• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) UNTUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) UNTUK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH ANGGOTA KOLONI Apis cerana Fabr.

PADA APIARI SAKATO PADANG PARIAMAN

Olivia Nurtanio, Jasmi, Lince Meriko

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat E-mail : [email protected]

ABSTRACT

The aims of research to know the increase of the number of members of the colony Apis cerana Fabr. with the Zea mays L. in Apiari Sakato Padang Pariaman. This study was conducted with two experimental treatments. The treatments were bee colony with Zea mays and without Zea mays, each with five replicates. The results showed that an increasing number of members of the mature colony (eggs, larvae, and pupae). The number of eggs without Zea mays 2 grains, with Zea mays 84 grains, the number of larvae without Zea mays 20 individuals, with Zea mays 98 individuals, and the number of pupae without Zea mays 259 individuals, with Zea mays 517 individuals. The data elements of weather at the research location is temperature 23,7-27,00 oC, humidity 75.3- 93.5%, from wind speed 0.9-2.6 km/h, and solar radiation 0-8 hours, still support the activities of foreger A. cerana. Based on the results of this research concluded that Zea mays L.

could increase the colony composition of A. cerana. It is supported by weather factors, are air temperature, air humidity, wind speed, and solar radiation.

Keywords: mature colony, Apis cerana, food of the bees, pollen, Zea mays.

PENDAHULUAN

Budidaya lebah madu memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia. Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia memiliki keragaman hayati berupa tanaman pertanian, perkebunan, dan hutan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan lebah. Usaha lebah merupakan kegiatan agribisnis yang akrab dengan lingkungan, bermanfaat bagi peningkatan pendapatan dan gizi masyarakat. Hasil yang dapat diperoleh dari budidaya lebah madu yaitu madu, pollen (serbuk sari), royal jelly, lilin lebah, koloni lebah dan ratu lebah. Selain itu lebah berperan penting dalam membantu proses penyerbukan tanaman (Asih, 2006).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan koloni lebah yaitu faktor fisik dan biotik. Faktor fisik yang turut berperan dalam menentukan kegiatan lebah pekerja adalah suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya dan kecepatan angin.

Sedangkan faktor biotik yang utama adalah ketersediaan sumber makanan yang dapat dimanfaatkan oleh lebah, yaitu tumbuhan berbunga. Ketersediaan sumber daya

makanan akan ikut menentukan jumlah keturunan yang dapat dipelihara pada usia produktif untuk kelangsungan hidup koloni (Jasmi et al., 2014).

Lebah madu memerlukan nektar dan pollen dari tumbuhan sebagai makanan pokoknya. Pollen dibutuhkan lebah madu sebagai sumber protein, vitamin, lemak, dan mineral, yang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup koloni dan bekerjanya kelenjar, khususnya hypopharyng pada lebah pekerja, yang merupakan penghasil pakan larva dan ratu lebah (Winston, 1987 dalam Arianne, 2007). Kekurangan pollen dapat menyebabkan perkembangan koloni lebah menjadi terganggu. Lebah madu sangat bergantung pada alam untuk mendapatkan sumber makanan berupa nektar dan pollen.

Keterbatasan sumber makanan yang tersedia di lokasi budidaya berdampak pada sedikitnya jumlah makanan yang dikumpulkan oleh lebah pekerja di sarang.

Schneider dan Blyther (1988) menyatakan bahwa efek kurang makanan, koloni lebah berukuran kecil, jumlah sisiran yang dibangun berukuran kecil, simpanan makanan sedikit, 78% dari sisiran

(2)

merupakan sel-sel kosong. Dalam hal ini, maka diperlukan adanya alternatif lain untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Pemberian pakan tambahan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan sumber pakan lebah.

Salah satu tanaman yang menghasilkan banyak pollen adalah tanaman jagung.

Menurut Andoko (2001), tanaman jagung merupakan sumber pollen utama yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan oleh lebah madu. Tanaman jagung cocok ditanam di daerah dataran rendah. Syukur dan Aziz (2014) melaporkan bahwa tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi (0-1500 m dpl). Selain sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat, jagung dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi lebah madu.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertambahan jumlah anggota koloni Apis cerana Fabr. dengan penanaman jagung (Zea mays L.) pada Apiari Sakato Padang Pariaman, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi peternak lebah sebagai informasi dalam memberikan pakan tambahan bagi lebah madu, serta bagi pembudidaya jagung sebagai informasi pemanfaatan lebah madu dalam membantu penyerbukan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2016-Januari 2017 di Desa Palak Juha VII Koto Kabupaten Padang Pariaman.

Sepuluh koloni lebah madu yang terdapat di Apiari Sakato dan tanaman jagung dipersiapkan untuk penelitian ini. Lima koloni digunakan sebagai unit percobaan dan lima koloni sebagai kontrol.

Eksperimen dilakukan menurut uji beda dengan dua perlakuan dan 5 ulangan.

Perlakuan terdiri atas koloni lebah dengan penanaman jagung dan koloni lebah tanpa penanaman jagung. Tanaman jagung

ditanam sebanyak 60 polybag, dalam satu polybag terdiri dari 2 benih, pada saat tanaman berumur 14 hari dilakukan penjarangan dan meninggalkan 1 tanaman/polybag. Koloni lebah dipilih sebanyak 10 koloni, dalam setiap koloni dipilih satu frame dengan kriteria ≥ 50%

berisi sel-sel kosong, kemudian frame ditandai dengan spidol seluas 5 x 5 cm sebagai sampel. 5 koloni lebah diletakkan mengelilingi tanaman jagung saat tanaman jagung berumur 40 hari atau telah berbunga, koloni lebah diletakkan dengan jarak 2 m dari tanaman jagung, jarak antar koloni lebah yaitu 1 m. Koloni lebah dibiarkan mengambil pollen dari tanaman jagung selama 20 hari. 5 koloni lebah sebagai kontrol diletakkan dilokasi tanpa tanaman jagung. Jarak antara dua perlakuan tersebut yaitu 200 m.

Pengamatan mulai dilakukan pada hari ke-20 setelah perlakuan. Pada tahap ini dilakukan penghitungan jumlah anggota koloni (telur, larva, dan pupa) pada setiap koloni perlakuan. Penghitungan dilakukan pada daerah yang ditandai seluas 5 x 5 cm.

Data yang diperoleh di lokasi penelitian dianalisis menggunakan t-test mengacu pada Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki (2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah telur pada koloni lebah dengan penanaman jagung terbanyak terdapat pada koloni A3 (40 butir), jumlah larva terbanyak terdapat pada koloni A3 (45 individu) dan jumlah pupa terbanyak terdapat pada koloni A1 (231 individu). Jumlah telur pada koloni lebah tanpa tanaman jagung terbanyak pada koloni B2 (2 butir), jumlah larva terbanyak pada koloni B2 (14 individu), dan jumlah pupa terbanyak terdapat pada koloni B2 (240 individu). Jumlah anggota koloni Apis cerana Fabr. dengan penanaman jagung dan tanpa penanaman jagung pada Apiari Sakato Padang Pariaman dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Jumlah Anggota koloni Apis cerana Fabr. dengan Penanaman Jagung dan Tanpa Penanaman Jagung pada Apiari Sakato Padang Pariaman.

No. K P Jumlah Total KTP Jumlah Total

T L P T L P

1. A1 12 17 231 260 B1 0 0 0 0

2. A2 23 0 0 23 B2 2 14 240 256

3. A3 40 45 127 212 B3 0 6 19 25

4. A4* 0 0 0 0 B4 0 0 0 0

5. A5 9 36 159 204 B5 0 0 0 0

Jumlah 84 98 517 699 Jumlah 2 20 259 281

Rata- rata

16,8 19,6 103,4 139,8 Rata-rata 0,4 4 51,8 56,2 KP = Koloni Perlakuan,KTP = Koloni Tanpa Perlakuan, T = Telur, L = Larva, P = Pupa, * = Koloni lebah absconding (hijrah) dari hari ke-3 penelitian.

Analisis t-test pemanfaatan tanaman jagung untuk meningkatkan jumlah anggota koloni Apis cerana Fabr. pada Apiari Sakato Padang Pariaman menunjukkan hasil berbeda nyata pada stadia telur dengan thit

3,29>ttabel 2,31, sedangkan pada stadia larva dan pupa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan thit jumlah larva 1,09<ttabel

2,31 dan thit jumlah pupa 0,82<ttabel 2,31 Data unsur-unsur cuaca yang mendukung kegiatan lebah mencari pakan di lokasi penelitian adalah suhu 23,7-27,00C, kelembaban 75,3-93,5%, kecepatan angin 0,9-2,6 km/jam, dan lama penyinaran matahari 0-8 jam.

Dari hasil penelitian, penanaman jagung di lokasi budidaya lebah dapat meningkatkan jumlah anggota koloni Apis cerana Fabr. Meningkatnya jumlah anggota koloni karena tersedianya sumber pollen yang cukup dari tanaman jagung. Pollen merupakan sumber gizi dan sumber protein utama bagi lebah madu. Situmorang dan Aam (2014) melaporkan bahwa ketersedian pollen sangat mempengaruhi kehidupan koloni lebah untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan. Ketersediaan pollen yang melimpah di sarang akan merangsang produktivitas ratu untuk bertelur yaitu sebanyak 500-900 butir per harinya (Situmorang dan Aam, 2014), sehingga apabila terjadi kekurangan pollen dalam makanan lebah maka akan menurunkan luasan anakan (Kleinschmidt, 1990 dalam Junus, 2014).

Analisis t-test menunjukkan perbedaan yang nyata pada stadia telur, perbedaan ini disebabkan oleh pollen yang dihasilkan dari tanaman jagung memiliki kandungan protein tinggi. Hebert (1992) dalam Muntamah

(2009) melaporkan bahwa tanaman jagung merupakan penghasil pollen bernutrisi tinggi. Rompas (2015) melaporkan pollen sebagai sumber protein dapat meningkatkan kemampuan lebah ratu untuk meletakkan telur dan memperpanjang (lama) hidup.

Situmorang dan Aam (2014) juga melaporkan bahwa ketersediaan pollen yang melimpah di sarang akan merangsang produktivitas ratu untuk bertelur yaitu sebanyak 500-900 butir per harinya.

Stadia larva dan pupa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu koloni A4 mengalami hijrah (absconding) di hari ketiga penelitian.

Faktor penyebab koloni lebah hijrah (absconding) adalah terdapatnya hama pengganggu yang ditemukan pada stup.

Hama yang ditemukan di dalam stup yang ditinggalkan koloni A4 adalah semut.

Sarwono (2001) menyatakan bahwa kehadiran semut di sarang lebah madu dapat merugikan produksi karena serangga itu memakan madu, tempayak, lilin, dan sisa- sisa pakan lebah. Semut juga memangsa lebah yang sudah mati. Gangguan semut pada koloni lebah yang masih kecil sering mengakibatkan koloni lebah menjadi liar dan kabur meninggalkan sarang.

Faktor lain yang menyebabkan tidak terjadinya perbedaan yang nyata pada jumlah larva dan pupa adalah jumlah larva dan pupa pada koloni B2 ditemukan lebih banyak dibanding pada koloni B1, B3, B4, dan B5. Banyaknya larva dan pupa yang ditemukan pada koloni B2 disebabkan adanya sumber pakan lain di sekitar koloni tersebut. Sumber pakan lain yang ditemukan di sekitar koloni B2 yaitu tanaman Coleus sp. dan Angeratum sp. Situmorang dan Aam

(4)

(2014) melaporkan lebah madu akan berkembangbiak dan mempunyai koloni yang besar atau individu yang banyak jika kondisi tempat tinggal sangat mendukung.

Lingkungan yang dibutuhkan adalah tersedianya banyak tanaman berbunga penghasil nektar dan pollen.

Suhu udara disekitar lokasi 23,7-27,00C, kelembaban udara 75,3-93,5%, kecepatan angin 0,9-2,6 km/jam, lama penyinaran matahari 0-8 jam (08.00-16.00). Kisaran tersebut masih dapat mendukung kegiatan lebah pekerja dalam mencari pakan. Jumar (2000) melaporkan pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang, pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 15oC, suhu optimum 25oC dan suhu maksimum 45oC. Semakin tinggi kelembaban udara maka semakin tinggi aktivitas lebah mencari pakan. Aktifitas lebah madu berkolerasi positif dengan kelembaban udara. Hal tersebut berlaku untuk kelembaban udara 54-90% (Smit, 1960 dalam Jasmi, 1997). Pickard (1979) dalam Sari (2013) melaporkan bahwa angin termasuk faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas harian lebah pekerja lapangan.

Dores (2012) melaporkan bahwa semakin tinggi kecepatan angin maka jumlah waktu yang digunakan untuk terbang mencari pakan semakin singkat. Intensitas cahaya matahari yang rendah, juga menyebabkan lebah sulit untuk mengambil serbuk sari dalam jumlah yang lebih banyak, dikarenakan serbuk sari dalam keadaan basah (Ruslan, dkk, 2015). Semakin lama penyinaran matahari maka semakin tinggi aktivitas lebah dalam mencari pakan. Lee et al., (1987) dalam Jasmi (1997) melaporkan intensitas cahaya sangat berperan dalam mengendalikan waktu terbang dan kegiatan dalam mencari makanan dari lebah pekerja ke bunga. Faktor ini merupakan faktor pembatas terhadap kehidupan lebah.

KESIMPULAN

Tanaman jagung dapat meningkatkan jumlah anggota koloni Apis cerana Fabr.

Unsur-unsur cuaca seperti suhu 23,7-27,00C, kelembaban 75,3-93,5%, kecepatan angin 0,9-2,6 km/jam, dan lama penyinaran matahari 0-8 jam, kisaran tersebut masih

mendukung aktivitas lebah pekerja dalam mencari pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, D. 2001. Nilai Penting Jenis-Jenis Tumbuhan dan Potensinya Sebagai Penyedia Pollen Untuk Pakan Lebah Madu (Apis mellifera Staint) di Desa Harjobinangun Kecamatan Toroh Purwodadi. Skripsi. Universitas Diponegoro : Semarang.

Ariane, H. 2007. Pengaruh Olahan Kedelai Sebagai Pengganti Tepung Sari Terhadap Produktivitas Lebah Ratu, Bobot Badan, dan Kandungan Protein Lebah Pekerja (Apis mellifera L.). Skripsi.

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Asih, S. C. 2006. Inventarisasi Tanaman Pakan Lebah Madu Apis cerana Fabr. Di Perkebunan Gunung Mas Bogor. Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Dores, D. 2012. Periode Penerbangan Anggota koloni Apis cerana Di Palak Juha Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman. Skripsi. Pendidikan Biologi. STKIP PGRI Sumatera Barat : Padang.

Jasmi. 1997. Perkembangan Sarang dan Aktifitas Mencari Makan Apis dorsata Fabr. Tesis Pascasarjana Biologi. FMIPA Universitas Andalas : Padang.

Jasmi, Salmah, S. Dahelmi, S. 2014. Nesting Sites of Apis cerana Fabr.

(Hymenoptera : Apidae) in Two Different Altitudes of Polyculture plantations in West Sumatera.

Hayati J Biosci. 21 (3) : 135-143.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta: Jakarta.

Junus, M. 2014. Pengaruh Umur Lebah Ratu, Jumlah Sisiran Eram, dan Penyekat Ratu Terhadap Pertambahan Bobot Anggota koloni Lebah Apis mellifera.

Ilmu-Ilmu Peternakan. 21 (3): 1- 10.

(5)

Muntamah, L. 2009. Aktivitas Apis cerana Mencari Pollen dan Identifikasi Pollendi Perlebahan Tradisional di Bali. Thesis. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Nurgiyantoro, B, Gunawan, dan Marzuki.

2004. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.

Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Rompas, J. 2015. Tambahan Pakan Buatan (Gula Tebu dan Aren) Terhadap Produksi Royal jelly Lebah Madu Apis cerana F. LPPM Bidang Sains dan Teknologi. 2 (1) : 1 Mei 2015.

Ruslan, W., Afriani, Miswan, Elijonnaldi, Nurdiyah, M. Sataral, Fitrallisan dan Fahri. 2015. Frekuensi Kunjungan Lebah Apis cerana dan Trigona sp. Sebagai Penyerbuk Pada Tanaman

Brassica rapa. Jurnal of Natural Science.Vol 4.

Sari, L. N. 2013. Studi Morfologi Lebah Pekerja Apis dorsata Farb.

(Hymenoptera: Apidae) Agregasi di Sijunjung. Skripsi. Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat : Padang.

Sarwono. 2001. Lebah Madu. Agro Media : Jakarta.

Schneider, S and Blyther. 1988. The Habitat and Nesting Biology of the African Honeybee Apis mellifera scutellata in the Okavango River Delta, Botswana, Africa. Insecta Sosianix. 35 (2): 167-181.

Situmorang, R dan Aam, H. 2014. Panduan Manual Budidaya Lebah Madu.

Balai Penelitian Kehutanan : Aek Nauli.

Syukur, M dan Azis, R. 2014. Jagung Manis. Penebar Swadaya : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

dapat mengembang dan menyerap air hingga 300 kali lipat dari bobot awalnya serta ramah lingkungan (Darwis dan Puspitasari 2012). SWA pati singkong adalah salah satu bahan

tongkol, dan bobot segar tongkol pada jagung semi varietas BISI-2 telah didapatkan bahwa pemberian air laut konsentrasi 4000 ppm ternyata tidak memberikan hasil

Berdasarkan hasil Tabel 3 perlakuan P1 detasseling umur 41 dan P3 detaselling umur 50 ini menunjukkan hasil berpangaruh nyata terhadap parameter berat tongkol

Gatara merupakan pupuk yang dibuat dari bahan ekstrak tanaman dan bahan mineral organik yang mengandung unsur hara makro dan mikro, dan diperkaya dengan hormon serta senyawa

Diduga perlakuan pemberian 2,5 ml herbisida/1 liter air dengan mulsa jerami padi ketebalan 6 cm dapat menekan gulma secara optimal sehingga persaingan unsur hara

Diduga perlakuan pemberian 2,5 ml herbisida/1 liter air dengan mulsa jerami padi ketebalan 6 cm dapat menekan gulma secara optimal sehingga persaingan unsur hara

Hasil analisis t-test pemanfaatan tanaman jagung dilokasi budidaya lebah menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada berat basah larva.. Didapatkan hasil yang berbeda nyata

pada Lahan Kering ORIGINALITY REPORT PRIMARY SOURCES issuu.com Internet Source eprints.unram.ac.id Internet Source Submitted to Universitas Muria Kudus Student Paper