• Tidak ada hasil yang ditemukan

pelaksanaan sanksi administrasi terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pelaksanaan sanksi administrasi terhadap"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP PELANGGAR DISIPLIN APARATUR SIPIL NEGARA

(ASN) DI BAPENDA PROVINSI RIAU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka Penulisan Skripsi di Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Oleh :

Nama : WAN FIRA AULIA PUTRI NIM : 1774201207

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU

2020

(2)
(3)

ABSTRAK

Contoh pelanggaran disiplin ringan oleh ASN di lingkungan Bapenda Provinsi Riau adalah sering datang terlambat dan pulang lebih awal, serta tidak masuk kerja tanpa izin yang jelas. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Bapenda Provinsi Riau, jenis hukuman disiplin ringan yang sering dijatuhkan adalah berupa teguran lisan, tertulis, dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Akan tetapi sanksi yang diberikan nampaknya tidak memberikan dampak yang berarti karena dinilai belum maksimal dalam pelaksanaannya. Berangkat dari permasalahan yang ada maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Sanksi Administrasi Terhadap Pelanggar Disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) Di Bapenda Provinsi Riau Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil”. Rumusan masalah adalah bagaimanakah pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, bagaimana hambatan dan upaya yang dilakukan mengenai pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, untuk menjelaskan hambatan dan upaya yang dilakukan mengenai pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Jenis penelitian adalah menggunakan jenis penelitian hukum sosiologis. Dimana lokasi penelitian yang dilakukan di Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau.

Selanjutnya Dimana data yang penulis lakukan dengan menggunakan analisis kualitatif.

Adapun kesimpulan dalam skripsi ini yakni telah dilaksanakan sejak pelaksanaan peraturan tersebut diberlakukan. Namun masih ada pelanggaran disiplin ASN di Bapenda Provinsi Riau yaitu pelanggaran terlambat masuk kerja, tidak masuk kerja dengan alasan yang sah, adapun sanksi yang dikenakan yaitu sanksi secara lisan, ucapan. Saran dari penulis yakni disiplin ASN harus lebih di tingkatkan lagi mengingat ASN sebagai aparatur negara yang kewajibannya melayani masyarakat dan melakukan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya.

Kata Kunci: Sanksi Administrasi, Pelanggar Disiplin, Aparatur Sipil Negara (ASN)

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelancaran pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan nasional terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur negara dan pada pokoknya tergantung dari pegawai negeri. Untuk mencapai tujuan negara yaitu menyelenggarakan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyatnya, atau menyelenggarakan masyarakat adil dan makmur, maka pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan kesejahteraan aparat sangat di perhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas.1 Dalam mewujudkannya, maka Aparatur Sipil Negara perlu dibina sebaik baiknya untuk kelancaran pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.2

Sebagaimana telah diamanatkan di dalam peraturan perundang-undangan, aparatur negara dalam meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi,

1 Moh. Mahfud M. D, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2000), hlm. 19.

2 I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 30.

(5)

maka aparatur negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.3

Aparatur Sipil Negara yang sempurna adalah Aparatur Sipil Negara yang penuh kesetiaan pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan pemerintah serta bersatu padu, bermental baik, berdisiplin tinggi, berwibawa, berdaya guna, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawab sebagai unsur pertama aparatur negara. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin yang tinggi merupakan salah satu unsur untuk menjadi pegawai negeri yang sempurna.

Disiplin yang tinggi diharapkan semua kegiatan akan berjalan dengan baik.4

Aparatur Sipil Negara bukan saja unsur aparat Negara tetapi juga merupakan Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang selalu hidup di tengah Masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu di dalam pelaksanaan pembinaan Aparatur Sipil Negara bukan saja dilihat dan di perlakukan Aparatur Negara, tetapi juga dilihat dan diperlukan sebagai warga Negara.5

Pengertian Negara yang bersih, kuat dan beribawa yaitu aparatur yang seluruh tindakannya dapat di pertanggung jawabkan, baik di lihat dari segi moral dan nilai-nilai luhur bangsa maupun dari segi peraturan perundang-undangan serta tidak mengutamakan orientasi kekuasaan yang ada dalam dirinya untuk melayani kepentingan umum dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

3 Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Bina Aksara, 2004), hlm.

45

4 S. Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, (Jakarta: Gunung Agung, 2010), hlm. 42.

5 Hartini, Sri dkk, Hukum Kepegawaian di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 9.

(6)

pembangunan nasional. Namun kenyataanya, masih banyak di temukan Aparatur Sipil Negara yang melakukan pelangaaran disiplin.6

Dalam konteks Hukum Kepegawaian, Aparatur Sipil Negara sebagai unsur negara memiliki peranan yang sentral dalam membawa komponen kebijaksanaan- kebijaksanaan dan peraturan-peraturan pemerintah. Peranan dari Aparatur Sipil Negara seperti diistilahkan dalam dunia kemiliteran “not the gun, the man behind the gun” yaitu bukan senjata yang penting melainkan manusia yang menggunakan senjata itu. Senjata yang modern tidak mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercaya menggunakan senjata itu tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar. Hal ini berarti bahwa Aparatur Sipil Negara merupakan tulang punggung pemerintah dalam melaksanakan fungsi pelayanan dan pembangunan nasional.7

Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apratur Sipil Negara telah disebutkan bahwa terdapat beberapa jenis hukuman bagi pegawai yang melanggar ketentuan perundang-undangan. Hal tersebut dipertegas dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 pada Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa Disiplin Aparatur Sipil Negara adalah kesanggupan Aparatur Sipil Negara untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang

6 Sedarmayanti, Good Governance, (Bandung: Mandar Maju, 2004), hlm. 6.

7 Miftah Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 13.

(7)

telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.8

Persoalan secara umum yang menjadi tolok ukur penilaian kinerja bagi kalangan Aparatur Sipil Negara sejak dahulu kala hingga sampai dengan sekarang adalah persoalan rendahnya budaya disiplin. Budaya disiplin di kalangan ANS belum sepenuhnya dapat diterapkan dan dijalankan, walapun telah dikeluarkan peraturan disiplin ASN yang baru yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 sebagai penganti Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang disiplin Pegawai Neger Sipil.9

Pada Pasal 8 angka 9 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang menyatakan bahwa: “masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:

a. Teguran lisan bagi ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 5 (lima) hari kerja;

b. Teguran tertulis bagi ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja; dan

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis bagi ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima belas) hari kerja.”

Dalam hal ini, dalam penelitian yang penulis lakukan adalah pada Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selanjutnya dalam penelitian ini ditujukan pada ASN. Namun pada kenyataannya yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan

8 Marsono, Pembahasan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta: Ikhtiar Baru, 2004), hlm. 20.

9 Muchsan, Hukum Kepegawaian, (Jakarta: Bina Aksara, 2012), hlm. 12.

(8)

penulis dilapangan yakni di Bapenda Provinsi Riau terkait sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin pada Tahun 2018 dari sanksi yang ringan berupa tanpa keterangan yang jelas tidak masuk kerja 3 (tiga) hari sebanyak 4 (empat) orang, pelanggaran berat berupa tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama lebih dari sepuluh hari kerja sebanyak 6 (enam) kasus, pada Tahun 2019 sebanyak 3 (tiga) kasus jenis pelanggaran disiplin ringan yakni keterlambatan masuk kerja dimana jam kerja dimulai pada Pukul 08.00 WIB akan tetapi ASN masuk kerja lewat dari jam masuk kerja, ada juga pelanggaran yang dilakukan tidak mengikuti apel pagi. Sebanyak 4 (empat) orang. Sedangkan di Tahun 2020 pelanggaran ringan yang sering terjadi yakni keterlambatan masuk kerja dan pulang lebih awal dari jam pulang sebanyak 4 (empat) kasus, pelanggaran berat terjadi yakni tidak masuk kerja tanpa keterangan 1 (satu) bulan sebanyak 1 (satu) kasus. Contoh pelanggaran disiplin ringan oleh ASN di lingkungan Bapenda Provinsi Riau adalah sering datang terlambat dan pulang lebih awal, serta tidak masuk kerja tanpa izin yang jelas. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Bapenda Provinsi Riau, jenis hukuman disiplin ringan yang sering dijatuhkan adalah berupa teguran lisan, tertulis, dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Akan tetapi sanksi yang diberikan nampaknya tidak memberikan dampak yang berarti karena dinilai belum maksimal dalam pelaksanaannya.10

Dengan melihat permasalahan di atas mengenai sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin Aparatur Sipil Negara, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Pelaksanaan Sanksi Administrasi Terhadap

10 Hasil prapenelitian penulis oleh Bapak Ir. Emri Juli Harnis, M.T., Ph., di Bapenda Provinsi Riau pada tanggal 17 Desember 2020 di Kantor Bapenda Provinsi Riau.

(9)

Pelanggar Disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) Di Bapenda Provinsi Riau Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil”.

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil?

2. Bagaimanakah hambatan yang dihadapi terhadap pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil?

3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi terhadap pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(10)

a. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

b. Untuk mengidentifikasi hambatan yang dihadapi mengenai pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

c. Untuk mengidentifikasi dan menganalisa upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan mengenai pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menambah khasanah keilmuan bagi penulis mengenai pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

b. Untuk kegunaan bagi dunia akademis (perkembangan khasanah keilmuan) dan juga di dalam masyarakat.

c. Untuk kepentingan instansi atau badan yang terkait yang memiliki hubungan dengan objek penelitian mengenai pelaksanaan sanksi

(11)

administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

D. Kerangka Teori

Pembangunan nasional yang berkesinambungan, menyeluruh, terarah dan terpadu, bertahap dan berencana menjadi program kerja pemerintahan reformasi.

Kedudukan dan peran Aparatur Sipil Negara (ASN) sangat penting dan menentukan dalam menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan bersih dalam pembangunan nasional. Aparatur Sipil Negara di samping menjalankan fungsi umum pemerintahan juga menjalankan fungsi umum pembangunan. Hal ini sejalan dengan konsep Negara kesejahteraan atau “Welfare State” yang berkembang pada akhir abad ke-19 di Eropa Barat, yakni fungsi pemerintah tidak hanya menjaga keamanan dan ketertiban saja tetapi turut serta memikul tanggung jawab mewujudkan kesejahteraan umum. Konsekuensi logis dari negara bertipe Welfare State ini adanya campur tangan yang besar dari pemerintah terhadap aspek-aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.11

Aparatur Sipil Negara sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat dituntut kesetiaannya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta harus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Tindakan atau perbuatan Aparatur Sipil

11 Muchsan, Beberapa Catatan Tentang Hukum Administrasi Negara Dan Peradilan Administrasi Negara Di Indonesia, (Yokyakarta: Liberty, 2010), hlm. 8.

(12)

Negara yang melanggar disiplin dapat mempengaruhi tercapai atau gagalnya tujuan pembangunan nasional. Karena itu perlu pembinaan terhadap Aparatur Sipil Negara agar dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik serta dapat dipertanggungjawabkan kepada bangsa dan negara.12

Upaya pembinaan terhadap Aparatur Sipil Negara diatur dalam perundangundangan tentang kepegawaian, antara lain Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang PokokPokok Kepegawaian, yang mengatur antara lain jenis, status, kedudukan, fungsi, tugas, peran, jabatan ASN, hak dan kewajiban Aparatur Sipil Negara serta manajemen Aparatur Sipil Negara. Untuk lebih mengefektifkan berlakunya Undang-Undang tersebut, peraturan perundangan yang lebih rendah tingkatannya guna pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara tersebut khususnya tentang Disiplin Aparatur Sipil Negara belum ditindaklanjuti dan masih menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Aparatur Sipil Negara .13

Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 bukan tanpa maksud dan tujuan. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 sebagai kebijakan publik yang diimplementasikan oleh Pemerintah untuk memecahkan masalah merosotnya disiplin ASN itu sendiri. Masalah tersebut berkenaan dengan

12 Suhadak, Kepegawaian Negara, (Jakarta: Diklat Prajabatan, 2008), hlm. 6.

13 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, (Bandung: CV.

Ramadan, 2007), hlm. 245.

(13)

disiplin ASN termasuk hak dan kewajibannya selama menjadi ASN dan merupakan masalah publik yang berdampak luas terhadap kondisi sosial, budaya, politik dan ekonomi masyarakat. Kebijakan publik berupa Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, dapat memberikan jalan keluar dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh ASN khususnya kemunduran disiplin ASN.14

Disiplin Aparatur Sipil Negara menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 adalah kesanggupan Aparatur Sipil Negara untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Tujuan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang handal, profesional, dan bermoral. F.X. Oerip S.

Poerwopoespito mengatakan bahwa pada dasarnya kualitas manusia secara total ditentukan oleh:15

1. Kualitas Teknis: Kualitas yang berkaitan dengan kesehatan seseorang, baik dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Kualitas Fisik: Kualitas yang berkaitan dengan kesehatan seseorang (artinya seberapa sehat dia dalam melakukan pekerjaannya).

3. Kualitas Sikap Mental: Kualitas yang berkaitan dengan konsepsi perilaku jiwa seseorang dalam bereaksi atas dasar situasi yang mempengaruhi.

14 Suradji, Administrasi Kepegawaian Negara, (Jakarta: Diklat Prajabatan, 2003), hlm. 6.

15 F.X. Oerip S. Poerwopoespito, Mewujudkan Pegawai Negeri Sipil Yang Handal, Profesional, Dan Bermoral, (Jakarta: Djambatan, 2010), hlm. 28.

(14)

Bagi seorang Aparatur Sipil Negara, penilaian prestasi kerja dapat menimbulkan perasaan puas dalam diri mereka, karena dengan cara ini hasil kerja dinilai oleh atasan dengan sewajarnya dan kelemaan-kelemahan yang ada dapat diketahui. Dalam hukum administrasi, seorang Aparatur Sipil Negara yang melanggar aturan disiplin ASN, penyebab pelanggaran tersebut karena kurang diperhatikan atasan, kurangnya kesejahteraan, tidak diberi pekerjaan oleh atasa, permasalahan keluarga, dan seterusnya.16 Sementara akibat dari pelanggaran aturan disiplin ASN tersebut adalah dijatuhi hukuman disiplin mulai dari yang ringan, sedang bahkan sampai hukuman disiplin berat. Teori Kausalitas merupakan teori yang mengkaji dan menganalisis tentang hubungan antara sebab dengan akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh seorang.17

Ketentuan Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menyebutkan bahwa: “Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara”. Sedangkan pada Pasal 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 menjelaskan bahwa: (1). Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi Pemerintah. (2). Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.18

Dari bunyi pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang Pegawai ASN dalam menjalankan tugasnya harus bertindak secara netral. Adapun

16 Ida Ayu Putu Sri Widnyani, “Implementasi Kebijakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Badan Kepagwaian Dearah Kabupaten Klungkung”, Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik Vol. II Nomor 3, April 2017, hlm.

205.

17 Salim, HS, Perkembengan Teori dalam Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm.

140.

18 Mohammad Rafik, “Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Pns) Di Lingkungan Kantor Kejaksaan Negeri Palu Sulawesi Tengah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010”, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Edisi 2, Volume 4, Tahun 2016, hlm.

1.

(15)

pengertian netral itu Pegawai ASN dalam menjalankan tugasnya tidak mementingkan suku, agama, golongan, atau partai politik. Pegawai ASN yang bersangkutan harus dapat menghindari pengaruh-pengaruh tersebut sehingga ia dapat melayani semua unsur masyarakat.19

Melihat kedudukan Pegawai ASN yang sangat strategis tersebut, maka Pegawai ASN harus dikelola dengan manajemen yang mengarah penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna sehingga diperlukan upaya pembinaan Pegawai ASN secara keseluruhan mulai dari pengangkatan sampai dengan pemberhentian. Salah satu bentuk pembinaan Pegawai ASN tersebut adalah adanya upaya penegakan disiplin Pegawai Negeri Sipil yang secara khusus telah diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Disiplin sangat diperlukan dalam mendukung lancarnya pelaksanaan pekerjaan pada suatu organisasi. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan organisasi. Guna mewujudkan tujuan organisasi yang harus segera dibangun dan ditegakkan adalah kedisiplinan pegawainya. Jadi, kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan.20

Pada instansi pemerintah disiplin kerja merupakan modal yang penting yang harus dimiliki oleh Aparatur Sipil Negara (ASN), sebab menyangkut

19 Moch. Faisal Salam, Penyelesaian Sengketa Pegawai Aparatur Sipil Negara di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2016), hlm. 29.

20 E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru, 2000), hlm. 8.

(16)

pemberian pelayanan publik. ASN merupakan unsur utama sumber daya manusia aparatur negara yang mempunyai peranan dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. ASN harus mempunyai sikap disiplin yang tinggi, kinerja yang baik serta sikap dan perilakunya yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan kepada negara, bermoral dan bermental baik, profesional, sadar akan tanggung jawabnya sebagai pelayan publik serta mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa.21

ASN sebagai unsur Aparatur Negara dalam menjalankan roda pemerintahan dituntut untuk melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya, serta menjunjung tinggi martabat dan citra kepegawaian demi kepentingan bangsa dan negara. Agar menjadi pegawai yang handal, profesional, dan bermoral, seorang ASN harus mampu memperbaiki sikap mental disiplin kerja dan termotivasi untuk meningkatan efektifitas kinerja. Beberapa indikator yang harus ditingkatkan antara lain meliputi pelaksanaan disiplin kerja dengan mematuhi dan menaati peraturan disiplin dan disiplin kerja, rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan, serta produktivitas kerja yang berdaya guna.22

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan jenis penelitian hukum sosiologis yang dibatasi pada penelitian berlakunya hukum positif yang terjadi ditengah masyarakat terkait pelaksanaan sanksi

21 Sastra Djatmika dan Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2008), hlm. 50.

22 Ibid.

(17)

administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.23

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis lakukan adalah di Bapenda Provinsi Riau.

Dimana dalam sanksi administrasi terhadap sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) belum berjalan sebagaimana mestinya.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kepala Bapenda Provinsi Riau, 1 (satu) orang.

2) Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum, 1 (satu) orang.

3) Ketua Komisi I DPRD Provinsi Riau, 1 (satu) orang.

4) Pegawai Negeri Sipil Bapenda Provinsi Riau Yang Melanggar, 20 (dua puluh) orang.

b. Sampel

Penarikan sampel pada penelitian ini adalah penulis lakukan dengan cara menggunakan kriteria tertentu yaitu menggunakan metode sensus dan metode purposive, yaitu dengan menetapkan populasi yang ada mengenai pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan

23 Buku Pedoman Penulisan Skripsi Edisi III, Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning, 2019, hlm. 29.

(18)

Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Dimana dapat mewakili jumlah populasi yang ada guna membantu penulisan ini nantinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel I. [2]

Populasi dan Sampel

No. Jenis Populasi Populasi Sampel Persentase

(%)

1. Kepala Bapenda Provinsi Riau 1 1 100 %

2. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum

1 1 100 %

3. Ketua Komisi I DPRD Provinsi Riau 1 1 100 %

4. Pegawai Negeri Sipil Bapenda Provinsi Riau Yang Melanggar

22 5 22,7 %

Sumber Data: Data Olahan Tahun 2020.

4. Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan penulis dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data yang sumber datanya adalah data primer yang dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari masyarakat (lapangan) yang sesuai dengan permasalahan yang ada mengenai pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan yang bersifat mendukung data primer.

(19)

c. Data Tertier, yaitu data yang diperoleh melalui kamus, ensiklopedi, dan sejenisnya yang berfungsi untuk mendukung data primer dan data sekunder.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung terkait mengenai pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

b. Wawancara, metode wawancara yang penulis lakukan pertama kali adalah dengan wawancara terstruktur yaitu metode wawancara di mana si pewawancara telah menyiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang hendak disampaikan kepada responden. Selain itu pewawancara juga boleh melakukan wawancara ternonstruktur yaitu di mana si pewawancara bebas menentukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti mengenai pelaksanaan sanksi administrasi terhadap pelanggar disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bapenda Provinsi Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

(20)

c. Kajian kepustakaan, yaitu dengan membaca literatur-literatur kepustakaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang sedang diteliti.

6. Analisa Data

Penelitian hukum sosiologis data yang penulis lakukan dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu data yang penulis analisis tidak menggunakan statistil ataupun matematika ataupun yang sejenisnya, namun cukup dengan menguraikan secara deskriptif dari data yang telah diperoleh oleh penulis.

Data kualitatif ini kemudian penulis sajikan dan uraikan dengan kalimat yang jelas dan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga ditarik kesimpulan dari fakta-fakta yang lebih sempit dalam aturan-aturan yang bersifat khusus kepada fakta-fakta yang lebih luas dengan aturan-aturan yang bersifat lebih umum. Cara ini dikenal dengan perumusan kesimpulan secara induktif.

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk-Bentuk Pemberian Kompensasi Dalam Meningkatkan Disiplin Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Agama Asahan. Dalam meningkatkan kedisiplinan kerja pegawai ASN

‘’ Didalam Pengenaan Sanksi Administrasi Negara, Tidak Perlu menggunakan peratara pihak ketiga (dalam hal ini hakim/pengadilan), karena sanksi

Pegawai negeri sipil yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika juga mendapatkan sanksi administratif yang sudah diatur oleh Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan uraian dari pengertian sanksi administrasi tersebut, dapat dikatakan bahwa pengertian sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada Negara khususnya

Kabupaten Sukamara agar lebih mengoptimalkan hnplementasi Kebijakan Penegakan Disiplin Kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukamara,

Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) di Pemerintah Kota

Namun pada kenyataannya pada lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat masih ditemukannya permasalahan terkait dengan masih rendahnya kinerja aparatur sipil negara ASN,