• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Asap Cair Limbah Tempurung Kelapa sebagai Alternatif Koagulan Lateks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pemanfaatan Asap Cair Limbah Tempurung Kelapa sebagai Alternatif Koagulan Lateks"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

JOHANSYAH: Pemanfaatan asap cair tempurung kelapa sebagai alternatif koagulan lateks dibawah bimbingan AINUN ROHANAH dan SAIPUL BAHRI DAULAY. Asap cair merupakan hasil pembakaran bahan secara langsung maupun tidak langsung yang banyak mengandung asap cair yang mengandung fenol dan asam, sehingga dapat digunakan sebagai koagulan lateks. Penelitian ini bertujuan untuk menguji asap cair limbah tempurung kelapa sebagai alternatif koagulan lateks dengan menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan parameter: lama waktu lateks menggumpal dan kadar abu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian asap cair sebagai koagulan lateks dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap waktu koagulasi lateks, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar abu. JOHANSYAH: Pemanfaatan asap cair limbah tempurung kelapa sebagai koagulan lateks alternatif dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SAIPUL BAHRI DAULAY. Asap cair merupakan produk kondensasi dari pembakaran langsung atau tidak langsung bahan-bahan yang terutama mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa dan senyawa karbon lainnya.

This research aimed to test liquid smoke from coconut shell waste as an alternative to latex coagulant. The results showed that different concentrations of liquid smoke had highly significant effect on latex setting time, no significant effect on ash content. The results showed that the liquid smoke can be used as a latex coagulant for Standart Indonesian Rubber (SIR) 20.

Penelitian ini berjudul Pemanfaatan Asap Cair Limbah Batok Kelapa Sebagai Alternatif Koagulan Lateks Yang Menjadi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Di Program Studi Keteknikan Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Utara. Sumatera, Medan.

PENDAHULUAN

Karena asap cair mempunyai komponen penyusun seperti senyawa fenol, senyawa karbonil, senyawa asam, senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik dan senyawa benzo. Total perkebunan karet di Indonesia saat ini berkisar lebih dari 3 juta hektar, yang dianggap sebagai negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia. Menurut catatan Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, luas perkebunan karet Indonesia mencapai kurang lebih 3,47 juta hektar pada tahun 2008 dengan total produksi karet alam sebesar 2.921.872 ton.

Petani lebih memperhatikan kuantitas dibandingkan kualitas sehingga banyak cara yang digunakan petani karet dalam mengolah bongkahan tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas bokar dengan menggunakan limbah tempurung kelapa. Sehingga diharapkan asap cair yang diperoleh dari proses pirolisis limbah tempurung kelapa dapat digunakan sebagai alternatif koagulan lateks dalam pengolahan genteng yang memiliki keunggulan dibandingkan asam format.

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung waktu penggumpalan lateks, menghitung kadar abu lateks yang dikoagulasi dengan asap cair pada konsentrasi asap cair 10%, 20% dan 30%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan teknologi asap cair tepat guna.

TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa-senyawa kimia tersebut apabila diolah dengan sistem distilasi akan berubah menjadi cairan yang disebut asap cair (Suhardiyono, 1988). Asap cair merupakan hasil pembakaran langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung (Darmaji, 2002). Karena adanya senyawa asam, fenolik dan karbonil, asap cair memiliki sifat fungsional antara lain sifat antioksidan, antibakteri dan antijamur.

Seperti dilansir Darmadji, dkk (1999) yang menyatakan bahwa pirolisis tempurung kelapa menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa fenol 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2. Penerapan asap cair pada pengolahan RSS pada skala pabrik dapat berfungsi sebagai pembekuan dan pengawet dalam pengolahan RSS. Asap cair ini mempunyai kegunaan yang besar sebagai pemberi rasa dan aroma tertentu serta sebagai pengawet karena sifat anti mikroba dan anti mikroba yang dimilikinya.

Dengan tersedianya asap cair, proses pengasapan tradisional dengan menggunakan asap secara langsung mengandung banyak kerugian seperti pencemaran lingkungan, proses yang tidak terkendali, kualitas yang tidak konsisten dan timbulnya bahaya kebakaran, yang semuanya dapat dihindari. Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks, dengan sifat fungsional asap cair seperti fungisida, antibakteri dan antioksidan, sehingga dapat meningkatkan kualitas produk karet yang diproduksi. Kayu yang diberi asap cair lebih tahan terhadap serangan rayap dibandingkan kayu yang tidak diberi asap cair.

Bahan pengolahan karet adalah lateks hortikultura dan bongkahan lateks hortikultura yang diperoleh dari pohon karet. Lembaran angin adalah bahan karet lateks yang telah disaring dan digumpalkan dengan bahan koagulasi. Lembaran tipis merupakan bahan karet lateks yang telah dikoagulasi dengan bahan koagulasi.

Rumpun segar merupakan bahan karet yang tidak berasal dari gumpalan lateks taman yang terbentuk secara alami di dalam wadah penampung. Lateks merupakan getah kayu karet yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis M), berwarna putih dan berbau segar. Untuk memperoleh karet yang berkualitas, pengumpulan lateks dari penyadapan di kebun dan kebersihannya harus diperhatikan.

Koagulasi dengan cara ini jarang dilakukan karena kualitas karet yang dihasilkan buruk. Semua karet alam terbentuk dari satuan dasar yang sama, yaitu C5H8, suatu senyawa hidrokarbon.

Tabel 1. Komposisi buah kelapa
Tabel 1. Komposisi buah kelapa

BAHAN DAN METODE

Lateks yang telah dipadatkan digiling kemudian diangin-anginkan selama 2 minggu dan tidak terkena sinar matahari langsung. Waktu yang diperlukan lateks untuk menggumpal dihitung dengan menggunakan timer setelah lateks diberi asap cair. Lateks taman dipadatkan dengan menambahkan asap cair sesuai konsentrasi dan asam format 1% sebagai kontrol, diaduk lalu didiamkan beberapa saat agar lateks memadat dan serum berwarna bening.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis tingkat perbedaan setiap parameter mulai dari perbedaan konsentrasi asap cair terhadap kualitas karet dilakukan dengan uji statistik dengan hasil sebagai berikut. Dari daftar penyimpangan (Lampiran 2) terlihat bahwa perbedaan konsentrasi yang diberikan pada lateks yang diteliti mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap waktu koagulasi lateks. Hasil uji LSR (Least Significant Range) terhadap pengaruh konsentrasi asap cair terhadap waktu penggumpalan lateks pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%. Semakin besar konsentrasi asap cair yang diberikan pada lateks penelitian, maka lateks tersebut akan menggumpal semakin cepat. Dengan demikian pemberian asap cair dengan konsentrasi tinggi akan mempercepat lateks menuju titik isoelektrik sehingga lateks cepat mengeras.

Pemberian asap cair akan memutus rantai panjang pada molekul karet sehingga menyebabkan pH dapat diturunkan. Penambahan asam seperti asap cair akan mempercepat proses koagulasi dan meningkatkan kualitas karet karena mengandung senyawa asam, karbonil dan fenolik yang dapat berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Darmadji dkk (1999) yang menyatakan bahwa pirolisis tempurung kelapa menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa fenolik 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%.

Tabel 6. Uji LSR Efek Utama Konsentrasi Asap Cair terhadap Waktu Lateks  menggumpal (Menit)
Tabel 6. Uji LSR Efek Utama Konsentrasi Asap Cair terhadap Waktu Lateks menggumpal (Menit)

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Gambar

Tabel 1. Komposisi buah kelapa
Gambar 1. Penampang membujur buah kelapa
Table 3. Komposisi kimia tempurung kelapa
Tabel 2. Potensi energi biomassa di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul “ Pemanfaatan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica) Sebagai Koagulan Alternatif dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu ”..

Apakah asap cair mampu menjadi koagulan pada proses pengolahan karet alam. dan memenuhi

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu dan tinggi temperatur pirolisis cangkang sawit dan tempurung kelapa maka kandungan asam asetat pada asap

Jika dibandingkan dengan kadar karet kering yang diperoleh dari penggumpalan menggunakan asap cair cangkang kelapa sawit (34,95%) dan asam formiat (31,93%) maka kadar

Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui pengaruh penggunaan asap cair tempurung kelapa pada pembuatan ikan kering serta membandingkan kualitas ikan kering yang

Pembuatan Asap Cair Dari Tempurung Dan Sabut Kelapa Secara Pirolisis Serta Fraksinasinya Dengan

Hal ini sejalan dengan penelitian Sucahyo (2010) yang menggunakan asap cair tempurung kelapa sebagai penggumpal dengan berbagai perlakuan tidak berpengaruh nyata

koagulan, baik dari asam formiat (kontrol) maupun dari asap cair, residu asap cair.. dan destilat asap cair mempunyai nilai yang