• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pluralisme menghendaki manusia untuk bisa hidup berdampingan dengan rukun dalam lingkaran perbedaan. Bagaimanapun setiap orang menginginkan hal itu, berapapun banyak perbedaan yang mereka miliki, hidup penuh keharmonisan tentu menjadi idaman, Islam secara eksplisit tentu saja memerintahkan ummatnya untuk hidup saling menghoemati satu sama lain, bukan hanya kepada sesama ummat Islam, tapi kepada seluruh manusia yang disebut Ukhuwah Insaniyah.

Karenanya Islam mengajarkan pengikutnya untuk menjungjung tinggi toleransi, terutama dalam hal beragama. Namun seiring dengan kemajuan budaya serta adanya globalisasi tampaknya toleransi umat beragama tampaknya telah mengalami pergeseran dibeberapa sisi. Sebut saja dengan adanya pernikahan beda agama yang menggunakan dalih ‘selama saling menghormati dan toleransi’

Awalnya pernikahan beda agama di Indonesia diramaikna oleh pelaku hiburan tanah air yang dengan mudah dapat terekspos kemasyarakat luas. Akhir akhir ini kita bahkan sering mendapati orang orang disekeling kita, tetangga atau teman yang menikah dengan orang yang memiliki keyakinan yang berbeda. Lantas bagaimanakah Islam memandang hal ini ? Apakah Islam membolehkan pernikahan lintas agama ?

(2)

2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian nikah ?

2. Apa pandangan Islam mengenai pernikahan beda Agama? 3. Adakah dalil mengenai pernikahan beda agama ?

3. Tujuan Makalah

1. Mengetahui pengertian nikah

(3)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian nikah

Menurut bahasa nikah berarati terkumpul atau menyatu, menjodohkan atau bersenggama (wathi’). Menurut istilah syari’at Islam adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan.

Menuru Undang Undang no 1 Tahun 1974 tentang perkawinan , mendefinisikan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.

Berdasarkan pengertian diatas, disimpulkan bahwa tujuan pernikahan adalah untuk membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa. Sedangkan menurut syari’:1

1. Untuk memenuhi tunytutan naluri manusia yang asasi

2. Untuk membentengi akhlaq yang luhur dan untuk menundukan pandangan 3. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami

4. Untuk menghasilkan keturunan yang sah secara biologis dan secara syari’at

2. Pandangan Islam Mengenai Pernikahan Beda Agama

Dalam Islam, menikah bukan hanya menyatukan dua manusia, melainkan ada aturan atauran yang harus diperhatikan, sehingga dengan aturan aturan itu

(4)

https://id-id.facebook.com/notes/von-edison-alouisci/hukum-islam-dalam-pernikahan-beda-menimbulkan adanya pernikahan yang sah dan tidak sah, serta pernikahan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, lantas bagaimana dengan pernikahan beda agama ?

Pada dasarnya ulama membolehkan menikah beda agama, namun dengan kondisi seorang Muslim laki-laki menikah dengan wanita Ahli Kitab (Nasrani dan Yahudi). Ini pendapat jumhur (mayoritas ulama).

Dalam beberapa literatur dan juga kitab-kitab Tafsir disebutkan perbedaan pendapat apakah selain wanita Ahli Kitab, seorang Muslim boleh menikahinya? Artinya ulama berbeda pendapat tentang kebolehan menikahi wanita non-Muslim yang dari selain Ahli Kitab.

Imam Syafi’i dalam kitab klasiknya, Al-Umm, mendefinisikan Kitabiyah dan non Kitabiyah sebagai berikut, “Yang dimaksud dengan ahlul kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berasal dari keturunan bangsa Israel asli. Adapun umat-umat lain yang menganut agama Yahudi dan Nasrani, rnaka mereka tidak termasuk dalam kata ahlul kitab. Sebab, Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. tidak diutus kecuali untuk Israil dan dakwah mereka juga bukan ditujukan bagi umat-umat setelah Bani israil.”

(5)

Adapun jika keadaannya terbalik, wanita muslim menikahi laki laki non muslim (kafir / musyrik) Ijma’ (konsensus) ulama: tidak diperbolehkan seorang wanita Muslimah menikah dengan laki-laki non-Muslim, apapun jenis ke-non-Muslimannya. Entah itu dia seorang Nasrani, Yahudi, Budha, Hindu atau agama pun, yang penting ia bukanlah seorang Muslim.

Yang sedikit berbeda pendapatnya hanyalah Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal, dimana mereka berdua tidak melarang hanya memkaruhkan menikahi wanita kitabiyah selama ada wanita muslimah.

Pendapat yang mengatakan bahwa nasrani itu musyrik adalah pendapat Ibnu Umar. Beliau mengatakan bahwa nasrani itu musyrik. Selain itu ada Ibnu Hazm yang mengatakan bahwa tidak ada yang lebih musyrik dari orang yang mengatakan bahwa tuhannya adalah Isa. Sehingga menurut mereka menikahi wanita ahli kitab itu haram hukumnya karena mereka adalah musyrik.

Namun jumhur Ulama tetap mengatakan bahwa wanita kitabiyah itu boleh dinikahi, meski ada perbedaan dalam tingkat kebolehannya. Namun demikian, wanita muslimah yang komitmen dan bersungguh-sungguh dengan agamanya tentu lebih utama dan lebih layak bagi seorang muslim dibanding wanita ahlul kitab. Juga apabila ia khawatir terhadap akidah anak-anak yang lahir nanti, serta apabila jumlah pria muslim sedikit sementarawanita muslimah banyak, maka dalam kondisi demikian ada yang berpendapat haram hukumnyapria muslim menikah dengan wanita non muslim.

(6)

1. Suami Islam, istri ahli kitab = boleh

2. Suami Islam, istri kafir bukan ahli kitab = haram 3. Suami ahli kitab, istri Islam = haram

4. Suami kafir bukan ahli kitab, istri Islam = haram

Dibolehkannya laki-laki muslim menikah dengan wanita ahlul kitab namun tidak sebaliknya karena laki-laki adalah pemimpin rumah tangga, berkuasa atas isterinya, dan bertanggung jawab terhadap dirinya. Namun perlulah diketahui masih adakah yg namanya wanita ahlul kitab zaman sekarang ? wallahu`alam..itu seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.dan untuk hal satu ini..adalah sulit laki laki menemukan wanita ahli kitab walaupun diperbolehkan.

Islam menjamin kebebasan aqidah bagi isterinya, serta mlindungi hak-hak dan kehormatannnya dengan syariat dan bimbingannya. Akan tetapi, agama lain seperti nasrani dan yahudi tidak pernah memberikan jaminan kepada isteri yang berlainan agama.

3. Dalil Mengenai Pernikahan Beda Agama Allah Ta’ala berfirman,2

ررانننلا ىلنإر ننوععددين كنئرلنوأع مدكعبنجنعدأن ودلنون ككررشدمع ندمر رريدخن نرمرؤدمع دربدعنلنون اونعمرؤديع ىتننحن ننيكرررشدمعلدا اوحعكرندتع لون

“…….dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan

wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih

baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu, mereka mengajak ke neraka,

….” ( QS: Al-Baqarah: 221)

(7)

3

(al mumtahanah 10)

“…mereka (wanita-wanita mukmin) tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan

orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka… “ (QS: Al-Mumtahanah: 10)

Dua ayat ini secara tegas mengatakan bahwa wanita Muslimah itu haram dinikahkah dengan orang kafir bagaimana pun alasannya. Dan ulama telah mengatakan bahwa ini adalah Ijma’ ulama.

Jika suatu hukum itu sudah dihukumi oleh sebuah Ijma’, maka sudah tidak ada lagi perselisihan pendapat didalamnnya. Begitu suatu masalah dihukumi, dan hukum itu tidak diperselisihkan oleh ulama yang lain, maka itu menjadi ijma’. Dan ketika sudah menjadi Ijma’, sudah tidak perlu lagi dipertanyakan. Ini prinsip yang dipegang oleh para fuqaha’ (ahli fiqih).

Adapun ayat yang terkandung dalam surah Al-Maidah ayat 5, seperti dibawah ini:

(al maidah 5)

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)

orang-orang Ahli kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi

mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara

wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara

orang-orang Ahli kitab sebelum kamu…..” (QS. Al-Maidah: 5)

Ayat ini ialah takhshish [صيصخت] untuk ayat 221 surah al-Baqarah diatas. Disebutkan bahwa wanita non-Muslim (musyrik) itu tidak boleh dinikahi oleh

(8)

https://id-id.facebook.com/notes/von-edison-alouisci/hukum-islam-dalam-pernikahan-beda-laki Muslim. Pada ayat ini terjadi pengkhususan, bahwa larangan yang ada di surah al-Baqarah itu untuk wanita musyrik saja, sedangkan Ahli Kitab, dibolehkan.

Artinya bahwa kalau wanita itu Ahli Kitab, tetap boleh. Walaupun ia seorang wanita kafir. Karena yang dilarang itu ialah wanita kafir yang selain Ahli Kitab.

(9)

BAB III PENUTUP A. Simpulan

1. Menikah secara bahasa artinya menyatukan, menjodohkan atau bersenggama, sementara menurut istilah adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan.

2. Tujuan menikah menurut syariat islam adalah : untuk memenuhi tunytutan naluri manusia yang asasi, untuk membentengi akhlaq yang luhur dan untuk menundukan pandangan, untuk menegakkan rumah tangga yang Islami, dan untuk memperoleh keturunan yang sah secara biologis dan secara syari’at. 3. Sebagian besar ulama membolehkan pernikahan beda agama dengan syarat

laki laki nya adalah seorang muslim dan wanita non muslim ahli kitab, diluar keadaan itu maka pernikahan beda agama diharamkan.

4. Dalil mengenai pernikahan beda agama tertulis dalam al quran secara jelas dalam QS: Al-Baqarah: 221.

B. Saran

(10)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2014/09/10/29159/islam-dan-pernikahan-beda-agama-bagian-1.html/2#.VCC73mPCd6l

https://id-id.facebook.com/notes/von-edison-alouisci/hukum-islam-dalam-pernikahan-beda-agama/235443739805678

http://almanhaj.or.id/content/3232/pernikahan-dalam-islam/

http://ahmadzain.com/

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan yang ada saat ini belum memberikan gambaran secara jelas mengenai pengawasan ketenagakerjaan terhadap

Perbedaan dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yang tidak terfokus pada pasien HIV dan AIDS yang dirawat inap tetapi semua pasien di rumah sakit yang dirawat

Sama jika tak renew ssm softcopy sijil akan dimaklumkan dalam malaysia hendaklah dipamer di renew ssm di pejabat pos berdaftar dengan pejabat pos beritahu korang pergi ke kaunter

Daya guna teoritis Daya guna teoritis (theoretical effectiveness) (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara , yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk

Beberapa contoh virus yang menyebabkan penyakit bagi manusia adalah adalah Influenza Virus, Human immunodeficiency virus, Hepatitis Delta Virus, Ebola Virus,

RKPD adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan permasalahan pembangunan daerah serta indikasi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan

pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan sosial dan perlindungan ekonomis

Informasi penjualan terbanyak berdasarkan pelanggan yang akan ditampilkan pada dashboard adalah informasi penjualan terbanyak (rupiah) (pelanggan yang belanja terbanyak,