• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek Pemanfaatan Harta Waris Sawah Secara

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

B. Praktek Pemanfaatan Harta Waris Sawah Secara

Dari pemaparan latar belakang yang sudah dijelaskan di penelitian ini,Warisan bergilir adalah pembagian harta warisan yang dilakukan dalam satu keluarga secara bergiliran. karena ahli warisnya lebih dari satu orang dan lahan sawahnya sedikit maka buat mengantisipasi terjadinya perselisihan di antara ahli waris yang lain maka jalan satu-satunya yang dilakukan adalah dengan cara bergilir dalam membagi warisan.

Adapun ahli waris yang dapat mengambil manfaat dari warisan bergilir. ahli waris yang memiliki hubungan darah dengan pewaris, di antaranya:

1. Anak laki-laki 2. Anak perempuan 3. Cucu laki-laki 4. Cucu perempuan

Masyarakat Desa Terong Tawah khususnya di Dusun Jerneng melakukan pembagian warisan secara bergilir untuk mencari jalan keluar dari persoalan warisan yang terjadi dalam satu keluarga dengan jalan musyawarah untuk mencari keadilan.

Tabel 3

27 Data waris Bergilir

Ahli waris dalam praktik pemanfaatan harta waris secara bergilir adalah suami atau istri, anak-anaknya dan jika anak sudah meninggal juga maka anak itu digantikan oleh anaknya lagi (cucu). Sebagimana yang di jelaskan oleh Haisurodiyah;

“Pembagiaan warisan bangket bergilir sik arak lek dese terong tawah ne pade-pade tebagi rate nine maupun mame sengak lamun sik gawek ne mauk keuntungan kance ye pesen dengan toaq laek lemak lamun warisan anak bagi rate kance semeton-semeton d,bagian warisan bangket bergilir ne mulai lekan semeton mame paling beleq sampe semeton mame paling kodek terus bruq semeton nine paling beleq sampe tulak malik giliran ne jok anak mame paling bele, lamun araq semeton mate bejulu laguk wah bedoe anak, make anak ne jari gantine.”27

(Pembagian warisan sawah secara bergilir di dusun terong tawah ini di bagi rata baik itu dia perepuan atau laki laki,si pelaku merasa diuntungkan karena yang demikian juga pesan dari orang tua mereka (lemak anuk anak bagi warisan ne same rate kance selapuk semeto de) kurang lebih seperti itu Bahasa yang di wasiatkan oleh orang si pelaku,pembagian secara

27 Haisurodiyah, Wawancara Jerneng, 1 Januari 2022

No

Nama Keluarga Yang MelakukanPemanfaatan warisan Bergilir

Objek warisan bergilir Luas Sawah

1 Ust.H.muzakki Tanah sawah 3.000 m2

2 Haisurodiyah Tanah sawah 2.300 m2

3 Samsul Bahri Tanah sawah 2.000 m2

4 H.Mujtahidin Tanah sawah 5000 m2

5 Inak Nurul Tanah sawah 1000 m2

6 Ust. Muhsinin Tanah sawah 2.300 m2

7 Ust. Sohibul Muaz Tanah sawah 500 m2

28 bergilir tersebut dibagi dulu gantiannya untuk saudar laki laki yang tertua sampai yang terkecil kemudian kanjut ke saudari perempuan yang terbesar kemudian trus berjalan sampai kembali lagi ke saudar laki laki yang pertama.dan jika ada pewaris meninggal yang mengantikan adalah anaknya(cucu) jika sudah punya anak )

Pemanfaatan harta waris sawah menggunakan cara bergilir ini peneliti juga menanyakan sampai tahap keberapa hal ini bisa terlaksana serta Jika terdapat ahli waris atau anakanya yang meninggal bagaiamana apa masih bisa menurun ke cucunya. Jadi, cucu yang menggantikan giliran bapaknya yang sudah meninggal itu bagiannya tetap sama dengan ahli waris yang lainnya dan memengaruhi jumlah anaknya ahli waris yang meninggal tadi.

seperti penjelasan Inak nurul seseorang yang ditinggal meninggal sang bapaknya;

“Bau gawek bangket no asal dendek jual ye, bangket ne araq sekedik luek ne cukup bagi dua doank. Terus begilir gawek ne mulai lekan aku bejulu, terus semeton sik ke due kance ketelu iye lah bergiliran gawek ne pas setiepkali ne panen. Misal semeton sik penembek wah mate make semeton sik lainan gawek ne,laguk anak ne sik due lekn semeton pertame no tetep tebeng bagian lekan hasil pare lek bangket tegawek begilir no.

begaweaan begilir ne tetep telanjutang sebelum ne arq musyawarah lekan keluarge sampe piran te selesai begilir gawek ne”28

(Boleh menggarap sawah asal jangan menjual itu prinsipnya.

Sawah kami ini hanya sepetak dibagi dua. Bergiliranlah mulai dari saya yang dulu, lalu anak kedua dan ketiga yang di bergiliran setiap sekali panen. Kalau anak yang pertama sudah meninggal jadi saya yang menggarap, tetapi dua orang cucu dari anak pertama ini tetap dapat bagian hasil padi dari sawah yang saya garap. Bergiliran ini terus dilaksanakan sampai kesepakatan keluarga yang memutuskan sampai kapan selesainya.”)

28 Inak Nurul,Wawancara.20 Januari 2022

29 jika pewaris meninggal tidak memiliki anak, maka harta warisan tersebut dibagi sesuai tata cara kebiasaan yang ada. Yaitu Bila yang meninggal istri atau suami dan meninggalkan harta waris berupa sawah, maka sawah tersebut akan dibagi, satu bagian untuk suami atau istri yang masih hidup, atau satu bagian lagi untuk keluarga suami atau istri yang meninggal biasanya kasus seperti ini harta warisan berupa sawah tersebut dijual, tidak dimanfaatkan secara bergilir sebagaimana pewaris yang memiliki anak. Hal ini sebagaimana diungkapakan oleh H.Mujtahidin;

“Lamun sik mate ni ndk bedoe anak make harte warisane secare biase ye jual ne bagi due kepeng hasil penjualan ne.

Sekeq bagian tebeng tipak semame atau senine sik wah tebilin mate trsu sik sekeq sise ne tetulakang tipak keluarge senine atau semame sik tebilin mate. Sengak ager ndk ne repot keluarge sik tebilin mate ne urus harte ndk te taoq laon melet ye merarik malik”29

(Jika yang meninggal tidak memiliki anak harta waris tersebut biasanya dijual dan dibagi dua uang hasil penjualannya.Satu bagian untuk istri atau suami yang ditinggal dan satu bagian untuk keluarga suami atau istri yang meninggal.Hal ini dilakukan supaya suami atau istri yang ditinggal tidak sibuk mengurusi harta waris dan bisa memikirkan siapa tau mau menikah lagi)

Apabila pewaris (suami atau istri) meninggal tidak mempunyai anak atau mempunyai anak tetapi anaknya juga meninggal bersama orang tuanya dan meninggalkan sawah, maka sawah tersebut juga dibagi dua juga. Satu bagian untuk keluarga istri dan satu bagian untuk keluarga suami. biasanya hartanya dijual dan dibagi uangnya untuk melunasi hutang si pewaris jika memiliki hutang;

“Sekirene keduakne mate kance ndk ne bedoe anak atau yeberiokan mate make warte warisane masi tebagi due sekeq

29 Mujtahidin, Wawancara Jerneng, 27 Desember 2021

30 tipak keluarge sik tebilin mate no.”30

(Kalau keduanya meninggal dan tidak memiliki anak atau meninggal bersama pemberlakuan terhadap harta waris masih sama dibagi dua untuk kedua pihak keluarga yang ditinggalkan.)

1. Tata Cara Pemanfaatan Dengan Cara Gilir Sawah

Pemanfaataan harta waris sawah secara bergilir adalah salah satu bentuk pembagian harta peninggalan berupa sawah yang ada di Desa Terong Tawah Dusun Jerneng. Pelaksanaannya ialah dengan mengelola sawah oleh para ahli waris secara bergilir. ada yang tenggang waktunya bergilir itu 1 tahun sekali ada juga gunakan 1 kali panen akan tetapi kebanyakan masyarakat Dusun Jerneng menggunakan giliran 1 tahun sekali. masyarakat Dusun Jerneng melakukan pembagian warisan dengan cara mengambil manfaat sawah secara bergilir ini merupakan kegiatan yang dilakukan sejak dari nenek moyang dan telah menjadi kebiasaan turun temurun. seperti dipaparkan oleh Ust, Muhsinin, selaku wakil penghulu Dusu Jerneng;

(Giliran gawek bangket ne sebenerne lekan papuq baloq te wah ne araq laguk ndk te taoq piran awalne mulainne)31

(Giliran mengelola sawah ini sudah dari nenek moyang dan tidak tahu kapan awal mulanya)

Pemanfaatan harta waris bersama menggunakan cara gilir sawah ini dilakukan dengan musyawarah dalam satu keluarga biasanya setelah membagi harta peninggalan lain yang berupa tanah, setelah itu Bila ada sawah yang ditinggalkan maka bermusyawarah untuk rembuk apakah harta warisan akan dibagi atau dipertahankan dimiliki bersama dan dibagi giliran memanfaatkan atau mengelola sawah. sehabis dilakukan musyawarah, Jika kesepakatannya adalah bergilir mengelola

30 Ibid

31 Ust, Muhsinin, Wawancara,Jerneng, 27 Desember 2021

31 sawah, maka sawah itu kemudian digarap dari mulai istri atau suami yang ditinggal, dimulai dari anak yang pertama kemudian kedua, ketiga keempat dan sampai anak yang terakhir kemudian kembali lagi ke giliran pertama dan seterusnya sampai waktu yang sudah ditentukan oleh kesepakatan dari para ahli waris.

Seperti pemaparan Bapak Anwar Adam, selaku Kepala Dusun Jerneng;

Giliran gawek bangket ne sewah dengan toaq mate. Dengan toaq nine atau mame sik mate, kance trus tingalan ne ite harte bangket, nah bangket sik ne terus tepinaq giliran andeq ne pade mauk manfaatang ne sik senine atau semame sik te bilin mate kance anak-anakjarine. Bangket ne ndk tebagi karne yesekedik luekne lamun tejualpun ndk ne puti luek mauk te kepeng kance araq semendq temauk nimatin hasil penjualan bangket ni. Sehingge sebagian beleq masyarakat ne memanfaatang bangket care ne bergilir.32

(Giliran mengelola sawah ini terjadi setelah orang tua telah meninggal. Misalkan bapak atau ibu yang meninggal, meninggalkan harta berupa sawah, sawah inilah yang kemudian digilirkan pengambilan manfaatnya oleh istri atau suami yang ditinggal dan anak-anaknya. Sawah ini tidak dibagi karena biasanya sawah itu sedikit dan kalaupun mau dijual uangnya tak seberapa dan hanya bisa sebentar menikmati uang hasil penjualan sawah tersebut. Jadi sebagian besar masyarakat mempraktikan pengambilan manfaat harta waris bersama dengan cara gilir sawah ini)

Giliran ini biasanya dimulai dari anak tertua serta seterusnya. Tanah sawah tersebut tidak boleh dibagi untuk dimiliki sepenuhnya, tetapi hanya digilirkan pemakaiannya diantara ahli waris. Harta tersebut tetap dalam status waris milik bersama (kolektif), hanya memiliki hak pakai atas bagian harta waris tersebut. jika di antara anak tersebut ada yang meninggal maka diteruskan ke cucunya. bila ada yang tidak mampu menggarap

32 Anwar Adam, Wawancara,Jerneng, 25 Desember 2021

32 maka salah seorang bisa menggantikan dengan tetap membagi hasil dari sawah tersebut. seperti di penjelasan Samsul Bahri;

“Awal mule bangket sik bergilir te gawekne mulai lekn papuq balok te laek sampe turun tipk bapak te sehingge sampe ite kane. Setau aku bergilir gawek bangke ne mulai ne arak sekiter tahun1972.lamun sik kane marak adik sik wah mate juluan make anak ne jerri, laguk karne lok jerri no masik becik jarine sik gawek giliran ne no ite laguk tetep hasilne te bagi parene.

Jarine giliran ne mulai lekan semeton paling beleq sampe sik paling kodeq terus ye wah te puter no berulang kali.33

(Awal mula sawah digilir dari zaman kakek lalu turun ke zaman Bapak lalu turun pula ke kami. Saya tahu giliran itu dari tahun 1972. Kalo seperti sekarang seperti adek saya yang telah meninggal dunia diteruskan ke anaknya Jerri, tetapi karena Jerri masih kecil maka kami yang menggarap dengan tetapi dibagi hasil padinya. Jadi giliran sawah itu mulai dari yang tertua sampai ke yang terkecil dan berulang kembali ke yang tertua.)

Tujuan keluarga melakukan giliran sawah itu supaya ingat sama peninggalan atau terdapat kenang-kenangan berasal orang tua dahulu kepada anak-anak. biar tidak sampai terjual dan bisa terus dinikmati sampai turun temurun hasil sawah tersebut. Giliran sawah ini juga dilakukan karena minimnya lahan sedangkan ahli warisnya banyak sehingga sedikit sekali apabila dibagi. Jadi salah satu tujuannya supaya meratakan pendapatan ahli waris. Maka dari itu dibuatlah giliran sawah yang dijadikan harta waris itu, supaya dimanfaatnya kan hasil panen dari sawah yang digilir tersebut.Samsul Bahri menambahkan

“Banget ite ne lamun te bagi ye sekedik, karne ite wah luek semeton beradik. Sehingge tetep telanjutang bergilir andeq selapukaan ne pade mauk rasaq peninggalan dengan toaq”34

33 Samsul Bahri, Wawancara,Jerneng, 8 Janurai 2022

34 Ibid

33

“Sawah kami itu kalau dibagi terlalu sdikit, karena kami sudah banyak adik beradik. Jadi tetap lanjut bergiliran. Suapay semua mencicipi peninggalan atau warisan sawah tersebut”

2. Alasan Pemanfaatan Sawah Secara Bergilir.

a. Kesepakatan seluruh ahli waris

Sebab pertama dilakukan pemanfatan harta warisan sawah secara bergilir pada masyarakat Dusun Jerneng Desa Terong Tawah karena adanya kesepakatan semua ahli waris untuk melakukan pembagian harta warisan secara bergilir.

Salah satu kasus yang terjadi pada keluarga bapak ust.

Muhsinin beliau menjelaskan.

“Alesan keluarge memanfaatang bangket secare bergilir sengak ne ite minak kesepakatan bahwe bangket ne kane te gawek bergilir kance ite berusehe ager pesopok pendapet semeton andeq ne mele memanfaatang waris bangket ne gawek ne bergilir sementare”35

(kasus yang berkaitan dengan sebab ini terjadi pada keluarga pak ust.muhsinin. alasan keluarga pak ust. muhsinin melakukan pemanfaatan harta warisan sawah secara bergilir adalah karena mereka membuat kesepakatan bahwa harta warisan tersebut akan dijadikan bergilir untuk menggarapnya bergiliran di antara pihak keluarga antar sauadara dan pihak keluarga berusaha menyatukan persepsi apakah mereka bersedia memanfaatakan harta warisan sawah secara bergilir ini.)

b. Salah Satu Dari Orang Tua (Pewaris) Masih Hidup .

Praktik pemanfaatan harta waris sawah secara bergilir ini tidak memiliki aturan tertulis hanya berdasar kepada kesepakatan keluarga. Jadi untuk waktu giliran itu disepakati terlebih dahulu di antara keluarga, misalnya ada yang bergiliran per satu tahun, per dua tahun, atau per sekali panen tergantung kesepakatan.

Seperti pemaparan oleh Tgh. Zaenal Arifin.S.Ag, Selaku

35 Ibid

34 Tokoh Agama Dusun Jerneng:

Giliran gawek bangket ne ye temulai pas mate dengan toaq . Misal inak atau bapak ninggal kance terus ye ndotang ite bngket , nah bangket te gawek begiliran oleh inak atau bapak sik te bilin mate kance anak-anaknye.

bangket ne ndk tebagi karene bangket ne ye araq sekediq luekne, lamun te jual sekumbe laloq jak te mauk kepeng kance araq semendaq te nikmatin ne, jari sebagian masyarakat mempraktikan gilir bangketne ”36

(Giliran mengelola sawah ini terjadi setelah orang tua telah meninggal. Misalkan bapak atau ibu yang meninggal, meninggalkan harta berupa sawah, sawah inilah yang kemudian digilirkan pengambilan manfaatnya oleh istri atau suami yang ditinggal dan anak-anaknya. Sawah ini tidak dibagi karena biasanya sawah itu sedikit dan kalaupun mau dijual uangnya tak seberapa dan hanya bisa sebentar menikmati uang hasil penjualan sawah tersebut. Jadi sebagian besar masyarakat mempraktikan pengambilan manfaat harta waris sawah secara bergilir ini).

c. Objek Sawahnya kurang dari 1,5 hektar

Dari beberapa narsasumber sudah memaparkan alasan beserta tujuannya tersendiri. Dari beberapa paparan di atas dapat peneliti ketahui bahwa tujuannya agar meratakan pendapatan ahli waris. Maka dari itu dibuatlah giliran sawah yang dijadikan harta waris itu, supaya dimanfaatkan hasil panen dari sawah yang digilir tersebut. Setelah peneliti ketahui dari narasumber yang telah peneliti wawancarai jumlah sawah yang dijadikan objek pemanfaatan harta waris ini luasnya tidak sampai dua hektar, rata- rata luas sawah mereka hanya 50 are atau 5000 m2

Maka hal ini membuat mereka kesulitan jika membagi harta warisan tersebut dikarenakan minimnya harta waris yang akan dibagi dan juga banyaknya ahli waris jadi tidak memungkinkan

36 Tgh. Zaenal Arifin, S.Ag Wawancara Jerneng, 26 Februari 2022

35 sawah itu untuk dibagi kecuali dengan menjual sawah tersebut.

Sedangkan prinsip mereka adalah mempertahankan peninggalan harta waris dari orang tua yang berupa sawah agar bisa mengambil manfaat dari sawah itu melalui panen yang didapatkan setiap gilirannya dan bisa dimakan untuk kebutuhan sehari-harinya. Setelah mengetahui beberapa alasan mereka melaksanakan praktik pemanfaatan harta waris secara bergilir. Berikut ini berpendapat Ust. Sohinul Muaz ;

aku mauk gawek bangket bergilir ne karne aku ganti bapak ku sik wah mate juluan karne kumbek ne ampok ndkmn ne tebagi bangket warisan ni sampe kane sengak ye ara sekediq 5 are (500 m2 ) luek dakak ne buek wah mate dengan toaq sik bapak ku tetep te gilir bangket ne karne sampe kane ndkmn araq musyawarah keluarge lamun memang ne jak tebagi karne semeton sik bapak 3 dengan gilir gawek bangket ni.37

(saya dapat giliran mengelola sawah ini karena saya menggantikan bapak saya yang sudah meninggal duluan, kenapa sawah ini belum dibagi sampai sekarang karena dia sedikit dan banyaknya itu hanaya 500 m2 , walaupun kedua orang tua dari bapak saya sudah meninggal tetapi masi tetap digilir sampai sekarang. Karena belum ada musyawarah untuk dibagi walaupun saudara bapak saya itu ada 3 orang yang bergilir)

Peneliti masih merasa kurang dengan penjelasan tersebut, kemudian peneliti menanyakan jika dalam salah satu ahli waris yang tidak mampu untuk menggarap sawah atau membutuhkan uang maka bagaimana tanggapan narasumber. Jika yang tidak mampu menggarap sawah giliran itu tadi maka salah satu saudara atau ahli warisnya yang mampu disuruh memberikannya ganti uang. Seperti penjelasan Ust, Muhsinin;

“Giliran bangket ne sekirene araq sik butuh kepeng trus ndk ne bau gawek bagket giliran ne make bau ne musyawarahang ne kance keluarge atau biaasene lmn araq dengen mele bayar ne bau te jual tahunan misalne seharge 5 jute terus banget sik

37 Ust. Sohibul Muaz Wawancara Jerneng, 26 Februari 2022

36 ndk ne bau sik ne gawek ngonek no make dengn sik jari beli no jari gawek ne”38

(Kalau giliran sawah ini seandainya ada yang sedang butuh uang dan tidak bisa menggarap sawah maka diselesaikan dengan musyawarah keluarga. Biasanya ada salah seorang yang membayarnya giliranya (Beli Tahunan) dengan uang contoh 5 juta untuk membantu yang sedang butuh tadi. Lalu sawah yang tidak bisa digarap tadi akan digarap oleh yang telah membayarnya)

Beberapa narasumber telah memaparkan penjelasannya masing- masing. Jika disimpulkan mereka sependapat dalam permasalahan jika terdapat ahli waris yang meninggal maka akan diturunkan kepada cucunya pewaris. Mengenai sampai keberapa generasi praktik pemanfaatan harta waris dapat berjalan maka itu tergantung kesepakatan keluarganya akan tetapi secara kebiasaan yang ditemui di masyarakat cukup hanya sampai generansi pertama saja. Apabila terdapat ahli waris yang tidak sanggup untuk menggarap gilirannya, mereka sependapat bahwasanya yang tidak sanggup menggarap bisa meminta ganti kepada saudaranya yang dirasa mampu. Bapak Ust.H.muzakki sebagai penghulu pemuka agama menanggapi bahwa praktik pemanfaatan harta waris secara bergilir intinya harus saling ridha antar ahli waris atau keluarganya;

“Ndk arq awal mule sejarahne ne hanya lekan kesepakatan keluarge doank sik bedoe bangket kance wah mate terus ahli waris ne masi sie-sie lamun teanggurang bangket no .sehingge pinak ne lah giliran laguk lamun awal mule ne ndk te taoq , ne hanye pemikiran andeq peninggalan dengan toaq arq manfaatne kance memang ye wah ngeno sik biase dait te. Jari andeq te pade saling ridho di anatar pihak keluarge andeq tetep akur gawek bangket ne”39

(Tidak ada awal mula sejarahnya. Hanya dari kesepakatan keluarga. Yang punya sawah kan sudah meninggal, tapi ahli warisnya kan masih ada sayang kalau sawahnya dibiarkan. Jadi

38 Ust, Muhsinin, Wawancara Jerneng, 27 Desember 2021

39 H.muzakki,Wawancara Jerneng 03 Januari 2022

37 dibuatlah bergiliran. Kalau awal mulanya tidak ada, hanya penikiran atau akal saja supaya sawah peninggalan ini lebih bermanfaat dan memang seperti itulah umumnya di desa. Jadi harus ada keridhaan di antara keluarga supaya selalu rukun dalam bergiliran menggarap sawah ini).

Dari beberapa pemaparan dari narasumber yang peneliti wawancara, praktik pemanfaataan harta waris secara bergilir yang ada di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah dilakukan dengan dasar kesepakan antar ahli waris dan juga sejak meninggalnya orang tua baik ibu ataupun bapak. Jika dicari sejarahnya maka tidak ada sejarah awal mulanya praktik itu terjadi di Dusun Jerneng Desa Terong Tawah karena itu hanya pemikiran mereka saja yang sekiranya harta warisan yang berupa sawah itu tidak habis dijual maka dibuatlah giliran sawah yang dijadikan objek pemanfaatan harta waris tersebut. Setelah orang tua atau salah seorang diantaranya meninggal dan meninggalkan harta waris yang berupa sawah dan kemudian sawah itu dimanfaatkan secara bergilir dan bergantian dengan ahli warisnya.

38

Dokumen terkait