1
PEKERJA ANAK DI PENGGERGAJIAN KAYU (SAWMILL)
(Kasus: Di Jorong Pincuran Tujuh, Nagari Tanjuang Kaliang, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung )
ARTIKEL
Oleh:
NAMA: RITA PURNAMA SARI NPM: 12070050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016
2
1 Child Workers in Cutting of Wood Sawmill (A Study Case: at
JorongPincuranTujuhNagariTanjuangKaliangKabupatenSijunjung) By:
Rita Purnama Sar1, Faishal Yasin2, Isnaini3
*The Sosiology Education Student of STKIP PGRI West Sumatera Barat
**The Sosiology Staff of Sosiology Education of STKIP PGRI West Sumatera Barat.
ABSTRACT
This research is motivated by child workers in Sawmill, whom young children are under eighteen years old worked in Sawmill that is they begun to work at 08.00 am until 17.00 pm. The children did not go to school and they spend their time to work, child should get education in the school. In fact, they worked and did not go to school. The purpose of this research is factors of child workeds in Sawmill at Jorong Pincuran Tujuh Nagari Tanjuang Laliang Kabupaten Sijunjung. Teory that is used by researcher in this research is teory of functional structural by Robert King. Merton. Approaching of research that is used by researcher is qualitative approach with its type is descriptive research. Technique of sampling in this research is purposive sampling, Kind of data that is used by the researcher in this research are primary data and secondary data.
There are three ways in technique of data collection that is used by the researcher that is involved observation, deep interview and study of document. Analyzing of data by Miles and Huberman that is used by researcher in this research are collecting the data, reduction of data, presenting the data and drawing of conclusion. It can be concluded that factors that caused child workers in Sawmill are: 1. low of parent’s income. 2. That is child workers did not get education. 3.
Environmental factor.
keywords : child labor and sawmill
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
2Pembimbing I, Staf Pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
3Pembimbing II, Staf Pengajaran Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
2 PENDAHULUAN
Anak adalah amanah (suatu yang dipercayakan), artinya anak sebagai amanah yang dititipkan kepada orang tua untuk dijaga dan dipelihara kelangsungan hidupnya dengan sebaik-baiknya, sehingga dia tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang terdidik dan bermoral serta mempunyai akhlak yang sempurna (karimah). Jadi setiap anak yang lahir ke dunia ini mempunyai hak untuk hidup karena anak adalah karunia dari tuhan yang harus kita jaga (Gandi, 2010:106).
Pengertian pekerja atau buruh anak sendiri secara umum adalah anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain dan untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu dengan menerima imbalan atau tidak (Suyanto, 2010:113). Menurut Undang-Undang RI No 25/1997 tentang ketenagakerjaan tepatnya ayat 20 disebutkan bahwa yang dimaksud anak adalah orang laki-laki atau perempuan yang berumur kurang dari 15 tahun, tapi kalua mengacu pada KHA dan konvensi ILO, maka yang disebut pekerja anak sesungguhnya adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun.
Selain bekerja sendiri dan membantu keluarga, pada komunitas tertentu misalnya di sektor pertanian, perikanan,dan industri kerajian sejak anak-anak biasanya sudah dididik untuk bekerja. Tapi di sini anak yang masih berumur 18 ke bawah sudah bekerja atau melakukan pekerjaan yang seharusnya belum usianya anak tersebut untuk bekerja (Suyanto, 2010:114).
Menurut undang-undang No Tahun 2003 ketenagakerjaan tentang mendefenisikan tenaga kerja anak adalah mereka yang berusia kurang dari 18 tahun.
Keppres 59 tahun 2002 telah mengidentifikasikan 13 jenis pekerjaan terburuk untuk anak, yaitu: mempekerjakan anak-anak sebagai pelacur, mempekerjakan anak-anak di pertambangan, mempekerjakan anak-anak di penyelam mutiara, mempekerjakan anak-anak di bidang konstruksi, menugaskan anak-anak dianjungan penangkapan ikan lepas pantai, mempekerjakan anak-anak sebagai pemulung, melibatkan anak-anak dalam pembuatan dan kegiatan yang menggunakan bahan peledak, mempekerjakan anak-anak di
jalanan, mempekerjakan anak-anak sebagai tulang punggung keluarga, mempekerjakan anak-anak di industri rumah tangga (cottage industries).mempekerjakan anak-anak di perkebunan, mempekerjakan anak-anak dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha penebangan kayu untuk industri atau mengolah kayu untuk bahan bangunan dan pengangkut kayu gelondongan dan kayu olahan, mempekerjakan anak-anak dalam berbagai industri dan kegiatan yang menggunakan bahan kimia yang berbahaya (Sukroni ddk, 2009:4).
Keberadaan pekerja anak ini tidak terlepas dari adanya masyarakat miskin di Indonesia. Masyarakat miskin baik yang tinggal di desa maupun di kota harus bekerja keras untuk meningkatkan kehidupan dan memperbaiki nasibnya. Banyak kasus yang tentang pekerja anak, walaupun telah bekerja dengan jam kerja yang relatif panjang, pendapatan yang diperoleh oleh kelompok miskin masih tetap relatif rendah.
Hubungan kerja yang diterapkan pada pekerja anak adalah bermacam-macam bentuk, anak-anak menerima imbalan atau upah untuk pekerjaannya. Untuk pekerja anak yang magang mereka ada yang dibayar dan ada yang tidak dibayar. Sedangkan sebagai tenaga kerja keluarga umunya anak- anak tidak dibayar (Tjandraningsih).
Berbagai pekerjaan yang digeluti anak yang tidak sekolah, dan pada usia anak banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh mereka seperti mendapatkan pendidikan dan juga mempunyai waktu yang cukup untuk bermain dalam masa perkembangan fisik dan mentalnya mendapatkan mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Pada usia ini kemampuan fisik anak masih terbatas sesuai dengan pertumbuhanya sayangnya dikarenakan berbagai faktor mereka harus bekerja mencari uang.
Menurut ILO (1999), di seluruh dunia saat ini lebih dari 250 juta anak berusia 5-14 Tahun terpaksa bekerja dan kehilangan masa kanak-kanaknya karena mereka harus mencurahkan waktunya terlibat dalam proses produksi, baik di keluarganya sendiri maupun di tempat lain.
Dari jumlah yang dilaporkan ILO tersebut 61% tengarai tersebar di kawasan Asia, dan untuk Indonesia sendiri diperkirakan terdapat sekitar 5 sampai 6,5 juta pekerja
3 anak- bahkan ada yang memperkirakan lebih
besar lagi yang tersebar di berbagai faktor industri besar maupun usaha rumah tangga.
Dibandingkan kondisi 5 atau 10 tahun yang lalu, jelas tantangan yang dihadapi dalam penenganan pekerja anak di Indonesia kini rumit, dan niscaya menuntut kesungguhan serta dukungan dari semua pihak mengeminasi agar masalah ini tidak berkembang makin liar (Suyanto, 2010:115- 116).
Secara empiris banyak bukti yang menunjukan bahwa keterlibatan anak-anak dalam aktivitas ekonomi baik di sektor formal maupun di sektor informal yang terlalu dini cenderung rawan eksploitasi, terkadang berbahaya dan mengganggu perkembangan fisik, psikologis dan sosial anak, dampak pekerja anak di Indonesia bukan terletak pada pekerjaannya, tapi pada pengaruh negatif akibat terlalu dini bekerja, termasuk kuranya kesempatan anak-anak itu untuk memperoleh pendidikan, baik itu di sektor formal maupun di sektor informal, di sektor formal yaitu di berbagai pabrik sebagai buruh pabrik dan disektor informal yaitu seperti sektor pertanian, dan industri kecil (Suyanto, 2010:120-123)
Salah satunya pekerja anak yang terjadi di industri penggergajian kayu primer (sawmill), di Jorong Pincuran Tujuh Nagari Tanjuang Kaliang Kabupaten Sijunjung, yang mana sawmill berasal dari bahasa inggris yang artinya yaitu penggergajian kayu, berdasarkan fenomenanya yang terjadi di Jorong Pincuran Tujuh, Nagari Tanjuang Kaliang, Kecamatan Kamang Baru,Kabupaten Sijunjung maka peneliti ingin meneliti tentang Pekerja Anak di Penggergajian kayu (Sawmill) Kasus: Di Jorong Pincuran Tujuh, Nagari Tanjuang Kaliang, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung.
Maka dari itu Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan pekerja anak di sawmill di Jorong Pincuran Tujuh, Nagari Tanjuang Kaliang, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Pemilihan informan dilakukan mekanisme Purposive sampling karena peneliti telah menetapkan kriteria-kriteria
tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang dijadikan sumber informasi. Informan dalam penelitian ini 20 0rang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi.wawancara dan studi dokumen.
Unut analisis dalam penelitian ini kelompok, yaitu pekerja anak di sawmill. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data yang dikembangkan oleh Milles dan Huberman. Lokasi peneltian ini di lakukan di Jorong Pincuran Tujuh Nagari Tanjuang Kaliang Kabupaten Sijunjung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pekerja yang ada di sawmill ini tidak memiliki pekerjaan lain dan mata pencarian lain, kalau mata pencarian lain, kecuali memotong karet, kalau memotong karet kebun karet juga tidak ada dan memotong karet itupun milik orang lain, di tambah sekarang harga karet yang murah dan bisa dibilang tidak berharga yaitu 1 kg hanya 5.000 jadi tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, jadi sini pekerja di sawmill ini lebih memilih bekerja di sawmill di bandingkan bekerja memotong karet, kalau bekerja di sawmill ini setiap hari dan tidak tergantung cuaca hujan atau panas, tapi kalau memotong karet apabila hari hujan itu tidak bisa memotong karet, maka dari itu banyak yang bekerja di sawmill ini apalagi pekerja anak banyak terdapat di sini, karena anak ini tidak sekolah, jadi dia ikut bekerja mencari uang membantu keluarganya dalam memenuhi kebutugan hidup. Pekerja di sawmill ini mulai bekerja yaitu dari jam 08:00 sampai 17:00 WIB, mereka hanya menghasibkan waktunya sehari-hari di sawmill ini untuk mencari uang menafkahi keluarganya.
Pekerjaan yang dilakukan yaitu bermacam-mamcam yaitu mulai dari kayu diambil di hutan sampai kayu diolah dan siap untuk dijual, pekerjaan seperti menarik kayu, kayu ditarik dengan menggunakan tali tambang dari tempat ditebang sampai ke tempat kayu dikumpulkan, kayu ini biasanya ditarik yaitu ada yang melalui sungai ada juga yang melalui darat, jarak dari tempat kayu tersebut ditebang ke tempat kayu dikumpulkan yaitu kurang lebih dari 3 sampai 4 km. Kayu yang ditarik anak
4 tersebut yaitu panjangnya lebarnya tebalnya
10 cm, lebar 20 cm, dan panjang 4 m Selain manarik ada juga anak ini yang bekerja memuat dan bongkar kayu, muat kayu ini adalah memasukan kayu ke truk untuk dibawah ke sawmill dan bongkar kayu yaitu menurunkan kayu dari truk dan sampai di sawmill kayu di bongkar. Jarak tempat muat ke sawmill yaitu kurang lebih 1 km, setelah itu kayu kemudian diolah. Pada tahap pengolahan kayu ini juga ada anak yang terlibat di dalamnya yaitu pada bagian meragi atau membliner adalah membetuk kayu menjadi bersegi yaitu segi tiga, supaya kayunya berbentuk.
Setelah kayu siap diolah, kayu tersebut diikat sesuai dengan yang telah ditentukan oleh pemilik sawmill, pekerjaan ini dikerjakan oleh khusus pekerja mengikat kayu, pekerjanya adalah sebagian besar ibuk-ibuk dan anak yang berumur dibawah 18 tahun. Biasanya pekerja disini bekerja dari pagi jam 08:00 -17:00 sore dan anak yang bekerja di sawmill ini adalah anak yang tidak sekolah dan ada juga anak yang tamat SD tapi tidak melanjutkan sekolahnya, hari- harinya hanyalah untuk bekerja mencari uang demi membantu ekonomi kelurganya, walaupun sering merasakan letih dan kecapekan setelah pulang bekerja, tapi anak ini tetap semangat untuk bisa bekerja ke esokan harinya, pekerja anak disini banyak bisa dikatakan pekerjaan berat karena menarik,memuat, mengolah dan mengikat kayu, dan membutuhkan tenaga yang banyak, jadi pekerja anak ini merasakan dampaknya yaitu seperti perkembangan fisiknya yang kurang dan juga kehilangan waktu bermain dengan teman sebayanya, dan juga sering merasa minder dengan temannya.
Upah yang diberikan pemilik sawmill ini yaitu perminggu perhari dia bekerja, kalau anak bekerja di bagian mengikat kayu yaitu per ikat kayu yang diadapatkan perminggunya, tapi selain pekerjaan mengikat kayu upah yang riberikan oleh pemilik sawmill itu ditetapkan yaitu Rp 100.000 ribu perminggunya, dalam sebulan anak mendapatkan upah Rp 400.000 kecuali yang bekerja mengikat kayu, karena biasanya yang mengikat kayu ini upahnya tidak tetap jadi minimalnya upahnya dalam seminggu itu Rp 70.000 dan ada juga lebih dari itu tergantung banyak ikat kayu yang
dia dapatkan. Maka dari itu dari hasil penelitian faktor penyebab pekerja anak di sawmill ini dalah sebagai berikut:
1. Rendahnya Penghasilan Orang tua Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, rendahnya mutu kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan primer/kebutuhan dasar.
Kebutuhan primer merupankan tuntutan secara alamiah yang harus terpenuhi oleh manusia seperti makanan, pakaian, dan perumahan (sandang, pangan dan papan) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya kebutuhan primer adalah kebutuhan yang sangat dibutuhkan orang dan sifatnya wajib untuk dipenuhi (Widyaningsih, 2009:120). kebutuhan pokok ini dibagi menjadi tiga bagian:
a. Sandang
Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai mahluk berbudaya. Pada awalnya pakaian berfungsi sebagai perlindung dari panas dan dingin, lama kelamaan fungsi pakaian berubah, yakni untuk memberi kenyamanan sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan lainya, b. Pangan
Pangan adalah kebutuhan paling utama manusia, pangan dibutuhkan manusia secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Eksentifikasi adalah usaha untuk mencukupi kebutuhan pangan dinegara-negara berkembang dilakukan secara tradisional atau dengan cara memperluas lahan pertanian. Kebutuhan pokok memegang peran utama memenuhi kebutuhan penduduk atau masyarakat.
b. Papan
Papan adalah kebutuhan manusia untuk berteduh, seperi tempat tinggal (rumah) adalah termasuk kebutuhan manusia yang harus terpenuhi, apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka seseorang
tersebut bisa dikatakan
miskin.(Faturrochman, 1994:)
rendahnya penghasilan pengasilan orang tua maka tida dapat memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan, dan papan, maka dari itu anak ikut mencari uang yaitu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yaitu dengan bekerja di sawmill,
5 Rendahnya pengasilan orang tua
yaitu pendapatan orang tua yang hanya Rp 700.000 perbulan tidak mencukupi kebutuhan kelurganya maka dari itu tidak dapat memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan, dan papan, maka dari itu anak ikut mencari uang yaitu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yaitu dengan bekerja di sawmill.
Berdasarkan hasil penelitian orang tua dari pekerja anak di sawmill ini tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti untuk makan, membeli pakaian orang rua dari anak ini tidak bisa memenuhi semua itu maka dari itu anak ini ikut bekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, hasil observasi juga membuktkan rumah atau tempat tinggal dari keluarga anak yang bekerja di sawmill ini hanya terbuat dari kayu dan juga tidak memiliki fasilitas seperti TV, kipas angin dan juga tidak memiliki tempat WC dan tidak memiliki sumber listrik sendiri serta untuk memasak masih memakai kayu bakar.
Penghasilan orang tua yang tidak mencukupi dan memenuhi kebutuhan keluarga maka itu menjadi alasan pekerja anak di sawmill ini, pekerja anak ini hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tidak mencukupi anak lebih memilih untuk bekerja di bandingkan sekolah, demi untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dengan mereka bekerja maka bisa membantu orang tuanya untuk mencari uang memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli beras,bahan untuk di masak dan beli yang lainya itu perminggu.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam keluarga suami atau istri harus bekerja.
Dengan bekerja mereka akan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Jika seseorang tidak memiliki pekerjaan maka akan menyebabkan rendahnya kualitas hidup mereka, mulai dari pemenuhan pangan bahkan pendidikan.
Berdasarkan penelitian di Jorong Pincuran Tujuh sebagian orang tua bekerja sebagai petani karet. Kebun karet yang digunakan untuk bekerja ini adalah milik orang lain dan bagi hasil dengan pemilik kebunnya.
Kurangnya penghasilan orang tua menyebabkan anaknya juga harus ikut bekerja membantu orang tua memenuhi kebutuhan. Anak di Jorong Pincuran Tujuh ini bekerja di Sawmill yaitu menarik kayu.
Kayu ini di tarik dari tempat kayu di tebang sampai ketempat pelabuhan kayunya, bongkar muat kayu, yaitu kayu yang telah sampai di tempat pengumpulan kayu, kayu tersebut di muat ke Truk dan dibawah ke sawmill yang jarak sawmill nya tersebut kurang lebih 1 Km. Selanjutnya, mengolah kayu, yaitu kayu yang telah sampai di sawmill kemudian diolah, dengan menggunakan mesin sawmill nya, dan kayu yang telah diolah langsung diikat. Anak ini bekerja dari pagi jam 08.00 sampai 17.00.
kebanyakan dari anak ini tidak lagi sekolah, disebabkan tidak adanya biaya untuk sekolah dari orang tua. Karena penghasilan orang tua terkadang juga tidak cukup untuk kebutuhan pokok, maka anak ikut bekerja membantu memenuhi kebutuhan kelurganya.
2. Minimnya Pengetahuan atau kurangnya Motivasi yang diberikan Orang Tua tentang Pendidikan
Untuk mendorong mutu Pendidikan di Indonesia pemerintah telah menetapkan peraturan wajib belajar 12 tahun, namun hal tersebut tidak semuda yang di harapkan, berdasarkan hasil penelitian masih banyak anak yang seharusnya bersekolah, tapi malah bekerja sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan keluarga, dalam pendidikan peran orang tua sangat penting, untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada anak untuk mendapatkan pendidikan.
Motivasi yang diberikan orang tua sangat penting untuk anak, motivasi orang tua bisa menambah semangat anak untuk melanjutkan pendidikan, namun kenyataan dilapangan sebagian orang tua belum memahami tentang pentingnya pendidikan.
Terlihat dari kebiasaan yang sudah turun temurun. Sikap orang tua yang menganggap tidak pernah memberikan motivasi kepada anak untuk pendididikan. Itu disebabkan oleh kurangnya pendidikan orang tuanya, seperti yang terjadi di Jorong Pincuran Tujuh Nagari Tanjuang Kaliang Kabupaten Sijunjung, disini banyak anak yang tidak sekolah dan melanjutkan sekolah, karena anak di sini tidak begitu termotivasi untuk sekolah, karena tidak ada dukungan dan semangat yang diberikan orang tua kepada anak, karena rendahnya pola pikir orang tua akan pendidikan, seperti ungkapan yang di sampaikan orang tua, anaknya sudah tamat SD itu sudah cukup, karena dia dulunya juga
6 tidak sekolah, tapi tetap juga bisa bekerja,
menurut orang tua sekolah itu untuk mencari pekerjaan, di kalau tidak sekolah juga bisa bekerja, sebab di kampung banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan, jadi tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, dulu orang tua dari anak juga tidak sekolah, karena keadaan ekonomi dan tempat untuk sekolah dulu itu jauh, dan ditambah lagi juga tidak ada yang memberikan semangat dan motivasi untuk sekolah, jadi orang tua tidak tau pentingnya pendidikan itu untuk anak.
Di Jorong Pincuran Tujuh Nagari Tanjuang Kaliang Kabupaten Sijunjung ini sangat minimnya pengetahuan orang itu disebabkan karena masyarakatnya yang banyak tidak sekolah di bandingkan yang sekolah, jadi anak di sini dia tidak bisa melihat dunia luar bagaimana pentinganya pendidikan dan anak hanya lingkungan disekitar mereka, jadi anak banyak yang tidak mau sekolah mereka melihat dan mencotoh orang tua atau generasi sebelumnya untuk dijadikan pedoman, begitupun dengan orang tua dari anak tersebut mereka tidak tahu apa itu pentingnya pendidikan tersebut untuk anaknya, mereka tidak mempedulikan semua itu, yang mereka pikirkan hanyalah bisa hidup dan tidak penting sekolah.
Berdasarkan data yang di dapatkan di lapangan orang tua dari pekerja anak sawmill ini tidak memiliki pendidikan, mereka tidak tamat SD, di sini orang tua dari anak ini tidak tahu pentingkanya pendidikan tersebut karena mereka tidak memiliki pendidikan, maka dari itu anak kurang mendapatkan motivasi tentang pendidikan dari orang tuanya.
3. Faktor Lingkungan
Selain faktor kemiskinan dan faktor pendidikan, faktor lingkungan sosial masyarakat Jorong Pincuran Tujuh juga sangat mempengaruhi pekerja anak di sawmill, karena lingkungannya di Jorong Pincuran Tujuh di sini adalah terdapat sawmill dan sejak berdirinya sawmill pada tanggal 2014 banyak pekerja anak di sawmill ini untuk bekerja mencari nafka Pekerja anak disini adalah anak yang tidak sekolah, mereka bekerja disini karena melihat adanya peluang untuk mereka mencari uang, jadi anak beranggapan dengan adanya sawmill ini dia bisa juga bekerja disini, untuk mencari uang dalam memenuhi kebutuhan
keluarganya, ditambah lagi dengan banyaknya teman yang ikut bekerja disini, jadi dia memilih untuk bekerja di bandingkan sekolah, karena kalau mereka sekolah menghabiskan uang orang tuanya saja, lebih baik dia memanfaatkan peluang bekerjadi sawmill ini. Jadi alasan anak bekerja di sawmill ini karena lingkungan yang mendukung, yaitu sawmill yang sudah ada di Jorong ini dan bisa untuk mendapatkan pekerjaan, makanya anak memutuskan bekerja di sawmill ini bisa juga mencari uang untuk diri sendiri dan membantu orang tua.
Sebelum sejak adanya sawmill di Jorong Pincuran Tujuh ini anaknya juga banyak yang bekerja, yaitu seperti memotong karet, tapi sejak adanya sawmill ini anak banyak yang bekerja di sawmill, seperti orang tua dari anak ini, dulu mereka tidak sekolah maka suda bekerja mencari uang untuk mencari uang untuk membantu keluarga dan memenuhi kebutuhannya, mereka dari dulu suda terbiasa bekerja, jadi sampai sekarang, di Jorong Pincuran Tujuh Kabupaten Sijunjung ini kalau tidak sekolah mereka pasti bekerja karena, karena keadaan dan juga faktor lingkunganya yang banyak terdapat pekerja anak jadi anak tertarik untuk ikut-ikutan bekerja, apalagi yang tidak sekolah, untuk mencari uang saja dia tidak minta lagi sama orang tuanya, apalagi sejak berdirinya sawmill ini banyak anak yang bekerja di sini yaitu dengan berbagai macam pekerjaan yang mereka lakukan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulannya sebagi berikut:
Berdasarkan hasil penelitian di Jorong Pincuran Tujuh Nagari Tanjuang Kaliang Kabupaten Sijunjung dapat di simpulkan Faktor yang menyebabkan pekerja anak di sawmill itu adalah karena faktor Kemiskinan (rendahnya penghasilan orang tua), Pendidikan (minimnya pengetahuan dan motivasi yang diberikan orang tua tentang pendidikan, dan Lingkungan sosial (sejak berdirinya sawmill). Di Jorong Pincuran Tujuh sebgaian besar mata pencarian masyarakat adalah petani karet, mereka memotong karet milik orang lain, dan penghasilannya juga
7 tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, jadi
kurang penghasiln orang tua menyebabkan anak harus bekerja untuk mencukupi semua itu.
Faktor pendidikan juga menyebabkan pekerja anak di sawmill, motivasi orang tua kepada anak akan pendidikan ini juga tidak ada, karena orang tua yang tidak memiliki pendidikan, makanya orang tidak tahu pentingnya pendidikan itu untuk masa depan anaknya, kalau anak tidak sekolah orang tua tidak melarang, yang penting anaknya bisa bekerja itu sudah cukup di Jorong Pincuran Tujuh banyak anak yang tidak sekolah, karena tidak adanya motivasi dari kalurga, anak berfikiran kalau dia sekolah hanya menghabiskan uang orang tuanya saja, dan tidak mendapatkan pekerjaan, maka dari itulah anak lebih memilih untuk bekerja dibandingan sekolah. Selanjutnya faktor lingkungan juga mempengaruhi pekerja anak di sawmill, sejak adanya sawmill ini banyak banyak peluang kerja untuk masyarakat disini, mulai dari orang dewasa dan sampai anak-anak sekalipun.
Pekerja anak disini adalah anak yang tidak sekolah, dia memilih bekerja disini karena adanya sawmill di Jorong Pincuran Tujuh ini, dan bisa bekerja disini untuk mendapatkan uang membantu keluarga.
Jadi dalam peneliti ini masalah pekerja anak dapat di analisis dengan menggunakan teori fungsionalisme srtuktural menurut Rober King Merton yang membahas adanya fungsi laten dan fungsi manifes, fungi laten di sini tidak selalu negatif, fungsi laten menurut teori ini ada juga yang positif dan ada juga yang negatif seperti menganalisis masalah pekerjaan anak di sawmill dengan menggunakan teori ini, Fungsi manifes dalam penelitian ini adalah dengan adanya pekerja anak jadi bisa membantu orang tua dan dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan bisa hidup mandiri.
Sedangkan fungsi latennya yang negatifnya yaitu dengan anak bekerja, anak tersebut tidak mendapatkan pendidikan, adanya eksploitasi,kurangnya kasih sayang dan perhatian yang penuh dari orang tuanya, dan fungsi laten yang positifnya yaitu bisa lebih mandiri, mendapatkan pengalaman baru, bisa belajar berwirausaha tapi karena keadaan ekonomi yang kurang mampu, jadi
anak di sini harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, melihat orang tua yang kehidupannya susah, anak lebih memilih untuk membantu bekerja di bandingkan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2010.
ProsedurPenelitianSuatuPendekata nPraktek (EdisiRevisi ). Jakarta:
RinekaCipta.
Alimandan.2011.George Ritzer: Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Wali Pers.
Bungin, Burhan. 2011. Metode penelitian kuantitatif: komunikasi ekonomi dan kebijakan publik serta ilmu- ilmu lainnya. ( edisi ke 2) jakarta:
kencana.
Maleong,Lexy (2010). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Ritzer, George dan Goodman, J. Douglas.
(2010). Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Kencana Soelaeman.
Lapian, Gandi. (2010). Trafiking Perempuan dan Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Suyanto, Bagong. (2010). Masalah Sosial Anak. Jakarta:Kencana Perdana.
Tjandraningsi, Indrasari. (1995).
Pemberdayaan Pekerja Anak: Studi Mengenai Pendampingan Pekerja Anak. Bandung: AKATIGA.
Faturrocman Maroelius Molo. “Karakteristik Rumah Tangga Miskin”. Populasi.
Volume 5. Nomor 1. Tahun 1994.
Pekerja Anak. Bandung:
AKATIGA.
Sukroni, Achmad ddk. 2009. Pekerja Anak di Indonesia. Jakarta: PT. Sibna Sarana
8