PEKERJA ANAK SEBAGAI TUKANG OJEK
Studi Kasus di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok
Dr. Zusmelia M.Si1Isnaini M.Si2Utari Nofrade3
Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
Child workers as motorcycle taxi-driver in Cupak Gunung Talang Subdistrict Solok District have been around since 2010. The child workers are still in school, they school while working. This job should do by an adults with driving license if this job is doing by a children, then will impact them, people & society. Research purpose is 1) Describe the child workers as motorcycle Taxi-driver, in Cupak Gunung Talang Subdistrict Solok District 2) Describe socio economy impact for child workers as motorcycle taxi-driver in Cupak Gunung Talang Subdistrict Solok District 3) Describe socio cultural impact for child workers as motorcycle taxi-driver in Cupak Gunung Talang Subdistrict Solok District.This research use paradigm of social fucts with Structural functionalim theory who carried by Robert K. Merton.
¹Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
²Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
³Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat angkatan 2011
PENDAHULUAN
Pekerja atau buruh anak adalah anak- anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak (Suyanto, 2010:113).
Pekerja anak hakekatnya adalah anak-anak yang harus terjun kedunia kerja sebelum mencapai usia legal untuk bekerja sehingga hak-hak dasar mereka terampas. Beberapa bentuk hak dasar tersebut antara lain adalah hak kebebasan untuk memilih dan jaminan untuk tumbuh kembang secara utuh baik fisik maupun mental, termasuk hak untuk bersekolah (Sulistri, 2007:16). Menurut Gootear dan Kanbur dalam (Suyanto, 2010:122), secara empiris banyak bukti yang menunjukkan bahwa keterlibatan anak-anak dalam aktifitas ekonomi, baik disektor formal maupun informal yang terlalu dini cenderung rawan eksploitasi, terkadang berbahaya dan menggangu perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anak.
Fenomena tentang pekerja anak peneliti temui di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok, yaitu anak bekerja sebagai tukang ojek. Pekerja anak sebagai tukang ojek ini telah ada sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pekerjaan sebagai tukang ojek merupakan salah satu pekerjaan sektor publik, ojek ini sangat membantu sehingga kehadirannya sangat dibutuhkan.
Dibutuhkan untuk membantu mobilitas masyarakat, dibutuhkan karena kelincahan dan kepraktisannya dalam menyusuri jalan- jalan kecil dan sempit yang tidak dapat dilalui oleh angkutan umum resmi.
Pekerjaan ini merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh kaum laki-laki dewasa yang memiliki SIM, tetapi sekarang berdasarkan observasi yang dilakukan pada bulan November sudah ada anak-anak yang melakukannya. Bekerja sebagai tukang ojek tidak harus punya keahlian khusus, profesi, ataupun ijazah, yang dibutuhkan hanya sepeda motor dan bisa mengendarai sepeda motor tersebut. Karena kemudahan itulah maka banyak para laki-laki dewasa baik yang telah berkeluarga ataupun belum berkeluarga menjadikan mengojek sebagai pekerjaan utama. Bekerja sebagai tukang ojek terlihat mudah, tetapi tantangan dan dampak yang dirasakan sangat berbahaya, seperti salah satunya kecelakaan. Apalagi
kalau pekerjaan tersebut dilakukan oleh anak-anak, yaitu usia di bawah 17 tahun, dan belum mempunyai SIM (Surat Izin Mengemudi). Kenyataan itulah yang peneliti temukan di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok
Observasi tanggal 2 Januari di pangkalan ojek Simpang Balai Rawang Nagari Cupak peneliti menemui ada 26 orang tukang ojek yang sedang bekerja.
Diantaranya peneliti menemukan 12 orang anak yang menjadi tukang ojek. Observasi tanggal 3 Januari di pangkalan ojek Panyalai Nagari Cupak peneliti menemui 22 orang tukang ojek yang sedang bekerja, diantaranya peneliti menemui 2 orang anak yang bekerja sebagi tukang ojek. Usia mereka berkisar dari 14 sampai dengan 16 tahun. Diantara 14 orang anak yang bekerja sebagi tukang ojek ada yang masih bersekolah dan ada pula yang putus sekolah.
Mereka yang masih sekolah ada 6 orang dan 8 orang lainnya sudah putus sekolah.
Pekerjaan sebagai tukang ojek di Nagari Cupak terutama di pangkalan ojek Simpang Balai Rawang dan pangkalan ojek Panyalai itu tidak terstruktur, karena tidak ada pendaftaran secara khusus, pekerjaan sebagai tukang ojek bisa dilakukan oleh siapa saja yang ingin mengojek asalkan punya kendaraan yang bisa digunakan untuk mengojek. Pada pangkalan ojek tidak ada yang menjadi ketua perkumpulannya, sehingga ketika menunggu penumpang di pangkalan ojek tersebut tidak memakai aturan, hanya memakai prinsip siapa cepat dia dapat. Ketika ada mobil yang berhenti maka para tukang ojek akan berkejaran ke arah mobil tersebut dan saling rebutan penumpang. Namun ketika berebutan penumpang biasanya tukang ojek yang lebih dewasa mengalah terhadap anak-anak, mereka lebih memberikan kesempatan kepada anak terlebih dahulu. Anak-anak yang bekerja sebagai tukang ojek dalam membawa motor terkadang sering kebut- kebutan, ugal-ugalan, saling rebutan penumpang, dan ketika membawa penumpang mereka juga kurang hati-hati.
Ketika bekerja mereka bebas berteman dan bergaul dengan siapa saja. Ikut sertanya anak dalam bekerja sebagai tukang ojek maka akan menimbulkan dampak sosial ekonomi serta dampak sosial budaya terhadap anak itu sendiri.
JENIS DATA DAN METODE
Penelitian ini mulai dilakukan sejak tanggal 2 Januari sampai 6 April 2015.
Tempat penelitian ini, di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dan tipe penelitian ini adalah bertipe deskritif .
Metode pemilihan informan dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling (Moleong, 2010: 123). Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan data primer dan data skunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumen.
Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data Miles dan Huberman.
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pekerja Anak 1. Usia Pekerja Anak
Anak yang bekerja sebagai tukang ojek di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok rata-rata masih berada pada usia sekolah dan belum pantas untuk bekerja. Usia anak yang bekerja sebagai tukang ojek rata-rata 14 sampai dengan 16 tahun yang terdiri dari beragam urutan kelahiran dan memiliki beberapa jumlah saudara. Pekerjaan sebagai tukang ojek dimulainya dari usia 12 tahun. Anak bekerja sebagai tukang ojek sudah bekerja paling lama 5 tahun.
2. Pendidikan Pekerja Anak
Pekerja anak sebagai tukang ojek di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok memiliki pendidikan yang rendah yaitu dari tingkat SD dan SMP, ada yang sampai tingkat SMA tetapi hanya sampai kelas satu. Banyak diantara mereka yang sudah berhenti sekolah, namun ada juga yang masih sekolah sambil bekerja.
Alasan anak berhenti sekolah yaitu karena kurangnya biaya, orang tua tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan juga yang malas sekolah. Anak yang masih sekolah karena keinginan sendiri, mereka sadar bahwa sekolah itu penting dan tak terlepas dari dorongan orang tua.
3. Alasan Anak Bekerja Sebagai Tukang Ojek
a. Memenuhi Kebutuhan Harian Keluarga
Salah satu alasan anak bekerja sebagai tukang ojek yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membeli beras dan lauk-pauk, karena orang tua yang hanya sebagai buruh tani sehingga anak harus ikut serta dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.
Penghasilan anak di berikan kepada orang tuanya yaitu Rp.20.000 sampai dengan Rp.30.000.
b. Menggantikan Peran Orang Tua Sebagai Pencari Nafkah
Anak bekerja sebagai tukang ojek alasannya menggantikan orang tuanya yang sudah tidak sanggup lagi untuk bekerja, sehingga anak dapat dikatakan sebagai pencari nafkah, karena peran orang tua telah digantikan oleh anak yaitu peran bapak yang seharusnya memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi dalam hal ini anak yang melakukannya.
Bapak dan Ibu yang sudah tidak sanggup lagi untuk bekerja karena penyakit yang diderita oleh Ibu dan Bapak yang sudah tua, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tanggung oleh anak yang bekerja sebagai tukang ojek.
c. Permintaan Orang Tua
Anak bekerja karena ada dorongan dari orang tua. Orang tua meminta anak tetap bekerja dengan alasan untuk biaya sekolah dan beli buku. Anak karena ingin tetap sekolah maka ia mengikuti keinginan orang tuanya. Orang tua hanya bekerja sebagai buruh tani yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti beli beras dan lauk-pauk, jadi untuk biaya sekolah anak yang harus menanggung sendiri dengan hasil bekerja sebagai tukang ojek.
d. Keinginan Sendiri, Iseng, Ikut-ikutan Teman
Anak yang bekerja sebagai tukang ojek awalnya hanya sekedar iseng dan ikut-ikutan teman namun kemudian muncul keinginan sendiri, karena ada kepuasan terhadap dirinya ketika ia mendapatkan uang dari hasil bekerja sebagai tukang ojek.
4. Motor yang Digunakan Pekerja Anak Sebagai Motor Ojek
Pekerja anak sebagai tukang ojek rata-rata menggunakan motor milik orang tuanya untuk bekerja, namun diantara
mereka juga ada yang menggunakan motor milik orang lain. Motor yang digunakan pekerja anak sebagai motor ojek rata-rata dibeli dengan kredit namun ada juga yang dibeli dengan lunas.
5. Penghasilan Pekerja Anak Sebagai Tukang Ojek
pekerja anak sebagai tukang ojek memiliki penghasilan rata-rata paling sedikit Rp.40.000 sampai paling banyak Rp.120.000 /harinya. Penghasilan yang didapatakan oleh pekerja anak sebagai tukang ojek tersebut akan dibagi untuk a).
Membayar uang setoran kepada pemilik motor (bagi anak yang meminjam motor kepada orang lain). b). Memenuhi kebutuhan keluarga dengan memberikan penghasilan kepada orang tua dari pekerja anak. c).
Memberi uang jajan kepada saudara yang masih bersekolah. d). Membeli keperluan pribadi seperti jajan, beli rokok dan lain sebagainya. e). Membeli bensin. f).
Ditabung.
6. Aktifitas Pekerja Anak Sebagai Tukang Ojek
Pekerja anak sebagai tukang ojek di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok melakukan pekerjaan sebagai tukang ojek dari pagi sampai malam.
Bagi mereka yang sudah putus sekolah waktu bekerjanya mulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB, namun bagi mereka yang masih bersekolah waktu bekerja mulai dari pulang sekolah sampai pukul 19.00 WIB.
7. Kendala yang Dihadapi Anak Ketika Bekerja
Kendala sebagi tukang tukang ojek tampak sulit dan banyak sekali. Kendala tersebut dapat berupa tantangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh pekerja anak sebagai tukang ojek. Tantangan pekerja anak sebagai tukang ojek dimaksud adalah segala sesuatu hal yang memotivasi anak untuk tetap semangat bekerja sedangkan rintangan pekerja anak sebagai tukang ojek adalah segala sesuatu hal yang dapat mengahalangi anak saat bekerja sebagai tukang ojek.
2. Dampak Sosial Ekonomi Bagi Anak yang Bekerja Sebagai Tukang Ojek Pekerjaan sebagai tukang ojek yang dilakukan oleh anak jika dilihat dari segi
sosial ekonomi, maka tampak bahwa dengan ikut serta anak dalam bekerja membawa dampak positif bagi anak dan keluarga.
Dampak sosial ekonomi terhadap pekerja anak sebagai tukang ojek yaitu anak dapat menggantikan peran orang tua sebagai pencari nafkah, anak dapat membantu perekonomian keluarga, dan anak juga mempermudah masyarakat dalam hal transportasi karena cepat dan murah.
3. Dampak Sosial Budaya Bagi Anak yang Bekerja Sebagai Tukang Ojek Dampak sosial budaya tampak dari pendidikan dan perilaku anak anak, dengan bekerja dapat memberi dampak yang buruk terhadap pendidikan anak yaitu dengan bekerja anak menjadi tidak ingin sekolah dan menganggap pendidikan itu tidak penting lagi, kemudian anak sering bolos sekolah dan ketinggalan pelajaran, karena anak mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara bekerja dengan sekolah. Anak yang bekerja lebih memilih menghabiskan waktu ditempat kerja dibandingkan belajar dan bersekolah, selanjutnya kalau dilihat dari tingkah laku anak maka dapat disimpulkan bahwa dengan bekerja sebagai tukang ojek menyebabkan anak kurang memahami nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat, yang menyebabkan anak mudah terjerumus pada perilaku menyimpang.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dapat disimpulkan bahwa Pekerja anak sebagai tukang ojek rata-rata berusia 14 sampai dengan 16 tahun, diantara pekerja anak tersebut memiliki pendidikan yang rendah yaitu tingkat SD dan SMP. Anak memiliki alasan tersendiri melakukan pekerjaan sebagai tukang ojek yaitu, karena ingin membantu orang tua, keinginan sendiri, iseng, ikut-ikutan teman dan terpaksa bekerja untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Motor yang digunakan pekerja anak sebagai tukang ojek rata-rata motor yang dibeli secara kredit yaitu milik orang tua dan milik orang lain.
Upah yang diperoleh pekerja anak diberikan kepada orang tua, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, untuk biaya sekolah, bayar setoran motor, membeli bensin, ditabung, dan untuk keperluan anak
itu sendiri. Pekerjaan sebagai tukang ojek memiliki dampak sosial ekonomi yang positif bagi anak, keluarga dan masyarakat, namun memiliki dampak soaial budaya yang negatif terhadap anak
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexy. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sulistri. (2007). Pekerja Anak, Pendidikan Anak Pekerja/Buruh, Skema Bantuan dan Komite Sekolah.
Jakarta: KSBSI, KSPSI dan KSPI.
Suyanto, Bagong. (2010). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Perdana.