• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemanfaatan harta waris sawah secara - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pemanfaatan harta waris sawah secara - etheses UIN Mataram"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

i PEMANFAATAN HARTA WARIS SAWAH SECARA BERGILIR DITINJAU DARI MASLAHAH MURSALAH (Studi Kasus di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah Kecamatan

Labuapi Kab. Lombok Barat )

Oleh : Husnul Wahan NIM. 180202099

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022

(2)

ii PEMANFAATAN HARTA WARIS SAWAH SECARA BERGILIR DITINJAU DARI MASLAHAH MURSALAH (Studi Kasus di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah Kecamatan

Labuapi Kab. Lombok Barat )

Oleh : Husnul Wahan NIM. 180202099

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022

(3)

iv

(4)

v

(5)

vii

(6)

viii MOTTO

ِنٰدِنا َىْنا َك َرَت اَّمِّم ٌبْي ِصَو ِلاَج ِّرهِن َن ْىُب َرْقَ ْلْا َو ِنٰدِنا َىْنا َك َرَت اَّمِّم ٌبْي ِصَو ِءۤاَسِّىهِن َو ََۖن ْىُب َرْقَ ْلْا َو

اًض ْو ُرْفَّم اًبْي ِصَو ۗ َرُثَك ْوَا ًُْىِم َّمَق اَّمِم Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan

(7)

ix PERSEMBAHAN

“Dengan ucapan rasa syukur alhamdulillah dan penuh kasih sayang kupersembahkan karya ini kepada Bapak dan Ibuku, Sapuri dan Husnul Hotimah yang selalu mendo‟akan dan memberikan segalanya sehingga melalui beliau Allah berikan kemudahan dalam segala urusanku. Abuya TGH. Zaenal Arifin, S.Ag, selaku pengasuh Ponpes Syamsul Falah serta semua guru dan dosenku. Dan terimakasih untuk seluruh keluargaku dan sahabatku yang terus memberikan motivasi dan semangat, dan untuk almamaterku.”

(8)

x KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil „alamin, segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, kepada keluarganya, sahabat serta semua pengikutnya. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bimbingan, bantuan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataran yang telah memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa selesai;

2. Dr.Moh. Asiq Amrulloh, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah 3. Ibu Hj.Ani Wafiroh,M.Ag. selaku Ketua Jurusan;

4. Hj.Ani Wafiroh,M.Ag. sebagai pembimbing I dan Ibu Nisfawati Laili Jalilah.M.H sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN Mataram yang telah memberikan kuliah dan ilmunya selama mengikuti program kuliah di Fakultas;

6. Kedua orang tuaku dan adik-adikku yang selalu mendo‟akan dan memberi dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini:

(9)

xi 7. Sahabatku yang telah memberikan dukungan dan menemani dalam

suka dan duka.

8. Pak Muhammad Waris Zainal, S.Pd. selaku Kepala Desa Terong Tawah yang telah memberikan izin serta kemudahan dalam mengambil data penelitian;

(10)

xii Daftar Isi

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LOGO ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

NOTA DINAS PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 2

A. Latar Belakang Masalah ... 2

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Dan Manfaat ... 5

D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian ... 6

E. Telaah Pustaka ... 7

F. Kerangka Teori ... 11

G. Metode Penelitian ... 15

H. Sistematika Pembahasan ... 19

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 21

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 21

B. Praktek Pemanfaatan Harta Waris Sawah Secara Bergilir Di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah ... 26

BAB III PEMBAHASAN ... 38

A. Analisis Alasan Praktek Pemanfaatan Harta Waris Sawah Secara Bergilir Di Tinjau Dari Maslahah Mursalah ... 38

B. Analisis Pemanfaatan Harta Waris Sawah Secara Bergilir Di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah Di Tinjau Dari Maslahah Mursalah ... 46

(11)

xiii

BAB IV PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 55

(12)

xiv

ABSTRAK

Penulis:Husnul Wahan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Harta warisan yang ditinggalkan oleh pewaris berupa sawah dan tidak langsung dibagi, melainkan dimanfaatkanlah sawah itu atau digarap secara bergilir oleh ahli warisnya. Sebagian masyarakat di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah, memanfatkan harta warisan sawahnya dengan cara, mereka menggarap harta tersebut secara bergilir serta menggambil hasilnya sesuai dengan gilirannya masing-masing.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana alasan praktik pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir yang ada di Desa Trong Tawah Dusun Jerneng Kecamatan Labuapi? 2) Bagaimana Tinjauan Maslahah Mursalah terhadap pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir pada masyarakat Dusun Jerneng Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi? Jenis penelitian ini adalah penelitian yang memfokuskan data dari lapangan (field research) kualitatif. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah dengan menggabungkan observasi non partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan adalah dengan reduksi data (data reduction); penyajian data (display data); dan terakhir penarikan kesimpulan (conclusion drawing). Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Pemanfaatan harta waris bersama dengan cara gilir sawah ini dilakukan dengan cara bergilir berurut dari istri atau suami yang ditinggal selanjutnya ke anak pertama seterusnya dan tidak dimiliki seutuhnya hanya diambil manfaatnya saja. 2) Menurut maslahah mursalah, pemanfaatan harta waris bersama dengan cara gilir sawah boleh dilakukan karena adanya saling ridha dan sepakat di anatara para ahli waris.

Kata Kunci: Harta Waris, Gilir Sawah, Maslahah Mursalah

(13)

2 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses saling mewarisi pasti akan terjadi pada setiap manusia di muka bumi ini sebab sifat manusia yang akan selalu beregenerasi. Dalam proses peralihan harta tersebut, terkadang terjadi permasalahan yang kompleks. Islam sebagai sebuah ajaran juga sudah mengatur tentang fenomena ini pada sebuah hukum tersendiri yang dianggap aturan kewarisan. Hukum kewarisan mengatur peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal dunia pada yang masih hidup.1

Aturan mengenai kewarisan di dalam Islam, diatur dalam beberapa surat al-Qur`an dan hadist, di antaranya dalam surat An- Nisā‟. Pada surat tersebut ayat-ayat tentang kewarisan dijelaskan dengan begitu detail serta lengkap. Bahkan beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa aturan yang paling detail yang pernah diturunkan dalam al-Qur`an adalah hukum mengenai kewarisan tersebut. Hal tersebut bukan hanya karena ayat tersebut telah menjelaskan orang yg berhak mendapatkan warisan tetapi juga menyebut bagian orang-orang yang dinyatakan berhak menerima harta waris tersebut.

Kewarisan yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Jerneng Desa Terong Tawah ada yang dengan cara dibagi sebelum meninggal, ada juga yang dibagi setelah pewaris meninggal dan ada juga harta waris yang hanya diambil manfaatnya saja secara bergilir. Pola penguasaan tanah warisan dengan cara (bergiliran) yang terdapat di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah intinya berkaitan erat dengan system kewarisan adat.2

Sebagian masyarakat di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah,

1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Prenada Media Group,2004), hlm. 5.

2Ter Haar, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, terj. K.Ng Soebakti Poesponoto (Jakarta: Pradnya Paramita, 1960), hlm . 47.

(14)

3 memanfatkan harta warisan sawahnya dengan cara, mereka menggarap harta tersebut secara bergilir serta menggambil hasilnya sesuai dengan gilirannya masing-masing. alternatif ini yang masih diyakini oleh sebagian masyarakat Dusun Jerneng agar tetap rukun dan tidak ada perselisihan antar keluarga ahli waris sebab harta waris sawah yang digilirkan masih sebagai harta milik bersama.

Hal ini dilakukan secara turun menurun dari nenek moyang terdahulu dari Dari tahun 1880-an.

Pemanfaatan harta waris secara bergilir ini sama halnya dengan penundaan pembagian harta waris. Harta warisan yang ditinggalkan oleh pewaris berupa sawah dan tidak langsung dibagi, melainkan dimanfaatkanlah sawah itu atau digarap secara bergilir oleh ahli warisnya. Penundaan pembagian harta waris yang terjadi di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah ini disebabkan oleh kesepakatan bersama dalam keluarga ahli waris.3

Penundaan pembagian yang terjadi di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah disebabkan oleh kesepakatan bersama pada keluarga ahli waris. Faktor yang terjadi adanya penundaan pembagian warisan yang terjadi di desa Terong Tawah yakni pertama, harta warisan yang berupa sawah 1 petak atau kurang dari 2 hektar dan ahli warisnya lebih dari satu orang, Bila dibagi tidak cukup kecuali harta waris yang berupa sawah tersebut dijual atau digilir, saat akan dibagi dikhawatirkan terjadinya perselisihan di kemudian hari.

kedua, masih adanya salah satu orang tua yang masih hidup, oleh sebab itu pembagian harta waris secara bergilir dilangsungkan sebelum orang tua meninggal atau mereka tidak membagi harta warisan kepada anaknya karena masih terdapat salah satu orang tua yang masih hidup baik itu bapak ataupun ibu, maka jalan alternatif warisan itu dimanfaatkan secara bergiliran antara ahli waris yang satu dengan yang lainnya dari satu musim ke musim panen berikutnya dan hasil panen sebagian diserahkan ke orang tua yang

3M. Syakroni, Konflik Harta Warisan Akar Permasalahan Dan Metode Penyelesaiaan Dalam Prespektif Hukum Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007 ), hlm. 49.

(15)

4 masih hidup..

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dengan Muhammad Waris Zainal, S.Pd selaku Kepala Desa Terong Tawah, bahwa alasan terjadinya pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir yakni, adanya kesepakatan bersama antar sesama saudara karena sebagian masyarakat beranggapan bahwa dengan cara ini mereka bisa mengelola harta warisan tersebut dapat berkembang dan merasa sama-sama saling menguntungkan, cara ini juga adalah jalan Suluh atau damai.4

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan tokoh agama Tgh Zaenal Arifin, S.Ag, bahwa harta warisan itu harus tetep dibagi karena kalau tidak dibagi akan menimbulkan perpecahan di antar keluarga terkait dengan pemanfatan harta warisan sawah secara bergilir sebenernya itu dilakaukan karena masih ada salah satu dari orang tua masi hidup makanya diadakan pemanfaatan harta waris sawah kalau sudah kedua orang tua sudah meninggak baru diadakan pembagaian harta waris tersebut.5

Masih banyak konflik yang terjadi akibat perebutan harta warisan pada masyarakat Desa Terong Tawah Dusun Jerneng.

Bahkan, permasalahan itu terjadi sebelum pewarisnya meninggal dunia. Pemicu permasalahan itu selain ditimbulkan karena kurangnya kesadaran hukum yang berkaitan dengan hukum waris atau faraid dalam fiqih.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini diperkirakan akan dilaksanakan pada bulan November 2021 sehingga dengan ini di Dusun Jerneng Desa Terog Tawah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Harta Waris Sawah Secara Bergilir Ditinjau Dari Maslahah Mursalah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian maka yang dapat

4 Observasi dengan Muhammad Waris Zainal, 25 oktober 2021.

5 Observasi dengan Ahli Waris Tgh.Zaenal Arifin, S.Ag 26 Desemeber 2021

(16)

5 dijadikan sebagai pokok masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana alasan praktik pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir yang ada di Desa Terong Tawah Dusun Jerneng?

2. Bagaimana tinjauan maslahah mursalah terhadap pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir di Desa Terong Tawah Dusun Jerneng?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui alasan praktik pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir yang ada di dusun jerneng desa terong tawah.

b. Untuk mengetahui dampak dari pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir

c. Untuk menganalisis tinjauan maslahah mursalah terhadap pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir.

2. Manfaat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan hasil yang diperoleh dapat bermanfaat khusunya bagi peneliti dan bagi masyarakat umum. Adapun manfaat penelitian ini yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini secara langsung akan menambah pengetahuan pribadi penulis dan diharapkan mampu mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam agar mendapatkan hasil yang maksimal, selain itu juga dapat menambah khazanah keilmuan khususnya sebagai pengembangan ilmu dalam bidang kewarisan yaitu penerapan harta waris yang berlaku di masyarakat.

b. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

(17)

6 1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan wawasan serta pemahaman kepada masyarakat umunya, dan juga pihak-pihak yang berperkara pada khususnya yang melaksanakan pemanfaatan harta waris secara bergilir.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

penelitian ini diharapkan dapat memudahkan peneliti selamjutnya untuk menjadikan sebagai salah satu bahan refrensi mengenai pemanfaatan harta waris secara bergilir.

D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian 1. Ruang lingkup

Agar penelitian ini terarah dengan baik, maka peneliti membatasi ruang lingkup dan setting penelitian yaitu hanya berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan fokus masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, seperti pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir ditinjau dari maslahah mursalah di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi. Sehingga pembahasan yang disampaikan menjadi lebih terukur, dan menghindari kekaburan dalam memahami konteks penelitian sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi yang di jadikan objek penelitiannya.

2. Setting penelitian

Setting penelitian merupakan uraian tentang latar alamiah tempat, pelaku atau subyek, dan kegiatan. Dalam penelitian pemanfaatan harta waris bersama dengan cara gilir sawah ini, maka banyak muncul masalah untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi dengan tujuan agar penelitian ini tidak bias dan fokus pada penelitian yang direncanakan. Adapun batasan-batasan tersebut meliputi: pertama batasan objek, objek pada penelitian ini hanya pada penerapan pemanfaatan harta waris sawah dengan cara bergilir saja yang akan dianalisis dengan maslahah mursalah. Kedua, wilayah penelitian,

(18)

7 penelitian ini dilakukan di Desa Trong Tawah Dusun Jerneng Kecamatan Labuapi. Ketiga waktu, penelitian ini akan dilakukan dari bulan November sampai dengan Desember 2021.

Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah:

a. Karena di Dusun Jerneng terdapat masalah terkait pemanfaatan sawah secara bergilir.

b. Karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap hukum yang berkaitan dengan hukum waris atau faraid dalam fiqih.

c. Karena pemanfaataan harta waris bersama dengan cara gilir sawah ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti dalam sistem kewarisan.

d. Karena kurangnya informasi terkait pemanfaatan harta waris di masyarakat desa Terong Tawah yang mengakibatkan sering terjadi pertengkaran antar keluarga.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap karya terdahulu yang berdekatan atau berkaitan topiknya dengan penelitian yang sedang dilakukan dan sebagai pedoman penelitian lebih lanjut, sehingga bisa mendapatkan data yang valid guna untuk menghindari plagiasi, duplikasi, repitasi serta untuk menjamin keabsahan dan keaslian dari penelitian ini.

Berdasarkan dari penelusuran yang telah peneliti lakukan ada beberapa penelitian yang dijadikan rujukan di antaranya adalah :

1. Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Dasan tahun 2020 dengan judul “Hukum Waris Islam Dalam Pelaksanaan Dan Pandangan Masyarakat Enggano Bengkulu”.6 Jurnal ini menjelaskan bahwa masyarakat Enggano telah menempatkan

6Ahmad Dasan dan Mikho Ardinata, “Hukum Waris Islam Dalam Pelaksanaan dan Pandangan Masyarakat Enggano Bengkulu”, Res Nullius Law Journal, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Vol. 2 No. 2 Juli 2020.

(19)

8 hukum adat waris sebagai sesuatu yang utama. Hukum waris Islam hanya dipahami secara substansif, bahwa terdapat nilai- nilai dalam agama Islam yang sudah diadopsi dan mewarnai sistem hukum adat yang mereka terapkan di masyarakat selama ini.

Adapun persamaan: penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dengan penelitian yang dilaksanakan yakni sama- sama berbicara tentang hukum waris. Sedangkan, perbedaan penelitian Ahmad dengan penelitian yang dilakukan yakni penelitian Ahmad menggunakan teori kesadaran hukum, sedangkan peneliti menggunakan teori maslahah mursalah.

2. Skripsi yang ditulis oleh Alfiyaturrokhmaniyah tahun 2020 dengan judul “Fenomena Pemanfaatan Harta Waris Secara Bergilir Ditinjau Dari Maslahah Mursalah”. 7 Skripsi tersebut menjelaskan bahwa praktik pemanfaatan harta waris secara bergilir hanya berlaku pada harta warisan yang berupa sawah.

Proses pelaksanaannya lahan pertanian tersebut tidak dibagi melainkan dimanfaatkan secara bergilir oleh ahli warisnya dengan cara menggarap sawah peninggalan si pewaris secara bergantian antar ahli warisnya. Generasi praktik pemanfaatan harta waris dapat berjalan tergantung dari kesepakatan para ahli waris.

Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh Alfi dengan penelitian yang penulis teliti yakni pertama, sama-sama menggunakan teori maslahah mursalah. Kedua, data yang digunakan yaitu sumber data primer berupa hasil wawancara, dan sumber data sekunder diperoleh dari kepustakaan. Ketiga, tujuan yang ingin dicapai sama-sama ingin mengetahui praktik pemanfaatan harta waris secara bergilir. Sedangkan, perbedaan penelitian ini dengan yang akan dilakukan yakni lokasi penelitian yang dilakukan oleh

7Alfiyaturrokhmaniyah, “Fenomena Pemanfaatan Harta Waris Secara Bergilir Ditinjau Dari Maslahah Mursalah (Studi Kasus Desa Ketemas Dungus Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto), Skripsi Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Malang, 2020, hlm.

(20)

9 Alfi di daerah Desa Ketemas Dungus, sedangkan penulis memilih lokasi di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah dan juga penelitian yang di lakukan oleh Alfi harta waris yang di gilir masih secara umum sedangkan peneliti membahas harta waris terkait sawah/lahan pertaniaan.

3. Skripsi yang ditulis oleh Arni pada tahun 2016 dengan judul

“Sistem pembagian Harta Warisan Ma’leleang”.8 Skripsi tersebut menjelaskan bahwa pembagian harta warisan yangdilakukan secara ma‟leleang hanya manfaatnya saja yang dapat diambil dari harta tersebut (tanah sawah). Faktor yang mempengaruhi pembagian harta warisanma‟leleang yaitu karena terbatasnya lahan yang dimiliki pewaris semasa hidupnya. Pembagian harta tersebut sesuai dengan kesepakatan masing-masing ahli waris.Namun setelah diadakan penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwapembagian harta warisan ma‟leleang di Kelurahan Ballasaraja Kecamatan Bulukumpa diperbolehkan dalam Hukum Islam karena dalam pembagian tersebut adaunsur kesepakatan didalamnya antara ahli waris yang satu dengan ahli waris yang lainnya.

Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh Arni dengan penelitian yang penulis teliti yakni sama-sama membahas tentang system pembagian harta waris secara bergilir.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan yakni, Arni lebih mengutamakan ahli waris perempuan yang miskin dari ahli waris lainnya. Analisi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hukum islam secara umum, tidak membahas maslahah mursalah.

8 Arni, “Sistem Pembagian Harta Warisan Ma‟leleang (Studi Kasus Di Kelurahan Ballasaraja Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumpa)”, Skripsi, Jurusan Peradilan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016, hlm.

(21)

10 4. Tesis yang ditulis oleh Ayu Aisitia pada tahun 2020 dengan judul “Pemanfaatan Harta Waris Bersama Dengan Cara Gilir Sawah Perspektif Hukum Islam”.9Tesis tersebut menjelaskan bahwa Pemanfaatan harta waris bersama dengan cara gilir sawah ini dilakukan dengan cara bergilir berurut dari istri atau suami yang ditinggal selanjutnya ke anak pertama seterusnya dan tidak dimiliki seutuhnya hanya diambil manfaatnya saja.

Menurut hukum Islam, pemanfaatan harta waris bersama dengan cara gilir sawah boleh dilakukan karena adanya saling ridha dan sepakat di anatara para ahli waris.

Adapun persamaan penelitian yang ini dengan penelitian yang dilakukan teliti yakni pertama, sama-sama meneliti tentang pemanfaatan harta waris bersama dengan cara gilir sawah. Sedangkan, perbedaan penelitian ini dengan yang akan dilakukan yakni pertama, lokasi penelitian Ayudi Bengkulu, sedangkan penulis di desa Terong Tawah.

5. Artikel yang ditulis oleh Isran Idris, Taufik Yahya, dan Windarto pada tahun 2018 dengan judul “Pola Penguasaan Tanah Sawah Secara Gilir Ganti dalam Perspektif Hukum Agraria”.10 Artikel tersebut menjelaskan hukum adat di wilayah Kerinci, Jambi. Artikel ini membahas pola penguasaan dan pemilikan tanah sawah secara gilir ganti dalam perspektif hukum agraria. Sistem gilir ganti sawah dipengaruhi oleh sistem kekerabatan dan kewarisan yang membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan.

Adapun persamaan penelitian ini dengan yang akan dilakukan yakni sama-sama membahas tentang warisan sawah secara bergilir. Sedangkan, perbedaan penelitian Windarto, dkk

9Ayu Aigistia, “Pemanfaatan Harta Waris Bersama Dengan Cara Gilir Sawah Perspektif Hukum Islam (Studi Pada Masyarakat Kecamatan Kelam Tengah Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu), Tesis, Program Studi Hukum Keluarga Islam Institute Agama Islam Negeri Bengkulu, 2020, hlm.

10 Isran Idris, Taufik Yahya, dan Windarto “Pola Penguasaan Tanah Sawah

Secara Gilir Ganti dalam Perspektif Hukum Agraria” Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Bengkulu,2018

(22)

11 dengan dengan yang akan dilakukan yakni pertama, pada artikel Windarto, dkk memfokuskan terhadap hukum agrarian, sedangkan penulis memfokuskan terhadap maslahah mursalah.

Dari berbagai macam penelitian di atas, terdapat persamaan dengan penelitian ini yaitu membahas tentang kewarisan, sedangkan perbedaannya dengan penelitian ini adalah objek penelitian yang diteliti adalah masyarakat Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat dan pelaksanaan waris yang dilaksanakan oleh masyarakat tersebut. Peneliti belum menemukan penelitian yang meneliti tentang kewarisan di daerah tersebut, khususnya tentang pemanfaatan harta waris bersama dengan cara gilir sawah. Hal ini yang membedakan penelitian ini dengan penelitian- penelitian sebelumnya.

F. Kerangka Teori

1. Pengertian Hukum Waris

Hukum kewarisan sering dikenal dengan istilah faraidh.

Hal ini karena dalam Islam, bagian-bagian warisan yang menjadi hak ahli waris telah ditentukan dalam Al Qur‟an.

Hukum kewarisan dalam Islam mendapat perhatian besar, karenapembagian warisan sering menimbulkan akibat-akibat yang tidak menguntungkan.11

Secara etimologis, faraidh diambil dari kata fardh yang berarti taqdir “ketentuan”. Dalam istilah syara‟ bahwa kata fardh adalah bagian yang telah ditentukan bagi ahli waris.12 Ilmu faraidh termasuk ilmu paling penting. Kaum Muslimin wajib memperhatikan dan mempelajarinya, karena kebutuhan ter hadap ilmu ini mendesak sekali. Ilmu ini disebut dengan al-

11 Ahmad Rofiq , Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995,hlm.355

12 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta Selatan: Pena Aksara, 2006), Pundi

hlm.479.

(23)

12 Faraidh jamak dari faridhah diambil dari kata al-Fardh yang berarti ketentuan, sebagaimana Allah berfirman,

ُتْض َرَف اَم ُفْصِىَف ًةَضْي ِرَف َّهُهَن ْمُتْض َرَف ْدَق َو

Artinya:Maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu." (Al-Baqarah: 237).

Ilmu faraidh adalah ilmu tentang warisan dari sisi memahami hukum-hukumnya dan mengetahui perhitungan yang mengantarkan pada pembagiannya.

Setiap Muslim harus memperhatikan perkara mawaris, danTidak boleh melakukan tindakan yang merubahnya dari hukum positif syar‟inya, sehingga akibatnya dia memberikan warisan ke pada bukan ahli waris dan dia menghalangi sebagian warisan atau seluruhnya dari ahli waris. Dengan hal tersebut, dia menjerumuskan dirinya pada murka dan siksa Allah.13

Hukum waris adat adalah hukum adat yang memuat garis-garis ketentuan tentang sistem dan asas-asas hukum waris, tentang harta warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikkannya dari pewaris kepada ahli waris.

Hukum waris adat itu mempunyai corak dan sifat-sifat tersendiri yang khas Indonesia, yang berbeda dari hukum Islam maupun hukum barat. Sebab perbedaannya terletak dari latar belakang alam pikiran bangsa Indonesia yang berfalsafah Pancasila dengan masyarakat yang Bhineka Tunggal Ika. Latar belakang itu pada dasarnya adalah kehidupan bersamayang bersifat tolong menolong guna mewujudkan kerukunan, keselarasan dan kedamaian di dalam hidup.14

2. Sistem Kewarisan Dalam Hukum Adat15 a) Sistem Kewarisan Individual

13 Prof.Dr.Abdul Aziz Mabruk Al-Ahmadi,Fiqh Muyassar,(Jakarta:Darul Haq,1436), hlm.448

14 Prodjojo Hamidjojo, Hukum Waris Indonesia, (Jakarta: Stensil, 2000), hlm.51

15 Ibid.hlm.53

(24)

13 b) Sistem Kewarisan Kolektif

c) Sistem Kewarisan Mayorat 3. Dasar Hukum Waris

Adapun dasar hukum tentang waris Islam terdapat dalam beberapa ayat Al- Qur‟an, hadis Rasulullah, Ijma‟ dan Ijtihad.

4. Rukun Kewarisan

Rukun waris ada tiga, yang mana jika salah satu rukun waris ini tidak ada maka tidak akan terjadi pembagian warisan, diantaranya:16

a) Pewaris b) Ahli waris.

c) Harta warisan.

5. Syarat Waris

Syarat waris adalah sesuatu yang harus dipenuhi sehingga pembagian tersebut bisa dikatagorikan sebagai pembagian warisan. Syarat waris adalah: 17

a) Meninggalnya Pewaris.

b) Masih Hidupnya Ahli Waris 6. Asas-Asas Hukum Kewarisan Islam

Asas-asas hukum kewarisan Islam antara lain:18 a) Ijbari

b) Asas Bilateral c) Asas Individual d) Keadilan Berimbang e) Akibat Kematian

7. Tinjauaan Umum Tentang Maslahah Mursalah a) Pengertian Maslahah Mursalah

Maslahah Mursalah adalah suatu kemasalahatan yang tidak mempunyai dasar dalil, tetapi juga tidak ada pembatalnya.

16 Abdillah Mustari , Hukum Kewarisan Islam, (Makassar: Alauddin

University Press, 2003),hlm. 26

17 Ibid.hlm.27

18Suhrawardi K. Lubis,Komis Simanjutntak. Hukum Waris Islam (Lengkap dan Praktis).Cet,I (Jakarta: Sinar Grafika,1995).hal35-38

(25)

14 Jika terdapat suatu kejadian yang tidak ada ketentuan syari'at dan tidak ada illat yang keluar dari syara' yang menentukan kejelasan hukum kejadian tersebut, kemudian ditemukan sesuatu yang sesuai dengan hukum syara', yakni suatu ketentuan yang berdasarkan pemeliharaan kemadaratan atau untuk menyatakan suatu manfaat, maka kejadian tersebut dinamakan Mashlahah Mursalah. Tujuan utama Maslahah Mursalah adalah kemaslahatan; yakni memelihara dari kemadaratan dan menjaga kemanfaatannya.Sedangkan alasan dikatakan mursalah, karena syara' memutlakkannya bahwa di dalamnya tidak terdapat kaidah syara' yang menjadi penguatnya ataupun pembatalnya.19

b) Syarat-Syarat Maslahah Mursalah.

a) Hanya berlaku dalam muamalah, karena soal-soal ibadat tetap tidak - berubah-ubah.

b) Tidak berlawanan dengan maksud syari'at atau salah satu dalil syari 'at yang sudah dikenal.

c) Maslahah muranlah karena kepentingan yang nyata dan diperlukan oleh masyarakat.

c) Objek Mashlahah Mursalah

Dengan memperhatikan beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa lapangan al-Mashlahah al-Mursalah selain yang berlandaskan pada hukum syara' secara umum, juga harus diperhatikan adat dan hubungan antara satu manusia dengan yang lain.

d) Macam Macam maslahah mursalah

Berdasarkan dari eksistensi keberadaan menurut Syara'

20terbagi kepada tiga macam", yaitu:

a. Maslahah Mu'tabarah b. Maslahah Mulghah

19 Dr. Rahmat Syafe‟i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), hlm,117.

20Muhammad Adib Shalih, Mashadir Tasyri‟ al-Islamiy..., hlm.466

(26)

15 c. Maslahah Mursalah

Dari keterangan diatas dapat di simpulkan bahwa maslahah mursalah adalah memelihara tujuan hukum Islam dengan menolak bencana/ kerusakan hal-hal yang merugikan diri manusia (mahluq). Serta bertujua untuk memelihara agama,akal, harta jiwa dan keturunan atau kehormatan.21

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data untuk menguji atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir suatu objek yang diteliti.22

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud memberikan gambaran pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir ditinjau dari maslahah mursalah di Desa Terong Tawah Dusun Jerneng Kecamatan Labuapi.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti adalah sasaran untuk mendapatkan suatu data yang diteliti. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai objek adalah pamong desa, tokoh agama dan

21 Romli SA. Muqaranah Mazahib fil Ushul. (Jakarta: Gaya MediaPratama,

1999), hlm.162

22 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja

Roadakarya, 2010), hlm 5.

(27)

16 masyarakat yang melaksanakan pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data bisa diperoleh dengan jelas. sumber data dibedakan menjadi dua yakni:

a. Data Primer

Data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian.. Dalam hal ini yang menjadi data primer penelitian ini adalah pamong desa, kasi desa, tokoh agama, pelaku pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir Yaitu M.khawwalul fahmi sp.d, Anwar Adam, Haisurodiyah, Ust.H.Muzakki, Samsul bahri H.mujtahidin, Inak Nurul Ust, Muhsinin, dan Ust. Sohibul Muaz

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain adalah data yang di kumpulkan atau diperoleh dari sumber -sumber yang telah ada dan berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini data sekunder diambil dari, majalah ilmiah, artikel, jurnal mengenai kewarisan baik secara umum maupun waris kolektif, dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang berupa tulisan-tulisan, suara dan gambar 5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian secara seksama, yaitu dengan cara

a) Observasi

(28)

17 Sutrisno Hadi seperti yang dikutip sugiyono, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis Dua diantaranya adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Observasi dapat dibedakan menjadi participation observation (observasi partisipatif) 23

Dalam hal ini penulis menggunakan observasi partisipan, dimana observasi ini menuntut peneliti untuk terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari dengan orang yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

b) Interview / wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang unutk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.24

Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti yakni wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bersifat bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara rinci, yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam hal ini peneliti mewawancarai secara langsung para subyek atau informan dalam penelitian, yaitu: pamong desa, kasi desa , tokoh agama, pelaku pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir.

Adapun Data yang digali dan diperoleh melalui wawancara mencakup:

1) Data tentang umum responden dalam pemanfaatan harta sawah secara bergilir

2) Interaksi responden dengan subjek penelitian 3) Data tentang sikap responden dalam mengatasi

problem pemanfaatan harta waris secara bergilir

23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung

Alfabeta, 2019), hlm. 203.

24 Ibid.. hlm. 304.

(29)

18 4) Data tentang pemahaman mengenai alasan

terjadinya pemanfaatan gilir sawah

5) Data tentang kesan umum reponden dalam melaksanakan pemanfaatan harta waris sawah secar bergilir

6) data tentang pemahaman responden mengenai ketentuan pemanfaatan harta waris secara bergilir yang ditinjau dari maslahah mursalah

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan data secara tertulis maupun tercetak. Dokumentasi dapat dideskripsikan sebagai upaya “untuk memperoleh informasi dari sumber tertulis atau dokumen-dokumen, baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”.Metode dokumentasi dalam penelitian ini penulis gunakan untuk memperoleh data Seperti profil Desa Terong Tawah, jumlah penduduk desa, kondisi ekonomi dan keagamaan masyarakat Desa Terong Tawah

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.25 Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif.

Adapun proses analisis data menurut Miles dan Huberman, bahwa aktivitas dalam analisis data ada tiga alur, yakni:

a. Reduksi data

25 Ibid.. hlm. 320.

(30)

19 Pada tahap ini data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.

Dengan merangkum, memilah dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting seperti bagaimanakah alasan praktik pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir , dicari tema dan polanya,

b. Penyajian data

Setelah data tentang pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir di Desa Trong Tawah Dusun Jerneng di reduksi, maka langkah selanjutnya penulis menyajikan data tersebut dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Penyajian data dalam bentuk teks naratif tersebut akan mempermudah penulis dalam memahami masalah yang terjadi di lapangan.

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Setelah data terkumpul, dipilah-dipilah dan disajikan, maka langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang umum menuju kepada hal-hal khusus.

H. Sistematika Penulisan

Penelitian ini memiliki sistematika penelitian yang telah disusun oleh peneliti sesuai dengan Pedoman penulisan skripsi UIN Mataram tahun 2021. Adapaun sistematika penulisan skripsi ini di susun sebagai berikut

1. Bagian Awal

Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman judul, persetujuan pembimbing, nota dinas pembimbing, pernyataan keaslian skripsi, pengesahan dewan penguji, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan abstrak.

2. Bagian Isi

Bagian isi dibagi menjadi tiga bagian yaitu pertama, BAB 1 pendahuluan, yang termasuk di dalam Bab ini adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

(31)

20 penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori. metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Bab 2 , paparan data dan temuan dari penelitian yang dilakukan di lapangan. Pada bagian ini dipaparkan secara deskriptif tentang gambaran penelitian dan temuan- temuan yang berkaitan dengan tema penelitian. Bab 3 pembahasan, dibagian ini peneliti menguraikan pembahasan hasil jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan dalam rumusan masalah mengenai fenomena pemanfaatan harta waris secara bergilir di Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi.

3. Bagian Akhir

Pada akhir penelitian ini juga mencantumkan daftar pustaka, lampiran lampiran, dan daftar riwayat hidup peneliti.

(32)

21 BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat

1. Sejarah dan Struktur Organisasi Desa Terong Tawah26

Desa Terong Tawah merupakan salah satu Desa dari 12 Desa yang ada di wilayah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, dari sejarahnya Desa Terong Tawah adalah pemekaran dari Desa Bajur sejak tahun 1998, Desa Terong Tawah menjadi desa definitif pada tanggal 15 Maret 2000, Bersama dengan Desa Karang Bongkot dan Desa Merembu yang berada di wilayah Kecamatan Labuapi dengan cikal bakal berdirinya adalah inisiatif para masyarakat dan pemuda Bajur Selatan pada masa itu, untuk memekarkan Desa Bajur dan Desa Terong Tawah. Luas wilayah Desa Terong Tawah 210,153 Ha, yang terdiri dari 10 Dusun. Desa Terong Tawah sebelum menjadi desa merupakan wilayah yang tertinggal tidak adanya sarana pendukung, sarana infrastruktur dan akses jalan akibat kurangnya pemerataan pembangunan wilayah pada masa itu.

Tabel 1.1 Struktur Organisasi pemerintah Desa Terong Tawah.

26 Arsip Profil Desa Terong Tawah, Dikutip 5 Januari 2022

No Nama Jabatan

1 Muhammad Waris Zaenal, S.Pd Kepala Desa 2 Khawalul Fahmi, S.Pd. Sekretaris Desa

3 Mustajab Kasi Pemerintahan

4 Sekarwadi Kasi Kesejahteraan

5 Zulhijjah Kasi Pelayanan

6 Eka Wirtan Kaur keuangan

7 Nahri Kaur Perencanaan

8 Musniati Kaur TU danUmum

(33)

22 Sumber tabel: Profil Desa Terong Tawah 2020

2. Kondisi Geografis Desa Terong Tawah

Secara geografis Desa Terong Tawah terletak pada posisi -8.628199 Lintang Selatan dan 116.109226 Bujur Timur. Secara administratif, wilayah Desa Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, terletak dibagian barat wilayah Kecamatan Labuapi dengan batas-batas wilayah :

Sebelah Utara Desa Bajur dan Kelurahan Pagutan Kota Mataram

Sebelah Selatan Desa Telagawaru Sebelah Barat Desa Perampuan Sebelah Timur Desa Labuapi

Kantor Kepala Desa berada di wilayah Dusun Terong Tawah Barat sebagai pusat Pemerintahan, mempunyai luas wilayah ± 210.153 Ha. yang terdiri dari areal persawahan seluas ± 85 Ha, tanah perkebunan seluas ± 5 Ha, dan areal permukiman seluas ± 120.153 Ha.

9 M.Yadi Staf Pembantu

10 Ajiburrahman Staf pembantu

11 Ibnu Atoillah Operator

12 Jumahir Kepala Dusun

13 H.Muhti Kepala Dusun

14 H.Zohri Abdillah Kepala Dusun

15 Istiham Ali Kepala Dusun

16 Hamka Kepala Dusun

17 Saefudin Kepala Dusun

18 H.Sulton Kepala Dusun

19 Anwar Adam Kepala Dusun

20 Sanusi Kepala Dusun

21 Munakip Kepala Dusun

(34)

23 Jarak tempuh Desa Terong Tawah ke ibu kota kecamatan adalah 3 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 10 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 12km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit.

3. Kondisi Demografi Desa Terong Tawah

Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa Tahun 2020, Jumlah Penduduk Desa Terong Tawah adalah terdiri dari:

a. Jumlah penduduk menurut

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 3462 jiwa

2 Perempuan 4755 jiwa

Jumlah Kepala Keluarga 2167 Orang b. Jumlah penduduk menurut kelompok

1) Kelompok Pendidikan

No Batas Usia Jumlah

1 00-02 tahun 300 Orang 2 03-05 tahun 572 Orang 3 06-12 tahun 225 Orang 4 13-15 tahun 463 Orang 5 16-18 tahun 475 Orang 6 19 tahun keatas 2.979 Orang 2) Kelompok Tenaga Kerja

No Batas Usia Jumlah

1 10-14 tahun 1.975 Orang 2 15-19 tahun 1.243 Orang 3 20-26 tahun 2.495 Orang 4 27-40 tahun 825 Orang 5 41-56 tahun 50 Orang 6 57 tahun keatas 27 Orang

(35)

24 c. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

1. Pendidikan umum

No Pendidikan Jumlah

1 Buta Huruf 1.952 Orang 2 Taman Kanak-kanak 275 Orang 3 SD Sederajat 697 Orang 4 SLTP/Sederajat 444 Orang 5 SLTA/Sederajat 338 Orang 6 Akademi/D1-D3 121 Orang 7 Sarjana/S1-S3 175 Orang 3. Keadaan Sosial Ekonomi Desa Terong Tawah

Keadaan ekonomi masyarakat Desa Terong Tawah tergolong ekonomi menengah ke bawah dengan tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Terong Tawah Rp.

900.000,-. Berdasarkan data yang ada mata pencaharian masyarakat di Desa terong Tawah adalah sebagai berikut:

No Pekerjaan Jumlah

1 PNS 584 Orang

2 ABRI/Polri 34 Orang

3 Karyawan Swasta 27 Orang

4 Tani 228 Orang

5 Peternakan 150 Orang

6 Buruh tani 660 Orang

7 Buruh Ternak 247 Orang

8 Pedagang 88 Orang

9 Ojek 0 Orang

10 Montir 20 Orang

11 Tukang Pijit 20 Orang

12 Tukang cukur 2 Orang

(36)

25 Secara umum mata pencaharian warga masyarakat sebagian besar menjadi buruh tani, tapi dengan berkurangnya lahan pertanian disebabkan perkembangan Perumahan (BTN) membuat masyarakat Terong Tawah banyak yang tidak punya pekerjaan tetap sehingga sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat. Dan masih banyak kepala keluarga yang mengajukan Surat Keterangan Tidak Mampu unutk mendapatkan rekomendasi pembebasan dari biaya di Rumah Sakit atau Pendidikan anaknya.

Persentase tingkat pendidikan Desa Terong Tawah rata- rata berpendidikan SD atau sedarajat sampai SMA atau sederajat. Sarana pendidikan di Desa Terong Tawah yang tersedia adalah 3 SD (SDN 1 Terong Tawah, SDN 2 Terong Tawah, SD 3 Terong Tawah), 2 SMP (SMP Islam Abhariyah Jerneng, SMP ASWAJA Syamsul Falah Jerneng) dan 1 SMA (SMA Islam Abhariyah Jerneng) dan 1 SMK (SMA Islam Abhariyah Jerneng).

Desa Terong Tawah awalnya memiliki potensi sumber daya alam yang cukup terutama lahan pertaniaan (sawah) yang luas tapi sekarang sudah berkurang karena dibangun menjadi perumahan. Gambaran Sumber Daya Manusia Desa Terong Tawah adalah:

a. Kehidupan warga masyarakat masih kental dengan adat istiadat dan aman.

b. Besarnya penduduk usia produktif disertai SDM yang baik.

c. Terpeliharanya budaya musyawarah di desa dalam penyelesaian permasalahan

d. Cukup tingginya partisipasi gotong royong dalam pembangunan desa.

e. Besarnya sumber daya perempuan usia produktif tetapi kebanyakan bekerja ke luar negeri sebagai TKI.

f. Terpeliharanya budaya saling membantu diantara warga masyarakat.

(37)

26 g. Kemampuan bertani yang diwariskan secara turun-

temurun, tetapi lahan pertanian semakin sedikit.

h. Adanya kader kesehatan yang cukup, dari bidan sampai para kader di posyandu yang ada di setiap RT/RW.

i. Adanya penduduk yang punya ketrampilan dalam pembuatan meubeler kayu dan pertukangan.

j. Adanya penduuduk yang punya ketrampilan dalam pembuatan makanan ringan.

k. Adanya penduduk yang ahli dalam berdagang.

B. Praktek Pemanfaatan Harta Waris Sawah Secara Bergilir Di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah Kec Labuapi

Dari pemaparan latar belakang yang sudah dijelaskan di penelitian ini,Warisan bergilir adalah pembagian harta warisan yang dilakukan dalam satu keluarga secara bergiliran. karena ahli warisnya lebih dari satu orang dan lahan sawahnya sedikit maka buat mengantisipasi terjadinya perselisihan di antara ahli waris yang lain maka jalan satu-satunya yang dilakukan adalah dengan cara bergilir dalam membagi warisan.

Adapun ahli waris yang dapat mengambil manfaat dari warisan bergilir. ahli waris yang memiliki hubungan darah dengan pewaris, di antaranya:

1. Anak laki-laki 2. Anak perempuan 3. Cucu laki-laki 4. Cucu perempuan

Masyarakat Desa Terong Tawah khususnya di Dusun Jerneng melakukan pembagian warisan secara bergilir untuk mencari jalan keluar dari persoalan warisan yang terjadi dalam satu keluarga dengan jalan musyawarah untuk mencari keadilan.

Tabel 3

(38)

27 Data waris Bergilir

Ahli waris dalam praktik pemanfaatan harta waris secara bergilir adalah suami atau istri, anak-anaknya dan jika anak sudah meninggal juga maka anak itu digantikan oleh anaknya lagi (cucu). Sebagimana yang di jelaskan oleh Haisurodiyah;

“Pembagiaan warisan bangket bergilir sik arak lek dese terong tawah ne pade-pade tebagi rate nine maupun mame sengak lamun sik gawek ne mauk keuntungan kance ye pesen dengan toaq laek lemak lamun warisan anak bagi rate kance semeton-semeton d,bagian warisan bangket bergilir ne mulai lekan semeton mame paling beleq sampe semeton mame paling kodek terus bruq semeton nine paling beleq sampe tulak malik giliran ne jok anak mame paling bele, lamun araq semeton mate bejulu laguk wah bedoe anak, make anak ne jari gantine.”27

(Pembagian warisan sawah secara bergilir di dusun terong tawah ini di bagi rata baik itu dia perepuan atau laki laki,si pelaku merasa diuntungkan karena yang demikian juga pesan dari orang tua mereka (lemak anuk anak bagi warisan ne same rate kance selapuk semeto de) kurang lebih seperti itu Bahasa yang di wasiatkan oleh orang si pelaku,pembagian secara

27 Haisurodiyah, Wawancara Jerneng, 1 Januari 2022

No

Nama Keluarga Yang MelakukanPemanfaatan warisan Bergilir

Objek warisan bergilir Luas Sawah

1 Ust.H.muzakki Tanah sawah 3.000 m2

2 Haisurodiyah Tanah sawah 2.300 m2

3 Samsul Bahri Tanah sawah 2.000 m2

4 H.Mujtahidin Tanah sawah 5000 m2

5 Inak Nurul Tanah sawah 1000 m2

6 Ust. Muhsinin Tanah sawah 2.300 m2

7 Ust. Sohibul Muaz Tanah sawah 500 m2

(39)

28 bergilir tersebut dibagi dulu gantiannya untuk saudar laki laki yang tertua sampai yang terkecil kemudian kanjut ke saudari perempuan yang terbesar kemudian trus berjalan sampai kembali lagi ke saudar laki laki yang pertama.dan jika ada pewaris meninggal yang mengantikan adalah anaknya(cucu) jika sudah punya anak )

Pemanfaatan harta waris sawah menggunakan cara bergilir ini peneliti juga menanyakan sampai tahap keberapa hal ini bisa terlaksana serta Jika terdapat ahli waris atau anakanya yang meninggal bagaiamana apa masih bisa menurun ke cucunya. Jadi, cucu yang menggantikan giliran bapaknya yang sudah meninggal itu bagiannya tetap sama dengan ahli waris yang lainnya dan memengaruhi jumlah anaknya ahli waris yang meninggal tadi.

seperti penjelasan Inak nurul seseorang yang ditinggal meninggal sang bapaknya;

“Bau gawek bangket no asal dendek jual ye, bangket ne araq sekedik luek ne cukup bagi dua doank. Terus begilir gawek ne mulai lekan aku bejulu, terus semeton sik ke due kance ketelu iye lah bergiliran gawek ne pas setiepkali ne panen. Misal semeton sik penembek wah mate make semeton sik lainan gawek ne,laguk anak ne sik due lekn semeton pertame no tetep tebeng bagian lekan hasil pare lek bangket tegawek begilir no.

begaweaan begilir ne tetep telanjutang sebelum ne arq musyawarah lekan keluarge sampe piran te selesai begilir gawek ne”28

(Boleh menggarap sawah asal jangan menjual itu prinsipnya.

Sawah kami ini hanya sepetak dibagi dua. Bergiliranlah mulai dari saya yang dulu, lalu anak kedua dan ketiga yang di bergiliran setiap sekali panen. Kalau anak yang pertama sudah meninggal jadi saya yang menggarap, tetapi dua orang cucu dari anak pertama ini tetap dapat bagian hasil padi dari sawah yang saya garap. Bergiliran ini terus dilaksanakan sampai kesepakatan keluarga yang memutuskan sampai kapan selesainya.”)

28 Inak Nurul,Wawancara.20 Januari 2022

(40)

29 jika pewaris meninggal tidak memiliki anak, maka harta warisan tersebut dibagi sesuai tata cara kebiasaan yang ada. Yaitu Bila yang meninggal istri atau suami dan meninggalkan harta waris berupa sawah, maka sawah tersebut akan dibagi, satu bagian untuk suami atau istri yang masih hidup, atau satu bagian lagi untuk keluarga suami atau istri yang meninggal biasanya kasus seperti ini harta warisan berupa sawah tersebut dijual, tidak dimanfaatkan secara bergilir sebagaimana pewaris yang memiliki anak. Hal ini sebagaimana diungkapakan oleh H.Mujtahidin;

“Lamun sik mate ni ndk bedoe anak make harte warisane secare biase ye jual ne bagi due kepeng hasil penjualan ne.

Sekeq bagian tebeng tipak semame atau senine sik wah tebilin mate trsu sik sekeq sise ne tetulakang tipak keluarge senine atau semame sik tebilin mate. Sengak ager ndk ne repot keluarge sik tebilin mate ne urus harte ndk te taoq laon melet ye merarik malik”29

(Jika yang meninggal tidak memiliki anak harta waris tersebut biasanya dijual dan dibagi dua uang hasil penjualannya.Satu bagian untuk istri atau suami yang ditinggal dan satu bagian untuk keluarga suami atau istri yang meninggal.Hal ini dilakukan supaya suami atau istri yang ditinggal tidak sibuk mengurusi harta waris dan bisa memikirkan siapa tau mau menikah lagi)

Apabila pewaris (suami atau istri) meninggal tidak mempunyai anak atau mempunyai anak tetapi anaknya juga meninggal bersama orang tuanya dan meninggalkan sawah, maka sawah tersebut juga dibagi dua juga. Satu bagian untuk keluarga istri dan satu bagian untuk keluarga suami. biasanya hartanya dijual dan dibagi uangnya untuk melunasi hutang si pewaris jika memiliki hutang;

“Sekirene keduakne mate kance ndk ne bedoe anak atau yeberiokan mate make warte warisane masi tebagi due sekeq

29 Mujtahidin, Wawancara Jerneng, 27 Desember 2021

(41)

30 tipak keluarge sik tebilin mate no.”30

(Kalau keduanya meninggal dan tidak memiliki anak atau meninggal bersama pemberlakuan terhadap harta waris masih sama dibagi dua untuk kedua pihak keluarga yang ditinggalkan.)

1. Tata Cara Pemanfaatan Dengan Cara Gilir Sawah

Pemanfaataan harta waris sawah secara bergilir adalah salah satu bentuk pembagian harta peninggalan berupa sawah yang ada di Desa Terong Tawah Dusun Jerneng. Pelaksanaannya ialah dengan mengelola sawah oleh para ahli waris secara bergilir. ada yang tenggang waktunya bergilir itu 1 tahun sekali ada juga gunakan 1 kali panen akan tetapi kebanyakan masyarakat Dusun Jerneng menggunakan giliran 1 tahun sekali. masyarakat Dusun Jerneng melakukan pembagian warisan dengan cara mengambil manfaat sawah secara bergilir ini merupakan kegiatan yang dilakukan sejak dari nenek moyang dan telah menjadi kebiasaan turun temurun. seperti dipaparkan oleh Ust, Muhsinin, selaku wakil penghulu Dusu Jerneng;

(Giliran gawek bangket ne sebenerne lekan papuq baloq te wah ne araq laguk ndk te taoq piran awalne mulainne)31

(Giliran mengelola sawah ini sudah dari nenek moyang dan tidak tahu kapan awal mulanya)

Pemanfaatan harta waris bersama menggunakan cara gilir sawah ini dilakukan dengan musyawarah dalam satu keluarga biasanya setelah membagi harta peninggalan lain yang berupa tanah, setelah itu Bila ada sawah yang ditinggalkan maka bermusyawarah untuk rembuk apakah harta warisan akan dibagi atau dipertahankan dimiliki bersama dan dibagi giliran memanfaatkan atau mengelola sawah. sehabis dilakukan musyawarah, Jika kesepakatannya adalah bergilir mengelola

30 Ibid

31 Ust, Muhsinin, Wawancara,Jerneng, 27 Desember 2021

(42)

31 sawah, maka sawah itu kemudian digarap dari mulai istri atau suami yang ditinggal, dimulai dari anak yang pertama kemudian kedua, ketiga keempat dan sampai anak yang terakhir kemudian kembali lagi ke giliran pertama dan seterusnya sampai waktu yang sudah ditentukan oleh kesepakatan dari para ahli waris.

Seperti pemaparan Bapak Anwar Adam, selaku Kepala Dusun Jerneng;

Giliran gawek bangket ne sewah dengan toaq mate. Dengan toaq nine atau mame sik mate, kance trus tingalan ne ite harte bangket, nah bangket sik ne terus tepinaq giliran andeq ne pade mauk manfaatang ne sik senine atau semame sik te bilin mate kance anak-anakjarine. Bangket ne ndk tebagi karne yesekedik luekne lamun tejualpun ndk ne puti luek mauk te kepeng kance araq semendq temauk nimatin hasil penjualan bangket ni. Sehingge sebagian beleq masyarakat ne memanfaatang bangket care ne bergilir.32

(Giliran mengelola sawah ini terjadi setelah orang tua telah meninggal. Misalkan bapak atau ibu yang meninggal, meninggalkan harta berupa sawah, sawah inilah yang kemudian digilirkan pengambilan manfaatnya oleh istri atau suami yang ditinggal dan anak-anaknya. Sawah ini tidak dibagi karena biasanya sawah itu sedikit dan kalaupun mau dijual uangnya tak seberapa dan hanya bisa sebentar menikmati uang hasil penjualan sawah tersebut. Jadi sebagian besar masyarakat mempraktikan pengambilan manfaat harta waris bersama dengan cara gilir sawah ini)

Giliran ini biasanya dimulai dari anak tertua serta seterusnya. Tanah sawah tersebut tidak boleh dibagi untuk dimiliki sepenuhnya, tetapi hanya digilirkan pemakaiannya diantara ahli waris. Harta tersebut tetap dalam status waris milik bersama (kolektif), hanya memiliki hak pakai atas bagian harta waris tersebut. jika di antara anak tersebut ada yang meninggal maka diteruskan ke cucunya. bila ada yang tidak mampu menggarap

32 Anwar Adam, Wawancara,Jerneng, 25 Desember 2021

(43)

32 maka salah seorang bisa menggantikan dengan tetap membagi hasil dari sawah tersebut. seperti di penjelasan Samsul Bahri;

“Awal mule bangket sik bergilir te gawekne mulai lekn papuq balok te laek sampe turun tipk bapak te sehingge sampe ite kane. Setau aku bergilir gawek bangke ne mulai ne arak sekiter tahun1972.lamun sik kane marak adik sik wah mate juluan make anak ne jerri, laguk karne lok jerri no masik becik jarine sik gawek giliran ne no ite laguk tetep hasilne te bagi parene.

Jarine giliran ne mulai lekan semeton paling beleq sampe sik paling kodeq terus ye wah te puter no berulang kali.33

(Awal mula sawah digilir dari zaman kakek lalu turun ke zaman Bapak lalu turun pula ke kami. Saya tahu giliran itu dari tahun 1972. Kalo seperti sekarang seperti adek saya yang telah meninggal dunia diteruskan ke anaknya Jerri, tetapi karena Jerri masih kecil maka kami yang menggarap dengan tetapi dibagi hasil padinya. Jadi giliran sawah itu mulai dari yang tertua sampai ke yang terkecil dan berulang kembali ke yang tertua.)

Tujuan keluarga melakukan giliran sawah itu supaya ingat sama peninggalan atau terdapat kenang-kenangan berasal orang tua dahulu kepada anak-anak. biar tidak sampai terjual dan bisa terus dinikmati sampai turun temurun hasil sawah tersebut. Giliran sawah ini juga dilakukan karena minimnya lahan sedangkan ahli warisnya banyak sehingga sedikit sekali apabila dibagi. Jadi salah satu tujuannya supaya meratakan pendapatan ahli waris. Maka dari itu dibuatlah giliran sawah yang dijadikan harta waris itu, supaya dimanfaatnya kan hasil panen dari sawah yang digilir tersebut.Samsul Bahri menambahkan

“Banget ite ne lamun te bagi ye sekedik, karne ite wah luek semeton beradik. Sehingge tetep telanjutang bergilir andeq selapukaan ne pade mauk rasaq peninggalan dengan toaq”34

33 Samsul Bahri, Wawancara,Jerneng, 8 Janurai 2022

34 Ibid

(44)

33

“Sawah kami itu kalau dibagi terlalu sdikit, karena kami sudah banyak adik beradik. Jadi tetap lanjut bergiliran. Suapay semua mencicipi peninggalan atau warisan sawah tersebut”

2. Alasan Pemanfaatan Sawah Secara Bergilir.

a. Kesepakatan seluruh ahli waris

Sebab pertama dilakukan pemanfatan harta warisan sawah secara bergilir pada masyarakat Dusun Jerneng Desa Terong Tawah karena adanya kesepakatan semua ahli waris untuk melakukan pembagian harta warisan secara bergilir.

Salah satu kasus yang terjadi pada keluarga bapak ust.

Muhsinin beliau menjelaskan.

“Alesan keluarge memanfaatang bangket secare bergilir sengak ne ite minak kesepakatan bahwe bangket ne kane te gawek bergilir kance ite berusehe ager pesopok pendapet semeton andeq ne mele memanfaatang waris bangket ne gawek ne bergilir sementare”35

(kasus yang berkaitan dengan sebab ini terjadi pada keluarga pak ust.muhsinin. alasan keluarga pak ust. muhsinin melakukan pemanfaatan harta warisan sawah secara bergilir adalah karena mereka membuat kesepakatan bahwa harta warisan tersebut akan dijadikan bergilir untuk menggarapnya bergiliran di antara pihak keluarga antar sauadara dan pihak keluarga berusaha menyatukan persepsi apakah mereka bersedia memanfaatakan harta warisan sawah secara bergilir ini.)

b. Salah Satu Dari Orang Tua (Pewaris) Masih Hidup .

Praktik pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir ini tidak memiliki aturan tertulis hanya berdasar kepada kesepakatan keluarga. Jadi untuk waktu giliran itu disepakati terlebih dahulu di antara keluarga, misalnya ada yang bergiliran per satu tahun, per dua tahun, atau per sekali panen tergantung kesepakatan.

Seperti pemaparan oleh Tgh. Zaenal Arifin.S.Ag, Selaku

35 Ibid

(45)

34 Tokoh Agama Dusun Jerneng:

Giliran gawek bangket ne ye temulai pas mate dengan toaq . Misal inak atau bapak ninggal kance terus ye ndotang ite bngket , nah bangket te gawek begiliran oleh inak atau bapak sik te bilin mate kance anak-anaknye.

bangket ne ndk tebagi karene bangket ne ye araq sekediq luekne, lamun te jual sekumbe laloq jak te mauk kepeng kance araq semendaq te nikmatin ne, jari sebagian masyarakat mempraktikan gilir bangketne ”36

(Giliran mengelola sawah ini terjadi setelah orang tua telah meninggal. Misalkan bapak atau ibu yang meninggal, meninggalkan harta berupa sawah, sawah inilah yang kemudian digilirkan pengambilan manfaatnya oleh istri atau suami yang ditinggal dan anak-anaknya. Sawah ini tidak dibagi karena biasanya sawah itu sedikit dan kalaupun mau dijual uangnya tak seberapa dan hanya bisa sebentar menikmati uang hasil penjualan sawah tersebut. Jadi sebagian besar masyarakat mempraktikan pengambilan manfaat harta waris sawah secara bergilir ini).

c. Objek Sawahnya kurang dari 1,5 hektar

Dari beberapa narsasumber sudah memaparkan alasan beserta tujuannya tersendiri. Dari beberapa paparan di atas dapat peneliti ketahui bahwa tujuannya agar meratakan pendapatan ahli waris. Maka dari itu dibuatlah giliran sawah yang dijadikan harta waris itu, supaya dimanfaatkan hasil panen dari sawah yang digilir tersebut. Setelah peneliti ketahui dari narasumber yang telah peneliti wawancarai jumlah sawah yang dijadikan objek pemanfaatan harta waris ini luasnya tidak sampai dua hektar, rata- rata luas sawah mereka hanya 50 are atau 5000 m2

Maka hal ini membuat mereka kesulitan jika membagi harta warisan tersebut dikarenakan minimnya harta waris yang akan dibagi dan juga banyaknya ahli waris jadi tidak memungkinkan

36 Tgh. Zaenal Arifin, S.Ag Wawancara Jerneng, 26 Februari 2022

Gambar

Tabel  1.1  Struktur  Organisasi  pemerintah  Desa  Terong  Tawah.

Referensi

Dokumen terkait