2017
Puslat SDMK Badan PPSDMK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
MODUL MATERI INTI 2
PELAYANAN GIZI DI KELUARGA
MODUL PELATIHAN KELUARGA SEHAT
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 1 MATERI INTI 2
PELAYANAN GIZI DI KELUARGA
I. DESKRIPSI SINGKAT
Status gizi dan kesehatan ibu pada masa pra-hamil, saat kehamilan dan saat menyusui merupakan periode yang sangat kritis, dalam jangka panjang hal ini akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Periode ini telah dibuktikan secara ilmiah sebagai periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai "periode emas" atau "periode kritis", dan Bank Dunia (2006) menyebutnya sebagai "window of opportunity".
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat merupakan pusat dari seluruh kegiatan sehari-hari berlangsung, salah satunya pengasuhan ayah dan ibu sebagai orang tua terhadap anak balitanya. Pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anaknya sangat berperan terhadap perilaku dan kebiasaan anak dalam berbagai hal, seperti pola pemberian ASI Eksklusif dan kebiasaan memantau pertumbuhah anak yang berpengaruh pada status gizi anak. Disamping itu, terjadinya masalah gizi pada anak dalam sebuah keluarga juga dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan bagi anggotanya baik jumlah maupun jenis sesuai kebutuhan gizinya. Oleh karena itu, pelayanan gizi hingga tingkat keluarga menjadi bagian terpenting sebagai bagian dari upaya penanggulangan masalah gizi.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pelayanan gizi di keluarga B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu : 1. Menjelaskan ASI Eksklusif
2. Menjelaskan Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
III. POKOK BAHASAN
Pokokbahasan dari modul ini sebagai berikut:
1. ASI Eksklusif a. Pengertian
b. Manfaat pemberian ASI
c. Cara Menyusui dan Ibu Bekerja Tetap Dapat memberikan ASI
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 2 d. Cara pemberian ASI termasuk dukungan keluarga terhadap ibu menyusui,
dan ibu menyusui yang bekerja
2. Pemantauan pertumbuhan dan perkembanganbalita a. Pengertian
b. Cara penilaian, interpretasi dan manfaat memantau pertumbuhan dan perkembangan balita
c. Pencegahan dan pengendalian balita tinggi badan pendek dan deficit intelegentia (stunting)
d. PMBA (praktik pemberian makanan bayi dan anak)
IV. BAHAN BELAJAR 1. Buku KIA
2. Buku Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, 2015 Kementerian Kesehatan RI 3. Peraturan Menkes tentang Pemberian ASI Eksklusif, 2015 Kementerian Kesehatan 4. Modul Pelatihan Pemberin Makan Bayi dan Anak
V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Langkah 1. Penyiapan proses pembelajaran
1. Kegiatan Fasilitator
a. Fasilitator memulai kegiatan dengan melakukan bina suasana dikelas
b. Fasilitator menyampaikan salam dan menyapa peserta dengan ramah dan hangat
c. Fasilitator memperkenalkan diri 2. Kegiatan Peserta
a. Mempersiapkan diri dan alat tulis bila diperlukan b. Menjawab salam
B. Langkah 2 : Penyampaian pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator
a. Menggali pendapat pembelajar (apersepsi) tentang pelayanan gizi di keluarga b. Menyampaikan pokok bahasan 1 – 2
2. Kegiatan Peserta
a. Memberikan pendapat dari pertanyaan Fasilitator
b. Mendengar, mencatat hal-hal yang penting dalam materi
c. Mengajukan pertanyaan kepada Fasilitator bila masih ada yang belum dipahami.
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 3 C. Langkah 3: Kesimpulan
1. Kegiatan Fasilitator
a. Merangkum poin-poin penting dari hasil proses kegiatan pembelajaran.
b. Mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Kegiatan Peserta
a. Mencatat hal-hal yang penting b. Membalas salam
VI. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1:ASI EKSKLUSIF a. Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif yaitu pemberian hanyaASI saja kepada bayi sejak dilahirkan tanpa makanan atau minuman lain sampai bayi berusia 6 (enam) bulan.
Hampir setiap ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya. Ibu yang merasa ASInya tidak cukup atau tidak dapat menyusui, perlu mendapat dukungan dari suami, keluarga, tenaga kesehatan, teman, serta lingkungan sekitarnya. Selain itu setelah persalinan ibu perlu dimotivasi untuk dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya sehingga perlu pelayanan konseling dari tenaga kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai risiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3-4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI
b. Manfaat Pemberian ASI Manfaat ASI bagi Bayi :
1) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi Definisi Bayi harus
menerima
Bayi boleh menerima
Bayi tidak boleh menerima Pemberian
ASI Eksklusif
Menerima ASI (termasuk ASI perahatau donor ASI)
Obat tetes, obat sirup (vitamin, mineral, obat atau oralit) yang diresepkan oleh petugas kesehatan
Yang lainnya; seperti air putih, minuman atau makanan lain
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 4 ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.
2) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
3) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Kontak kulit dini akan berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih saying dengan memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar. Interaksi yang timbul waktu menyusi antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan aman sangat penting untuk membangun dasar kepercayaan bayi (basic sense of trust) yaitu dengan mulai mempercayai oranglain (ibu), maka selanjutnya akan timbul rasa percaya pada diri sendiri.
4) Mengupayakan pertumbuhan yang baik
Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal yang baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberikan penyuluhan tentang ASI dan laktasi, turunya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan. Hal ini karena kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan ASI setelah melahirkan. Frekuensi menyusu yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
Manfaat Menyusui bagi Ibu
1) Mengurangi insiden kanker payudara karena pada saat menyusui hormon esterogen mengalami penurunan, sementara itu tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon esterogen tetap tinggi dan inilah yang diduga menjadi salahsatu pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan hormon esterogen dan progesterone.
2) Mencegah perdarahan pasca persalinan
Perangsangan pada payudara ibu oleh isapan bayi akan diteruskan ke otak dan ke kelenjar hipofisis yang akan merangsang terbentuknya hormone oksitosin.
Oksitosin membantu mengkontraksikan kandungan dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
3) Mempercepat pengecilan kandungan
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 5 Sewaktu menyusui terasa perut ibu mulas yang menandakan kandungan berkontraksi dan dengan demikian pengecilan kandungan terjadi lebih cepat.
4) Dapat digunakan sebagai metode KB sementara
Menyusui secara eklusif dapat menjarangkan kehamilan. Rata-rata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak menyui adalah 11 bulan.
Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. ASI yang dapat digunakan sebagai metode KB sementara dengan syarat: bayi berusia belum berusia 6 bulan, ibu belum haid kembali dan ASI diberikan secara eklusif.
5) Mempercepat kembali ke berat semula
Selama hamil, ibu menimbun lemak dibawah kulit. Lemak ini akan terpakai untuk membentuk ASI, sehingga apabila ibu tidak menyusui, lemak tersebut akan tetap tertimbun dalam tubuh.
6) Steril, aman dari pencemaran kuman
7) Selalu tersedia dengan suhu yang sesuai dengan bayi
8) Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan virus.
9) Tidak ada bahaya alergi
Manfaat ASI untuk Keluarga 1) Aspek ekonomi
2) Aspek Psikologis 3) Aspek Kemudahan
Manfaat ASI untuk Negara
1) Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Anak 2) Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit
3) Mengurangi Devisa untuk Membeli Susu Formula.
4) Meningkatkan Kualitas Generasi Penerus Bangsa
Masalah Menyusui pada Ibu yang sering terjadi di masyarakat :
Putting susu datar atau terbenam
Puting susu lecet
Payudara bengkak
Mastitis atau abses payudara
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 6
Merasa ASI tidak cukup
Ibu bekerja
Ibu melahirkan dengan bedah sesar
Ibu yang menderita HIV perlu dirujuk ke pelayanan kesehatan konselor laktasi untuk tatalaksana lebih lanjut
Ibu hamil lagi
(sumber: manajemen laktasi)
Masalah Menyusu pada Bayi
Bayi sering menangis
Bayi bingung putting
Bayi prematur dan bayi kecil (berat badan lahir rendah)
Bayi kuning (ikterik)
Bayi kembar
Bayi sakit
Bayi sumbing (dan celah palatum/langit-langit)
Bayi dengan lidah pendek (tounge tie/ankyloglossia)
Bayi yang memerlukan perawatan (sumber: manajemen laktasi)
Pemberian ASI pada Situasi Bencana Kondisi Khusus Masalah pada keadaan darurat adalah :
Kondisi ibu yang panik dapat saja mengurangi produksi ASI.
Sumbangan makanan berupa makanan pengganti ASI tidak terkontrol
Rekomendasi untuk keadaan darurat :
Pada keadaan kedaruratan pemberian ASI harus dilindungi.
Pemberian makanan selain ASI hanya dapat diberikan pada kondisi tertentu dalam pengawasan petugas kesehatan.
Dalam keadaan tertentu pemberian susu formula dapat diberikan dengan cangkir yang memenuhi syarat syarat pembuatan susu formula dan ketersediaan air bersih
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 7 c. Cara Pemberian ASI Termasuk Dukungan Keluarga Terhadap Ibu Menyusui dan
Ibu Menyusui yang Bekerja 1. Cara Menyusui
Untuk memastikan bayi menyusu dengan efektif perlu diperhatikan posisi (mengendong) bayi dan Perlekatan (posisi mulut bayi pada payudara). Kunci Posisi bayi yang benar adalah :
Kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus.
Ibu mendekap badan bayi dekat dengan tubuhnya
Ibu menopang seluruh badan bayi, dan bukan hanya kepala atau bahu bayi.
Dengan memposisikan bayi dengan tepat bayi akan lebih mudah memasukan payudara kedalam mulutnya. Agar bayi dapat menghisap payudara dengan efektif maka perlekatan bayi pada payudara adalah:
Tampak lebih banyak areola diatas bibir daripada di bawah bibir
Mulut bayi terbuka lebar
Bibir bawah terputar keluar
Dagu bayi menempel pada payudara.
Agar proses menyusui dapat berjalan dengan baik, maka payudara perlu ditopang dengan baik, dengan cara sebagai berikut:
Jari-jari diletakkan pada dinding dada dibawah payudara;
Jari telunjuk menyangga payudara;
Ibu jari diatas payudara.
Jari-jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan putting
2. Ibu Bekerja Tetap Dapat Memberikan ASI
Seorang wanita yang bekerja dapat melanjutkan pemberian ASI. Jika seorang ibu tidak dapat membawa anaknya ke tempat ia bekerja, maka ia harus menyusui anaknya sesering mungkin pada saat mereka bersama. Jika ia bekerja dan tidak dapat menyusui anaknya, maka ia dianjurkan untuk memerah air susunya 3 – 4 kali selama 8 jam kerja, selama 20-30 menit setiap kali memerah ASI dan menyimpan ASI tersebut dalam wadah yang bersih.
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 8 ASI yang disimpan dalam suhu kamar (26 derajat C atau lebih rendah) tahan selama 6 – 8 jam, untuk nanti diberikan kepada bayinya. ASI juga dapat disimpan dalam lemari pendingin (kulkas) dengan ketahanan sebagai berikut:
3 hari di lemari es,
2 minggu dalam freezer lemari es 1 pintu,
3-6 bulan pada freezer lemari es 2 pintu/freezer khusus.
ASI beku dapat dicairkan dengan cara memindahkan dari freezer ke lemari es (chiller). ASI dapat diberikan pada bayi dengan cara merendam botol ASI dalam wadah yang berisi air hangat. Tidak diperbolehkan menghangatkan ASI dengan cara dipanaskan di atas kompor.
ASI perah dapat diberikan dengan menggunakan peralatan seperti cangkir atau sendok makan yang bersih. Tidak dianjurkan untuk memberikan ASI tersebut menggunakan botol. Memberi ASI pada bayi dengan menggunakan cangkir lebih aman dibandingkan dengan menggunakan botol, karena cangkir lebih mudah dibersihkan dengan air dan sabun. Dengan menggunakan cangkir akan terjalin kontak dan stimulasi kebutuhan bayi, karena Ibu atau pengasuh harus memegang bayi. Memberi makan dengan menggunakan cangkir tidak akan menimbulkan masalah yang dapat mengganggu reflek anak untuk menghisap atau menyusu dari ibunya. Pemakaian botol dan dot yang tidak bersih berisiko menyebabkan diare atau infeksi lainnya, bahkan kematian.
Makanan terbaik untuk bayi yang tidak dapat memperoleh ASI karena alasan medis tertentu adalah ASI yang diperah dari payudara ibu sehat lainnya (ibu sepersusuan atau donor ASI), yang disterilkan terlebih dahulu dengan cara dipanaskan serta diberikan dengan menggunakan cangkir yang bersih. Cara mensterilkan ASI perah dapat dilakukan dengan 2 cara. Pertama adalah dengan menyimpan ASI perah dalam botol kaca, masukkan ke dalam panci berisi air, masak bersama diatas kompor dan kompor dimatikan jika air sudah mendidih.
Kedua adalah dengan memasak air dalam panci hingga mendidih, lalu matikan api, masukkan botol kaca berisi ASI perah ke dalam panci, diamkan selama 30 menit.
Apabila ASI donor tidak dapat diberikan, maka dapat diberikan susu formula dengan menggunakan cangkir. Menyiapkan susu formula harus dilakukan dengan benar, menggunakan air mendidih dan kemudian didinginkan. Selanjutnya mengikuti petunjuk tentang cara mencampurkannya.
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 9 Perlu diketahui bahwa susu hewan dan susu formula akan rusak apabila disimpan dalam temperatur biasa selama beberapa jam. Jika tidak dilakukan dengan benar (terlalu banyak/sedikit air atau menggunakan air yang tidak bersih), pemberian susu formula dapat mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan bayi sakit. Bayi yang memperoleh susu formula lebih berisiko mengalami masalah gizi, terkena penyakit dan kematian dibanding yang memperoleh ASI.
POKOK BAHASAN 2 : PEMANTAUAN PERTUMBUHAN dan PERKEMBANGAN BALITA
Semua anak berhak untuk mendapatkan perhatian dan pola asuh yang baik dari orangtua berupa asupan makanan bergizi dan perilaku sehat lainnya agar balita memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang baik sesuai umurnya.
a. Pengertian
Pemantauan Pertumbuhan adalah mengikuti pertumbuhan balita secara terus menerus dan teratur melalui pengukuran antropometri, agar dapat diketahui ada atau tidaknya gangguan pertumbuhan. Anak sehat adalah anak yang berat badannya bertambah secara cukup.
Pertambahan berat badan yang teratur merupakan ciri anak yang fisiknya tumbuh dengan baik.Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan anak setiap bulan di Posyandu atau fasilitas kesehatan.
Perkembangan adalah bertambahnya stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa , sosialisasi dan kemandirian.
b. Cara penilaian, interpretasi, dan manfaat memantau pertumbuhan dan perkembangan balita
Setiap anak harus memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS).Status pertumbuhan seorang anak dapat diketahui dengan cara melihat kenaikan berat badannya dibandingkan dengan standar sesuai umurnya atau membandingkan garis pertumbuhannya dengan grafik pertumbuhan yang terdapat pada KMS. Setiap kali ditimbang, berat badan anak harus dicantumkan dengan tanda titik pada KMS. Setiap titik kemudian dihubungkan sehingga menghasilkan garis (grafik) yang menggambarkan kecenderungan pertumbuhan anak. Garis (grafik) yang naik menunjukkan anak tumbuh dengan baik.
Garis (grafik) mendatar atau bahkan turun menunjukkan bahwa pertumbuhan anak bermasalah sehingga perlu mendapat perhatian.
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 10 Algoritma Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Rujukan Usia 0-24 bulan
dari Posyandu ke Puskesmas
(bila tidak terdapat sumber daya untuk melakukan pengukuran tinggi badan) BB/U
BB/U >+1
atau< -2 -2 ≤ BB/U ≤ +1
Rujuk ke Puskesmas Ukur PB
Kenaikan BB <P5 (Tidak Naik)
Kenaikan BB ≥P5 (Naik) Rujuk ke Puskesmas
Ukur PB
Kembali ke Posyandu bulan berikutnya
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 11 Algoritma Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Rujukan Anak Usia 0-24 bulan
dari Posyandu ke Puskesmas
(dengan sumber daya untuk melakukan pengukuran tinggi badan)
Sumber : Algoritma Damayanti Rusli Sjarif dan Klara Yuliarti, 2015
Catatan : Anak 3 – 5 tahun tanpa melihat batas kenaikan dengan persentil
Gagal tumbuh merupakan tanda awal kekurangan nutrisi, harus dicari penyebabnya dan ditatalaksana segera dan bukan suatu diagnosis (Cole 2011). WHO 2006 memperkenalkan istilah at risk of FTT dengan menggunakan Tabel Weight Velocity dan Weight Increment, seorang anak didefinisikan sebagai at risk of FTT jika kenaikan berat badannya pada periode tertentu berada di bawah persentil 5.
Contoh:
Ana (bayi perempuan) usia 4 bulan dibawa ibunya ke Posyandu
Berat lahir 2900 gram dan panjang lahir 49 cm
Berat badan bulan lalu (usia 3 bulan) 5300 gram
Berat badan saat ini 5500 gram dan panjang badan 59 cm
Nilai kenaikan berat badan Ana, apakah mengalami risiko gagal tumbuh?
1. Plotting berat badan Ana pada KMS dan diketahui bahwa arah grafik pada KMS adalah naik.
TB/U BB/PB
< -2 < -2 atau > +1 antara -2 sampai +1
BB/U (lihat table WHO weight increments) Rujuk ke Puskesmas
Kenaikan BB ≥ P5 Kenaikan BB < P5
Evaluasi rutin bulan depan Waspada
Rujuk ke Puskesmas
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 12 2. Menilai kenaikan berat badan anak menggunakan tabel Penambahan berat badan
anak perempuan usia 0-24 bulan, interval 1 bulan (interval waktu penimbangan dari usia 3 bulan ke 4 bulan adalah 1 bulan), seperti berikut:
Interval P5 (g)
0 – 4 minggu 446
4 minggu – 2 bulan 578
2 – 3 bulan 369
3 – 4 bulan 259
4 – 5 bulan 172
5 – 6 bulan 93
6 – 7 bulan 37
7 – 8 bulan -2
8 – 9 bulan -40
9 – 10 bulan -70
10 – 11 bulan -89
11 – 12 bulan -102
3. Kenaikan berat badan 5500 g – 5300 g = 200 g (P5 untuk usia 3-4 bulan adalah 259 g). Kenaikan berat badan < P5, jadi Ana mengalami risiko gagal tumbuh dan harus dirujuk ke Puskemas.
Interpretasi dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian Status Pertumbuhan Berat badan naik (N):
- Memberi pujian kepada Ibu dan tetap mengingatkan tentang pentingnya memantau pertumbuhan, agar Ibu selalu rajin datang ke Posyandu
- Menganjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan memberikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan umurnya.
Berat badan tidak naik 1 kali
- Memberikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke Posyandu
- Menanyakan dan mencatat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak
- Berdiskusi dengan ibu tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 13 - Memberikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai
golongan umurnya
- Menganjurkan kepada ibu untuk tetap rutin datang ke Posyandu
- Segera berkoordinasi dengan TPG setempat untuk mendatangi sasaran sebagai langkah tindak lanjut
Berat badan berada di Bawah Garis Merah (BGM)
- Tetap memuji Ibu karena telah membawa anak ke Posyandu sehingga bisa ketahuan anak BGM
- Menanyakan dan mencatat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel, dll) dan kebiasaan makan anak
- Berdiskusi dengan ibu tentang kemungkinan penyebab BGM tanpa menyalahkan ibu.
- Memberikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya
- Segera berkoordinasi dengan TPG setempat untuk langkah tindak lanjut
Bila anak gemuk
- Bila mencurigai anak yang terlihat gemuk, cek pada KMS nya.
- Segera berkoordinasi dengan TPG setempat untuk langkah tindak lanjut
Pertumbuhan balita diiringi dengan perkembangan kecerdasan yang memerlukan gizi serta stimulasi yang optimal
Perkembangan adalah bertambahnya keterampilan dan kepandaian anak, meliputi gerakan kasar (duduk, berdiri, berjalan, berlari, melompat), gerakan halus (menjimpit, menulis, memegang sendok untuk makan), bicara dan bahasa, sosialisasi serta kemandirian.Gizi dan stimulasi yang optimal sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan petugas kesehatan di Puskesmas/Pustu/Polindes/Posyandu setiap 3 bulan sekali pada anak usia 0 bulan-24 bulan dan setiap 6 bulan sekali pada anak usia 24 bulan – 72 bulan.
Selain oleh petugas kesehatan, ibu/keluarga dapat memantau perkembangan anak dengan membandingkan kemampuan anak dengan standar sesuai umurnya mengunakan buku kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Untuk mengoptimalkan perkembangan anak perlu dilakukan Stimulasi. Stimulasi adalah kegiatan merangsang otak balita melalui wahana permainan, nyanyian,
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 14 dongeng dan interaksi sosial dan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita. Jenis stimulasi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan umur anak. Orang tua bisa menggunakan buku KIA sebagai pedoman untuk melakukan stimulasi.
Tabel Perkembangan Normal Anak Berdasarkan Usia Usia Anak Perkembangan Kemampuan Anak 0-6 Bulan Pada usia 1 bulan, bayi bisa :
Menatap ibu nya
Mengeluarkan suara o…o…..o
Tersenyum
Mengerakan tangan dan kaki
Pada umur 3 bulan bayi bisa :
Mengangkat kepala tegak ketika tengkurap
Tertawa
Menggerakan kepala kekanan dan ke kiri
Membalas tersenyum ketika diajak bicara/senyum
Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
Pada umur 6 bulam , bayi bisa:
Berbalik dari telungkup ke telentang
Mempertahankan posisi kepala tetap tegak
Meraih benda yang ada di dekatnya
Menirukan bunyi
Menggenggam mainan
Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik
9-12 bulan Pada usia 9 bulan seorang anak seharusnya sudah bisa:
Merambat
Mengucapkan ma..ma.., da..da.. da…
Meraih benda sebesar kacang
Mencari benda/mainan yang dijatuhkan
Bermain tepuk tangan atau ci-luk-ba
Makan kue/biskuit sendiri Pada usia 12 bulan seorang anak seharusnya sudah bisa:
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 15 Usia Anak Perkembangan Kemampuan Anak
Berdiri dan berjalan berpegangan
Memegang benda kecil
Meniru kata sederhana seperti ma..ma… pa..pa….
Mengenal anggota keluarga
Takut pada orang yang belum dikenal
Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/ merengek
1-6 tahun Pada usia 2 tahun seorang anak bisa:
Naik tangga dan berlari-lari
Mencoret-coretkan pensil pada kertas, tembok, dll
Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya
Menyebut 3 – 6 kata yang mempunyai arti, seperti bola, piring, dan sebagainya
Memegang cangkir sendiri
Belajar makan-minum sendiri
Pada Usia 3 tahun anak bisa:
Mengayuh sepeda roda tiga
Berdiri diatas satu kaki tanpa pegangan
Bicara dengan baikmengunakan 2 kata
Mengenal 2-4 warna
Menyebut nama, umur dan tempat
Mengambar garis lurus
Bermain dengan teman
Melepas baju sendiri
Mengenakan baju sendiri
Pada umur 5 tahun anak bisa:
Melompat-lompat 1 kaki, menari dan berjalan lurus
Mengambar orang 3 bagian (kepala, badan, tangan /kaki)
Mengambar tanda silang dan lingkaran
Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
Menjawab pertanyaan dengan kata kata yang benar
Menyebut angka, menghitung jari
Bicaranya mudah di mengerti
Bepakaian sendiri tanpa dibantu
Mengenakan baju sendiri
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 16 Usia Anak Perkembangan Kemampuan Anak
Pada umur 6 tahun , anak bisa
Berjalan lurus
Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
Mengambar 6 bagian ( contoh kepala , badan, 2 tangan, 2 kaki
Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
Mengambar segi empat
Mengerti arti lawan kata
Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
Mengenal warna
Mengikuti aturan permainan
Berpakaian sendiri tanpa dibantu Sumber: Kementerian Kesehatan 2015, , Buku KIA
Penilaian perkembangan:
Jika pada usia tersebut, anak belum bisa melakukan minimal salah satu hal di atas, koordinasikan dengan petugas kesehatan terkait untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Manfaat memantau pertumbuhan dan perkembangan balita:
a. Mengetahui status pertumbuhan anak.
b. Mendeteksi secara dini bila terjadi masalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan untuk segera ditangani.
c. Pencegahan dan Penanggulangan Stunting
Masalah gizi adalah keadaan gizi seseorang yang ditunjukkan oleh keadaan antropometri, klinis, dan laboratorium. Sampai saat ini Indonesia masih memiliki beberapa masalah gizi, yaitu dalam bentuk masalah kekurangan gizi makro dan kekurangan gizi mikro. Kekurangan gizi makro dibedakan atas 2 (dua) jenis yaitu kurang gizi dan kelebihan gizi. Bentuk dari kurang gizi adalah stunting (pendek), gizi kurang, gizi buruk, dan kurus, sedangkan bentuk dari kelebihan gizi adalah kegemukan. Kekurangan gizi mikro akan menyebabkan anemia gizi (kurang darah), Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), dan kurang vitamin A.
Rendahnya asupan gizi disebabkan oleh sedikitnya atau bahkan tidak adanya ketersediaan pangan di rumah tangga tersebut. Selain itu bisa juga disebabkan oleh pola asuh sehingga meskipun tersedia makanan tetapi anak tidak memperoleh asupan gizi yang cukup. Pola
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 17 asuh selain mengakibatkan rendahnya asupan gizi juga bisa memudahkan terjadinya penyakit infeksi, Selain itu penyakit infeksi juga berkaitan dengan mudah atau sulitnya akses ke pelayanan kesehatan. Ketiga masalah ini yaitu ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pola asuh, dan pelayanan kesehatan disebabkan masalah utama yaitu kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan, dan kesempatan kerja, seluruh hal ini terkait dengan masalah ekonomi dan politilk.
Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini di negara kita adalah masalah anak balita pendek (stunting). Dari 10 orang anak sekitar 3-4 orang anak balita mengalami stunting. Masalah ini terjadi karena anak mengalami kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama, bahkan sejak janin masih di dalam kandungan.Pendek/stunting adalah anak dengan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya. Anak dikatakan pendek (pendek) jika tingginya berada dibawah -2 SD dan sangat pendek jika dibawah -3 SD dari standar WHO.
Anak balita stunting tidak disebabkan oleh keturunan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan adanya penyakit infeksi yang didasari oleh lingkungan yang tidak sehat. Apabila janin dalam kandungan mendapatkan gizi yang cukup, maka ketika lahir bayi tersebut tidak mengalami berat lahir rendah (tidak BBLR atau tidak kurang dari 2500 gram) dan panjang badan lahirnya akan normal (> 48 cm). Keadaan ini akan berlanjut apabila bayi sampai dengan usia 6 bulan mendapatkan ASI saja (ASI Eksklusif). Untuk mempertahankan hal tersebut, maka pemberian MP-ASI sejak usia 6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun merupakan cara efektif untuk mencapai berat badan dan panjang badan yang normal.
Stunting pada anak dapat berakibat fatal bagi kemampuan belajar di sekolah, dan bagi produktivitas mereka di masa dewasa. Penelitian membuktikan bahwa kemampuan anak pendek lebih rendah dibandingkan anak dengan tinggi normal; dan pada saat dewasa, kemampuan bekerja (produktivitas) anak pendek lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal. Pencegahan anak stunting dilakukan dengan pemberian gizi yang baik sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.
Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan 1000 hari pertama kehidupan. Oleh karena itu perbaikan gizi diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya.
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 18 Hal yang perlu diperhatikan keluarga dalam pencegahan dan penanggulangan stunting adalah :
1. Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil
a. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut.
b. Ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
c. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
2. Pemberian makan pada bayi dan anak yang optimal
a. Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
b. Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
c. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun diberi Makanan Pendamping ASI (MP- ASI).
d. Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
3. Balita memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal berupa :
Penyuluhan gizi seimbang pada ibu/keluarga balita
Imunisasi Dasar Lengkap
Pemberian kapsul vitamin A
Pemberian Taburia
PMT pemulihan
Obat cacing
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga.
Keempat pendekatan tersebut dilakukan oleh sektor kesehatan dan disebut juga dengan intervensi spesifik. Selain itu ada juga intervensi yang dilakukan diluar sektor kesehatan yang disebut dengan pendekatakan (intervensi) sensitif. Adapaun intervensi sensitif tersebut antara lain :
Penyediaan Pangan Tingkat Rumah Tangga
Jaminan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 19
Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
Gender dan Pembangunan
Pendidikan Remaja Putri
Program Pengentasan Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi (PKH)
Perdagangan dan Peran Dunia Usaha
Pelestarian Lingkungan
d. Praktek Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
WHO/Unicef pada tahun 2002 merekomendasikan pemberian makan bayi dan anak yang optimal terdiri dari :
1) Inisiasi Menyusu Dini
2) Pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi usia 6 bulan
3) Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI hingga 2 tahun atau lebih
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah tindakan segera setelah lahir, bayi diberi kesempatan untuk mulai (inisiasi) menyusu sendiri dengan meletakkan bayi menempel di dada atau perut Ibu; bayi dibiarkan merayap mencari puting, kemudian menyusu sampai puas. Proses ini berlangsung minimal dalam satu jam pertama sejak bayi lahir. Proses kelahiran bayi harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan.
IMD dilakukan oleh bidan atau dokter terlatih yang menangani/menolong persalinan serta dapat melibatkan keluarga pasien seperti suami, ibu, kakak, dan yang lainnya.
Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib mendukung pelaksanaan IMD terhadap bayi yang baru lahir.
Manfaat IMD a. Bagi Bayi
1) Suhu kulit dada ibu yang melahirkan akan menyesuaikan dengan suhu tubuh bayi.
Jika bayi kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi sehingga dapat mencegah risiko kedinginan (hypothermia). Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derajat untuk mendinginkan bayi. Kulit Ibu berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh bagi bayi (termoregulator)
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 20 2) Kontak kulit ke kulit meningkatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi.
Kontak kulit dalam 1-2 jam pertama ini sangat penting, karena setelah itu biasanya bayi tertidur.
3) Ibu dan bayi akan menjadi lebih tenang sehingga pernapasan dan detak jantung bayi akan menjadi lebih stabil dan membuat bayi tidak rewel
4) Bayi memperoleh kolostrum yang penting untuk kelangsungan hidupnya. Bayi yang menjalani proses IMD mem
5) peroleh ASI sejak awal kelahirannya dan ini akan mengurangi risiko bayi menderita alergi
6) Dengan IMD, produksi ASI akan lancar sehingga bayi dapat memperoleh ASI eksklusif selama 6 bulan dan tetap menyusu sampai berusia 2 tahun
a. Bagi Ibu
1) Proses IMD merangsang pengeluaran hormon oksitosin, yaitu hormon yang membuat ibu merasa tenang, rileks, mencintai bayi dan bahagia.
2) Hormon oksitosin juga menyebabkan terjadinya refleks pengeluaran ASI dan kontraksi rahim yang mencegah perdarahan usai persalinan serta membantu proses pengeluaran plasenta
Mulai usia 6 bulan anak memerlukan makanan pendamping ASI
Setelah hanya diberi ASI sejak lahir hingga usia 6 bulan, maka mulai usia enam bulan bayi perlu diberi makanan dan minuman tambahan, disamping ASI harus tetap diberikan. Pada usia 6 bulan, ASI saja tidak cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral, menu makanan anak meliputi : - sumber karbohidrat (padi, kentang, jagung, dsb),
- sumber protein hewani (ikan, telur, ayam, daging, dan hasil ternak lainnya), - sumber protein nabati (biji-bijian, kacang-kacangan, tahu, tempe),
- sayuran dan buah-buahan berwarna hijau tua atau oranye sumber vitamin A (baik yang dikupas, dimasak atau dilembutkan), serta sayur dan buah lainnya.
Semakin banyak variasi makanan yang disajikan akan lebih baik.
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 21 Umur Bentuk Makanan Berapa Kali Sehari Berapa Banyak
Setiap Kali Makan 6 – 8 bulan - ASI
- Makanan lumat (bubur dan makanan keluarga yang dilumatkan)
- Teruskan pemberian ASI sesering
mungkin
- Makanan lumat 2- 3 kali sehari - Makanan selingan
1-2 kali sehari (buah, biskuit)
2-3 sendok makan secara bertahap hingga mencapai ½ gelas atau 125 ml setiap kali makan
9 – 11 bulan - ASI
- Makanan lembik atau dicincng yang mudah ditelan anak - Makanan selingan
yang dapat dipegang anak, diberikan diantara waktu makan lengkap
- Teruskan pemberian ASI
- Makanan lembik 3-4 kali sehari
- Makanan selingan 1-2 kali sehari
½ gelas/mangkuk atau 125 ml
12 – 24 bulan - Makanan keluarga - Makanan yang
diincang atau dihaluskan jika diperlukan - ASI
- Makanan keluarga 3-4 kali sehari - Makanan selingan
1-2 kali sehari - Teruskan pemberian
ASI
- ¾ gelas nasi penakar (250 ml)
- 1 potong kecil ikan / daging / ayam / telur - 1 potong kecil
tempe/tahu atau 1 sdm kacang- kacangan - ¼ gelas sayur - 1 potong buah - ½ gelas bubur / 1
potong kue / 1 potong buah diatas 24 bulan Makanan keluarga - Makanan keluarga
3-4 kali sehari - Makanan selingan 2
kali sehari
Porsi ½ porsi makanan dewasa
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 22 Pemanfaatan BUKU KIA Pada pelayanan Gizi di Keluarga (Asi Eksklusif dan Pemantauan pertumbuhan Balita : hal 50-83
Dalam buku KIA terdapat informasi yang lengkap tentang pemenuhan gizi dan perkembangan anak, meliputi informasi tentang kebutuhan gizi balita serta catatan pertumbuhan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan skrining perkembangan balita.
Instrumen Pendataan Pelayanan Gizi
B. GANGGUAN KESEHATAN Berlaku untuk Anggota Keluarga berumur 7-23 bulan 13. Apakah bayi ini pada usia 0-6 bulan hanya diberi ASI Eksklusif?
1. Ya 2. Tidak Berlaku untuk Anggota Keluarga berumur 2-59 bulan
Bila ya, apakah selama ini Saudara meminum obat tekanan darah tinggi/hipertensi secara teratur?
1. Ya 2. Tidak
15. Apakah dalam 1 bulan terakhir dilakukan pemantauan pertumbuhan balita?
1. Ya 2. Tidak a. Asi Ekslusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi, tanpa diberikan makanan/minuman lain, termasuk air putih (kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan.
b. Pemantauan pertumbuhan Balita
Pertumbuhan balita adalah bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Deteksi dini tumbuh kembang balita juga ditempuh dengan pemeriksaan fisik rutin.
Pertumbuhan balita dapat dipantau dengan:
1. Pertumbuhan Berat Badan
Tujuan pemantauan pertumbuhan berat badan adalah untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh (tulang, otot, lemak, cairan tubuh) sehingga akan diketahui status gizi anak atau tumbuh kembang anak.
2. Pertumbuhan Tinggi Badan
Tujuan pemantauan pengukuran tinggi badan adalah untuk menilai status per- baikan gizi disamping faktor genetik dan merupakan indikator yang baik untuk
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 23 pertumbuhan fisik. Penilaian TB dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Panduan Dikusi Manfaat ASI (10 Menit):
Alat-alat :
1. 4 lembar kertas flipchat yang diberi judul 1. Manfaat memberikan ASI untuk Ibu, 2) Manfaat memberikan ASI untuk balita, 3) Manfaat memberikan ASI pada keluarga dan 4) Manfaat memberikan ASI pada negara
2. Spidol
3. Papan untuk menempel flipchart
a. Kelas dibagi menjadi 4, dibagi lembaran flipchart yang telah diberi judul dan spidol.
b. Masing-masing kelompok mendiskusikan manfaat ASI seperti yang tertera di flipchart yang didapat selama 5 menit
c. Perwakilan kelompok mepresentasikan hasil diskusi, kelompok lain memberi masukan
Panduan Dikusi Menghitung Umur (10 Menit):
Alat-alat :
1. 4 lembar kertas flipchat kosong 2. Spidol
3. Papan untuk menempel flipchart
Peserta akan diminta menghitung umur dengan pertanyaan sebagai berikut : Kasus I
Pada tanggal 30 Juni 2006, Nyonya Ismail membawa putranya Edi ke Pusat Kesehatan Masyarakat karena menderita sakit telinga. Edi dilahirkan tanggal 12 September 2004.
Berapa umur Edi pada kunjungan tersebut?
Kasus II
Pada tanggal 19 April 2006, Dian anak perempuan mendatangi Pusat Kesehatan Masyarakat untuk pemeriksaan kesehatan. Neneknya mengatakan bahwa KMS Dian hilang tetapi ia ingat Dian akan berulang tahun yang pertama tanggal 1 Mei tahun 2006 ini.
Tanggal berapakah Dian lahir? Berapakah umur Dian saat kunjungan tersebut?
Kementerian Kesehatan RI-Badan PPSDM Kesehatan
Puslat SDM Kesehatan-Tahun 2017 Hal: 24 Kasus III
Pada tanggal 20 Agustus 2006, seorang bayi laki-laki bernama Tri dibawa ke Puskesmas untuk imunisasi. Catatan kelahirannya menyebutkan Tri dilahirkan pada tanggal 26 Mei 2006. Berapakah umur Tri pada kunjungan tersebut?
Perwakilan peserta yang telah selesai dapat mengerjakan jawaban di papan flipchart yang telah disediakan, kemudian dibahas bersama.
2017
Puslat SDMK Badan PPSDMK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
MODUL MATERI INTI 4
PELAYANAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KELUARGA
MODUL PELATIHAN KELUARGA SEHAT
2017
Puslat SDMK Badan PPSDMK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
MODUL MATERI INTI 5
SANITASI LINGKUNGAN DI KELUARGA
MODUL PELATIHAN KELUARGA SEHAT
2017
Puslat SDMK Badan PPSDMK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
MODUL MATERI INTI 6 KOMUNIKASI EFEKTIF
MODUL PELATIHAN KELUARGA SEHAT
2017
Puslat SDMK Badan PPSDMK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
MODUL MATERI INTI 7
MANAJEMEN PENDEKATAN KEUARGA
MODUL PELATIHAN KELUARGA SEHAT
2017
Puslat SDMK Badan PPSDMK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KURIKULUM PELATIHAN KELUARGA SEHAT
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
2017
Puslat SDMK Badan PPSDMK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia