PELATIHAN PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DAN SISTEM FERTIGASI MIKRO
aIbnu Prasetyo Widiyono, bKunti Khusaeni, cKhofsotul Muadibah, dSiti Fajriah, eM Hasbiyul Furqon A, fHesti Hastuti, gCatya Fasolikhah, hSalas Nurdiansyah, iIis Nurlaeli, jKukuh Andreas,
kLutvy Nur Farikhah, lM Zainul Anwar
a,b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,lUniversitas Ma’arif Nahdlatul Ulama, Kebumen, Indonesia Email :a[email protected], b[email protected],
c[email protected], d[email protected], e[email protected],
f[email protected],g[email protected], h[email protected],
i[email protected], j[email protected], k[email protected],
Abstrak
Banyak masyarakat yang memiliki ternak dengan populasi kecil seperti di Desa Duren, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Peternak tersebut belum dapat mengolah limbah ternak dengan baik dengan alasan ketidaktahuan cara dan manfaatnya. Saat ini ketahanan sumber pangan masyarakat di daerah tersebut bergantung pada pedagang sayur keliling meskipun harga sayur yang mereka jual lebih mahal. Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat, tujuan dari penelitian tersebut yaitu memberikan informasi dan pelatihan tentang cara mengolah limbah ternak dan sistem fertigasi mikro. Harapannya, masyarakat di Desa Duren khususnya mampu mengolah limbah ternak untuk mengurangi pencemaran lingkungan, meningkatkan kesuburan tanah di daerah tersebut, serta membantu memberikan sumber pangan tambahan di sekitar tempat tinggal sehingga dapat mengurangi pengeluaran biaya dapur masyarakat. Menyesuaikan kondisi lingkungan dan masyarakat yang ada, kombinasi pelatihan tersebut berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berupa memaksimalkan kesediaan sumber alam serta menghasilkan sumber pangan rumah tangga. Dari metode yang dilaksanakan didapatkan hasil bahwa masyarakat mampu mengolah limbah ternak menjadi berbagai jenis pupuk organik. Selain itu masyarakat telah memiliki minat dalam penanaman sayur- sayuran dengan menggunakan sistem fertigasi mikro untuk mengurangi pembengkakan pengeluaran untuk biaya pangan.
Kata kunci : limbah ternak, pupuk organik, sistem fertigasi Abstract
Many communities have small populations of livestock, such as in Duren Village, Pagedongan Subdistrict, Banjarnegara District, Central Java Province. These farmers have not been able to process livestock waste properly due to ignorance of the methods and benefits. Currently, the food security of the community in the area depends on traveling vegetable vendors even though the price of the vegetables they sell is more expensive. Based on the phenomena that occur in the
community, the purpose of the research is to provide information and training on how to process livestock waste and micro-fertigation systems. It is hoped that the community in Duren Village in particular will be able to process livestock waste to reduce environmental pollution, increase soil fertility in the area, and help provide additional food sources around the residence so as to reduce community kitchen expenses. Adjusting the existing environmental and community conditions, the combination of training plays an important role in improving community welfare in the form of maximizing the availability of natural resources and producing household food sources. From the methods implemented, the results show that the community is able to process livestock waste into various types of organic fertilizers. In addition, the community has an interest in growing vegetables using a micro-fertigation system to reduce the cost of food.
Keywords : livestock waste, organic fertilizer, fertigation system.
1. Pendahuluan
Limbah peternakan adalah semua buangan dari usaha peternakan dapat berupa limbah padat (solid wastes), limbah cair (liquid wastes), dan limbah gas (gaseous wastes) tergantung pada design dan cara produksi limbah peternakan (Rochani, et al. 2015). Berbagai jenis limbah yang kerap menimbulkan protes dari masyarakat yaitu berupa bau menyengat dan pencemaran air yang berasal dari feses dan urin ternak. Banyak masyarakat yang memiliki ternak dengan populasi kecil seperti di Desa Duren, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Peternak tersebut belum dapat mengolah limbah ternak dengan baik dengan alasan ketidaktahuan cara dan manfaatnya.
Kondisi wilayah yang merupakan pegunungan tandus, daerah tersebut juga sering mengalami kekeringan saat memasuki musim kemarau. Kondisi tersebut menjadikan masyarakat tidak terlalu berminat pada penanaman jenis sayur karena sedikitnya sumber air untuk irigasi serta kondisi tanah yang tidak subur. Saat ini ketahanan sumber pangan masyarakat di daerah tersebut bergantung pada pedagang sayur keliling meskipun harga sayur yang mereka jual lebih mahal. Hal tersebut dipilih karena letak pasar yang jauh dari daerah tersebut.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat, tujuan dari penelitian tersebut yaitu memberikan informasi dan pelatihan tentang cara mengolah limbah ternak dan sistem fertigasi mikro. Harapannya, masyarakat di Desa Duren khususnya mampu mengolah limbah ternak untuk mengurangi pencemaran lingkungan, meningkatkan kesuburan tanah di daerah tersebut, serta membantu memberikan sumber pangan tambahan di sekitar tempat tinggal sehingga dapat mengurangi pengeluaran biaya dapur masyarakat.
Menurut Rochani, et al., (2015) pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan atau limbah organik lainnya yang telah melalui rekayasa berbentuk padat atau cair yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organic tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Adapun sistem fertigasi mikro menurut Naswir, et al., (2009) merupakan cara pemberian pupuk melalui air irigasi pada sistem irigasi tetes untuk lahan sempit dan dipandang lebih efisien dalam penggunaan air dan pupuk. Air
pada sistem fertigasi mikro diberikan hanya pada daerah perakaran saja dan pupuk sudah diberikan dalam bentuk larutan serta segera dapat diserap oleh akar tanaman. Pada penelitiannya disebutkan jika sistem fertigasi mikro dapat menghemat pemakaian air 49,48%
jika dibandingkan dengan sistem siram.
Menyesuaikan kondisi lingkungan dan masyarakat yang ada, kombinasi pelatihan tersebut berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berupa memaksimalkan kesediaan sumber alam serta menghasilkan sumber pangan rumah tangga.
2. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang diambil adalah sebagai berikut:
a. Memberikan penyuluhan serta pelatihan berupa cara mengolah limbah ternak dan metode penanaman sistem fertigasi kapiler.
b. Meminimalisir pencemaran lingkungan dari adanya limbah ternak.
c. Meningkatkan kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan sumber alam.
d. Meningkatkan kamampuan serta kemauan masyarakat dalam mempertahankan pasokan pangan rumah tangga.
Bentuk pelatihan yang dilaksanakan merupakan wujud pengabdian kepada masyarakat yang fokus ke ketahanan pangan rumah tangga dengan luaran yang diharapkan yaitu:
a. Masyarakat diharapkan mampu memproduksi pupuk sendiri untuk nutrisi tanamannya sehingga mengurangi pengeluaran uang rumah tangga untuk membeli pupuk.
b. Masyarakat diharapkan memiliki kemuan untuk memelihara tanaman pangan berupa sayur dan bumbu dapur dengan tanpa khawatir kekurangan air untuk menyirami tanamannya.
c. Masyarakat diharapkan dapat sadar terhadap kesehatan lingkungan.
3. Metode Pelaksanaan
Program pelatihan dilakukan di Dusun Kalipetung, Desa Duren, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 28 Agustus 2023 sebagai salah satu program KKN tematik di wilayah tersebut. Metode pelaksanaan penelitian yang dilakukan yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini tim pelaksana melaksanakan beberapa persiapan yaitu berupa perizinan tempat, mengumumkan rencana kegiatan kepada masyarakat, serta menyiapakan semua kebutuhan penyuluhan dan praktik demonstrasi sebagai pelatihan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pelatihan memiliki dua bagian kegiatan sebagai berikut:
1. Penyampaian materi
Pada bagian ini peserta pelatihan diberikan informasi tentang berbagai limbah ternak dan cara mengolahnya menjadi pupuk organik. Serta diberikan informasi tentang teknis penanaman sistem fertigasi.
2. Pelatihan
Tahap pelatihan yaitu dengan mengajak peserta melaksanakan praktik pembuatan pupuk organik dari limbah ternak serta praktik penanaman dengan sistem fertigasi yang sebelumnya telah didemonstrasikan oleh tim pelaksana.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah semua tahap dilaksanakan dengan meminta kritik dan saran dari peserta pelatihan.
4. Cara Pembuatan Pupuk Organik Padat Alat dan bahan :
a. 50 kg kohe kambing b. 10 kg sekam
c. 10 kg kapur dolomit d. 250 ml EM4
e. Cangkul f. Ember g. Terpal Tahap pembuatan :
a. Mencampurkan semua bahan dengan membuat lapisan dengan urutan (dari bawah) kohe kambing – kapur dolomit – sekam.
b. Melarutkan EM4 dengan air.
c. Menyiramkan larutan EM4 ke lapisan bahan hingga kadar air sekitar 40%, atau dengan meremas adonan bahan dengan ciri air tidak menetes atau bahan organic tidak pecah saat genggaman dibuka.
d. Timbunan ditutup dengan terpal dengan diberikan beban disetiap sisi terpal dengan harapan terpal tidak teraangkat saat terkena angin.
e. Setiap 1 minggu, terpal dibuka dan timbunan diaduk.
f. Setelah 3 minggu pupuk sudah dibongkar kemudian diangin-anginkan untuk menghilangkan amoniak terlebih dahulu sebelum digunakan.
5. Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair Alat dan bahan :
a. 5 kg kohe kambing b. 250 ml molases/tetes tebu c. 250 ml EM4
d. 100 gr terasi tumbuk e. Penyedap rasa secukupnya f. 25 l air bersih
g. Jeriken kapasitas 500 l.
Tahap pembuatan :
a. Mencampurkan semua bahan ke dalam jerikan kemudian ditutup rapat.
b. Setiap hari tutup dibuka dan lakukan pengadukan.
c. Setelah 14 hari pupuk organik cair dapat digunakan.
6. Cara Pembuatan Sistem Fertigasi Mikro Alat dan bahan :
a. Botol air mineral b. Kain flanel c. Tali rafia d. Polybag e. Air bersih f. Media tanam g. Pupuk organik cair h. Bibit tanaman Tahap pembuatan :
a. Botol air mineral dilubangi bagian tutup dan bawah botol.
b. Masukan kain flannel melalui tutup botol yang sudah dilubangi bagian tengahnya.
c. Masukan tali rafia melalui bagian bawah botol untuk menggantung botol dengan posisi terbalik.
d. Isi botol dengan larutan air yang sudah diberi pupuk organik cair.
e. Menyiapkan media tanam dan tanam bibit di masing-masing polybag.
f. Buat gantungan dari bambu yang berbentuk seperti jemuran baju.
g. Gantung botol air mineral di gantungan bamboo.
h. Letakan polybag yang sudah diberi bibit dengan memposisikan tepat dibawah botol yang digantung, dan tetesan air dari botol tersebut langsung mengenai akar bibit.
i. Selalu isi ulang botol jika airnya sudah hampir habis.
7. Hasil dan Pembahasan
Dari metode yang dilaksanakan didapatkan hasil bahwa masyarakat mampu mengolah limbah ternak menjadi berbagai jenis pupuk organik. Selain itu masyarakat telah memiliki minat dalam penanaman sayur-sayuran dengan menggunakan sistem fertigasi mikro. Hal tersebut merupakan wujud kemajuan masyarakat dari tingkat kretivitas serta usaha dalam ketahanan pangan rumah tangga.
Kegiatan pelatihan diawali dengan penyampaian materi tentang berbagai jenis limbah ternak dan cara pengolahannya, manfaat penggunaan pupuk organik, serta materi tentang berbagai jenis sistem fertigasi mikro. Selanjutnya diadakan praktik pembuatan pupuk organik padat dan cair, serta penanaman bibit cabai dan sayur-sayuran dengan sistem fertigasi mikro.
Pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan kohe kambing yang ada disekitar masyarakat Desa Duren diharapakan masyarakat dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sehingga kerusakan tanah di daerah tersebut dapat diminimalisir. Pengadaan pelatihan sistem fertigasi mikro yang berupa sistem irigasi tetes diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk terus berinovasi terutama dalam usaha ketahanan pangan rumah tangga.
8. Luaran Yang Dicapai
Luaran yang dicapai dari pelatihan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat memahami bagaimana cara mengolah limbah ternak.
b. Masyarakat mengetahui berbagai metode penanaman sistem fertigasi mikro.
c. Masyarakat memiliki toko hidup berupa tanaman sayur-sayuran sehingga dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga.
9. Kesimpulan
Demikian merupakan hasil dari program pengabdian masyarakat dengan sub tema ketahanan pangan yang telah dilaksanakan. Pelatihan yang sudah dilaksanakan diharapkan dapat menjadi solusi keresahan masyarakat tentang tanah yang semakin tandus dan harga sayur serta bumbu dapur yang semakin mahal. Selain itu dapat menyadarkan masyarakat tentang pentingnya mengolah limbah ternak yang dapat dimanfaatkan untuk media tanam berupa sayur atau lainnya. Kesimpulan dari kegiatan tersebut yaitu bahwasanya semua limbah ternak dapat diolah serta dimanfanfaatkan untuk menopang kebutuhan rumah tangga dan memperbaiki kerusakan lingkungan. Selain itu, asal ada kemauan pasti ada jalan termasu dalam keresahan masyarakat dimana selalu ada pembengkakan pengeluaran biaya pangan karena harga dipedagang keliling sering tidak stabil.
Daftar Pustaka
Asroh, A., Patimah, T., Meisani, N. D., Irawan, R., & Atabany, A. (2021). Penambahan arang sekam, kotoran domba dan cocopeat untuk media tanam. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM), 2 (Khusus 1), 75-79.
Naswir, S.H., Nora, H. P., & Hidayat, P. (2009). Efektivitas sistem fertigasi mikro untuk lahan sempit. Jurnal Pascasarjana, 32(1), 45-54.
Rochani, A., Yulianto, H., Kartika, T., Prasetyo Hadi, D., Prastyanti, R., Julianty, S., &
Setiono, B. (2015). Pedoman Pengolahan Limbah Ternak (Kompos, Pupuk Cair, Bio- Urine).