• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEJABAT JURUSITA PAJAK & SURAT PAKSA

N/A
N/A
sheva ahn

Academic year: 2024

Membagikan " PEJABAT JURUSITA PAJAK & SURAT PAKSA"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

C. PEJABAT DAN JURUSITA PAJAK

Di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ditentukan bahwa Menteri Keuangan mempunyai wewenang menunjuk pejabat untuk penagihan pajak pusat, sementara itu Kepala Daerah mempunyai wewenang menunjuk pejabat untuk penagihan pajak daerah. Pejabat tersebut berwenang mengangkat dan memberhentikan jurusita pajak, menerbitkan surat yang diperlukan untuk penagihan pajak yang tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak.

Pejabat untuk penagihan pajak pusat ialah Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, sementara pejabat untuk penagihan pajak daerah ialah Kepala Dinas Pendapatan Daerah dengan wewenang sebagai berikut:

a. Mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak;

b. Menerbitkan;

1. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;

2. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;

3. Surat Paksa;

4. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;

5. Surat Perintah Penyanderaan;

6. Surat Pencabutan Sita;

7. Pengumuman Lelang;

8. Surat Penentuan Harga Limit;

9. Pembatalan Lelang; dan

10. Surat lain seperti Surat Permintaan Tanggal dan Jadwal Waktu Pelelangan ke Kantor Lelang, Surat Permintaan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT), dll.

Disamping pejabat tersebut diatas, pihak lain yang banyak terlibat adalah jurusita pajak.

Jurusita Pajak merupakan pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan. Tugas Jurusita Pajak yaitu:

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;

b. Memberikan Surat Paksa;

c. Melaksanakan Penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan

Dalam melaksanakan tugas, Jurusita Pajak harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal jurusita pajak dan harus diperlihatkan kepada penanggung pajak untuk membuktikan bahwa ia adalah jurusita yang sah. Jurusita pajak dilengkapi dengan berbagai kewenangan, seperti memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, di tempat kedudukan, di tempat tinggal penanggung pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita. Kewenangan ini berdasarkan landasan bahwa jurusita pajak perlu menemukan objek sita, yang tidak boleh disamakan dengan penggeledahan. Oleh karena itu, dalam menemukan objek sita perlu mengindahkan norma yang berlaku di masyarakat seperti meminta izin penanggung pajak terlebih dahulu.

Jurusita pajak dapat meminta bantuan berbagai pihak, seperti kepolisian, kejaksaan, kalau ternyata penanggung pajak tidak memberi izin atau menghalangi pelaksanaan penyitaan. Bisa juga dengan meminta bantuan kepada instansi lain seperti departemen hukum dan perundang-undangan,

(2)

pemerintah daerah, Badan Pertanahan Nasional, Pengadilan Negeri, Bank, dll untuk objek penyitaan berupa benda tidak bergerak seperti tanah, dll.

Pada dasarnya jurusita pajak melaksanakan tugas di wilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, namun bila dalam suatu kota terdapat beberapa wilayah kerja pejabat maka jurusita pajak dapat melaksanakan tugasnya diluar wilayah kerja pejabat yang mengangkatnya apabila telah ada Keputusan Menteri.

D. SURAT PAKSA

Surat paksa ialah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak yang dikeluarkan jurusita pajak apabila tidak melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu yang telah ditentukan di dalam Surat Teguran.

Surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial, kekuatan hukum yang sama seperti grosse dari putusan hakim sebuah peradilan, sehingga memiliki kekuatan memaksa untuk dapat dilaksanakan tanpa harus proses peradilan.

Surat paksa digunakan sebagai instrumen untuk menagih pajak maupun biaya penagihan yang dapat dilanjutkan dengan penyitaan, penyanderaan maupun pencegahan.

Surat pajak digunakan oleh Jurusita Pajak Pusat & Daerah yang berisi:

1. Kepala surat dan nomor surat diikuti kalimat berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”;

2. Nama wajib pajak/penanggung pajak;

3. Uraian atau keterangan tentang alasan yang menjadi dasar penagihan;

4. Perintah membayar kewajiban pajak dan penyitaan sebagai tindak lanjut;

5. Bagian penutup yang berisi tanggal, nama dan tanda tangan dari pejabat berwenang.

Berikut berbagai kesamaan antara surat paksa dengan putusan pengadilan:

1. Bagian kepala surat hampir sama dengan kepala surat, nomor surat dan kalimat yang sama;

2. Bagian kedua berisi identitas. Surat paksa berisi identitas penanggung pajak, putusan peradilan berisi identitas pihak bersengketa;

3. Uraian mengenai alasan yang menjadi dasar penagihan. Dalam putusan pengadilan juga memuat mengenai uraian ringkatan gugatan, jawaban, dan proses persidangan;

4. Perintah membayar dalam surat paksa dan perintah mengenai kewajiban, hak para pihak, posisi hubungan hukum dalam putusan pengadilan peradilan perdata;

5. Bagian penutup yang garis besarnya sama, hanya untuk putusan peradilan sebelum memuat nama dan tanda tangan, diuraikan mengenai siapa saja para pihak yang hadir pada saat penetapan putusan termasuk susunan hakim yang menangani perkara.

Referensi

Dokumen terkait

TATA CARA PENAGIHAN UTANG PAJAK DENGAN SURAT PAKSA KEPADA WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN.. PAJAK

Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilakukan apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana telah

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau rnemperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh jurusita pajak negara yang berada di Kantor Pelayanan

Utang pajak setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal Surat Teguran tidak dilunas, diterbitkan Surat Paksa yang diberitahukan oleh jurusita pajak

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya Penagihan Pajak atas hutang pajak yang telah jatuh tempo dan tidak dibayar, setelah didahului dengan surat

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan surat paksa diterbitkan apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan pajak jadi , indikator Surat

Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat