• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Utang Piutang dan Pinjam Meminjam dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Awalul Farhan Yestra

Academic year: 2025

Membagikan "Pembahasan Utang Piutang dan Pinjam Meminjam dalam Hukum Islam"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Mochamad Naufal Alief Pradana (23020460010)

Utang Piutang (Qardh) dan Pinjam Meminjam ('Ariyah) dalam Hukum Islam Pendahuluan

Utang piutang dan pinjam meminjam adalah bagian penting dari transaksi keuangan dalam masyarakat yang diatur dalam hukum Islam. Konsep ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi tanpa melanggar prinsip-prinsip syariah.

Dalam esai ini, kita akan membahas definisi, dasar hukum, syarat dan rukun, serta contoh kasus utang piutang (qardh) dan pinjam meminjam ('ariyah).

Utang Piutang (Qardh) Definisi

Utang tagihan atau qardh adalah perjanjian di mana satu pihak memberikan pinjaman kepada pihak lain dengan harapan bahwa pinjaman tersebut akan dikembalikan dalam jumlah yang sama tanpa ada tambahan (bunga). Dalam istilah Arab, qardh berasal dari kata qardha yang berarti memotong atau memberikan. Akad ini penting dalam membantu individu atau badan usaha yang membutuhkan dana sementara.

Dasar Hukum

Dasar hukum utang (qardh) terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadis. Dalam Surah Al-Baqarah (2:245), Allah berfirman: “Siapakah yang mau memberikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik?” Ayat ini menunjukkan pentingnya memberikan pinjaman tanpa mengharapkan ketidakseimbangan yang lebih. Hadis Nabi Muhammad SAW juga menekankan bahwa memberi pinjaman adalah amal yang sangat dianjurkan.

Syarat dan Ketentuan

Rukun Utang Piutang (Qardh):

1. Para Pihak : Terdapat pihak yang meminjam (muqtaridh) dan pihak yang memberikan pinjaman (muqri).

2. Ijab dan Qabul : Terdapat pernyataan penawaran dari pemberi pinjaman dan penerimaan dari peminjam.

3. Maqduud Alaih (Jumlah Pinjaman) : Jumlah uang yang dipinjamkan harus jelas dan disepakati.

Syarat Utang Piutang:

1. Kelayakan Pihak : Kedua belah pihak harus cakap hukum untuk melakukan transaksi.

2. Tujuan Pinjaman : Pinjaman harus digunakan untuk tujuan yang halal dan sesuai syariah.

3. Tidak Ada Riba : Pinjaman harus bebas dari unsur riba atau bunga.

Contoh Kasus

(2)

Seorang pengusaha, Budi, meminjam Rp50.000.000 dari temannya, Rina, untuk mengembangkan bisnisnya. Budi berjanji untuk mengembalikan jumlah yang sama dalam waktu enam bulan. Mereka sepakat dan menandatangani perjanjian. Transaksi ini sah karena memenuhi semua syarat dan rukun utang.

Pinjam Meminjam ('Ariyah) Definisi

Pinjam meminjam ('ariyah) adalah perjanjian di mana satu pihak memberikan barang kepada pihak lain dengan tujuan agar barang tersebut digunakan sementara dan harus dikembalikan dalam kondisi yang sama. Dalam istilah Arab, 'ariyah berasal dari kata 'aradh yang berarti memberikan pinjaman barang.

Dasar Hukum

Dasar hukum pinjam terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadis. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika seseorang meminjam barang dan mengembalikannya dalam keadaan baik, maka tidak ada dosa dia.” Hal ini menunjukkan bahwa pinjam meminjam barang adalah halal dan diperbolehkan dalam Islam.

Syarat dan Ketentuan

Rukun Pinjam Meminjam ('Ariyah):

1. Para Pihak : Terdapat pihak yang meminjam (mu'ari) dan pihak yang memberikan pinjaman (mu'ari).

2. Ijab dan Qabul : Terdapat pernyataan penawaran dari pemberi pinjaman dan penerimaan dari peminjam.

3. Maqduud Alaih (Barang yang Dipinjam) : Barang yang dipinjamkan harus jelas dan dapat digunakan.

Syarat Pinjam Meminjam:

1. Kelayakan Pihak : Kedua belah pihak harus cakap hukum.

2. Tujuan Penggunaan : Barang yang dipinjamkan harus digunakan untuk tujuan yang halal.

3. Kondisi Barang : Barang harus dalam keadaan baik dan dapat digunakan.

Contoh Kasus

Seorang teman, Siti, meminjam laptop dari temannya, Dita, untuk menyelesaikan tugas kuliah.

Mereka sepakat bahwa Siti akan mengembalikan laptop tersebut dalam seminggu. Dalam kondisi baik, Siti menggunakan laptop tersebut untuk belajar. Setelah seminggu, Siti mengembalikan laptop dalam keadaan utuh. Transaksi ini sah karena memenuhi semua syarat dan rukun pinjam meminjam.

Kesimpulan

(3)

Utang piutang (qardh) dan pinjam meminjam ('ariyah) adalah konsep penting dalam transaksi keuangan yang diatur dalam hukum Islam. Keduanya memiliki definisi, dasar hukum, syarat, dan rukun yang berbeda, namun keduanya bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat tanpa melanggar prinsip-prinsip syariah. Dengan memahami keduanya, umat Islam dapat menjalankan aktivitas ekonomi yang adil dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Hal ini akan menciptakan lingkungan yang lebih sejahtera dan berkeadilan dalam masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Utang piutang ialah suatu akad untuk memberikan suatu benda yang ada harganya atau uang dengan perjanjian akan dibayar kembali dalam jumlah yang sama.. Hukum utang piutang

Islam telah menganggap bahwa utang piutang sebagai amalan sunnah, akan tetapi dapat berubah menjadi wajib apabila dalam keadaan sangat membutuhkan. Utang-piutang

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan, praktik utang piutang emas di Kebomas Gresik menurut hukum islam adalah sah karena kreditur dan debitur

Perlindungan hukum terhadap para pihak yang melakukan perjanjian pinjam meminjam uang secara lisan (non kontraktual) dilakukan dengan melakukan beberapa penilaian

pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Dalam melakukan perjanjian pinjam meminjam harus memenuhi syarat- syarat yang

Ketiga, perjanjian utang piutang antara unit simpan pinjam tersebut dengan masyarakat peminjam uang, tidak dengan adanya jaminan secara khusus berupa harta benda milik debitur

Penelitian ini bertujuan pertama mengetahui dan menganalisa kedudukan kreditur dalam pinjam meminjam uang tanpa agunan berbasis teknologi informasi dan perlindungan hukum

Analisis Hukum ekonomi syariah terhadap transaksi utang piutang dan penyelesaian problematiknyaantara penjualdengan pengecer barang di pasar Aikmel Lombok Timur Utang piutang