PEDOMAN
PENELITIAN HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM (S-1)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
Jl. Arief Rachman Hakim No. 51, Surabaya, Jawa Timur60117
Phone : 031-5946404 – 5995578, Fax. 031-5931213
KATA PENGANTAR
KETUA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM (S-1)
Atas segala rahmat dari Allah S.W.T, Pedoman Penelitian Hukum (Skripsi) pada Program Studi Ilmu Hukum (S-1) dapat terselesaikan. Pedoman Penelitian Hukum (Skripsi) ini dibentuk selaras dengan berlakunya Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Program Studi Ilmu Hukum (S-1) Tahun 2024.
Diharapkan semoga Pedoman Penelitian Hukum (Skripsi) pada Program Studi Ilmu Hukum (S-1) tahun 2024 ini, dapat memberikan manfaat kepada seluruh civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Narotama dan secara substansial dapat memberikan konstribusi terhadap pembangunan hukum nasional yang berkeadilan sosial.
Ketua Program Studi Ilmu Hukum (S-1) Bambang Arwanto, S.H.,M.H.
A. DESKRIPSI UMUM
Penelitian hukum (Skripsi) adalah tugas akhir Mahasiswa, dan merupakan sebagian persyaratan yang diwajibkan untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Narotama. Berdasarkan Kurikulum MBKM Program Studi Ilmu Hukum Tahun 2024, Skripsi dijadwalkan pada semester 8 (delapan) dan memiliki bobot 10 (sepuluh) SKS.
B. PERSYARATAN PENDAFTARAN JUDUL SKRIPSI
Adapun persyaratan pendaftaran Judul Skripsi, antara lain:
a. mengisi Form Pendaftaran Judul Skripsi;
b. fotocopy Kartu Tanda Mahasiswa;
c. telah KRS “Penelitian Hukum” pada semester berkenaan;
d. telah memperoleh minimal 124 (seratus dua puluh empat) SKS;
e. tidak memiliki Nilai D;
f. telah lulus MKDU, Metode Penelitian Hukum, Magang dan KKN Tematik Desa, Praktik Pradilan Semu dengan nilai minimal B;
g. fotokopi transkrip nilai sementara;
h. fotokopi kuitansi pembayaran SPP sampai bulan berkenaan dan uang Skripsi;
i. fotokopi 1 (satu) Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan BNSP dan telah dilegalisir LSP Narotama;
j. fotokopi sertifikat TOEFL;
k. fotokopi telah mengunggah 2 (dua) Proposal PKM atau telah publikasi 1 ( s a t u ) jurnal hukum; dan
l. fotokopi sertifikat seminar hukum minimal 5 (lima) buah.
C. DOSEN PEMBIMBING
1. Syarat Dosen Pembimbing:
a. Dosen Tetap;
b. Jabatan Fungsional Akademik paling rendah Asisten Ahli;
c. Memiliki kualifikasi bidang keilmuan dan praktik hukum sesuai dengan topik Penelitian Hukum (Skripsi) yang diajukan;
d. tidak menjalani tugas belajar sebagaimana ditetapkan Universitas; dan
e. berdasarkan pertimbangan administratif dan/atau akademis, Dekan dapat menetapkan dosen pembimbing diluar ketentuan sebagaimana diatur pada huruf a, b, c dan d.
2. Tugas Dosen Pembimbing
a. Membimbing maksimal 5 (lima) Mahasiswa dalam setiap semester;
b. melaksanakan bimbingan sejak ditetapkan sebagai Dosen Pembimbing berdasarkan keputusan Dekan sampai dengan pengumpulan naskah akhir Skripsi;
c. memberikan persetujuan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas sebagai Dosen Pembimbing;
d. berdasarkan pertimbangan administratif dan/atau akademis, Dekan dapat menetapkan batas jumlah Mahasiswa bimbingan Dosen Pembimbing diluar ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a.
3. Pengajuan Dosen Pembimbing
a. Mahasiswa berhak mengajukan Calon Dosen Pembimbing;
b. Calon Dosen Pembimbing menandatangani formulir pendaftaran judul Skripsi sebagai bentuk kesediaan sebagai Calon Dosen Pembimbing;
c. Mahasiswa wajib meminta persetujuan judul Skripsi dan Calon Dosen Pembimbing, kepada Kepala Departemen sebelum mendaftarkan judul Skripsi kepada Kaprodi melalui bagian Tata Usaha;
d. pendaftaran judul Skripsi sebagaimana dimaksud pada huruf c, wajib melampirkan persyaratan pendaftaran Judul Skripsi sebagaimana dimaksud pada huruf “A” persyaratan pendaftaran Judul Skripsi;
e. Dekan, Kaprodi atau Kepala Departemen sesuai dengan batas kewenangannya dapat mengevaluasi usulan judul Skripsi dan Calon Dosen Pembimbing yang diajukan oleh Mahasiswa;
f. Berdasakan pada pendaftaran judul Skripsi sebagaimana dimaksud pada huruf d, Kaprodi mengajukan penerbitan Surat
Tugas Dosen Pembimbing dan dokumen terkait lainnya kepada Dekan.
4. Bimbingan Proposal dan Skripsi
a. Bimbingan dimulai setelah Dekan menerbitkan Surat Tugas Pembimbingan kepada Dosen Pembimbing dan Mahasiswa;
b. Berdasarkan pada ketentuan huruf a, Mahasiswa menghadap Dosen Pembimbing untuk melakukan pembimbingan berkaitan dengan Penelitian Hukum yang dilakukan meliputi Penyusunan Proposal dan/atau Skripsi;
c. Dosen Pembimbing memastikan bahwa penyusunan Proposal dan/atau Skripsi telah sesuai dengan pedoman ini dan hukum yang berlaku;
d. setiap pelaksanaan bimbingan mahasiswa wajib mencatat materi bimbingan dan meminta tanda tangan/paraf Dosen Pembimbing pada Kartu Bimbingan;
e. Bimbingan sebagaimana dimaksud pada huruf d, dilaksanakan paling sedikit 8 (delapan) kali selama penyusunan Proposal dan/atau Skripsi.
5. Pergantian Dosen Pembimbing
a. Mahasiswa dapat mengajukan pergantian Dosen Pembimbing secara tertulis kepada Dekan melalui bagian Tata Usaha berdasarkan pertimbangan Kaprodi;
b. Pergantian Dosen Pembimbing sebagaimana dimaksud pada huruf a, dalam hal Dosen Pembimbing:
1) sakit;
2) meninggal dunia;
3) pensiun, mengundurkan diri/diberhentikan sebagai Dosen;
4) terjadinya komplik antara Mahasiswa dengan Dosen Pembimbing selama bimbingan; dan
5) Keadaan lainnya yang mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya bimbingan.
c. Berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, Dekan menetapkan Dosen Pembimbing pengganti;
d. Prosedur perggantian Dosen Pembimbing sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, juga berlaku mutatis mutandis dalam hal perggantian Mahasiswa Bimbingan yang diajukan oleh Dosen Pembimbing.
6. Seminar Proposal
a. Mahasiswa mengajukan pendaftaran Seminar Proposal kepada Kaprodi melalui bagian Tata Usaha;
b. Sistematika Proposal selaras dengan sistematika Bab I Skripsi sebagaimana ditentukan dalam pedoman ini;
c. Proposal yang diseminarkan telah dinyatakan lolos uji plagiasi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Hukum;
d. Seminar Proposal laksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan Kaprodi;
e. Mahasiswa mempertanggungjawabkan Proposal dihadapan Dewan Penguji pada kegiatan Seminar Proposal;
f. Dewan Penguji berjumlah minimal 3 (tiga) orang dengan susunan berdasarkan Ketetapan Kaprodi;
g. Dewan Penguji sebagaimana dimaksud pada huruf f, bertugas:
1) Memastikan Proposal bebas dari plagiasi;
2) memastikan proposal telah disusun sesuai dengan pedoman penelitian hukum ini;
3) memastikan pelaksanaan Seminar Proposal sesuai dengan peraturan yang berlaku dan etika akademik;
4) Menguji dan memberikan masukan substansi Proposal Mahasiswa;
5) Memberikan keputusan terhadap hasil seminar Proposal Mahasiswa.
h. Dalam hal hasil keputusan Dewan Penguji sebagaimana dimaksud pada huruf g angka 5) dinyatakan lulus seminar Proposal, Mahasiswa yang bersangkutan berhak melanjudkan penelitian hukum (Skripsi) ke tahapan selanjudnya; atau
i. Dalam hal hasil keputusan Dewan Penguji sebagaimana dimaksud pada huruf g angka 5) dinyatakan tidak lulus seminar Proposal,
Mahasiswa yang bersangkutan tidak dapat melanjudkan ke tahapan penelitian hukum (Skripsi) selanjudnya, dan dapat mendaftarkan kembali seminar Proposal pada jadwal selanjudnya.
D. SEMINAR UJIAN SKRIPSI
1. Ujian Skripsi dilaksanakan dalam bentuk seminar.
2. Pendaftaran
a. Mahasiswa yang mengajukan pendaftaran seminar ujian skripsi wajib melampirkan persyaratan:
1) formulir permohonan mengikuti seminar ujian skripsi yang disetujui Dosen Pembimbing, Kepala Departemen dan diketahui oleh Kaprodi;
2) Formulir Bimbingan Skripsi;
3) Surat Keterangan Lolos Plagiasi;
4) fotokopi pelunasan SPP bulan berkenaan dan/atau Biaya Skripsi;
5) fotokopi 3 (tiga) salinan naskah Skripsi yang telah disahkan oleh Dosen Pembimbing;
b. pendaftaran seminar ujian skripsi sebagaimana dimaksud pada huruf a , d i a j u k a n kepada Kaprodi melalui bagian Tata Usaha;
dan
c. Kaprodi menetapkan jadwal seminar ujian skripsi berdasarkan pendaftaran seminar ujian skripsi sebagaimana dimaksud pada huruf b.
3. Pelaksanaan Seminar
a. Bagian Tata Usaha menyampaikan jadwal pelaksanaan Seminar kepada Mahasiswa dan Dewan Penguji paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan seminar sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan;
b. Bagian Tata Usaha menyiapkan Berita Acara Pelaksanaan Seminar Ujian Skripsi;
c. persyaratan dan tugas Dewan Penguji pada Seminar (Skripsi) berlaku mutatis mutandis seperti persyaratan dan tugas Dewan Penguji pada Seminar (Proposal).
4. Penilaian
a. penilaian dilakukan dalam pemberian angka dari 0 sampai dengan 100;
b. Penilaian dilakukan meliputi aspek:
1) Teknis Penulisan, merupakan penilaian terhadap cara/teknik penyusunan naskah skripsi sesuai dengan pedoman penelitian hukum ini. Adapun besaran bobot penilaian teknis sebesar 30
% (angka “0” s/d angka “30”);
2) Materi, merupakan penilaian terhadap substansi/materi muatan dalam naskah proposal atau naskah skripsi secara keseluruhan. Adapun besaran bobot penilaian materi sebesar 30 % (angka “0” s/d angka “30”);
3) Penyampaian Argumentasi, adalah penilaian terhadap kemampuan individu Mahasiswa dalam menguasai dan menyampaikan gagasan, jawaban dan alasan, secara sistematis, terstruktur dan ilmiah, serta menunjukan etika akademik yang baik selama pelaksanaan seminar. Bobot penilaian argumentasi sebesar 40 % (angka “0” s/d angka “40”).
c. Setiap Penguji melakukan penilaian tersendiri pada formulir Penilaian Seminar yang disediakan. Selanjutnya dipindahkan setelah dilakukan perhitungan (rekapitulasi) dengan mencari rata- rata nilai dari seluruh penguji ke formulir rekapitulasi;
d. Ujian dinyatakan lulus jika diperoleh nilai r a t a - r a t a s e c a r a k e s e l u r u h a n sekurang-kurangnya berjumlah 56 (lima puluh enam). Jika nilai yang diperoleh kurang dari 65 (lima puluh enam) Mahasiswa dinyatakan tidak lulus dan diharuskan untuk mengulang;
e. Perhitungan nilai skripsi didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
No. Nilai Angka Nilai Huruf Bobot/Nilai Absulut
1. > 85 A 4
2. >72 s/d 85 AB 3
5 ,
3. > 64 s/d 72 B 3
4. > 56 s/d 64 BC 2
5 ,
5. > 48 s/d 56 C 2
6. > 40 s/d 48 D 1
7. < 40 E 0
f. Penetapan Nilai Skripsi sebagaimana disebutkan diatas dengan memperhatikan kebijakan penyetaraan nilai Skripsi yang berlaku di Fakultas Hukum Universitas Narotama;
g. Bagi mahasiswa yang telah dinyatakan lulus seminar ujian Skripsi diwajibkan untuk mengisi formulir berkaitan dengan :
1) Penyelesaian revisi Skripsi;
2) Mencetak naskah skripsi-lengkap rangkap 2 (dua);
3) Meminta tanda tangan pengesahan naskah skripsi kepada pihak yang berwenang;
4) Menyerahkan naskah Skripsi dalam bentuk hardfile dan softfile yang dimasukkan dalam CD dalam format PDF kepada Tata usaha Fakultas Hukum sesuai tanggal yang telah ditetapkan;
5) Melengkapi dokumen administratif lainnya yang berlaku di Universitas Narotama.
E. SISTEMATIKA SKRIPSI
Kerangka Naskah Skripsi dibagi dalam tiga bagian : (a) Bagian awal, (b) Bagian Isi, (c) Bagian akhir, dengan susunan sebagai berikut :
HALAMAN JUDUL HALAMAN
PERSETUJUAN HALAMAN
PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI KATA PENGANTAR
ABSTRAK (Bahasa Indonesia) ABSTRACT (Bahasa Inggris) DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat Penelitian 1.5. Orisinalitas Penelitian 1.6. Tinjauan Pustaka 1.7. Metode Penelitian 1.8. Sistematika Penulisan
BAB II: TEMA SESUAI DENGAN RUMUSAN MASALAH PERTAMA 2.1. …..
2.2. …..
2.3. …..
BAB III: T E M A SESUAI DENGAN RUMUSAN MASALAH KEDUA 3.1. …..
3.2. …..
3.3. …..
BAB IV : PENUTUP 4.1. Kesimpulan
4.1.1. Ringkasan umum jawaban rumusan masalah pertama;
4.1.2. Ringkasan umum jawaban rumusan masalah kedua.
4.2. Saran
Berisi rekomendasi kongkret yang bersifat preskriptif sesuai dengan kesimpulan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN (kalau ada)
PENJELASAN:
Bagian Awal
1. Halaman judul (bagian luar dan bagian dalam)
Judul adalah rumusan dari inti penulisan yang dinyatakan dalam kalimat yang terdiri tidak lebih dari 14 (Empat Belas) kata dan tidak diperkenankan ada singkatan misal “KPK seharusnya Komisi Pemberantasan Korupsi” dan kata sambung misal “dan”. (Format Terlampir)
2. Halaman Persetujuan
Halaman Persetujuan ini beirisi tempat dan tanggal persetujuan yang ditandatangani oleh Dekan dan Dosen Pembimbing. (Format Terlampir)
3. Halaman Pengesahan
Halaman Pengesahan ini berisi nama para dosen penguji yang mengesahkan naskah skripsi dan tempat untuk tanda tangan yang bersangkutan. (Format Terlampir)
4. Surat Pernyataan
Surat pernyataan ini memuat bahwa semua tulisan dalam skripsi yang disusuan oleh mahasiswa bebas dari plagiat, baik sebagain maupun keseluruhan. Surat Pernyataan ini ditandatangi di atas materai Rp.
10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).
5. Berita Acara Bimbingan Skripsi
Berita Acara Bimbingan Skripsi ini memuat paling sedikit 8 (delapan) kali bimbingan skripsi yang telah ditandatangani oleh Dosen Pembimbing dengan Format yang telah disediakan oleh bagian Tata Usaha Fakultas Hukum.
6. Kata Pengantar
Merupakan pernyataan penulis skripsi/suasana batin sebelum dan sesudah selesainya penulisan skripsi. Misal, tujuan penulisan skripsi, pernyataan syukur, ucapan terima kasih ke berbagai pihak, harapan harapan berkaitan dengan tulisan skripsi tersebut.
7. Abstrak
Abstrak merupakan pokok atau inti dari keseluruhan isi skripsi yang ditulis secara singkat dengan tidak melebihi 250 (dua ratus) kata dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasan Inggris. Ditulis
dalam satu paragraf, dalam satu halaman dengan format 1 (satu) spasi.
Pada bagian bawah abstrak harus ditulis kata kunci paling banyak 5 (lima) kata yang diurut dari yang umum ke yang khusus.
Contoh : Akta Otentik, Aka Fidusia, Jaminan Hutang.
8. Daftar Isi
Menuliskan bab-bab, sub bab dalam suatu daftar dengan menunjuk nomor halaman dari naskah skripsi.
Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV. Bab I secara langsung menjadi Proposal Penelitian Hukum (Proposal Skripsi). Adapun sistematika bab I, Bab II, Bab III dan Bab IV sebagaimana dimaksud diurakan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pada sub bab ini Mahasiswa menguraikan apa permasalahan hukum yang akan di teliti dalam ilmu hukum baik pada lapisan ilmu hukum dogmatika, teoritik maupun filsafat. Mahasiswa harus menguraikan apa fakta hukum yang diketemukan, misalnya dalam lingkup perbuatan hukum, peristiwa hukum atau keadaan hukum. Berdasarkan pada uraian fakta hukum sebagaimana dimaksud, Mahasiswa memberikan deskripsi terkait apa bentuk isu hukum yang diketemukan sekaligus menjadi permasalahan hukum yang relepan/layak dilakukannya penelitian hukum.
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan Masalah dalam penelitian hukum haruslah selaras dengan isi hukum dan permasalahan hukum yang telah diuraikan pada sub bab ”latar belakang” sebelumnya. Rumusan masalah berjumlah paling sedikit 2 (dua), yang dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat berita. Sebagai contoh:
1. Apakah kekuatan hukum akta fidusia yang dibuat di bawah tangan? (contoh RM dengan kalimat tanya);
2. Bentuk perlindungan hukum pemegang fidusia yang dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan. (contoh RM dengan kalimat berita).
Perumusan masalah pada bagian rumusan masalah tidak boleh sama dengan rumusan judul penelitian atau rumusan masalah lebih umum daripada judul penelitian (rumusan masalah lebih kongkret dari judul penelitian). Rumusan masalah 1 adalah dan harus terjawab dalam bab II dan rumusan masalah 2 adalah dan harus terjawab dalam uraian pada Bab III.
1.3. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian berisi hasil akhir yang diharapkan Mahasiswa dari penelitian hukum yang dilakukan, khususnya berkaitan dengan maksud penelitian masalah hukum yang telah ditetapkan dalam bagian rumusan masalah. Contoh :
a. Untuk melakukan analisis dan mengetahui apakah kekuatan hukum akta fidusia yang dibuat di bawah tangan.
b. Untuk melakukan analisis d a n mengetahui perlindungan hukum pemegang fidusia dalam bentuk akta di bawah tangan apabila debitur melakukan wanprestasi.
1.4. Manfaat Penelitian
Pada bagian ini Mahasiswa harus menguraikan apa manfaat atau sumbangsi dari penelitian hukum yang dilakukan, pada aspek teoritis (perkembangan bidang hukum tertentu) ataupun pada aspek praktis pembentukan, pelaksanaan dan penegakan hukum.
1.5. Orisinalitas Penelitian
Pada bagian ini, Mahasiswa wajib menunjukan dan menjamin keaslian dan kebaharuan objek penelitian hukum yang dilakukan.
Jaminan keaslian dan kebaharuan objek penelitian hukum tersebut dengan memperbandingkan dengan penelitian hukum terdahulu
baik berbentuk online atau cetak. Setelah naskah proposal disetujui Dosen Pembimbing, Mahasiswa wajib melakukan uji plagiasi sebelum mendaftarkan seminar Proposal.
1.6. Tinjauan Pustaka
Pada bagian tinjauan pustaka (Literature Review) ini, Mahasiswa menguraikan berbagai landasan teoritik/konseptual tertentu yang relevan dan berfungsi sebagai landasan teoritik/konseptual bagi Mahasiwa dalam membangun dan mengkondtruksikan argumentasi hukum yang bersifat preskripstif dalam penelitian hukum yang dilakukan. Sebagai contoh; teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum, konsepsi jaminan fiducia, konsepsi akta dibawah tangan, dll.
1.7. Metode Penelitian.
1.7.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Tipe penelitian hukum ini mengkaji koherensifitas internal dan/atau eksternal ilmu hukum.
Misalnya menganalisis apakah terdapat kesesuaian fakta-fakta hukum dengan aturan-aturan hukum, atau/dengan norma- norma hukum (peraturan perundang undangan, ketetapan- ketetapan, putusan pengadilan, kontrak, dll), atau/dengan asas-asas hukum, atau/dengan nilai-nilai hukum yang terdapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka menemukan kebenaran koherensi dan memberikan preskriptif dari penelitian hukum yang dilakukan.
1.7.2. Pendekatan Penelitian
Adalah metode yang dapat digunakan Mahasiswa untuk menemukan kebenaran dalam penelitian hukum yang dilakukan. Beberapa pendekatan penelitian hukum yang digunakan antara lain:
a. Pendekatan Peraturan Perundang-Undangan (statute approch);
b. Pendekatan Konseptual (conceptual approach);
c. Pendekatan Kasus (case approach);
d. Pendekatan Perbandingan (comparative approach); dan/atau e. Pendekatan Histori (historical approach).
1.7.3. Sumber Bahan Hukum (legal sources)
Sumber bahan hukum terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer (bersifat otoritatif) berupa peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta kontrak-kontrak atau dokumen hukum lainnya. S e d a n g k a n bahan hukum sekunder ( m e t a t e o r i ) berupa b u k u , jurnal hukum, kamus hukum, serta pustaka hukum ilmiah lainnya.
1.8. Sistematika Penulisan
Pada bagian ini Mahasiswa menguraikan struktur umum susunan naskah skripsi, dalam bagian bagian bab, dan sub-sub bab, serta diuraikan secara singkat isi dari bagian bagian tersebut mulai dari bab 1 pendahuluan, bab II pembahasan pertama, bab III pembahasan kedua, dan bab IV yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB I dan BAB II
Bab-bab ini disebut juga dengan bab pembahasan. Bab ini berisi uraian atas jawaban permasalahan hukum yang sudah ditetapkan pada Bab I Pendahuluan bagian Rumusan Masalah sebelumnya. Setiap bab II dan bab III, masing-masing minimal terdiri atas 3 sub bab, dengan ketentuan bahwa setiap bab minimal berjumlah 20 halaman dengan total keseluruhan halaman bab II dan bab III berjumlah minimal 45 halaman dan jumlah keseluruhan bab I, bab II, bab III dan bab IV naskah Skripsi minimal berjumlah 65 halaman diluar bagian awal dan daftar pustaka.
Contoh susunan Bab II dan Bab III sebagai berikut:
BAB II
KEKUATAN HUKUM AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH TANGAN Analisis diuraikan dengan terstruktur, sistematis, kritis konstruktif dan solutif (minimal 3 sub bab dan minimal 20 halaman)
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH TANGAN JIKA DEBITUR WANPRESTASI
Analisis diuraikan dengan terstruktur, sistematis, kritis konstruktif dan solutif (minimal 3 sub bab dan minimal 20 halaman)
BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan
Kesimpulan berisi ringkasan jawaban atas rumusan masalah sebagaimana telah diuraikan dalam bab pembahasan. Jumlah kesimpulan harus sesuai dengan jumlah rumusan permasalahan yang telah ditetapkan dalam rumusan masalahan. Contoh jika ada 2 (dua) rumusan permasalahan, maka terdapat 2 (dua) sub kesimpulan.
4.2. Saran
Jumlah saran juga disesuaikan dengan jumlah kesimpulan.
Contoh jika terdapat 2 (dua) sub kesimpulan, maka saran yang ajukan juga 2 (dua) saran.
Bagian Akhir
Terdiri atas Daftar Pustaka dan Lampiran
1. Daftar Pustaka meliputi dan disusun secara sistematis berupa buku, jurnal hukum dan peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, dan lain-lain;
2. Daftar Lampiran (kalau ada).
F. FORMAT NASKAH SKRIPSI 1. Ukuran dan Cara Pengetikan
1.1. Ukuran dan Jenis kertas : A4 ; HVS 80 gram;
1.2. Jenis atau bentuk huruf : Times New Roman, ukuran 12;
1.3. Jarak antara baris satu dengan baris lainnya 2 (dua) spasi terkecuali kutipan langsung yang jaraknya 1 (satu) spasi;
1.4. Batas tepi :
Diukur dari tepi kertas:
a. Batas Atas : 4 cm
b. Batas Kanan : 3 cm
c. Batas Kiri : 4 cm
d. Batas Bawah : 3 cm
1.5. Pengisian ruang ketikan pada setiap halaman
Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh mulai dari batas tepi kiri sampai batas kanan, jangan ada ruangan yang terbuang, kecuali kalau akan mulai dengan alinea baru, sub judul atau hal-hal khusus.
1.6. Alinea baru
Dimulai dengan jarak 1,1 cm atau pada pengetikan karakter yang kesepuluh dari batas tepi kiri.
1.7. Judul, sub judul, sub sub judul, dan Iain-lain
a. Judul harus ditulis dengan huruf besar (kapital) semua diatur simetris dengan jarak 4 cm dari tepi atas, tanpa diakhiri titik.
b. Sub judul diketik mulai dari batas kiri, semua kata dimulai dengan huruf besar (kapital), kecuali kata penghubung atau kata depan, tanpa diberi garis bawah, dan tidak diakhiri dengan titik.
c. Kalimat pertama sesudah Sub Judul dimulai dengan alinea baru.
d. Sub sub judul diketik mulai dari batas tepi kiri, hanya huruf pertama saja menggunakan huruf besar (kapital), tanpa diakhiri titik.
e. Kalimat pertama sesudah sub sub judul dimulai dengan alinea baru.
1.8. Perincian ke bawah
Jika ada perincian yang harus disusun ke bawah, dipakai nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat perincian. Penggunaan tanda selain angka dan huruf tidak dibenarkan.
1.9. Huruf miring
Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a. Penekanan sebuah kata atau kalimat;
b. Menyatakan judul buku atau jurnal;
c. Menyatakan kata atau frasa asing.
1.10. Penulisan angka
Perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Bilangan di bawah seratus, seratus dan kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf;
b. bilangan terdiri dari tiga angka atau lebih ditulis dengan angka.
2. Penomoran
2.1. Halaman-halaman bagian awal skripsi (sampai Daftar Isi) diberi nomor urut angka Romawi kecil (i, ii, iii dan seterusnya) ditulis di bagian bawah di tengah halaman, dua spasi di bawah teks; dua halaman judul dihitung, tetapi tidak diberi nomor;
2.2. Halaman-halaman berikutnya (mulai Pendahuluan) diberi nomor urut angka (1, 2, 3, dan seterusnya) ditulis di sudut atas kanan, dua spasi di atas teks, kecuali pada halaman bab. Perlu
diperhatikan perimbangan jumlah halaman dalam tiap-tiap bab (kecuali Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran);
2.3. Nomor halaman tiap-tiap bab ditulis dengan angka Arab di bagian bawah tengah halaman, dua spasi di bawah teks;
2.4. Tiap-tiap bab diberi nomor urut angka Romawi besar (I, II, III, dan seterusnya) di atas judul bab. Pendahuluan dijadikan Bab I.
3. Kutipan
3.1. Kutipan langsung
a. Harus sama dengan aslinya baik mengenai susunan kata- katanya, ejaannya, maupun tanda-tanda bacanya;
b. Jika panjangnya kurang dari lima baris, pengetikannya diintegrasikan dalam teks/naskah dengan dua spasi dan diberi tanda kutip pada awal dan akhir kutipan.
Contoh :
Actio Pauliana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1341 KUHPerdata diatur pula dalam Undang-Undang Kepailitan:
"Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara. Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama 'claw back provision', didalam Undang- Undang Kepailitan sangat perlu."1
c. Jika panjangnya lima baris atau lebih diketik berspasi satu tanpa tanda kutip pada awal dan akhir kutipan, dimulai setelah 1,02 cm dari margin kiri. Jarak antara kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih dan teks adalah dua spasi.
Contoh :
Berdasarkan ajaran perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) jika ternyata terbukti Direksi tidak menjalankan kewajibannya secara pantas (kennelijk onbehoorlijk taakvervulling) dan akibat dari kekalalainya itu menimbulkan kerugian bagi sesuatu pihak, maka berhak pihak yang dirugikan menuntut anggota Direksi secara pribadi sebagai
telah melakukan perbuatan melawan hukum, yang menurut hukum kita berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata (di Negara Belanda Pasal 1639 NB.W).17
d. Apabila dalam kutipan perlu dihilangkan beberapa bagian kalimat, maka pada bagian yang dihilangkan diganti dengan 3 titik "...program restrukturisasi kredit perbankan yang dilaksanakan selama ini berkaitan dengan prinsip kehati- hatian dalam pengelolaan bank."
e. Kalau dari suatu kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada akhir kalimat, maka diganti dengan 4 (empat) titik.
Contoh:
"Permohonan pengesahan dana pensiun diajukan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa ...."
f. Titik 4 juga digunakan jika yang dihilangkan bagian awal kalimat berikutnya atau lebih.
Contoh:.
".... yang diperlukan untuk bertindak sebagai pengurus".
g. Kalau perlu disisipkan sesuatu ke dalam kutipan, dipergunakan tanda kurung besar [...].
Contoh:
Bentuk utang pajak tagihan yang lahir dari Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 [sebagaimana diubah dengan Undang- Undang No. 9 Tahun 1999].
(Pertimbangan Putusan No. 015K/N/1999 tanggal 4 Juli 1999) h. Kalau dalam kutipan yang panjangnya kurang dari lima baris
terdapat tanda kutip (dua koma), maka tanda kutip itu diubah menjadi tanda kutip satu koma.
Contoh:
Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara. Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan
nama "claw back provision", didalam Undang-Undang Kepailitan sangat perlu.
Jika dikutip maka pengetikannya seperti berikut ini:
"Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara. Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama 'claw back provision', didalam Undang-Undang Kepailitan sangat perlu."
i. Kata-kata yang tidak bergaris dalam aslinya, tetapi oleh pengutip dianggap perlu diberi bergaris, dibubuhi catatan langsung di belakang bagian yang diberi bergaris di antara tanda kurung besar.
Contoh :
"Dalam hal seperti itu, ternyata Presiden sama sekali tidak [garis miring dari penulis] mempunyai pengaruh apa-apa".
Cara ini berlaku bagi setiap perubahan dan tambahan terhadap bentuk asli bahan yang dikuti.
j. Tiap-tiap kutipan diberi nomor kutipan pada akhir kutipan.
Nomor diketik setengah spasi di atas baris kalimat, langsung sesudah akhir kutipan. Nomor kutipan berurut sampai bab terakhir, tidak dibubuhi titik, tanda kurung, dan Iain-lain.
3.2. Kutipan tidak langsung
a. "Paraphrase" (parafrase) adalah "a restatement of the sense of a text or passage in other words, as for clearness; afree rendering or translation, as of a passafe...."(tulis dalam catatan kaki : lihat The New Grolier Webster International Dictionary. Vol II, 1976, h. 668). Yang diutamakan dalam kutipan tidak langsung adalah semata-mata isi, maksud, atau jiwa kutipan bukan cara dan bentuk kutipan.
b. Pada kutipan tidak langsung harus dicantumkan nomor kutipan dan sumber kutipan yang dimuat dalam footnote dengan nomor yang sama.
4. Foot note (Catatan Kaki) 4.1. Arti foot note
Footnote adalah catatan di kaki halaman untuk menyatakan sumber, pendapat, fakta, atau ikhtisar atau suatu kutipan dan dapat juga berisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks.
Sesuai dengan namanya, footnote ditempatkan di kaki halaman, yaitu :
a. Tiap-tiap footnote ditempatkan pada halaman yang sama dengan bagian yang dikutip atau diberi komentar;
b. Pada jarak dua spasi di bawah teks dan kalimat terakhir ditarik garis pemisah mulai dari batas margin kiri sampai margin kanan;
c. Footnote pertama pada halaman yang bersangkutan juga ditempatkan pada jarak dua spasi dibawah garis pemisah;
d. Nomor-nomor footnote disusun berurutan mulai nomor satu sampai nomor terakhir (nomor footnote pertama dalam bab berikutnya adalah lanjutan nomor footnote terakhir bab sebelumnya), tanpa titik, tanpa kurung, dan Iain-lain.
4.3. Tiap-tiap nomor footnote ditempatkan setengah spasi di atas baris pertama tanpa dibubuhi titik, tanda kurung, dan Iain- lain, tetapi langsung diikuti huruf pertama dalam footnote (tanpa diselingi satu pukulan ketik).
4.4. Tiap-tiap footnote diketik berspasi satu dan dimulai sesudah 1,78 cm dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari suatu footnote dimulai dari margin kiri.
4.5. Kalau suatu footnote terdiri atas dua alinea atau lebih, maka tiap- tiap alinea disusun seperti petunjuk di atas ini.
4.6. Jarak antara tiap-tiap footnote adalah dua spasi.
5. Bentuk/Contoh Foot Note
Berikut ini diuraikan bentuk-bentuk dan contoh-contoh footnote untuk sumber kutipan dari buku, makalah, surat kabar, karya yang tidak diterbitkan, wawancara, ensiklopedi, dan lain-lain.
5.1. B u k u
Yang dicantumkan berturut-turut adalah nomor footnote nama pengarang (nama kecil atau nama depan, nama tengah/initial untuk orang barat umumnya, dan nama akhir atau nama keluarga), judul buku, jilid, cetakan, penerbit, tempat diterbitkan, tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip. Judul buku diberi bergaris atau dicetak miring jilid dan cetakan tidakselalu ada.
a. Satu orang pengarang :
1Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hal. 299
2Lon L. Fuller, Jurisprudence, The Foundation Press, Mineloa, New York, 1949, h. 14.
b. Dua atau tiga orang pengarang:.
3J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastronoto, Pelajaran Hukum Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1973, h. 49.
4Leon Boim, Glenn G. Morgan, dan Aleksander W.
Rudzinski, Lega/Controles in the Soviet Union, A.W. Sijthoff, Leiden, 1966, h. 302.
c. Lebih dan tiga orang pengarang, hanya nama pengarang, pertama yang dicantumkan diikuti et al.,
5Elliot E. Cheatham et al., Conflict of Law, The Foundation Press, Mineola, New York, 1959, h. 104.
6Padmo Wahyono et al., Kerangka Landasan Pembangunan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, h. 37
d. Editor/penyunting/penghimpun.
7Soerjono Soekamto, ed., Identifikasi Hukum Positif Tidak Tertulis Melalui Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Ind.Hill- Co, Jakarta, 1988, h. 105.
e. Lembaga atau Badan :
8Sekretariat Negara, Konferensi Tingkat Tinggi A sean, Bali 23 - 25 Pebruari 1976, h. 85.
9Badan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya Sistem Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan, Binacipta, Bandung, 1977, h. 51.
f. Terjemahan:
10F.J.H.M. van der Ven, Pengantar Hukum Kerja, Cet. II., (terjemahan Sridadi), Kanisius, Yogyakarta, 1969, h. 61.
g. Mengutip dan bahan yang dikutip: penulis yang langsung dikutip dicantumkan lebih dahulu, kemudian penulis asli:
11William, H. Burton, The Guidance of Learning Activities, D.
Appleton-Century Company, Inc., New York, 1952, h. 186, dikutip dan Ernest Hilgard, Theories of Learning, Appleton, New York, 1948, h. 37.
h. Kumpulan karangan :
12John Stanner, Family Relationships in Malaysia, dalam David C. Buxbaum (ed), Family Law and Customary Law in Asia A Contemporary Legal Perspective, Martinus Nijhoff, The Haque, 1968, h. 202.
5.2. Majalah
Yang dicantumkan berturut-turut: nama penulis (seperti pada buku), judul tulisan di antara kutip, nama majalah (diberi bergaris), nomor, tahun majalah dalam angka Romawi (kalau ada), bulan dan tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip.
13Oemar Seno Adji, Perkembangan Delik Khusus dalam Masyarakat yang Mengalami Modernisasi, Hukum dan Pembangunan, No. 2 Th. X, Maret 1980, h. 113.
Kalau tidak diketahui nama pengarang suatu artikel dalam majalah, maka nama pengarang ditiadakan, jadi footnote dimulai dengan judul karangan.
14Sekolah-sekolah di Yogyakarta, Suara Guru II, September 1957, h. 18, 19,21.
5.3. Surat Kabar
15Lim, Sudah Tiba Waktunya Hukum Intergentil Ditinggalkan sebagai Mata Kuliah, Kompas, 28 Agustus, 1979, h. III.
5.4. Skripsi/Tesis/Disertasi
16Heru Supraptomo, Masalah-masalah Peraturan- peraturan Cek Serta Bilyet Giro di Indonesia, dalam Rangka Mengembangkan Sistem Giralisasi Pembayaran, Disertasi Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 1977, h. 263.
5.5. Pidato Pengukuhan Guru Besar
17Rudhi Praetya, Perseroan Terbatas Sebagai Wahana Membahagiakan dan Menestapakan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
5.6. Wawancara
18Wawancara dengan Ketua Pengadilan Negeri Surabaya, 16 Juni 1980
5.7. Tulisan dalam ensiklopedi
Nama penulis diketahui atau tidak diketahui
19Erwin N. Griswold, "Legal Educatioan", Encyclopedia Americana XVII, 1977, h. 164.
20Interpellation, Encyclopedia Britannica XII, 1955, h.534.
5.8. Media Elektronik
21Tahegga Primananda Alfath, Kedudukan Badan Pemeriksaan Keuangan dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia,http://ojs.narotama.ac.id/index.php/tsl/article/view/
35/34, diakses pada tanggal 11 Mei 2015.
22Kedudukan Badan Pemeriksaan Keuangan dalam Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia,
http://ojs.narotama.ac.id/index.php/tsl/article/view/35/34, diakses pada tanggal 11 Mei 2015.
6. Mempersingkat Footnote (pengulangan)
Apabila suatu sumber sudah pernah dicantumkan lengkap dalam footnote, maka footnote itu selanjutnya dapat dipersingkat dengan menggunakan ibid., op.cit., dan loc.cit.
6.1. Ibid
Ibid, kependekan dari ibidem, artinya "pada tempat yang sama"
Dipakai apabila kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang langsung mendahului (tidak disela oleh sumber lain), meskipun antara kedua kutipan itu terdapat beberapa halaman.
Ibid, tanpa nomor halaman dipakai jika bahan yang dikutip diambil dari nomor halaman yang sama. Jika bahan yang dikutip diambil dari nomor halaman yang berbeda, maka digunakan ibid, dengan nomor halaman yang berbeda.
Contoh:
23Dedi Soemardi, Sumber-Sumber Hukum Positif, Alumni, Bandung, 1980, h. 10.
24Ibid.. 34
Ibid, tidak boleh dipakai, jika diantara dua sumber terdapat sumber lain. Dalam hal ini dipakai op.cit. atau loc.cit.
6.2. Op.cit.
Op.cit. kependekan dari dari opera citato, artinya "dalam karya yang telah disebut" Dipakai untuk menunjuk kepada sumber yang telah disebut sebelum- nya dengan lengkap, tetapi telah diselingi
oleh sumber lain. Pemakaian op.cit. harus diikuti nomor halaman yang berbeda.
Kalau dari seorang penulis telah disebut dua macam buku atau lebih, maka untuk menghindarkan kekeliruan harus dijelaskan buku mana yang dimaksud dengan mencantumkan nama penulis diikuti angka Romawi besar I, II, dan seterusnya pada footnote sesudah tahun penerbitan di antara dua tanda kurung.
C o n t o h :
25Sudargo Gautama, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni, Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat Sudargo Gautama I), h. 131.
26Sudargo Gautama, Masalah Agraria, berikut Peraturan- peraturan dan Contoh-contoh, Get. II, Alumni, Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat Sudargo Gautama II), h. 98.
27Sudigdo Hardjosudarmo, Masalah Tanah di Indonesia Suatu Studi di Sekitar Pelaksanaan Landreform di Jawa dan Madura, Bharata, Jakarta, 1970, h. 54.
28Sudargo Gautama I, op.cit,,, h. 139.
Yang dikutip adalah dari karya Sudargo Gautama dalam footnote nomor 17 (bukan 18).
6.3. Loc cit.
Loc.cit. kependekan dari loco citato, artinya "pada tempat yang telah disebut", Digunakan kalau menunjuk kepada halaman yang sama dari suatu sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah diselingi oleh sumber lain. Contoh:
29Komar Kantaatmadja, Hukum Perusahaan Bagi Perusahaan- perusahaan Asing, Tarsito, Bandung, 1984, h.45
31R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung, 1982, h.59
32Kantaatmadja, loc.cit.
33Suryodiningrat, loc. Cit
6.4. Contoh pemakaian ibid, op.cit., dan loc.cit. dalam rangkaian footnote
34Kuntjoro Poerbopranoto, Beberapa Catalan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Cet. II, Alumni, Bandung, 1978, h. 86.
35lbid (berarti: juga dari h. 86)
36Ibid, h. 90 (halamannya berbeda)
37Michael P. Barber, Public Administration, Macdonald &
Evans Ltd., London, 1972, h. 212.
38E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cet. IV, Ichtiar, Jakarta, 1960, h. 178.
39Michael P. Barber, op.cit., h. 215 (halamannya berbeda)
40Utrecht, loc.cit. (berarti: juga dari h. 178) 7. Daftar Pustaka
Pada bagian akhir skripsi dicantumkan Daftar Pustaka. Pada Daftar Pustaka tidak boleh melakukan klasifikasi dengan membuat sub Topik seperti Daftar Buku, Daftar Peraturan Perundang Undangan, dan Iain- lain, karena Daftar Pustaka mencakup semua bahan yang dibaca dalam kegiatan penyusunan skripsi. Di dalamnya sudah termasuk buku, surat kabar, brosur, kamus, dan sebagainya.
7.1. Bentuk daftar pustaka hampir sama dengan bentuk footnote, tetapi ada perbedaan pengetikan sebagai berikut:
a. Nama pengarang mulai diketik pada garis margin, sedangkan baris kedua dan seterusnya dimulai setelah 1,02 cm dari garis margin, dengan spasi satu.
b. Antara dua sumber dikosongkan dua spasi;
c. Nomor halaman tidak ada;
d. Nama pengarang atau penulis disusun menurut abjad tanpa nomor unit dengan mendahulukan nama keluarga (kalau memiliki nama keluarga). Suatu kesulitan ialah menentukan nama keluarga pada nama-nama Indonesia karena tidak semua suku bangsa kita memakai nama keluarga. Dalam hal demikian
yang dijadikan patokan adalah huruf pertama dari nama yang paling dikenal, mis. : Mochtar Kusumaatmadja lebih dikenal dengan nama Mochtar, jadi masuk kelompok huruf abjad M.
Contoh (perhatikan urutan abjadnya).
41Fuller, Lon L., Jurisprudence, The Foundation Press, Mineola, New York, 1949.
42Gautama, Sudargo, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni, Bandung, 1973.
43Kuntjoro Poerbopranoto, Beberapa Catalan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Cet. II, Alumni, Bandung, 1978.
7.2. Kalau sebuah karya ditulis oleh dua atau tiga orang, maka hanya nama pengarang yang pertama yang disusun seperti uraian di atas. Nama penulis kedua dan ketiga ditulis biasa seperti pada footnote. Kalau penulis berjumlah lebih dari tiga orang, maka hanya penulis pertama yang disusun seperti di atas ditambah et.al., seperti pada footnote.
7.3. Apabila dalam daftar pustaka terdapat dua karya atau lebih yang ditulis oleh seorang ahli, maka untuk karya kedua dan seterusnya sebagai pengganti nama penulis dicantumkan garis sepanjang 1,78 (jadi nama penulis tidak perlu diulang);
7.4. Jika sumber dalam daftar pustaka banyak dan bermacam- macam (buku, majalah, surat kabar, brosur, dan Iain-lain), maka sumber- sumber tersebut dikelompokkan dan tiap-tiap kelompok juga disusun menurut abjad.
8. Bahasa
8.1. Bentuk kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang kedua (saya, kami, kita, engkau dan Iain-lain). Dalam
penyajian ucapan terima kasih pada pengantar, saya dapat diganti dengan penulis.
8.2. Isi (Kata) Pengantar mengenai substansi skripsi tidak perlu merendah secara berlebihan supaya tidak timbul kesan pada pembaca bahwa skripsi Anda "tidak ada apa-apanya".
8.3. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan : a. Kalimat-kalimat yang panjang.
b. Kata-kata ".... yang mana ....", "....sejauh mana...."....oleh karena mana..." dan kata-kata lain semacam itu.
8.4. Istilah yang dipakai istilah Indonesia atau yang sudah di Indonesia-kan, jika terpaksa harus memakai istilah asing digunakan huruf italic atau dicetak miring.
8.5. Penggunaan kata penghubung, kata depan, awalan, akhiran dan tanda baca secara tepat, antara lain :
a. Tidak membutuhkan koma untuk kata "bahwa",
"karena", "sebab", "supaya."
b. Membutuhkan koma sebelum kata "akan tetapi",
"tetapi", melainkan", "maka".
c. Membutuhkan koma sebelum dan setelah kata "misalnya",
"contohnya", "yaitu", "ialah"
8.6. Singkatan atau akronim tidak boleh digunakan pada awal kalimat.
9. Hal-hal lain
Gelar, pangkat, dan sebagainya seperti Prof., Mr., S.H., Dr., dan atribut- atribut lain semacam itu terutama dalam footnote dan daftar pustaka tidak perlu dicantumkan.
Perkecualian hanya dalam Kata Pengantar yang berisi pernyataan terima kasih (acknowledgments), dan dengan alasan- alasan tertentu, dalam teks.
Lampiran 1:
KEPASTIAN HUKUM AKTA FIDUSIA
DI BAWAH TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG
SKRIPSI
Disusun Oleh : PUTRA ARYA PRADITA
NIM : 02109012
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
2024
Lampiran 2 (diisi sebelum saat akan mengajukan Ujian Skripsi) :
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI
DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI DENGAN JUDUL :
………
………
LAYAK UNTUK DILAKUKAN SIDANG UJIAN SKRIPSI
SURABAYA, ………
DOSEN PEMBIMBING,
………
MENGETAHUI,
KATUA PROGRAM STUDI HUKUM
BAMBANG ARWANTO, SH., MH.
NIDN : 0705019004
Lampiran 3 (diisi setelah revisi atas hasil ujian skripsi ) :
HALAMAN PERSETUJUAN
SURABAYA, ……….
DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH :
DOSEN PEMBIMBING,
……….
KETUA PROGRAM STUDI,
BAMBANG ARWANTO, S.H., M.H.
Lampiran 4 :
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan sidang Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum Universitas Narotama Surabaya dan dinyatakan telah disetujui serta diterima dengan baik untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada tanggal
………...
DEWAN PENGUJI :
Dr.MIFTAKHUL HUDA, S.H., M.H.
KETUA
………..
EVI RETNO WULAN., SH., MH.
SEKRETARIS
………
BAMBANG ARWANTO, SH., MH.
ANGGOTA
………..