• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TEMPURUNG KELAPA DAN TEMPURUNG SAWIT UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR SEBAGAI PENGHILANG BAU PADA LATEKS DENGAN METODE PIROLISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN TEMPURUNG KELAPA DAN TEMPURUNG SAWIT UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR SEBAGAI PENGHILANG BAU PADA LATEKS DENGAN METODE PIROLISIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Kimia No. 8, Vol. 17, Desember 2011 Page | 41

PEMANFAATAN TEMPURUNG KELAPA DAN

TEMPURUNG SAWIT UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

SEBAGAI PENGHILANG BAU PADA LATEKS DENGAN

METODE PIROLISIS

Tamzil Aziz*, M. Furqon Indraman, Ucu Alawiyah

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

Email: tamzil54@gmail.com

Abstrak

Asap cair merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. Pada penelitian ini digunakan metode pirolisis dan destilasi. Proses pirolisis ini dilakukan dengan tiga variasi untuk lama waktu pirolisa yaitu 10,20 dan 30 menit, serta empat variasi perbedaan temperatur yaitu 150,200,250 dan 300oC. Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan untuk mengetahui kadar asam asetat dan kadar fenol yang terkandung dalam asap cair yang dihasilkan. Tempurung kelapa menghasilkan asap cair yang berkualitas lebih baik dibandingkan asap cair yang dihasilkan dari cangkang sawit.

Kata Kunci: Tempurung kelapa, tempurung sawit, asap cair, pirolisis, destilasi.

Abstract

Liquid smoke is the condensate of combustion products that is produced direct or indirect from material which contains lignin, cellulose, hemicellulose and other carbon compounds. In this study pyrolysis and distillation method are empoyed. Pyrolysis process was carried out with three variations of time of pyrolysis namely 10.20 and 30 minutes, and four variations of temperature difference are 150,200,250 and 300oC. In this study, calculations of determine levels of acetic acid and phenol content in the liquid smoke produced. Liquid smoke from shells produced better quality than the liquid smoke produced from palm shell.

Keyword: Shell of coconut oil, shell of palm oil, liquid smoke, pyrolysis, distillation.

1 . PENDAHULUAN

Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka beberapa hasil samping pertanian kelapa serta sawit seperti tempurung, sabut, serta cangkang sawit dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti arang tempurung kelapa yang sangat potensial untuk diolah menjadi arang aktif. Dengan meningkatnya produksi arang aktif yang menggunakan bahan dasar tempurung kelapa maka akan mengakibatkan terjadinya pencemaran udara karena adanya

penguraian senyawa-senyawa kimia dari tempurung kelapa pada proses pirolisis.

Pada proses pirolisis juga dihasilkan asap cair, tar dan gas-gas yang tak terembunkan. Asap cair yang merupakan hasil sampingan dari industri arang aktif tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi jika dibandingkan dengan dibuang ke

atmosfir. Asap cair diperoleh dari pengembunan asap hasil penguraian senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam kayu sewaktu proses pirolisis.

(2)

Jurnal Teknik Kimia No. 8, Vol. 17, Desember 2011 Page | 42

sebagai bahan dasar pembuatan asap cair, seperti yang telah dilakukan oleh Tranggono dkk. (1996) dalam penelitiannya yang memanfaatkan berbagai jenis kayu di Indonesia sebagai bahan dasar pembuatan asap cair. Untuk mendapatkan asap yang baik sebaiknya menggunakan kayu keras seperti kayu bakau, kayu rasamala, serbuk dan gergajian kayu jati serta tempurung kelapa sehingga diperoleh produk asapan yang baik (Astuti, 2000). Penggunaan asap cair terutama dikaitkan dengan sifat-sifat fungsional asap cair, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antibakteri, antijamur, dan potensinya dalam pembentukan warna coklat pada produk. Asap cair dapat diaplikasikan pada bahan pangan karena dapat berperan dalam pengawetan bahan pangan.

Dengan melihat potensi asap cair sebagai penghilang bau lateks yamg memberikan hasil lebih baik jika dibandingkan dengan asam formiat , ditambah lagi nilai ekonomis asap cair yang dapat dibuat dari limbah cangkang sawit dan tempurung kelapa maka penulis merasa perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap asap cair .

Cangkang Sawit

Cangkang merupakan bagian paling keras pada komponen yang terdapat pada kelapa sawit. Saat ini pemanfaatan cangkang sawit di berbagai industri pengolahan minyak CPO belum begitu maksimal. Ditinjau dari karakteristik bahan baku, jika dibandingkan dengan tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit memiliki banyak kemiripan. Perbedaan yang mencolok yaitu pada kadar abu (ash content) yang biasanya mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit.

Tabel 1. Karakteristik Bahan Baku Cangkang Sawit

Parameter Hasil (%)

Kadar Air (moisture in analysis)

Karbon Aktif Murni (fixed carbon)

20,5

Tempurung Kelapa

Apabila tempurung kelapa dibakar

pada temperatur tinggi dalam ruangan yang tidak berhubungan dengan udara maka akan terjadi rangkaian proses peruraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan akan menghasilkan arang selain destilat, tar dan gas (Anonim, 1983). Destilat ini merupakan komponen yang sering disebut sebagai asap cair. Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar enam sampai sembilan persen (dihitung berdasar berat kering), dan terutama tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa.

Tabel 2. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa (Suhardiyono 1988)

Komponen Presentase

Selulosa 26,6 %

Hemiselulosa 27,7 %

Lignin 29,4 %

Abu 0,6 %

Komponen Ekstraktif 4,2 % Uronat Anhidrat 3,5 %

Nitrogen 0,1 %

Air 8,0 %

Pirolisis

Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dan cangkang dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas (Widjaya, 1982). Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam penggolongan produk yaitu :

1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang

mudah terbakar seperti CO, CH4, H2 dan

hidrokarbon tingkat rendah lain.

2. Destilat berupa asap cair dan tar : Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah metanol dan asam asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam format, asam butirat dan lain-lain.

(3)

Jurnal Teknik Kimia No. 8, Vol. 17, Desember 2011 Page | 43

yang hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin.

Pirolisis selulosa

Selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit glukosa (Fengel dan Wegener, 1995). Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280oC dan berakhir pada 300-350oC. Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap, yaitu : 1. Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa.

2. Tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan homolognya, bersama-sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol

Pirolisis hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan menghasilkan furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat. Pirolisis heksosan terutama menghasilkan asam asetat dan homolognya. Hemiselulosa akan terdekomposisi pada temperatur 200-250oC.

Pirolisis lignin

Lignin merupakan komponen utama penyusun yang lazimnya terdapat di dalam setiap kayu yang bersrtruktur keras.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Bahan yang digunakan

Bahan – Bahan yang digunakan yaitu limbah tempurung kelapa dan limbah cangkang sawit,NaOH, aquadest, dll.

Parameter yang digunakan

Massa bahan baku : 200 gram

pH : Tempurung Kelapa 4,2

Cangkang Sawit 3,29

Temperatur : 150oC, 200OC, 250OC, 300OC

Waktu Pirolisis : 10 menit, 20 menit, dan

30 menit

Pengambilan Contoh

Sampel diambil di industri sawit dan kelapa yang dapat dijumpai di sekitar Palembang.

Analisa kadar air dari cangkang sawit dan tempurung kelapa

1. Timbang cawan kosong yang akan digunakan sebagai wadah cangkang sawit dan tempurung kelapa (berat C). Ambil cangkang sawit dan tempurung kelapa beberapa gram, kemudian timbang lagi beserta cawannya (berat A).

2. Cangkang sawit dan tempurung kelapa dikeringkan di dalam oven pada temperature 100oC selama 1 jam.

3. Sampel cangkang sawit dan tempurung kelapa yang telah dikeringkan dan didinginkan didalam desikator.

4. Sampel cangkang sawit dan tempurung kelapa yang sudah didinginkan ditimbang (berat B).

Proses Pembuatan Asap Cair

1. Siapkan 1 unit kondensor

2. Timbang cangkang sawit dan tempurung kelapa sebanyak 100 gram

3. Masukkan cangkang sawit dan tempurung kelapa ke dalam reaktor

4. Hubungkan corong asap dengan kondensor menggunakan selang dan sambungkan termokopel ke reaktor

5. Nyalakan kompor, tunggu sampai suhu yang dikehendaki tercapai dan jaga suhu agar tetap konstan

6. Hasil kondensasi ditampung di erlemeyer dan lakukan proses kondensasi sesuai dengan lama pembakaran

7. Catat volume asap cair yang didapat dan timbang arang yang terbentuk

Pengukuran pH Asap Cair

Pengukuran pH asap cair dengan menggunakan pH meter, sebelum dilakukan pengukuran pH meter terlebih dahulu di kalibrasi dengan larutan buffer.

Analisa Kandungan Asam Asetat dengan Cara Titrasi

1. Ambil beberapa 0,2 ml asap cair yang didapatkan lalu tambahkan aquadest sampai volumenya 100 ml.

2. Tambahkan 3 tetes indicator phenolptalin. 3. Titrasi dengan NaOH 0,1 N

4. Catat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi.

(4)

Jurnal Teknik Kimia No. 8, Vol. 17, Desember 2011 Page | 44 Analisa Kandungan Fenol

1.Ambil beberapa ml asap cair lalu ditambah dengan aquadest sampai volumenya 100 ml.

2.Tambahkan H3PO4 sebanyak 1 ml dan CuSO4 sebanyak 1 ml.

3. Destilasi sampai didapat destilat sekitar 80 ml.

4. Tambah 30 ml air aquadest, lanjutkan destilasi sampai jumlah destilat 100 ml. 5. Destilat ditambah dengan 2 ml NH4Cl, dan

NH4OH sebanyak 1 ml.

6.Tambahkan 0,5 ml larutan amino antipirin, kocok.

7.Tambahkan 0,5 ml larutan kalium ferisianida kocok dan diamkan.

8. Ekstrak dengan kloroform 5 ml

9. Saring ekstrak melalui kertas saring yang diberi zat 1 gr natrium sulfat anhidrat. 10.Hasil saringan segera diukur dengan

spektofotometer pada panjang gelombang 480nm.

BLOK DIAGRAM PEMBUATAN ASAP CAIR DARI CANGKANG SAWIT DAN TEMPURUNG KELAPA

Gambar 1. Pengaruh waktu dan temperatur pirolisis tempurung kelapa terhadap volume asap cair

Gambar 2. Pengaruh waktu dan temperature pirolisis cangkang sawit terhadap volume asap cair

Dari data hasil percobaan dan grafik pengaruh waktu dan temperatur pirolisis terhadap volume asap cair di atas, terlihat bahwa volume produk asap cair terus meningkat bersamaan dengan meningkatnya temperatur dan waktu pirolisis. Semakin tinggi waktu pirolisis maka cangkang sawit dan tempurung kelapa akan semakin banyak, hal ini dapat dilihat semakin banyaknya arang yang terbentuk. Dengan demikian jumlah asap yang akan dikondensasikan menjadi asap cair pun akan semakin banyak.

Selama proses pirolisis berlangsung proses dekomposisi yang melibatkan proses pemutusan dan pembentukan ikatan yang baru. Temperatur pirolisis berpengaruh terhadap pemutusan rantai hidrokarbon dari polimer pada cangkang sawit dan tempurung kelapa sehingga jumlah asap cair yang dihasilkan pun akan berbeda pada setiap kenaikan temperatur.

Meningkatnya temperatur pirolisis

menyebabkan semakin besar pula unsur- unsur dalam cangkang sawit dan cangkang kelapa yang terurai dan terkondensasikan menjadi asap cair. Asap cair yang diperoleh dari cangkang sawit dan tempurung kelapa ini mengandung banyak senyawa kimia diantaranya asam asetat, fenol, formaldehid, alkohol dan ester.

Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh bakkara (2007) juga mendapatkan hubungan antara waktu dan temperatur pirolisis terhadap produk asap cair sama dengan yang didapatkan pada penelitian ini. Pada proses pirolisis yang dilakukan bakkara terhadap serbuk gergaji dan kayu meranti, kondensasi pada penelitian ini terjadi dengan baik. Proses kondensasi yang berjalan baik ini menyebabkan

0

Temperatur Pirolisis (o C)

(5)

Jurnal Teknik Kimia No. 8, Vol. 17, Desember 2011 Page | 45

semua asap yang terbentuk dengan baik dan terkonversi menjadi asap cair.

Pada penelitian ini didapat asap cair dengan volume tertinggi pada temperatur pirolisis masing-masing sampai 300oC selama 30 menit. Hal ini dikarenakan cangkang sawit dan tempurung kelapa mendapatkan jumlah panas terbanyak dengan waktu paling lama sehinnga unsur-unsur dalam cangkang sawit dan tempurung kelapa akan semakin banyak yang terurai dan terkondensasi menjadi asap cair.

Hasil Pengukuran pH Asap Cair

Derajat keasaman, yang disebut dengan pH merupakan salah satu parameter penting yang perlu diukur pada penelitian ini, mengingat salah satu penggunaan asap cair sebagai bahan aditif dalam makanan. Harga pH akan semakin menurun dengan semakin meningkatnya temperatur dan waktu pirolisis. Hal ini di karenakan semakin banyaknya unsur-unsur dalam cangkang sawit dan tempurung kelapa yang terurai dan membentuk senyawa - senyawa kimia yang bersifat asam. Berdasarkan bahan baku yang dipakai, pH cangkang sawit cenderung lebih asam dari pada pH tempurung kelapa karena kandungan asam asetat pada cangkang sawit lebih tinggi.

Hasil pengukuran kadar keasaman asap cair yang dihasilkan menunjukkan level tertinggi untuk tempurung kelapa yaitu sekitar 4

– 4,15 dan cangkang sawit sekitar 3 – 3,05 dengan hasil tersebut telah ditunjukkan bahwa cangkang sawit cenderung lebih bersifat asam. Dalam hasil pengukuran pH berdasarkan bahan baku tersebut, memiliki rata-rata tingkat keasaman yaitu untuk tempurung kelapa ± 4,2 dan untuk cangkang sawit ± 3,29. Harga pH akan semakin menurun dengan semakin meningkatnya temperatur. Harga pH terendah terdapat pada asap cair dari hasil pirolisis pada suhu 3000C sewaktu 30 menit yaitu sebesar 1,98 untuk tempurung kelapa dan 1,67 untuk cangkang sawit. Berarti pada kondisi operasi ini, banyak senyawa – senyawa kimia yang bersifat asam.

Kandungan Asam Asetat Pada Asap Cair

Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa asap cair yang diperoleh dari cangkang sawit dan tempurung kelapa mengandung asam asetat. Kandungan asam asetat yang terdapat dalam asap cair berbeda pada setiap variable temperatur dan waktu pirolisa. Kandungan asam

asetat pada asap cair pada berbagai kondisi operasi dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Gambar 3. Pengaruh waktu dan temperatur pirolisis terhadap kandungan Asam Asetat (Tempurung Kelapa)

Gambar 4. Pengaruh waktu dan temperatur pirolisis terhadap kandungan Asam Asetat (Cangkang Sawit)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa semakin lama waktu dan tinggi temperatur pirolisis cangkang sawit dan tempurung kelapa maka kandungan asam asetat pada asap cair pun akan semakin tinggi. Tingginya temperatur pirolisis dan waktu pirolisis, menyebabkan semakin tinggi panas pada cangkang sawit dan tempurung kelapa untuk menguraikan hemiselulosa dan selulosa menjadi komponen-komponen senyawa kimia yang bersifat asam terutama asam asetat. Banyaknya asam asetat yang dihasilkan dari pirolisa cangkang sawit tempurung kelapa, dapat dilihat pada grafik 3 dan 4.

(6)

Jurnal Teknik Kimia No. 8, Vol. 17, Desember 2011 Page | 46

tertinggi pada temperatur 300oC selama 30 menit yaitu sebesar 155,1 mg/gram untuk sampel tempurung kelapa dan 183,3 mg/gram untuk sampel cangkang sawit.

Gambar 5. Pengaruh temperatur dan waktu pirolisis terhadap jumlah Asam Asetat yang dihasilkan pergram tempurung kelapa

Gambar 6. Pengaruh temperatur dan waktu pirolisis terhadap jumlah Asam Asetat yang dihasilkan pergram cangkang sawit

Pada penelitian ini, didapat produk asap cair yang memiliki kandungan asam asetat tertinggi yaitu pada temperatur pirolisis 300o C dengan waktu pirolisis 30 menit. Hasil yang di dapat yaitu sebesar 57,774 mg/ml untuk sampel tempurung kelapa dan 84,318 mg/ml untuk sampel cangkang sawit, hal ini di karenakan pada kondisi operasi ini selulosa mengalami proses degradasi termal terbaik sesuai dengan sifat selulosa yang akan terurai sempurna pada suhu 300oC dan membentuk senyawa-senyawa kimia yang bersifat asam seperti asam asetat.

Kandungan Fenol pada Asap Cair

Fenol merupakan senyawa anti oksidan yang terdapat pada asap cair. Kandungan fenol pada asap cair diukur dengan menggunakan spektofotometer. Kandungan fenol pada asap cair hasil pirolisis pada berbagai temperatur dan waktu pirolisis dapat dilihat pada grafik berikut ini

Gambar 7. Pengaruh waktu dan temperatur pembakaran terhadap kandungan fenol (Tempurung Kelapa)

Gambar 8. Pengaruh waktu dan temperatur pembakaran terhadap kandungan fenol (Cangkang Sawit)

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi temperatur dan waktu pirolisis maka kandungan fenol pun akan semakin meningkat. Pada suhu 150oC kandungan fenol sangat kecil, hal ini dikarenakan lignin yang terdapat pada cangkang sawit dan tempurung kelapa belum terurai karena kurangnya panas yang dihasilkan dari pirolisis. Kandungan fenol meningkat tajam pada suhu 250 dan 300oC, hal ini dikarenakan lignin yang merupakan senyawa pembentuk fenol pada asap cair telah terurai lebih optimal.

Kandungan fenol terbesar terdapat pada asap cair hasil pirolisis pada temperatur 300oC dengan waktu pirolisis 30 menit,yaitu sebesar 0,5472 mg/ml dari bahan tempurung kelapa dan 0,6292 mg/ml dari bahan cangkang sawit. Kandungan fenol ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan kandungan asam asetat. Hal ini dapat dikarenakan degrasi lignin lebih sulit dari pada degrasi selulosa, walaupun kandungan lignin dan selulosa tidak jauh berbeda.

Banyaknya fenol yang dihasilkan dari pirolisa cangkang sawit dan tempurung kelapa

(7)

Jurnal Teknik Kimia No. 8, Vol. 17, Desember 2011 Page | 47

dapat dilihat pada grafik 9 dan 10. Dari grafik tersebut dapat kita ketahui bahwa setiap gram cangkang sawit dan tempurung kelapa menghasilkan fenol yang bervariasi pada setiap temperatur dan waktu pirolisa. Fenol terendah didapat dari pirolisa pada temperature 150oC selama 10 menit yaitu sebesar 0,0319 mg/gr untuk tempurung kelapa dan 0,0970 mg/gr untuk cangkang sawit, dan tertinggi pada temperature 300oC selama 30 menit yaitu sebesar 0,2038 mg/gr untuk tempurung kelapa dan 0,2894 mg/gr untuk cangkang sawit.

Gambar 9. Pengaruh temperature dan lama pirolisa terhadap banyaknya Fenol yang dihasilkan pergram Tempurung Kelapa

Gambar 10. Pengaruh temperatur dan lama pirolisa terhadap banyaknya Fenol yang dihasilkan pergram cangkang sawit

Kandungan fenol pada asap cair

menurut peneliti sebelumnya (kayu

tembesu,1998) sebesar 0,2-2,9 %. Kandungan fenol yang didapat dari penelitian tersebut jauh lebih kecil dari yang didapat. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah kandungan lignin yang terkandung lebih sedikit. Faktor lainnya adalah kurang tingginya temperatur pirolisis cangkang sawit dan tempurung kelapa sehingga kandungan lignin pada cangkang sawit dan tempurung kelapa belum terurai sempurna.

Aplikasi Asap Cair sebagai Penghilang Bau Lateks

Pada penelitian ini asap cair yang dihasilkan digunakan sebagai penghilang bau lateks. Dalam pengolahannya lateks biasanya diangin-anginkan untuk memperoleh karet alam yang bermutu baik, Hal ini menimbulkan masalah karena menghasilkan bau di daerah sekitar. Untuk itu asap cair dapat ditambahkan pada lateks untuk menghilangkan bau busuk yang ditimbulkan dari aktifitas yang ada di dalam lateks.

Asap cair yang digunakan sebanyak 10

ml ternyata dapat digunakan untuk

menghilangkan bau lateks sebanyak 25 gram. Lateks yang sudah padat disiram dengan asap cair dan bau busuknya pun bisa berkurang bahkan tidak tercium lagi. Bau busuk pada lateks berubah menjadi bau asap. Hilangnya bau busuk itu karena adanya kandungan fenol didalam asap cair. Senyawa fenol dapat

membunuh bakteri pembusuk yang

mendegradasi protein menjadi asam-asam amino, sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Hal ini dikarenakan fenol yang terdapat dalam asap cair memiliki sifat bakteris statis yang tinggi sehingga menyebabkan bakteri tidak berkembang biak, dan bersifat fungisidal sehingga jamur tidak dapat tumbuh. Dengan demikian karet yang dihasilkan lebih berkualitas serta udara di sekitar pun jauh lebih baik dengan penggunaan asap cair ini.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Banyaknya volume asap cair yang didapatkan ialah pada temperatur yang paling tinggi dan waktu pirolisis yang paling lama yaitu pada suhu 300oC dan selama 30 menit pembakaran.

2. Hasil analisa kandungan asam asetat dan kandungan fenol yang lebih besar terdapat pada cangkang kelapa sawit, karena cenderung memiliki kandungan lignin lebih banyak dari pada tempurung kelapa.

3. Kandungan asam asetat dan kandungan fenol pada kedua jenis sample, menunjukkan peningkatan pada saat temperatur semakin tinggi dan waktu pirolisis yang semakin lama.

4. Limbah hasil pembakaran dari tempurung kelapa bisa dimanfaatkan sebagai arang aktif

0

Temperatur Pirolisis (o C)

10 menit

Temperatur Pirolisa (o C)

10 menit

20 menit

(8)

Jurnal Teknik Kimia No. 8, Vol. 17, Desember 2011 Page | 48

karena tidak terdapat zat berbahaya yang terkandung didalamnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.

1. Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menuliskan laporan penelitian ini.

2. Bapak Ir. Tamzil Aziz, MPl Selaku dosen pembimbing penelitian Universitas Sriwijaya.

3. Bapak Ir. H. A. R. Fachry, M. Eng. Selaku

Ketua Jurusan Teknik Kimia

UniversitasSriwijaya Palembang.

4. Ibu Tuti Indah Sari, ST, MT. selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya Palembang.

5. Orang tua, keluarga, dan teman-teman penulis yang telah membantu baik secara moril dan materil selama melaksanakan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Rista, Utami. 2004. Pembuatan Asap Cair Dari Limbah Serbuk Gergaji Kayu Meranti. Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang.

Anonim. 2012. Kandungan asap cair dan komponen senyawa-senyawa asap cair. Di akses pada tanggal 10 April 2012 dari http://produkkelapa.wordpress.com/kandunga n-asap-cair-komponen-senyawa-penyusun-asap-cair/

Anonim, 1983, Prototype Alat Pembuatan Arang Aktif dan Asap Cair Tempurung, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian.

Maga, J.A 1987, Smoke in Food Processing, CRC Press, Inc, Boca Raton, Florida.

Palungkun, R., 2003, Aneka Produk Olahan Kelapa, Cetakan ke Sembilan, Penebar Swadaya, Jakarta.

Girrard, J.P., 1992. Technology of Meat and Meat Products, Ellis Horwood, New York.

Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta.

Pszczola, D.E., 1995, Tour Highlight Production and Uses of Smoke Based Flavors Food Tech, 49 (1) : 70 – 74.

Gambar

Tabel 2. Komposisi Kimia Tempurung Kelapa (Suhardiyono 1988)
Gambar 2. Pengaruh waktu dan temperature pirolisis cangkang sawit terhadap volume asap cair
Gambar 4. Pengaruh waktu dan temperatur pirolisis terhadap kandungan Asam Asetat (Cangkang Sawit)
Gambar 5. Pengaruh temperatur dan waktu pirolisis terhadap jumlah Asam Asetat yang dihasilkan pergram tempurung kelapa
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan teori auditing dan aspek akuntansi keperilakuan serta tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi

Prinsip-prinsip pembelajaran kompetensi bertitik tolak pada pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan suatu kondisi dapat terjadi proses belajar pada siswa

Kate and David had discovered what Martin and his Immari employers had known for almost a hundred years: that the plague had been unleashed by an ancient artifact her father

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimana kemampuan mahasiswa menulis bahasa Prancis dalam mata kuliah expression écrite sebelum dan

Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai

Dengan menggunakan metode SAW dalam sistem seleksi siswa baru di SMK Miftahul Huda Ciwaringin bertujuan untuk memudahkan panitia dalam menentukan perankingan calon siswa

Pengembangan Produk Nanokurkuminoid Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Berbasis Temulawak dan Kunyit yang Terstandar: Uji Preklinis dan Klinis yang Berkhasiat sebagai

Pertanyaan siswa kepada guru dijawab dengan informasi yang memadai, pertanyaan kedua dan ketiga juga dijawab oleh guru dengan informasi yang diinginkan, dalam