Kecuali ditindaklanjuti Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa “Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapat perlindungan dari tindakan kekerasan fisik. , kejahatan psikis, seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga pengajar, sesama peserta didik dan/atau pihak lain. Negara berkomitmen untuk melaksanakan pasal 31 UUD 1945 tentang anggaran minimal 20% (dua puluh persen) dari Pendapatan Negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta pendidikan dasar gratis dengan Kebijakan Bantuan Operasional Sekolah (OSP) untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) diperuntukkan bagi seluruh anak Indonesia pada satuan pendidikan. Selama berada di satuan pendidikan, pemerintah membuat kebijakan perlindungan anak di satuan pendidikan yang disebut Sekolah Ramah Anak (SRA).
SRA harus mampu menjamin satuan pendidikan mampu mengembangkan minat, bakat dan kemampuan anak serta mempersiapkan mereka untuk memikul tanggung jawab hidup dalam toleransi, saling menghormati dan kerjasama untuk kemajuan dan semangat perdamaian. SRA dikembangkan dengan harapan dapat memenuhi hak dan melindungi sepertiga hidup anak (8 jam sehari) selama berada di unit pengasuhan. SRA merupakan perubahan paradigma orang dewasa di satuan pendidikan menjadi orang tua dan sahabat peserta didik dalam pergaulan sehari-hari di satuan pendidikan, sehingga komitmen satuan pendidikan menjadi SRA merupakan komitmen yang sangat penting dalam menyelamatkan nyawa anak.
DEFINISI SEKOLAH RAMAH ANAK
PRINSIP SEKOLAH RAMAH ANAK
- Kebijakan SRA
- Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terlatih Hak Anak dan SRA
- Proses Belajar yang Ramah Anak
- Sarana dan Prasarana Ramah Anak
- Partisipasi Anak
- Partisipasi Orang Tua, Organisasi Kemasyarakatan, Dunia Usaha, Stakeholder lainnya dan Alumni
- Tingkat Pratama
- Tingkat Madya
- Tingkat Nindya
- Tingkat Utama
- Tingkat Kabupaten/Kota Layak Anak
- Advokasi
- Pelatihan atau Bimbingan Teknis
- Fasilitasi
- Kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah dalam pengembangan SRA
- Membentuk Tim Pelaksana SRA
- Menyusun ulang tata tertib Satuan Pendidikan dan mengisi daftar periksa potensi bersama Orang Tua
- Perencanaan
- Perencanaan
- Kegiatan yang dilakukan oleh Satuan Pendidikan dalam Pengembangan SRA
Sebagai bentuk komitmen dan sinergi, seluruh tahapan pembentukan dan pengembangan SRA dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan satuan pendidikan. Seluruh satuan pendidikan yang menjadi “MAU” akan mempunyai keputusan SRA yang diterbitkan oleh Kepala Daerah/Kepala Dinas Pendidikan/Kantor Wilal/Kantor Agama/. Pemerintah daerah membuat keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah atau Kepala perangkat Daerah terkait bagi seluruh satuan pendidikan yang “INGIN” memulai proses SRA.
Proses pengembangannya dilakukan oleh dua pihak yaitu pemerintah daerah melalui Sekretariat SRA atau Sub Satgas KLA Klaster 4 dan satuan pendidikan itu sendiri. Memberikan pelatihan KHA dan SRA kepada minimal 2 orang guru di setiap satuan pengajaran yang disetujui. Pengembangan sekolah ramah anak di lingkungan satuan pendidikan merupakan tanggung jawab pilar sekolah ramah anak yang terdiri dari satuan pendidikan (sekolah atau madrasah), orang tua dan siswa.
URAIAN KOMPONEN SRA
KOMITMENT TERTULIS /KEBIJAKAN SRA (Bobot: 25%)
Melaksanakan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap peserta didik, termasuk peningkatan kesadaran dan kampanye pendidikan bagi seluruh warga satuan pendidikan. Pemantauan, pengendalian dan penindakan dalam pelaksanaan kebijakan pencegahan dan pengendalian kekerasan terhadap siswa. Menjamin, melindungi dan mewujudkan hak peserta didik atas ibadah dan pendidikan agama sesuai dengan agamanya.
Penerapan kebijakan pemantauan rutin perlindungan anak, dengan fungsi guru demonstrasi, pawai anak dan Persatuan Orang Tua Siswa dan Guru (POMG). menjadi rujukan satuan pendidikan bagi SRA. Penyelenggaraan proses pembelajaran dengan memperhatikan hak-hak anak, termasuk inklusivitas dan non-diskriminasi serta dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan, penuh cinta kasih dan bebas dari perlakuan diskriminatif terhadap siswa di dalam dan di luar kelas, termasuk proses kedisiplinan tanpa merendahkan martabat. martabat anak dan tanpa kekerasan. Khusus satuan pendidikan prasekolah, terdapat alat peraga edukatif (APE) berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI);
Satuan pendidikan mempunyai lambang/tanda/tanda yang berkaitan dengan SRA (misalnya: lambang - dilarang merokok, dilarang melakukan pelecehan, rambu - tempat berkumpul, laki-laki-perempuan, penyandang disabilitas); Satuan pendidikan menyediakan media komunikasi, informasi, edukasi (CIE) tentang SRA (misalnya: langkah-langkah mencuci tangan pakai sabun, membuang sampah pada tempatnya, slogan-slogan bermakna seruan perilaku hidup bersih dan sehat). Siswa diberi kesempatan untuk membentuk komunitas teman sebaya, misalnya membentuk komunitas pelajar untuk menghilangkan kekerasan.
Melibatkan siswa dalam merumuskan kebijakan dan peraturan sekolah serta memetakan potensi sekolah (melengkapi instrumen checklist potensi). Pendidik, tenaga kependidikan dan komite sekolah/madrasah/satuan pendidikan mendengarkan dan mempertimbangkan usulan siswa untuk memetakan pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran sekolah (RKAS) untuk mewujudkan SRA. Mahasiswanya berani dan bisa mengadu tanpa intimidasi dari pihak manapun, termasuk melalui kelompok PIK-R dan Forum Anak.
Inovasi satuan pendidikan berupa kerjasama dengan pihak lain untuk pemenuhan kegiatan pengembangan bakat, kreativitas dan budaya yang diusulkan anak 6. Peran serta orang tua/wali, alumni, organisasi.
Definisi
Jenis dan Kedudukan Sekber SRA Sekber SRA terdiri dari
Sekber SRA Tingkat Pusat
Sekber SRA Tingkat Daerah
- Tugas dan Fungsi Sekber SRA A. Tugas Sekber SRA
Fungsi Sekber SRA
- Keanggotaan Sekber SRA A. Pembina
Sekretariat Bersama Sekolah Ramah Anak (SŠO Sekber) merupakan unit kerja di tingkat pusat dan daerah untuk mendorong terciptanya dan pengembangan SŠO. Mendorong masuknya rancangan dan pengembangan SRA dalam program sekolah kementerian/lembaga atau OPD; Laporan capaian pelaksanaan perancangan dan pengembangan SRA untuk Sekretariat Pusat Presiden melalui Kantor Sekretariat Presiden dan untuk Sekretariat Daerah kepada Kepala Daerah dan Sekretariat Pusat SRA;
- Mekanisme Pembentukan Sekber Sra
Kebudayaan, dan Kementerian Agama tentang kemauan dan usulan pejabat/staf yang akan menjadi bagian dari Sekretariat Bersama SRA;
- Mekanisme Kerja Sekber SRA
Perencanaan
Pelaksanaan
- Pendampingan
- Pengelolaan Informasi
- Koordinasi Pelaksanaan
SRA tersebut dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu SRA yang dibentuk untuk memenuhi 6 komponen dan standar SRA. Sistem manajemen informasi yang dibangun untuk mendukung Sekretariat Bersama SRA dimaksudkan untuk memudahkan pengumpulan, pencatatan, pengelolaan dan analisis data, penyajian, penyiapan bahan publikasi, pendistribusian dan penggunaan data. Jumlah anak yang termasuk dalam kelompok rentan di satuan pendidikan (misalnya anak dari keluarga dengan orang tua yang bercerai, anak dengan kondisi ekonomi rendah, anak yang hidup tanpa orang tua, termasuk anak yang dititipkan ke keluarga karena orang tuanya bekerja sebagai buruh migran). , anak-anak yang termasuk dalam kelompok perawatan khusus, dll.);
Jaringan SRA (Lembaga Pelayanan, Dunia Usaha, Organisasi Kemasyarakatan) yang dapat membantu dalam pembentukan dan pengembangan SRA;
Pemantauan
Evaluasi dan Pelaporan
UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak; Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kota Layak Anak;
KEDUA: Sekolah Ramah Anak (CFS) didirikan untuk mendukung Kota Layak Anak (CFC) Provinsi/Kabupaten/Kota. KETIGA: Dalam melaksanakan kegiatan Sekolah Ramah Anak (SRA), sekolah diharapkan melaksanakan tugas dan wewenangnya sesuai pedoman Kota Ramah Anak dan bertanggung jawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota. KEEMPAT : Segala biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Keputusan ini menjadi beban Gubernur/Bupati/Ketua Kabupaten/Kota......
Pasal 1
PERIJINAN
Siswa yang tidak masuk sekolah karena sakit atau sebab lain harus mengirimkan surat izin dari orang tuanya (dapat dikonfirmasi melalui telepon. Sekolah kemudian harus memberikan surat keterangan tertulis dari orang tua/wali atau surat keterangan dokter kepada yang bersangkutan. sakit selama 3 hari atau lebih Siswa yang meninggalkan kelas karena alasan apapun atau pulang lebih awal harus mendapat izin dari guru kelas dan mogok kerja atau guru pembimbing disertai bukti izin meninggalkan lingkungan sekolah Siswa yang tiba-tiba sakit di sekolah mendapat kesempatan untuk tinggal di UKS selama 30 menit dan dirujuk ke puskesmas kotamadya untuk istirahat/rumah sakit/dipulangkan.
Seragam atas berwarna putih, sedangkan seragam bawah berwarna abu-abu, dipakai pada hari Senin dan Selasa. Celana warna abu-abu memiliki ikat pinggang/ikat pinggang berwarna hitam lebar 4 cm (berlogo) dan kemeja putih terdapat logo di bagian lengan. Celana panjang berwarna putih terdapat ikat pinggang/ikat pinggang berwarna hitam berlogo berukuran lebar 4 cm dan seragam batik terdapat name tag atau label nama di dada kanan.
Celana panjang berwarna hitam dilengkapi dengan ikat pinggang/ikat pinggang berwarna hitam dengan logo selebar 4cm, dan seragam batik dilengkapi dengan nama atau plat di bagian dada sebelah kanan. Mengenakan tank top dan seragam yang dimasukkan ke dalam celana/rok dan memakai ikat pinggang/ikat pinggang hitam berlogo lebar 4cm. Kenakan sepatu mokasin dan tali serba hitam, sesuai peraturan sekolah, dengan kaus kaki putih, kecuali pada hari Jumat yang mengenakan kaus kaki hitam.
Rok berwarna abu-abu dilengkapi dengan ikat pinggang/ikat pinggang berwarna hitam berlogo lebar 4 cm dan kemeja berwarna putih. Mengenakan sepatu pantofel berwarna hitam sesuai peraturan sekolah dan memakai kaos kaki berwarna putih, kecuali pada hari jumat menggunakan kaos kaki berwarna hitam. Setiap kelas dibentuk oleh tim demonstrasi kelas yang selanjutnya bertugas memelihara agama/ketakwaan, keamanan, ketertiban, kebersihan, keteladanan, kekeluargaan, kebaikan, kesehatan, kebersihan dan keindahan (10 K.
Tim Keagamaan/Taqwa, Keamanan, Ketertiban, Kerapian, Keteladanan, Kekeluargaan, Kebaikan, Kesehatan, Kebersihan, Kecantikan (10K) bertugas menyiapkan dan memelihara perlengkapan kelas.
IBADAH
Siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler wajib (pramuka) dan kegiatan ekstrakurikuler pilihannya untuk kelas X dan XI. Setiap kegiatan yang dilakukan di luar sekolah yang melibatkan siswa harus disertai dengan pemberitahuan resmi dari sekolah kepada orang tua/wali siswa. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh kegiatan penilaian (penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian akhir tahun).
Melengkapi persyaratan untuk mengikuti kegiatan pengujian/penilaian (membayar administrasi sekolah sesuai ketentuan yang ditetapkan sekolah).
Pasal 12
Pasal 13
TATA TERTIB
- Membawa surat izin jika tidak masuk sekolah. 10
- Keluar kelas setelah mendapat izin guru. 5 2.8 Siswa Kelas X dan XI menjadi petugas
- Pakaian seragam sesuai dengan ketentuan. 10
- Bersepatu olahraga pada jam olahraga 10 3.5 Siswa putri berjilbab menggunakan jilbab
- Wajah selalu segar selama berada di sekolah. 10 4.4 Merawat dan melestarikan lingkungan
Sepeda motor mematuhi peraturan lalu lintas dan harus diparkir serta dikunci pada tempatnya. Helm diperbolehkan masuk ke kelas. Poin reward berlaku untuk satu tahun ajaran dan skor poin reward disetel ulang ke nol selama tahun ajaran baru. Perhitungan akumulasi poin reward berlaku untuk jangka waktu 2 semester/1 tahun. Perhitungan poin reward yang dikumpulkan setelah melampaui/melebihi 1 tahun (jika tahun studi berubah, poin reward menjadi NOL lagi).
Hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan ini akan ditentukan kemudian berdasarkan kebijakan sekolah.