalah dalam Pembatasan Usia Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan dan Harmonisasi Anak, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Program Pascasarjana 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Kulezi zithakazelo umthophi uhlikiza lo mkhuba wabantu bakwaMsweli wokuthi bathi bazi ukuthi kukhona abantu abakhe ngezansi komuzi wabo bona bathi bangageza bangcolisela amanzi benzele