• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelajari tentang konsep pengajaran

N/A
N/A
14.Muhammad Rafly Wijaya

Academic year: 2023

Membagikan "Pelajari tentang konsep pengajaran"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………

DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang... 1

1.2 RumusanMasalah... 2

1.3 Tujuan... ... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Iman... 3

2.2 Pengertian Islam... 3

2.3 Pengertian Ihsan... 4

2.4 Pengertian Insan Kamil... 4

2.5 Ciri-Ciri Insan Kamil... 7

2.6 Proses Pembentukan Insan Kamil... 9

2.7 Peranan Moral Menurut Islam Dalam Pembentukan Insan Kamil....11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan... 13

DAFTAR PUSTAKA... 14

(2)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Secara garis besarnya kegiatan ini di awali dengan tela’ah konsep ajaran akhlaq yang memuat materi pokok tentang Pembentukan Akhlaq Al-Karimah, baik yang termuat dalam kitab suci Al-Qur’an maupun dalam Hadits. Lebih lanjut konsep ini akan memberikan gambaran menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara pencipta, manusia dan lingkungannya dalam konteks pembentukan insan kamil (yang berakhlak al-karimah) sebagai tujuan akhir pendidikan Islam.

Disini tergambar kejelasan mengenai hubungan dan keterkaitan manusia yang berkahlaq al-karimah dengan nilai-nilai Ilahiyat dalam bersikap dan bertingkah laku, dilihat dari sudut pandang pendidikan Islam. Khalayak biasanya mengartikan "insan kamil" sebagai manusia sempurna, Sebagai aktualisasi dan contoh yang pernah ada hidup di permukaan bumi ini adalah sosok Rasulullah Muhammad Saw. Tapi sayang sosok Nabi yang agung ini hanya dilihat dan diikuti dari segi fisik dan ketubuhan beliau saja. Artinya Beliau hanya dilihat secara partial saja, padahal kita mau membicarakan kesempurnaan beliau. Lalu berduyun duyunlah "pakar" Islam dari masa ke masa menulis, menganjurkan, bahkan menjadi perintah yang hampir mendekati taraf "wajib", kepada umat Islam untuk mengikuti contoh "perilaku" Nabi sampai kepada yang sekecil-kecilnya.

Akan tetapi dari sekian banyak perintah itu sayangnya "sebagian besar" hanya tertuju kepada mengikuti contoh perilaku fisik Rasulullah, sehingga begitu

banyaknya kita lihat manusia dengan "atribut fisik" mirip Rasulullah. Tampilan fisik kita bukan saja mirip dalam segi pakaian dan ciri ketubuhan lainnya, akan tetapi juga mirip dalam ritual dan gerakan-gerakan bahkan bacaan-bacaan dalam ibadah beliau.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Pengertian iman, islam, ihsan dan insan kamil & moral menurut islam 2. Bagaimana Ciri-ciri Insan kamil.

3. Bagaimana Proses pembentukan Insan kamil.

4. Bagaimana penerapan moral menurut islam untuk membentuk insan kamil mahasiswa

1.3 Tujuan

Agar mahasiswa dapat mengerti pentingnya memahami moral menurut islam dan insan kamil, mengetahui ciri-ciri Insan kamil, memahami Proses pembentukan Insan kamil, memahami penerapan moral menurut islam untuk membentuk insan kamil.

(4)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Iman

Para ulama mendefinisikan iman yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan hati, serta pengamalan dengan anggota badan, bisa bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Inilah makna iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mayoritas Ahlus Sunnah mengartikan iman mencakup i’tiqad (keyakinan), perkataan, dan perbuatan.

Imam Muhammad bin Isma’il bin Muhammad bin al Fadhl at Taimi al Asbahani mengatakan : “ Iman menurut pandangan syariat adalah pembenaran hati, dan amalan anggota badan”.

Imam Al Baghawi mengatakan : ” Para sahabat, tabi’in, dan ulama ahlis sunnah sesudah mereka bahwa amal termasuk keimanan… mereka mengatakan bahwa iman adalah perkataan, amalan, dan aqidah”

2.2 Pengertian Islam

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.

Islam (Arab: al-islām, املإسلا, "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT.

Dalam Al-Quran, Islam disebut juga Agama Allah atau Dienullah (Arab: ِ اا ِنيِد).

َر ۡیَغَفَا

ِن ۡیِد

ِ ااا

َن ۡوُغ ۡبَی

ۤٗہَل َو

َمَل ۡسَا

ۡنَم یِف

ِت او امّسلا

َو

ِض ۡرَ ۡلا اًع ۡوَط

ّو اًہ ۡرَک

ِہ ۡیَلِا ّو

َن ۡوُع َج ۡرُی

"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada- Nya-lah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan

(5)

suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran [3] : 83)

2.3 Pengertian Ihsan

Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsan - yuhsinu - ihsanan yang artinya kebaikan atau berbuat baik.

Menurut istilah, ihsan ialah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT atas dasar kesadaran dan keikhlasan. Pelakunya disebut Muhsin.

Ihsan atau kebaikan tertinggi adalah seperti disabdakan Rasulullah Saw: "Ihsan hendaknya kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” (HR. Bukhari).

Selain dalam hal ibadah kepada Allah SWT, ihsan juga bermakna akhlak atau perilaku baik kepada sesama sebagai pengamalan iman dan Islam. Rasulullah Saw bersabda

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya, barangisiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam.” (Muttafaq ‘alaih).

2.4 Pengertian Insan Kamil

Insan kamil berasal dari bahasa arab, yaitu dari dua kata: Insan dan Kamil.

Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna. Menurut Dr. H. Abuddin Nata, M.A.

dalam bukunya Akhlak Tasawuf mengatakan bahwa kata insan menunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan untuk arti manusia dari segi sifatnya.

Dilihat dari sudut kata insan yang berasal dari kata al-uns, anisa, nasiya dan anasa maka dapatlah dikatakan bahwa kata insan menunjukkan pada suatu pengertian yang ada kaitannya dengan sikap yang lahir dari adanya kesadaran penalaran. Selain

(6)

itu sebagai insan manusia pada dasarnya jinak, dapat menyesuaikan dengan realitas hidupan lingkungan yang ada. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang cukup tinggi, untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan sosial maupun alamiah. Manusia menghargai tata aturan, etik, sopan santun dan sebagai makhluk yang berbudi, ia tidak liar, baik secara sosial maupun secara alamiah.

Selanjutnya kata insan dalam al-Qur’an di sebut sebanyak 65 kali dalam 63 ayat, dan di gunakan untuk menyatakan manusia dalam lapangan kegiatan yang amat luas. Musa Asy,ari menyebutkan lapangan kegiatan insan dalam 6 bidang. Pertama untuk menyatakan bahwa manusia menerima pelajaran dari tuhan tentang apa yag di ketahuinya (Q.S.96:1-5) kedua, manusia mempunyai musuh yang nyata, yaitu setan.

(Q.S.12:5) ketiga, manusia memikul amanat dari tuhan.(Q.S.33:72) keempat, manusia harus menggunakan waktu dengan baik (Q.S 105:1-3) kelima, manusia hanya akan mendapatkan bagian dari apa yang telah di kerjakannya.(Q.S 53:39) keenam, manusia mempunya keterikatan dengan moral atau sopan santun (Q.S 29:8).

Berdasarkan petunjuk ayat-ayat tersebut manusia di gunakan al-Qur’an untuk menunjukkan makhluk yang dapat belajar, mempunyai musuh (setan), dapat

menggunakan waktu, dapat memikul amanat, punya keterkaitan dengan moral, dapat berternak (Q.S 28:23), menguasai lautan (Q.S 2:124), dapat mengelolah biji besi dan logam (Q.S 57:25), melakukan perubahan sosial (Q.S 3:140), memimpin (Q.S 2:124), menguasai ruang angkasa (Q.S 55:33), beribadah (Q.S 2:21), akan di hidupkan di akhirat (Q.S 17:71).

Dengan demikian, insan kamil lebih ditujukan kepada manusia yang sempurna dari segi pengembangan potensi intelektual, rohaniah, intuisi, kata hati, akal sehat, fitrah dan lainnya bersifat batin, dan bukan pada manusia dari dimensi basyariahnya. Pembinaan kesempurnaan basyariah bukan menjadi bidang garapan tasawuf, tetapi menjadi garapan fikih. Dengan perpaduan fikih dan tasawuf inilah

(7)

insan kamil akan lebih terbina lagi. Namun insan kamil lebih ditekankan pada

manusia yang sempurna dari segi insaniyanya, atau segi potensi intelektual, rohaniah dan lainnya itu.

Insan kamil juga berarti manusia yang sehat dan terbina potensi rohaniahnya sehingga dapat berfungsi secara optimal dan berubungan dengan Allah dan dengan makhluk lainnya secara benar menurut akhlak islami. Manusia yang selamat rohaniah itulah yang diharapkan dari manusia insan kamil. Manusia yang demikian inilah yang akan selamat hidupnya di dunia dan akhirat. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT QS As-Syuro: 88-89\

َنوُنَب َلَو ٌلاَم ُعَفْنَي َل َام ْوَي ٍميِلَإس ٍبْلَقِب َ اا ىَتَأ ْنَم الِإ

(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,

Ayat tersebut sejalan dengan sabda Rasulullah yang menyatakan:

ْمُكِلاَمْعَأَو ْمُكِبوُلُق ىَلِإ ُرُظْنَي ْنِكَلَو ْمُكِلاَوْمَأَو ْمُكِرَوُص ىَلِإ ُرُظْنَي َل َ اا انِإ

“Sesungguhnya Allah SWT. tidak akan melihat pada rupa, tubuh dan harta kamu, tetapi Allah melihat pada hati dan perbuatan kamu.(HR. thabrani).”

Ayat dan hadist tersebut di atas menunjukkan bahwa yang akan membawa

keselamatan manusia adalah batin, rohani, hati dan perbuatan yang baik. Orang yang demikian itulah yang dapat disebut sebagai insan kamil. Pada ayat lain di dalam al- Qur’an banyak dijumpai bahwa yang kelak akan dipanggil masuk surga adalah jiwa yang tenang (nafsu muthmainnah).

(8)

2.5 Ciri – Ciri Insan Kamil

Menurut Murthadho Muttari manusia sempurna (Insan Kamil) yakni mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan.

Orang islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama

berhubungan dengan penyiaran dan pembelaan serta penegakkan agama islam. Dalam surah al-Anfal : 60, disebutkan agar orang islam mempersiapkan kekuatan dan pasukan berkuda untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan pula dengan menguasai keterampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk kehidupan.

2. Cerdas serta pandai.

Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan (banyak memiliki informasi). Didalam surah az-Zumar : 9 disebutkan sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

3. Ruhani yang berkualitas tinggi.

Kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah, atau kalbu yang taqwa kepada Allah. Kalbu yang iman itu ditandai bila

orangnya shalat, ia shalat dengan khusuk, bila mengingat Allah kulit dan hatinya tenang bila disebut nama Allah bergetar hatinya bila dibacakan kepada mereka ayat- ayat Allah, mereka sujud dan menangis.

Sifat – sifatnya manusia yang sempurna terdiri dari : Keimanan, Ketaqwaan, Keadaban, Keilmuan, Kemahiran, Ketertiban, Kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran, Persaudaraan, Persepakatan dalam hidup, Perpaduan umah.

(9)

Adapun beberapa ciri – ciri atau kriteria Insan Kamil yang dapat kita lihat pada diri Rasulullah SAW yakni 4 sifat yakni :

a. Sifat amanah (dapat dipercaya)

Amanah / dapat dipercaya maksudnya ialah dapat memegang apa yang dipercayakan seseorang kepadanya. Baik itu sesuatu yang berharga maupun sesuatu yang kita anggap kurang berharga.

b. Sifat fathanah (cerdas)

Seseorang yang memiliki kepintaran di dalam bidang fomal atau di sekolah belum tentu dia dapat cerdas dalam menjalani kehidupannya. Cerdas ialah sifat yang dapat membawa seseorang dalam bergaul, bermasyarakat dan dalam menjalani kehidupannya untuk menuju yang lebih baik.

c. Sifat siddiq (jujur)

Jujur adalah sebuah kata yang sangat sederhana sekali dan sering kita jumpai, tapi sayangnya penerapannya sangat sulit sekali di dalam bermasyarakat. Sifat jujur sering sekali kita temui di dalam kehidupan sehari – hari tapi tidak ada sifat jujur yang murni maksudnya ialah, sifat jujur tersebut mempunyai tujuan lain seperti mangharapkan sesuatu dari seseorang barulah kita bisa bersikap jujur.

d. Sifat Tabligh (menyampaikan)

Tabligh disini ialah menyampaikan apa yang seharusnya di dengar oleh orang lain dan berguna baginya. Tentunnya sesuatu yang akan disampaikan itu pun haruslah sesuatu yang benar dan sesuai dengan kenyataan.

(10)

2.6 Proses Pembentukan Insan Kamil

Proses atau tahapan pembentukan insan kamil dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain :

1. Proses Pembentukan Kepribadian.

Dapat dipahami bahwa insan kamil merupakan manusia yang mempunyai kepribadian muslim yang diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti kata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan teman, tamu, orang tua, guru, teman sejawat, anak famili dan lain-lainnya.

Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak dengki dan sikap terpuji lainnya yang timbul dari dorongan batin, yakni terwujudnya perilaku mulia sesuai dengan tuntunan Allah SWT, yang dalam istilah lain disebut akhlak mulia yang ditempuh melalui proses pendidikan Islam. Sabda Rasululah SAW yang artinya:

“sesungguhnya aku diutus adalah untuk membetuk akhlak mulia” Dalam kaitan dengan hal itu dalam satu hadits beliau pernah bersabda : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”.

2. Pembentukan Kepribadian Muslim.

Kepribadian muslim dapat dilihat dari kepribadian orang perorang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelektual yang dimilikinya.

a. Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Individu

Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan.

(11)

1. Pranata Education (Tarbiyah Golb Al-Wiladah)

Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara tidak langsung. Proses ini dimula disaat pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak. Sabda Rasulullah SAW : “ Pilihlah tempat yang sesuai untuk benih (mani) mu karena keturunan. Kemudian dilanjutkan dengan sikap prilaku orang tua yang islam”. [5]

2. Education by Another (Tarbiyah Ma’aghoirih).

Proses pendidikan ini dilakukan secara langsung oleh orang lain (orang tua di rumah tangga, guru di sekolah dan pemimpin di dalam masyarakat dan para ulama).

Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui sesuatu tentang apa yang ada dalam dirinya dan diluar dirinya. Firman Allah SWT yang artinya : “Dan Allah

mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui apapun dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati ” ( Q.S. An-Nahl : 78 )

3. Self Education (Tarbiyah Al-Nafs)

Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca buku-buku, majalah, Koran dan sebagainya melalui penelitian untuk menemukan hakikat segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Menurut Muzayyin, Self Education timbul karena dorongan dari naluri kemanusiaan yang ingin

mengetahui. Ia merupakan kecenderungan anugrah Tuhan. Dalam ajaran islam yang menyebabkan dorongan tersebut adalah hidayah. Firman Allah SWT yang artinya :

“Tuhan kami adalah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya kemudian memberinya petunjuk” (QS. Thoha:50)

b. Pembentukan Kepribadian Muslim sebagai Ummah

Komunitas muslim ini disebut ummah. Abdullah al-Darraz membagi kajian pembentukan itu menjadi empat tahap, sebagaimana dikutip sebagai berikut :

(12)

1. Pembentukan nilai-nilai Islam dalam keluarga

Bentuk penerapannya adalah: dengan cara melaksanakan pendidikan akhlak di lingkungan rumah tangga, langkah-langkah yang di tempuh adalah:

· Memberikan bimbingan berbuat baik kepada kedua orang tua

· Memelihara anak dengan kasih sayang

· Memberikan tuntunan akhlak kepada anggota keluarga

· Membiasakan untuk menghargai peraturan dalam rumah tangga

· Membiasakan untuk memenuhi hak dan kewajiban antara kerabat 2. Pembentukan nilai-nilai islam dalam hubungan sosial

Kegiatan pembentukan hubungan sosial mencangkup sebagai berikut:

· Melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan keji dan tercela

· Mempererat hubungan kerjasama

· Menggalakkan perbuatan terpuji dan memberi manfaat dalam kehidupan bermasyarakat seperti memaafkan, dan menepati janji

· Membina hubungan menurut tata tertib seperti berlaku sopan, meminta izin masuk rumah orang lain.

· Perbuatan nilai-nilai islam dalam berkehidupan sosial bertujuan untuk menjaga dan memelihara keharmonisan hubungan antar sesama anggota masyarakat.

2.7 Peranan Moral Menurut Islam Dalam Pembentukan Insan Kamil

Penerapan akhlaq/moral menurut pandangan islam dalam pembentukan insane kamil dalam kehidupan sehari – hari bukanlah perkara mudah, karena dari segi arti saja moral menuruk panadangan islam adalah ahlak yang baik dan insan kamil yaitu manusia yang sempurna. Sedangkan manusia sendiri, seperti yang telah kita ketahui

(13)

tak ada yang terlahir dengan sempurna. Manusia adalah tempat segala kesalahan dan kekhilafan berasal. Namun kesempurnaan yang dimaksudkan di sini bukanlah kesempurnaan dalam arti tak pernah melakukan kesalahan sama sekali. Tak ada manusia yang tak pernah melakukan kesalahan, itu kodrat. Karena itulah telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu cara untuk mencapai moral islam dalam pembentukan insan kamil adalah dengan bertaubat dengan syarat – syaratnya dan bertaubat hanya dilakukan oleh orang yang merasa melakukan kesalahan. Meskipun begitu, seseorang yang ingin mencapai tingkatan insan kamil harus tetap menjaga segala tingkah lakunya, agar jangan sampai keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Disamping itu, seorang insan kamil juga harus menjaga diri dari kesalahan – kesalahan yang mungkin dianggap kecil dalam kehidupan sehari – hari, seperti tergesa – gesa dan tidak cermat. Melahirkan insan yang kamil bukanlah semudah memberi pendidikan secara formal dari kecil sehingga dewasa.

Tanggung jawab dari dalam diri insan itu sendiri. Kesadaran ini bukan saja merangkumi aspek kecintaan terhadap negara, bangsa dan agama malah menyeluruh meliputi keinsafan dan kesedaran tentang tanggungjawab setiap manusia sesama manusia dan kepada Penciptanya. Oleh hal yang demikian itu, pembelajaran dan pendidikan sepanjang hayat harus terwujud dalam setiap diri manusia. Di zaman sekarang ini sangat sulit bagi kita untuk dapat meihat atau menemukan seseorang yang menerapkan insan kamil di dalam kehidupannya, seperti yang kita tahu insan kamil merupakan perwujudan dari sifat – sifat dan perbuatan nabi Muhammad SAW yang sangat sempurna yang tidak semua orang dapat melakukannya.

(14)

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Insan dan Kamil. Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna. Dilihat dari sudut kata insan yang berasal dari kata al-uns, anisa, nasiya dan anasa maka dapatlah dikatakan bahwa kata insan menunjukkan pada suatu pengertian yang ada kaitannya dengan sikap yang lahir dari adanya kesadaran penalaran. Adapun ciri-ciri insan kamil yaitu sehat Jasmani, cerdas dan berketerampilan ruhani yang berkualitas tinggi.

Proses pembentukan insan kamil dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu Proses Pembentukan Kepribadian dan Pembentukan Kepribadian Muslim.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, 2002. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.

Muthari Murtalha, Manusia Sempurna, 2003, Jakarta, Lentera.

Syukur, M. Amin, dan Usman, Fathimah. Insan Kamil. 2005. Semarang : CV. Bima Sejati.

Supiana dan Karman, M. Materi PendidikanAgamaIslam.2009.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Asy’arie, 2002, Musa Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir, Yogyakarta : LESFI.

(16)

Moderator : Muhammad Bintang Anugrah Notulen : Silvia Andaresta

 Pertanyaan

1. Apakah pendidikan agama di sekolah / perguruan tinggi berperan penting dalam pembentukan insan kamil dan jelaskan bagaimana peran pendidikan tersebut? (Damar Sagara )

2. Bagaimanakah cara mengajak generasi muda yang sering berkomentar negative dalam membentuk insan kamil mereka ditengah lingkungan yang kurang kondusif serta orang tua yang berasal dari kalangan awam? (Affan Hanif )

3. Pada halaman 12 “meskipun begitu seseorang yang ingin mencapai tingkatan insan kamil harus tetap menjaga segala tingkah lakunya agar jangan keluar dari ajarannya yang sebenarnya” apa maksud dari keluar dari ajaran yang sebenarnya ? (Amirah Khairunnisa)

4. Bagaimana cara mengetahui ajaran agama islam yang benar bila kita melihat dakwah- dakwah dari sosial media? (Nadia Putri Veronisa)

5. Pada halaman 9, “orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” apa hubungan iman dan akhlak ? dan Bagaiman aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi orang yang beriman?

(Kresna Putri H )

6. Mengapa bias terjadi perpecahan ulama di zaman sekarang seperti sholat tarawih dengan kecepatan yg berbeda begitu juga dalam pemilu ulama terbari menjadi 2 kubu ? (Akhmad Nur Hidayat )

(17)

 Jawaban

1. Ya, seperti pada materi kami pada halaman 10 yang sudah di jelaskan pada bagian pembentukan kepribadian muslim sebgai individu yg ke-2 Educatin by another bahwa proses pendidikan ini dilakukan secara langsung oleh orang lain (orang tua di rumah, guru di sekolaj dan

pemimpin di dalam masyarakat) sesuai Firman Allah SWT yang artinya :

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu

mengetahui apapun dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati ” ( Q.S. An-Nahl : 78 )

2. Kita sebgai umat muslim baiknya mengajak mereka mengikuti kegiatan kita seperti pengajian , kajian-kanjian di masjid, atau kegiatan positif lainnya

sanggahan dari Akhmad Nur Hidayat: kita memiliki 3 cara yaitu dakwah billisan, dakwah billah, dan doa

3. Maksud dari tidak keluar dari ajaran sebenarnya itu tidak keluar dari ajaran Al-quran dan hadist seperti berpuasa kita kan berpuasa dari sebelum shubuh hingga maghrib karena kita fikir ingin mendapat pahal lebih jadi kita berbuka pada waktu isya padahal saat maghrib kita itu harus segera berbuka

4. Ya, apabila kita masih belum yakin dengan apa yang ada di sosial media kita harus kembali lagi kepada kitab kita yaitu Al-quran dan Hadist 5. Jelas ada kaitannya iman dan akhlak seperti pengertian beriman bahwa

meyakini dalam hati, melafalkan dengan lisan serta melakukan dengan perbuatan. Akhlak merupakan suatu perbuatan

Untuk dapat tergolong dalam orang beriman kita dapat mengamalkan rukum islam yaitu : 1. Syahadat , 2. Sholat , 3. Puasa , 4. Zakat, 5. Haji atau seperti dimakalah kami pada halaman 7 mengenai cici-ciri insan kamil

(18)

6. Itu mungkin terjadi karena perbedaan pemahaman dari satu ke yang lainnya tapi menurut saya shalat tarawih tersebut tidak thumakninah sebagaimana seharusnya

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan menikah menurut syariat islam adalah : untuk memenuhi tunytutan naluri manusia yang asasi, untuk membentengi akhlaq yang luhur dan untuk menundukan pandangan, untuk

Aktualisasi peranan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan akhlaq siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung dengan jalan: 1)

Bidang kajian yang diteliti tersebut adalah Peranan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Akhlaq Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama

Peranan Siswa (Si-belajar). Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si

Siti Rohmawati (D31208066), 2012: Pengaruh Penerapan Strategi DAP (Developmentaly Appropriate Practice) Dalam Pembelajaran Al-Islam Dengan Tema Akhlaq Terhadap Pembentukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) Konsep manusia menurut lafadz al-insan dalam al-Quran; (2) Konsep Pendidikan Islam; (3) Untuk mencari implikasi konsep manusia

Peranan Siswa (Si-Belajar). Menurut pandangan konstrktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus

Infaq Setiap hari Jumat Menurut hasil dari wawancara yang penulis laksanakan dengan guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Insan Kamil Islamic School Bengkulu dalam membimbing