LAPORAN FMEA
Tahun 2023
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO
PUSKESMAS TAMAN KROCOK
KATA PENGANTAR
FMEA adalah suatu alat manajemen risiko untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci,dan mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur,melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan.dengan mencari penyebab terjadinya,mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan dan mencari solusi dengan melakukan perubahan disain/prosedur
.Dengan telah disusunnya Laporan FMEA, diharapkan puskesmas dapat mengidentifikasi dan memahami model kegagalan potensial dan penyebab dan efek kegagalan pada system atau proses tertentu
Besar harapan kami, selain berguna bagi pihak internal, dalam hal ini Puskesmas Taman Krocok, laporan FMEA yang dilaksanakan ini dapat turut berperan dalam upaya peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan yang baik di Pemerintah Kabupaten Bondowoso.
Demikian, semoga bermanfaat dan diucapkan terimakasih.
Bondowoso, 2 Maret 2023
Kepala Puskesmas Taman Krocok,
dr. ITA AFRIYANTI DEWI NIP. 198001112010012016
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
FMEA adalah suatu alat manajemen risiko untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci,dan mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur,melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan.dengan mencari penyebab terjadinya,mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan dan mencari solusi dengan melakukan perubahan disain/prosedur
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka Tim Keselamatan Pasien Puskesmas Taman Krocok menyusun panduan FMEA (Failure Mode and Effect analysis) sebagai tool untuk penilaian risiko pada proses yang belum dilakukan, sedang dilakukan dan proses baru dengan pendekatan proaktif.
TUJUAN
I. Tujuan Umum
Laporan FMEA ini sebagai dasar bagi tim Keselamatan Pasien Puskesmas Taman Krocok untuk meningkatkan mutu layanan Puskesmas melalui kegiatan redesain proses pelayanan untuk menganalisis modus kegagalan dan dampaknya
II. Tujuan Khusus
a. Pedoman dalam melaksanakan la n g kah -langkah melakukan Analisis Modus Kegagalan dan Dampak
b. Panduan dalam menentukan proses-proses pelayanan yang mempunyai resiko tinggi terjadi error.
c. Panduan dalam perbaikan sistem (re-desain proses) terhadap proses-proses pelayanan yang mempunyai resiko tinggi terjadi error.
BAB I DEFINISI
Pada saat ini pencegahan kesalahan medis belum menjadi fokus utama untuk asuhan perawatan pasien di Puskesmas. Sebagian besar sistem pelayanan kesehatan tidak didesain untuk mencegah terjadinya error.
Definisi dari FMEA (Failue Mode and Effect Analysis) adalah :
1) Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi.
2) Proses proaktif dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi.
3) Mengantisipasi kesalahan dan meminimalkan dampak buruk.
Secara umum definisinya adalah : metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah Potensi Kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut didesain untuk meningkatkan keselamatan pasien.
BAB II RUANG LINGKUP
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan, dengan mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan melakukan perubahan disain/prosedur
Langkah – langkah FMEA adalah sebagai berikut :
Bentuk tim FMEA: orang-orang yang terlibat dalam suatu proses
Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim
Tetapkan peran dari tiap anggota tim
Gambarkan alur proses yang ada sekarang
Kenalilah Failure modes pada proses tersebut
Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model kesalahan/kegagalan
Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model kesalahan/kegagalan
Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan/kegagalan:
Sering tidaknya terjadi (occurrence): (Occ) 0 : tidak pernah, 10 sangat sering
Kegawatannya (severity): (SV) 0 : tidak gawat, 10 sangat gawat
Kemudahan untuk terdeteksi: (DT)
0 : mudah dideteksi, 10 : sangat sulit dideteksi
Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan: Occ x SV x DT
Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas
Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut
BAB III TATALAKSANA
Tata laksana Analisis Modus Kegagalan & Dampak ( Failure Mode Effect and Analysis / FMEA ) ada 5 tahap. Yaitu :
1. Tahap 1 Pilih proses yang beresiko tinggi dan Membentuk Tim.
A. Pilih proses yang beresiko tinggi.
1. Proses yang beresiko tinggi meliputi : a. Proses baru.
Misalnya : staf mengoperasikan alat / instrumen medis yang baru.
b. Proses yang sedang berjalan.
Misalnya : proses pengadaan, penyimpanan & distribusi tabung gas medis (O2, N2O).
c. Proses klinis.
Misalnya : proses pengambilan darah di laboratorium.
d. Proses non klinis.
Misalnya : mengkomunikasikan hasil laborat ke dokter atau identifikasi pasien yang beresiko jatuh.
2. Proses yang beresiko tinggi biasanya memiliki satu atau lebih karakteristik.
a. Variabel individu :
Pasien : tingkat keparahan penyakit, keinginan pribadi pasien, proses pengobatan.
Pemberi layanan : tingkat ketrampilan, cara pendekatan dalam pelaksanaan tugas.
b. Kompleksitas :
Proses dalam layanan kedokteran sangat kompleks, terdiri puluhan langkah. Semakin banyak langkah dalam suatu proses, semakin tinggi probabilitas terjadinya kesalahan.
Teori Donald Berwick bahwa :
Bila proses terdiri dari 1 langkah, kemunginan salah 1%.
Bila proses 25 langkah, kemungkinan salah 22%
Bila proses 100 langkah, kemungkinan salah 63%
c. Tidak standar.
Proses dilakukan menurut persepsi pemberi pelayanan berdasarkan kebiasaan atau prosedur yang sudah ketinggalan jaman.
Diperlukan : SPO, Protokol atau Clinical Pathways untuk membatasi pengaruhdari variabel ini.
d. Proses tanpa jeda.
Perpindahan satu langkah ke langkah lain dalam waktu berurutan tanpa jeda sehingga seringkali baru disadari terjadi penyimpangan pada langkah berikutnya. Misal :
NORUM.
Keterlambatan dalam suatu langkah akan mengakibatkan gangguan pada seluruh proses.
Kesalahan dalam suatu langkah akan menyebabkan penyimpangan pada langkah berikut.
Kesalahan biasanya terjadi pada perpindahan langkah atau adanya langkah yang diabaikan. Kesalahan pada satu langkah akan segera diikuti oleh kesalahan
berikutnya, terutama karena koreksi tidak sempat dilakukan.
e. Proses yang sangat tegantung pada intervensi petugas.
Ketergantungan yang tinggi akan intervensi seseorang dalam proses dapat menimbulkan variasi kesalahan. Misal : penulisan resep dengan singkatan dapat menimbulkan Medication error.
Sangat tergantung pada pendidikan dan pelatihan yang memadai sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
f. Kultur garis komando ( Hierarchical culture ).
Suatu proses akan menghadapi resiko kegagalan lebih tinggi dalam unit kerja dengan budaya hirarki dibandingkan dengan unit kerja yang budayanya berorientasi
tim. Hal ini karena :
Staf enggan berkomunikasi & berkolaborasi satu dengan yang lain.
Perawat enggan bertanya kepada dokter atau petugas farmasi tentang medikasi,
dosis serta elemen perawatan lainnya.
g. Keterbatasan waktu.
Proses yang memiliki keterbatasan waktu cenderung meningkatkan resiko kegagalan.
3. Pertimbangkan :
Yang paling tinggi potensi resikonya.
Yang paling “saling berkaitan” dengan proses lain
Ketertarikan orang untuk memperbaiki.
B. Membentuk tim.
1. Komposisi tim.
a) Multidisiplin & multi personal
Berbagai macam profesi yang terkait dilibatkan menjadi anggota tim.
Beberapa karakter seperti : orang yang memiliki kewenangan memutuskan, orang yang penting untuk penerapan perubahan yang mungkin diperlukan, pemimpin yang memiliki pengetahuan-dipercaya-dihormati, orang dengan pengetahuan yang sesuai, b) Jumlahnya tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang)
2. Pembagian peran tim a) Team leader
Pemimpin yang memiliki pengetahuan, dipercaya dan dihormati.
Mempunyai kemampuan membuat keputusan.
Orang yang memiliki „critical thinking‟ saat perubahan akan dilaksanakan.
b) Fasilitator.
Fungsi fasilitator bisa dirangkap oleh team leader.
Orang yang ditunjuk sebagai fasilitator bukan berasal dari area yang dianalisis.
Memandu tim dalam proses diskusi.
Memilah temuan atau masukan yang tidak penting.
Memastikan bahwa anggota tim menyelesaikan setiap langkah dan mendokumentasikan hasil.
Mengarahkan tim untuk fokus pada masalah yang sedang dibicarakan.
Anggota tim merasa nyaman dengan adanya fasilitator.
c) Expert.
Petugas yang menguasai dan ahli dalam bidang yang dianalisis.
Dengan keahliannya diharapkan memberikan masukan berupa perubahan proses.
d) Perwakilan dari disiplin ilmu terkait.
e) Notulen
Bertanggung jawab mencatat dan membagikan notulen.
Fungsi notulen bisa dirangkap oleh anggota secara bergantian. Fungsi notulis dapat menghambat kemampuannya dalam mengemukakan pendapat, sehingga perlu bergantian.
Membuat dokumentasi.
II. LANGKAH 2. MEMBUAT ALUR PROSES Pilihlah salah satu diagram / mapping Process
Mapping Process juga dikenal sebagai Flowchart, menggambarkan semua langkah dalam proses.
Mapping Process membantu Tim mengidenLfikasi masalah yang dapat diperbaiki.
Tool ini sangat mendasar yang sebaiknya digunakan pada langkah awal karena dapat memberikan pandangan yang jelas tentang proses.
Tim sebaiknya memulai dengan Process Map level tinggi (5-12 langkah).Kemudian memilih proses yang mempunyai masalah yang paling besar.
Contoh : a. Detaile
Process Map paling umum digunakan
b. High-Level.
Process Map tercepat, paling sederhana dan detil
c. High--‐low (Top--‐down)
Menambahkan pada kedalaman pada high--‐level Process Map, namun tanpa mapping yang detil
III. Tahap 3. Brainstorm Potensial Modus Kegagalan dan Dampaknya.
Dalam tahap ke 3, proses harus menggunakan alat bantu berupa :
Failure Mode.
• Jenis potensi kegagalan dalam proses untuk memenuhi persyaratan atau tujuan proses.
• Berasal dari proses yang tidak sempurna.
• Menyebabkan dampak.
• Contoh : tidak berfungsi, fungsi menurun, fungsi menyimpang, jatuh, salah identifikasi dll.
Efek.
• Akibat dari kegagalan, yang mengganggu / merugikan.
• Dirasakan pasien
• Contoh : keterlambatan penanganan, kematian, cacat, kerusakan jaringan, tidak dapat diperbaiki, melanggar ketentuan, kerugian finansial.
Contoh diagram 1 proses
No Sub Proses Failure Mode Effect
1. Print charge slip &
etiket
Charge slip & etiket berbeda dg resep
Dampak pada pasien : salah obat,
salah harga, terapi irasional Dampak pada pengunjung : - Dampak pada staf : komplain pasien, sangsi atasan
Peralatan / fasilitas : - Charge slip & etiket
buram
Dampak pada pasien : salah minum obat
Dampak pada pengunjung : - Dampak pada staf : komplain dari pasien
IV. Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan.
Seberapa parah efek yang ditimbulkan.
Tingkat kefatalan dampak menggunakan alat bantu berupa tabel Severity.
Seberapa sering potensi penyebab terjadi.
Tingkat kemungkinan terjadi menggunakan alat bantu berupa tabel Occurrence.
Seberapa mudah potensi penyebab terdeteksi.
Kemampuan deteksi dari sistem yang ada menggunakan tabel Detection.
Risk Priority number (RPN)
Sering digunakan untuk mengkalkulasi kritisnya keadaan sebagai suatu a risk priority number (RPN), juga disebut Criticality Index (CI), berdasarkan derajat Severity,Probability dan Deteksi.
Model kasus kegagalan dengan nilai RPN tinggi, otomatis menjadi perhatian untuk diatasi / menjadi PRIORITAS
Memilih skala peringkat :
JCI tidak secara spesifik menentukan “skala” mana yang harus digunakan dalam menilai modus kegagalan.
Skala yang dipilih adalah skala 1-10
Risk Priority Number = severity x Occurence x Detection
A. Severity
Yaitu efek pada pelanggan.
Nilai 10 adalah ekstrem (komplain) dan nilai 1adalah pelanggan tidak nyaman.
Contoh skala 1-10
RATING DESKRIPSI DEFINISI
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak berdampak pada sistem
2 Berbahaya Ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan pelanggan tidak menyadari adanya masalah tetapi berpotensi menimbulkan cedera ringan atau tidak berakibat pada sistem
3 Berbahaya ringan sampai sedang
Kesalahan menyebabkan cidera sangat ringan atau tidak cidera tetapi dirasakan mengganggu oleh pelanggan dan atau menyebabkan masalah ringan pada system yang dapat diatasi dengan modifikasi ringan 4
5 sedang
berbahaya
Kesalahan berakibat pada cidera ringan dengan sedikit ketidak puasan pelanggan dan/atau menimbulkan masalah besar pada sistem
6
7 berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera ringan sampai sedang dengan tingkat
ketidak puasan yang tinggi dari pelanggan dan atau menyebabkan gangguan system yang membutuhkan perbaikan berat atau kerja ulang yang signifikan
8 Sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera berat/permanen pada pelanggan atau gangguan serius pada system yang dapat menghentikan pelayanan dengan adanya tanda yang mendahului
9
10 Amat sangat berbahaya
Kesalahan yang dapat menyebabkan kematian pelanggan dan kerusakan system tanpa tanda-tanda yang mendahului
B. Occurance
Contoh skala 1-10
NILAI DESKRIPSI KEMUNGKINAN DEFINISI
1 Kemungkinan terjadi amat sangat rendah
1 dalam 10.000 Kesalahan hampir tidak pernah terjadi atau tidak ada yang ingat kapan terakhir terjadi
2 Kemungkinan terjadi rendah
1 dalam 5.000 Kesalahan jarang terjadi atau terjadi sekitar sekali setahun
3 Kemungkinan terjadi
sedang
Kesalahan kadang terjadi atau sekali tiap 3 bulan
4
5 Kemungkinan terjadi tinggi sedang
1 dalam 200 Kesalahan terjadi sekali sebulan
6
7 Kemungkinan terjadi sangat tinggi
1 dalam 100 Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling tidak seminggu sekali
8
9 Hampir tidak dapat dihindarkan
1 dalam 20 Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau terjadi setiap 3 sampai 4 hari
10 Kemungkinan terjadinya dapat dipastikan
1 dalam 10 Kesalahan terjadi paling tidak sekali sehari atau hampir setiap saat
C. Detection
Menggunakan skala 1-10
NILAI DESKRIPSI KEMUNGKINAN DEFINISI 1 Hampir dipastikan
untuk diketahui
10 dari 10 Ada proses otomatis yang akan
menghentikan proses untuk mencegah kesalahan
2 Berpeluang sangat tinggi untuk diketahui
7 dari 10 Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang otomatis
3 Berpeluang tinggi untuk diketahui
Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin tetapi tidak otomatis
4
5 Berpeluang sedang untuk diketahui
5 dari 10 Ada proses untuk double check atau inspeksi tetapi tidak otomatis atau dilakukan secara sampling
6 Sulit diketahui 2 dari 10 Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi manual,atau tidak ada proses yang baku untuk mengetahui,sehingga ketahuan karena kebetulan
7
8 Sangat sulit diketahui
0 dari 10 Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi yang menyeluruh,tidak feasible dan tidak segera dapat dilakukan 9
10 Tidak ada peluang untuk diketahui
Tidak ada mekanisme untuk mengetahui adanya kesalahan
Prioritaskan Modus Kegagalan
Modus kegagalan harus dilakukan prioritas sesuai dengan prioritas tindakan.
Jika modus kegagalan menggunakan RPN, mungkin dapat memilih “cut off point” untuk menentukan prioritas.
o Nilai dibawah cutoff point tidak memerlukan tindakan segera kecuali tersedia waktu.
o Nilai di atas cutoff point , harus dilakukan eksplorasi.
Tabel RPN dan Criticality
No Sub Proses
Failure Mode
Effect S Potential Cause O D RPN
Target RPN = 150 Maka :
Dibawah 150 resiko diterima oleh Puskesmas.
Diatas atau sama dengan 150 maka resiko akan di kontrol atau dieleminasi dengan rencana tindak lanjut.
V. Langkah 5. Identifikasi akar masalah modus kegagalan.
Dalam konteks FMEA : RCA digunakan untuk menganalisa kemungkinan salah dalam Proses dan sistem.
Desainnya adalah Kegagalan dimasa datang bisa dicegah. Kalaupun tidak dapat dicegah, pasien harus di proteksi terhadap dampak kegagalan tsb atau Dampak di mitigasi. Alat
bantu yang bisa digunakan untuk analisa akar penyebab : 1. Brainstorming.
Analisa akar penyebab : jika diinginkan ide / solusi yang tidak terbatas untuk menemukan akar masalah dari semua pihak dalam proses perbaikan.
Tujuan : untuk menghasilkan beberapa ide-ide dalam waktu minimum melalui proses kreatif dalam kelompok.
2. Cause & Effect Diagram.
Analisa akar penyebab : ketika masalah memiliki beberapa penyebab.
Tujuannya : untuk menampilkan gambaran yang jelas dari beberapa hubungan sebab akibat antara hasil dan faktor yang
mempengaruhi. Menggunakan 5 faktor yaitu = 5 M + 1 E 1 Tulang mencakup “Why” sebanyak 5 kali.
V. Langkah 6. Redesain Proses.
Hal yg perlu dilakukan adalah :
a) Lakukan studi literatur untuk mengumpulkan informasi dari literatur ilmiah.
b) Belajar dari rumah sakit lain dalam mengatasi masalah untuk problem yang sama.
c) Berkomitmen untuk mencapai berubahan baru dalam cara pandang baru. Strategi Redesain
1) Desain atau desain ulang proses untuk eleminasi peluang terjadinya kegagalan
(mencegah terjadinya kegagalan).
2) Mencegah kegagalan sampai ke pasien dg meningkatkan deteksi kegagalan.
3) Fokus pada mitigasi dampak kesalahan yang sampai ke pasien.
VII. Langkah 7. Analisis dan Uji Coba Proses Baru.
I. Panduan Analisis.
a. Bagaimana proses baru tersebut dapat diterapkan.
b. Kapan proses yg baru akan diterapkan
c. Siapa yang akan bertindak & bertanggung jawab.
d. Dimana proses baru tersebut akan diterapkan.
II. Panduan Pengujian.
a. Pengujian diatas kertas.
b. Simulasi
c. Uji coba terbatas.
III. Pengumpulan Data.
a. Tinjauan terhadap catatan hasil pengujian, b. Survei sebelum dan sesudah perubahan.
c. Sistem pelaporan.
d. Pengamatan di lapangan
e. Diskusi kelompok terfokus (FGD).
f. Kehadiran pada program pendidikan.
g. Evaluasi kompetensi.
VIII.Langkah 8. Implementasi dan Monitor Proses yang Diredesain.
A. Strategi perubahan.
Buat „sense of urgency‟
Bentuk tim pemandu.
Buat visi dan strategi
Komunikasikan visi yang berubah.
B. Strategi pemantauan.
Dokumentasikan seluruh hasil proses yang baru, masukkan ke dalam prosedur (sehingga menjadi standar baru).
Berikan training dan sosialisasi menyeluruh.
Jaga kestabilan proses selama beberapa waktu untuk memastikan kekonsistenannya.
Contoh Tabel Implementasi dan Pemantauan : Hasil Kegiatan
Tindakan yg diambil
PIC
(penanggung jawab)
Dateline
(Batas waktu) S O D RPN
Tindakan dan pengukuran outcome
1) Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan akan di :
Kontrol.
Eliminasi.
Terima.
2) Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan dieliminasi atau dikontrol.
3) Identifikasi ukuran outcome yang digunakan untuk analisa dan uji re-desain proses.
4) Identifikasi penanggung jawab dan deadline / target waktu untuk melaksanakan tindakan tersebut.
5) Tentukan apakah perlu dukungan direktur atau tidak untuk menjalankan proses baru tersebut.
6) Lakukan pengukuran S, O dan D kembali setelah tindak lanjut dilakukan.
7) Hitung kembali nilai RPN baru.
8) Jika nilai RPN sudah mencapai target maka cari kembali nilai RPN yang masih diatas target.
BAB IV DOKUMENTASI
Dokumentasi dalam buku panduan ini adalah
Menuliskan semua langkah dalam bentuk form yang tersedia sebagai berikut :
2
Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan dengan tabel RPN dan Criticality No Sub
Proses
Failure Mode
Effect S Potential Cause O D RPN
Dampak pada pasien :
Dampak pada pengunjung : Dampak pada staf :
Peralatan / fasilitas : - Dampak pada pasien :
Dampak pada pengunjung : Dampak pada staf :
Langkah 8. Tabel implementasi dan pemantauan.
Hasil Kegiatan
Tindakan yg diambil
PIC
(penanggung jawab) Dateline
(Batas waktu) S O D RPN
1) Pengorganisasian tim kerja.
2) Mekanisme kerja yaitu langkah-langkah dalam proses AMKD / FMEA.
3) Prosedur yang dilaksanakan, mengunakan :
4) SPO Pelayanan / Peralatan Medis yang diperlukan.
5) SPO Analisis Modus Kegagalan dan Dampak (AMKD).
6) Surat Keputusan penetapan orang-orang yang terlibat.
7) Surat tugas petugas yang terlibat tim.
8) Laporan AMKD yang telah dibuat untuk satu analisis.
9) Salinan Kebijakan Direktur terkait tindak lanjut yang diusulkan oleh tim.
PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS TAMAN KROCOK
JL.RAYA TAMAN KROCOK No.02 – Tep (0332)3526702 e-mail : [email protected]
KECAMATAN TAMAN KROCOK
BONDOWOSO
Kode Pos 68291
FAILURE MODE & EFFECT ANALYSIS (FMEA) UNIT PELAYANAN LOKET PENDAFTARAN
UPTD PUSKESMAS TAMAN KROCOK
Unit Kerja Loket Pendaftaran
Proses yang dianalisis Prosedur Alur Pendaftaran Pasien
TIM FMEA Nama Peran
Ketua Hanung Iwan Danu Prayitno Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan FMEA
Anggota dr. Annisa Putri Astuti Melakukan FMEA
Riswanda Melakukan FMEA
Holifah Melakukan FMEA
Notulen Iin Rusmiati Mencatat proses FMEA
Langkah 1: Identifikasi Proses
A. Kunjungan baru
1. Petugas menyapa pasien dengan mengucapkan salam
2. Petugas menanyakan kepada pasien apakah membawa kartu identitas berupa kartu keluarga,KTP, atau SIM, dan kartu asuransi ASKES,BPJS, atau kartu KIS.
3. Petugas mencatat identitas pasien di buku register pendaftaran pasien, menginput data ke computer, dan membuat kartu indeks pasien.
4. Petugas membuat kartu berobat sesuai no urut.
5. Petugas mencatat identitas pasien di form Rekam Medis.
6. Petugas mengecap tanggal di form Rekam Medis.
7. Petugas menanyakan poli tujuan pasien.
8. Petugas menyerahkan kartu tanda berobat kepada pasien.
9. Petugas memberi tahu kepada pasien setiap berobat kartu harus dibawa dan kartu berobat hanya berlaku untuk satu orang, kartu berobat tidak boleh sampai hilang. Bila berobat kembali kartu harus di bawa.
10. Petugas mempersilakan pasien untuk membayar uang pendaftaran di kasir lalu mempersilakan pasien menunggu di ruang tunggu.
B. Kunjungan lama
1. Petugas menyapa pasien dengan mengucapkan salam.
2. Petugas menanyakan kartu berobat pasien.
3. Petugas mencatat identitas pasien di buku register pendaftaran.
4. Petugas mengambil Rekam Medis pasien sesuai dengan nomor kartu berobat.
5. Petugas mengisi buku ekspedisi Rekam Medis.
6. Petugas mengecap tanggal di form Rekam Medis.
7. Petugas menanyakan poli tujuan pasien.
8. Petugas menyerahkan kartu tanda berobat kepada pasien.
9. Petugas mempersilakan pasien untuk membayar uang pendaftaran di kasir lalu mempersilakan pasien menunggu di ruang tunggu.
Langkah 2: Mencari Failure Mood Effect Analysis (FMEA) Berdasarkan Alur Prosedur Kerja Pelayanan Loket Pendaftaran
Tabel 1. FMEA Pelayanan Loket Pendaftaran
NO PROSES/LANGKAH APA YANG MUNGKIN GAGAL
PENYEBAB KEGAGALAN
EFEK KEGAGALAN
TERHADAP PASIEN
SV OC
C DT RP
N SOLUSI
1 Petugas menyapa pasien dengan mengucapkan salam
- - - 0 0 0 0 -
2 Petugas menanyakan kepada pasien
apakah membawa kartu identitas berupa kartu keluarga,KTP, atau SIM, dan kartu asuransi
ASKES,BPJS, atau kartu KIS.
Waktu tunggu
pendaftaran lebih lama jika pasien tidak
membawa identitas Pasien lansia
menunggu lama di loket Kesalahan pencatatan identitas pasien
Pasien tidak
membawa identitas
Kepuasan pelanggan berkurang
Salah identifikasi
1 9 2 18 Pasien menuliskan identitasnya pada secarik kertas
3 Petugas mencatat identitas pasien di buku register
pendaftaran pasien, menginput data ke computer, dan
membuat kartu indeks pasien
Kesalahan pencatatan identitas pasien
Petugas kurang teliti
Salah identifikasi
3 4 2 24 Konfirmasi ulang kepada pasien
4 Petugas membuat kartu berobat sesuai no urut.
Kesalahan pemberian no. RM
No. RM double No. RM tidak berurutan
Salah identifikasi
3 4 2 24 Mengecek no.urut RM
5 Petugas mencatat identitas pasien di form Rekam Medis.
Kesalahan pencatatan identitas pasien
Petugas kurang teliti
Kartu identitas pasien tertukar
Salah identifikasi
1 3 3 9 Konfirmasi ulang kepada pasien
6 Petugas membubuhkan stempel tanggal di form Rekam Medis.
Tanggal tidak sesuai dengan tanggal waktu berobat
Petugas kurang teliti
Salah saat mencatat laporan
1 1 1 1 Petugas bekerja dengan teliti
7 Petugas membubuhkan stempel poli tujuan pasien.
Kesalahan poli tujuan -Petugas kurang teliti
-Pasien tidak menyebutkan poli tujuan
RM tidak tepat sasaran Waktu tunggu pelayanan jadi lebih lama
2 7 1 14 Konfirmasi ulang kepada pasien
8 Petugas
menyerahkan kartu tanda berobat kepada pasien.
Kartu berobat tertukar dengan pasien lain Kartu berobat tertinggal di meja pendaftaran
Pasien banyak yang mengantri di depan loket
Kesulitan saat akan berobat lagi
5 3 4 60 Mengingatkan kepada pasien, meminta pasien duduk dulu
9 Petugas memberi tahu kepada pasien setiap berobat kartu harus dibawa dan kartu berobat hanya berlaku untuk satu orang, kartu berobat tidak boleh sampai hilang.
- - - 0 0 0 0 -
10 Petugas
mempersilakan pasien untuk membayar uang pendaftaran di kasir lalu mempersilakan pasien menunggu di ruang tunggu.
Pasien tidak membayar uang pendaftaran
Pasien tidak mengetahui alur pelayanan
Pendapatan puskesmas berkurang
2 3 Mengingatkan pasien
Langkah 3 : Menghitung “Cut Point” berdasarkan Diagram Pareto dalam rangka menentukan skala prioritas pemecahan masalah
Tabel 2. Cut Point kegagalan Pelayanan Loket Pendaftaran
Tabel 2
menggambarkan rumus Pareto yang artinya ,apabila kegagalan dengan nilai presentase komulatif 80% atau mendekati (dalam hal ini 79 %) dapat terpecahkan, maka otomatis semuanya akan terselesaikan.
NO EFEK KEGAGALAN
TERHADAP PASIEN RPN KOMULATIF PRESENTASE KOMULATIF 1 Kartu berobat tertukar
dengan pasien lain Kartu berobat tertinggal di meja pendaftaran
60 60 31,9 %
2 Pasien tidak membayar uang pendaftaran
36 96 51 %
3 Kesalahan pencatatan identitas pasien
24 120 63,8 %
4 Kesalahan pemberian no.
RM
24 144 76,6 %
5 Waktu tunggu
pendaftaran lebih lama jika pasien tidak membawa identitas Kesalahan pencatatan identitas pasien Pasien lansi menungg lama d loket Antrian menjadi kacau
18 162 86 %
6 Kesalahan poli tujuan 14 178 94 %
7 Kesalahan pencatatan identitas pasien
9 187 99, %
8 Tanggal tidak sesuai dengan tanggal waktu berobat
1 188 100 %
9 Kartu berobat tertukar dengan pasien lain Kartu berobat tertinggal di meja pendaftaran
60 60 31,9 %
10 Pasien tidak membayar uang pendaftaran
36 96 51 %
Langkah 4: Menentukan solusi dan indikator keberhasilan, berdasarkan prioritas pemecahan masalah
Tabel 3. Solusi dan indicator keberhasilan
NO PROSES/LANGKAH
APA YANG MUNGKIN
GAGAL
PENYEBAB KEGAGALAN
EFEK KEGAGALAN
TERHADAP PASIEN
SOLUSI INDIKATOR KEBERHASILAN
WAKTU EVALUASI 1 Petugas
menyerahkan kartu tanda berobat kepada pasien.
Kartu berobat tertukar dengan pasien lain Kartu berobat tertinggal di meja pendaftaran
Pasien banyak yang mengantri di depan loket
Kesulitan saat akan berobat lagi
Meminta pasien bersabar
menunggu Membuat nomor antrian
Pasien memiliki kartu berobat
Setiap 3 bulan
2 Petugas
mempersilakan pasien untuk membayar uang pendaftaran di kasir lalu mempersilakan pasien menunggu di ruang tunggu.
Pasien tidak membayar uang pendaftaran
Pasien tidak mengetahui alur pelayanan
Pendapatan puskesmas berkurang
Membuat meja informasi
Pasien
mengetahui alur pelayanan pasien
Setiap bulan
3. Petugas mencatat identitas pasien di buku register
pendaftaran pasien, menginput data ke computer, dan membuat kartu indeks pasien
Kesalahan pencatatan identitas pasien
Petugas kurang teliti
Salah identifikasi
Tidak ada
kesalahan dalam pencatatan identitas pasien
Setiap bulan
4 Petugas membuat kartu berobat sesuai no urut
Kesalahan pemberian no.
RM
No. RM double No. RM tidak berurutan
Salah identifikasi
Entry data harus selalu dengan komputer
Tidak ada kelasalah dalam pemberian no RM
Setiap bulan
5 Petugas
menanyakan kepada pasien apakah membawa kartu identitas berupa kartu keluarga,KTP, atau SIM, dan kartu asuransi
ASKES,BPJS, atau kartu KIS.
Waktu tunggu pendaftaran lebih lama jika pasien tidak membawa identitas Pasien lansia menunggu lama di loket
Kesalahan pencatatan identitas pasien Antrian menjadi kacau
Kepuasan pelanggan berkurang Salah identifikasi
Kepuasan pelanggan berkurang Salah identifikasi
Memberikan blanko identitas untuk diisi oleh pasien
Antrian tidak lama dan kepuasan pasien 100%
Setiap bulan
Langkah 5 : Penyusunan alur baru sesuai solusi yang telah ditetapkan PROSEDUR PELAYANAN
A. Kunjungan baru
1. Petugas menyapa pasien dengan mengucapkan salam
2. Petugas mempersilakan pasien mengambil no.antrian, pasien umum mengambil no.antrian warna putih, pasien prioritas (lansia) mengambil antrian khusus.
3. Petugas memanggil pasien sesuai nomor antrian, dimulai dari no. Antrian lansia terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan nomor antriam warna putih setelah antrian biru habis.
4. Petugas menanyakan kepada pasien apakah membawa kartu identitas berupa kartu keluarga,KTP, atau SIM, dan kartu asuransi ASKES,BPJS, atau kartu KIS.
5. Petugas mencatat identitas pasien di buku register pendaftaran pasien, menginput data ke computer, dan membuat kartu indeks pasien.
6. Petugas membuat kartu berobat sesuai no urut.
7. Petugas mencatat identitas pasien di form Rekam Medis.
8. Petugas mengecap tanggal di form Rekam Medis.
9. Petugas menanyakan poli tujuan pasien.
10. Petugas menyerahkan kartu tanda berobat kepada pasien.
11. Petugas memberi tahu kepada pasien setiap berobat kartu harus dibawa dan kartu berobat hanya berlaku untuk satu orang, kartu berobat tidak boleh sampai hilang.
12. Petugas mempersilakan pasien untuk membayar uang pendaftaran (pasien umum) di kasir lalu mempersilakan pasien menunggu di ruang tunggu.
B. Kunjungan lama
1. Petugas menyapa pasien dengan mengucapkan salam
2. Petugas mempersilakan pasien mengambil no.antrian, pasien umum mengambil no.antrian warna putih, pasien prioritas (lansia) mengambil antrian warna biru.
3. Petugas memanggil pasien sesuai nomor antrian, dimulai dari no. Antrian warna biru terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan nomor antriam warna putih setelah antrian biru habisPetugas menanyakan kartu berobat pasien.
4. Petugas mencatat identitas pasien di buku register pendaftaran.
5. Petugas mengambil Rekam Medis pasien sesuai dengan nomor kartu berobat.
6. Petugas mengisi buku ekspedisi Rekam Medis.
7. Petugas mengecap tanggal di form Rekam Medis.
8. Petugas menanyakan poli tujuan pasien.
9. Petugas menyerahkan kartu tanda berobat kepada pasien.
10. Petugas mempersilakan pasien untuk membayar uang pendaftaran (pasien umum) di kasir lalu mempersilakan pasien menunggu di ruang tunggu
Langkah 6 : Evaluasi dari solusi yang kita desain untuk pemecahan masalah
NO PROSES/LANGKAH
APA YANG MUNGKIN
GAGAL
PENYEBAB KEGAGALAN
EFEK KEGAGALAN
TERHADAP PASIEN
SV OCC DT RPN KETERANGAN
1 Petugas
menyerahkan kartu tanda berobat kepada pasien.
Kartu berobat tertukar dengan pasien lain Kartu berobat tertinggal di meja
pendaftaran
Pasien banyak yang mengantri di depan loket
Kesulitan saat akan berobat lagi
3 2 2 12
Terjadi penurunan nilai RPN
2 Petugas
mempersilakan pasien untuk membayar uang pendaftaran di kasir lalu mempersilakan pasien menunggu di ruang tunggu.
Pasien tidak membayar uang pendaftaran
Pasien tidak mengetahui alur
pelayanan
Pendapatan puskesmas berkurang
1 2 4 8
Terjadi penurunan nilai RPN
3 Petugas mencatat identitas pasien di buku register
pendaftaran pasien, menginput data ke computer, dan membuat kartu indeks pasien
Kesalahan pencatatan identitas pasien
Petugas kurang teliti
Salah identifikasi 2 3 1 6
Terjadi penurunan nilai RPN
4 Petugas membuat kartu berobat sesuai no urut
Kesalahan pemberian no.
RM
No. RM double No. RM tidak berurutan
Salah identifikasi 2 3 1 6
Terjadi penurunan nilai RPN
Petugas menanyakan kepada pasien
apakah membawa kartu identitas berupa kartu keluarga,KTP,
Waktu tunggu pendaftaran lebih lama jika pasien tidak membawa
Kepuasan pelanggan berkurang Salah identifikasi
Kepuasan pelanggan berkurang Salah identifikasi
1 5 1 5
Terjadi penurunan nilai RPN
atau SIM, dan kartu asuransi
ASKES,BPJS, atau kartu KIS.
identitas Pasien lansia menunggu lama di loket
Kesalahan pencatatan identitas pasien Antrian menjadi kacau
BAB V PENUTUP
Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan pasien yang aman, khususnya dalam rangka mencegah kesalahan identifikasi pasien. Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu panduan akan ditinjau kembali setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi, baik Akreditasi Nasional 2016 maupun standar Internasional.