See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/374926434
DETERMINAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Article · October 2023
CITATIONS
0
READS
14
2 authors, including:
Nugra Liantin Tanjungpura University 1PUBLICATION 0CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nugra Liantin on 24 October 2023.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Determinan Pertumbuhan Ekonomi Nugra Liantin, S.ST
Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak
Jl. Prof.Dr.H.Hadari Nawawi / Jendral Ahmad Yani, Pontianak - Kalimantan Barat (78124) (0561) 739630 (0561) 739637
E-mail: [email protected]
Abstrak: Dalam pembangunan ekonomi, masalah dan hambatan tentu saja lazim ditemukan.
Pembangunan yang tidak merata antar provinsi yang satu dan yang lainnya masih merupakan masalah yang potensial dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dapat dilakukan salah satunya adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menganalisis permasalahan pembangunan ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia dan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan analisis data panel yang terdiri dari 34 Provinsi selama kurun waktu 2019 sampai 2022. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari data Badan Pusat Statistik. Hasil dari penelitian ini adalah ada pengaruh negatif signifikan variabel pengangguran terbuka terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Kata Kunci: pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, data panel
Abstrak: In economic development, problems and obstacles are often found, unequal development between one province and another province is still a potential problem in economic development. One way to achieve economic development is by increasing economic growth. This research analyzes the economic development problems faced by Indonesia and the factors that influence economic growth. This research uses panel data analysis consisting of 34 provinces during the period 2019 to 2022. Data used is secondary data from Central Bureau of Statistics.
The results of this research are that there is a significant negative influence of the open unemployment variable on economic growth in Indonesia.
Keywords: economic development, economic growth, panel data
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pembangunan ekonomi, masalah dan hambatan tentu saja lazim ditemukan. Indonesia merupakan negara berkembang dan memiliki 34 Provinsi dengan karakteristik berbeda, sehingga pembangunan perekonomian di Indonesia sangat kompleks dan dan perlu proses yang panjang. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat merata seluruh Provinsi di Indonesia, tetapi pada kenyataannya yang terjadi adalah ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil pembangunan antar provinsi mempunyai gap yang cukup besar.
Dari Data pertumbuhan Ekonomi di bawah, dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami ketidakmerataan antar Provinsi. Pada tahun 2021 dan 2022, Provinsi Maluku Utara merupakan Provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi, yaitu sebesar 16,79 persen dan 22,94 persen. Ketika pada tahun 2021 hampir seluruh Provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif, tetapi tidak dengan Provinsi Bali dan Provinsi Papua Barat. Kedua Provinsi tersebut mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Sementara pada tahun 2022 pertumbuhan ekonomi terendah terdapat pada Provinsi Sulawesi Barat yang hanya sebesar 2,3 persen. Terdapat gap yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan Provinsi Maluku Utara dengan gap sebesar 14,49 persen.
Bergerak ke data selanjutnya (Tabel 2) adalah Data Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2019-2023. Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara IPM Provinsi DKI Jakarta dan IPM Provinsi Papua. Perbedaan antara kedua IPM Provinsi tersebut rata-rata sebesar 20 point. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia di Indonesia juga belum merata.
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2019-2022 Menurut Provinsi di Indonesia
NO PROVINSI 2019 2020 2021 2022
1 Aceh 4,14 -0,37 2,79 4,21
2 Sumatera Utara 5,22 -1,07 2,61 4,73
3 Sumatera Barat 5,01 -1,61 3,29 4,36
4 Riau 2,81 -1,13 3,36 4,55
5 Jambi 4,35 -0,51 3,69 5,13
6 Sumatera Selatan 5,69 -0,11 3,58 5,23
7 Bengkulu 4,94 -0,02 3,27 4,31
8 Lampung 5,26 -1,66 2,77 4,28
9 Kepulauan Bangka Belitung 3,32 -2,29 5,05 4,4
10 Kepulauan Riau 4,83 -3,8 3,43 5,09
11 DKI Jakarta 5,82 -2,39 3,56 5,25
12 Jawa Barat 5,02 -2,52 3,74 5,45
13 Jawa Tengah 5,36 -2,65 3,33 5,31
14 DI Yogyakarta 6,59 -2,67 5,58 5,15
15 Jawa Timur 5,53 -2,33 3,56 5,34
16 Banten 5,26 -3,39 4,49 5,03
17 Bali 5,6 -9,34 -2,46 4,84
18 Nusa Tenggara Barat 3,9 -0,62 2,3 6,95
19 Nusa Tenggara Timur 5,25 -0,84 2,52 3,05
20 Kalimantan Barat 5,09 -1,82 4,8 5,07
21 Kalimantan Tengah 6,12 -1,41 3,59 6,45
22 Kalimantan Selatan 4,09 -1,82 3,48 5,11
23 Kalimantan Timur 4,7 -2,9 2,55 4,48
24 Kalimantan Utara 6,89 -1,09 3,98 5,34
25 Sulawesi Utara 5,65 -0,99 4,16 5,42
26 Sulawesi Tengah 8,83 4,86 11,7 15,17
27 Sulawesi Selatan 6,91 -0,71 4,64 5,09
28 Sulawesi Tenggara 6,5 -0,65 4,1 5,53
29 Gorontalo 6,4 -0,02 2,41 4,04
30 Sulawesi Barat 5,56 -2,34 2,57 2,3
31 Maluku 5,41 -0,91 3,05 5,11
32 Maluku Utara 6,25 5,39 16,79 22,94
33 Papua Barat 2,66 -0,76 -0,51 2,01
34 Papua -15,74 2,39 15,16 8,97
INDONESIA 5,02 -2,07 3,69 5,3 Sumber BPS
Tabel 2. Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2019-2022 Menurut Provinsi di Indonesia
NO Provinsi/Kabupaten/Kota 2019 2020 2021 2022 Peringkat IPM Tahun 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 DKI JAKARTA 80,76 80,77 81,11 81,65 1
2 D I YOGYAKARTA 79,99 79,97 80,22 80,64 2
3 KALIMANTAN TIMUR 76,61 76,24 76,88 77,44 3
4 KEPULAUAN RIAU 75,48 75,59 75,79 76,46 4
5 BALI 75,38 75,5 75,69 76,44 5
6 SULAWESI UTARA 72,99 72,93 73,3 73,81 6
7 RIAU 73 72,71 72,94 73,52 7
8 BANTEN 72,44 72,45 72,72 73,32 8
9 SUMATERA BARAT 72,39 72,38 72,65 73,26 9
10 JAWA BARAT 72,03 72,09 72,45 73,12 10
11 SULAWESI SELATAN 71,66 71,93 72,24 72,82 11
12 ACEH 71,9 71,99 72,18 72,8 12
13 JAWA TENGAH 71,73 71,87 72,16 72,79 13
14 JAWA TIMUR 71,5 71,71 72,14 72,75 14
15 SUMATERA UTARA 71,74 71,77 72 72,71 15
16 KEP. BANGKA BELITUNG 71,3 71,47 71,69 72,24 16 17 SULAWESI TENGGARA 71,2 71,45 71,66 72,23 17
18 BENGKULU 71,21 71,4 71,64 72,16 18
19 JAMBI 71,26 71,29 71,63 72,14 19
20 KALIMANTAN SELATAN 70,72 70,91 71,28 71,84 20 21 KALIMANTAN UTARA 71,15 70,63 71,19 71,83 21 22 KALIMANTAN TENGAH 70,91 71,05 71,25 71,63 22
23 SUMATERA SELATAN 70,02 70,01 70,24 70,9 23
24 LAMPUNG 69,57 69,69 69,9 70,45 24
25 SULAWESI TENGAH 69,5 69,55 69,79 70,28 25
26 MALUKU 69,45 69,49 69,71 70,22 26
27 GORONTALO 68,49 68,68 69 69,81 27
28 MALUKU UTARA 68,7 68,49 68,76 69,47 28
29 NUSA TENGGARA BARAT 68,14 68,25 68,65 69,46 29
30 KALIMANTAN BARAT 67,65 67,66 67,9 68,63 30
31 SULAWESI BARAT 65,73 66,11 66,36 66,92 31
32 NUSA TENGGARA TIMUR 65,23 65,19 65,28 65,9 32
33 PAPUA BARAT 64,7 65,09 65,26 65,89 33
34 PAPUA 60,84 60,44 60,62 61,39 34
INDONESIA 71.92 71.94 72.29 72.91
Sumber Data: BPS
Tabel 3. Angka Kemiskinan Tahun 2019-2023 Menurut Provinsi di Indonesia
Provinsi 2019 2020 2021 2022 2023
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PAPUA 27,53 26,64 26,86 26,56 26,03
PAPUA BARAT 22,17 21,37 21,84 21,33 20,49
NUSA TENGGARA TIMUR 21,09 20,9 20,99 20,05 19,96
MALUKU 17,69 17,44 17,87 15,97 16,42
GORONTALO 15,52 15,22 15,61 15,42 15,15
ACEH 15,32 14,99 15,33 14,64 14,45
BENGKULU 15,23 15,03 15,22 14,62 14,04
NUSA TENGGARA BARAT 14,56 13,97 14,14 13,68 13,85
SULAWESI TENGAH 13,48 12,92 13 12,33 12,41
SUMATERA SELATAN 12,71 12,66 12,84 11,9 11,78
SULAWESI BARAT 11,02 10,87 11,29 11,75 11,49
SULAWESI TENGGARA 11,24 11 11,66 11,17 11,43
LAMPUNG 12,62 12,34 12,62 11,57 11,11
DI YOGYAKARTA 11,7 12,28 12,8 11,34 11,04
JAWA TENGAH 10,8 11,41 11,79 10,93 10,77
JAWA TIMUR 10,37 11,09 11,4 10,38 10,35
SULAWESI SELATAN 8,69 8,72 8,78 8,63 8,7
SUMATERA UTARA 8,83 8,75 9,01 8,42 8,15
JAWA BARAT 6,91 7,88 8,4 8,06 7,62
JAMBI 7,6 7,58 8,09 7,62 7,58
SULAWESI UTARA 7,66 7,62 7,77 7,28 7,38
KALIMANTAN BARAT 7,49 7,17 7,15 6,73 6,71
RIAU 7,08 6,82 7,12 6,78 6,68
MALUKU UTARA 6,77 6,78 6,89 6,23 6,46
KALIMANTAN UTARA 6,63 6,8 7,36 6,77 6,45
BANTEN 5,09 5,92 6,66 6,16 6,17
KALIMANTAN TIMUR 5,94 6,1 6,54 6,31 6,11
SUMATERA BARAT 6,42 6,28 6,63 5,92 5,95
KEP. RIAU 5,9 5,92 6,12 6,24 5,69
KALIMANTAN TENGAH 4,98 4,82 5,16 5,28 5,11
KEP. BANGKA BELITUNG 4,62 4,53 4,9 4,45 4,52
DKI JAKARTA 3,47 4,53 4,72 4,69 4,44
KALIMANTAN SELATAN 4,55 4,38 4,83 4,49 4,29
BALI 3,79 3,78 4,53 4,57 4,25
INDONESIA 9,41 9,78 10,14 9,54 9,36
Sumber Data: BPS
Tabel 4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2022
PROVINSI
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
- Februari
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
- Agustus
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) - Februari
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) - Agustus
(1) (2) (3) (4) (5)
Aceh 5,97 6,17 64,15 63,50
Sumatera Utara 5,47 6,16 70,45 69,53
Sumatera Barat 6,17 6,28 68,00 69,30
Riau 4,40 4,37 65,98 63,86
Jambi 4,70 4,59 68,86 67,84
Sumatera Selatan 4,74 4,63 69,33 69,31
Bengkulu 3,39 3,59 71,49 69,81
Lampung 4,31 4,52 72,51 70,06
Kepulauan Bangka Belitung 4,18 4,77 70,16 67,38
Kepulauan Riau 8,02 8,23 66,48 68,94
DKI Jakarta 8,00 7,18 62,27 63,08
Jawa Barat 8,35 8,31 66,31 66,15
Jawa Tengah 5,75 5,57 72,04 70,84
DI Yogyakarta 3,73 4,06 74,68 72,60
Jawa Timur 4,81 5,49 70,99 71,23
Banten 8,53 8,09 65,08 64,72
Bali 4,84 4,80 77,14 76,86
Nusa Tenggara Barat 3,92 2,89 70,25 70,93
Nusa Tenggara Timur 3,30 3,54 73,66 75,23
Kalimantan Barat 4,86 5,11 69,74 68,97
Kalimantan Tengah 4,20 4,26 66,94 67,23
Kalimantan Selatan 4,20 4,74 69,64 67,55
Kalimantan Timur 6,77 5,71 66,22 64,73
Kalimantan Utara 4,62 4,33 64,52 67,62
Sulawesi Utara 6,51 6,61 61,97 63,08
Sulawesi Tengah 3,67 3,00 70,86 69,99
Sulawesi Selatan 5,75 4,51 65,85 66,18
Sulawesi Tenggara 3,86 3,36 66,31 68,82
Gorontalo 3,25 2,58 67,78 68,91
Sulawesi Barat 3,11 2,34 68,90 73,00
Maluku 6,44 6,88 63,08 65,46
Maluku Utara 4,98 3,98 66,71 64,88
Papua Barat 5,78 5,37 69,59 68,55
Papua 3,60 2,83 80,23 77,75
Indonesia 5,83 5,86 69,06 68,63
Sumber Data: BPS
Pada Tabel 3. Kita dapat melihat Persentase Penduduk Miskin di Indonesia pada tahun 2019-2023 juga mengalami perbedaan yang cukup signifikan antara Provinsi Papua dan Provinsi Bali. Persentase penduduk miskin di Provinsi Papua pada tahun 2023 adalah 26,03 persen, sementara persentase penduduk Miskin di Provinsi Bali pada tahun yang sama menunjukkan angka 4,25 persen. Telah terdapat gap persentase penduduk miskin yang cukup besar antar kedua provinsi yaitu sebesar 21,78 persen.
Sementara pada tabel 4. Tingkat Pengangguran terbuka Provinsi Banten pada tahun 2022 merupakan yang tertinggi pada bulan Februari yaitu sebesar 8,53 persen. Sementara pada bulan Agustus tahun yang yang sama TPT tertinggi berada pada Provinsi Kepulauan Riau sebesar 8,23 persen. Hal ini contras dengan pencapaian Provinsi Sulawesi Barat pada bulan Februari dan Agustus yang hanya sebesar 3,11 persen dan 2,34 persen.
Menurut Abdul Rachim dalam buku Ekonomi Pembangunan, pembangunan ekonomi berdampak pada faktor produksi, seperti sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal. Berbagai faktor tersebut digabungkan untuk menghasilkan barang sebagai wujud dari fungsi produksi.
Rachim menambahkan bahwa meningkatnya jumlah penduduk akan menimbulkan tekanan yang besar terhadap ketersediaan alam yang ada. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan sumber daya, sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas.
Menurut buku Ekonomi Pembangunan oleh Bonaraja Purba, dkk., dan berbagai sumber, empat masalah tersebut di antaranya:
Ketimpangan pembangunan
Ketimpangan pembangunan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Fenomena ini umum terjadi dalam pembangunan ekonomi, termasuk Indonesia. Kondisi tersebut dapat memunculkan kecemburuan atau ketidakpuasan masyarakat. Menurut Purba, dkk., ketimpangan wilayah merupakan konsekuensi logis dari pembangunan. Ketimpangan akan berubah seiring tingkat pembangunan yang dilakukan. Itulah sebabnya, pola pembangunan dan tingkat ketimpangan di berbagai negara berbeda satu sama lain demikian dengan Indonesia.
Kemiskinan
Menurut Purba, dkk., kesenjangan ekonomi dan ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dengan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan angka kemiskinan, merupakan masalah yang kerap ditemukan pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Gwartney et al., kondisi demikian sebenarnya tak
hanya ditemukan di negara berkembang, namun juga di negara maju. Hanya saja yang membedakan ialah besar ketimpangan yang terjadi pada tiap-tiap negara.
Dilema antara pertumbuhan ekonomi dengan impor
Sektor industri dalam negeri masih bergantung pada produk luar negeri karena tak mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Selain itu, tingkat output di sektor pertanian dan peternakan masih rendah, sedangkan pertumbuhan penduduk kian meningkat.
Tingginya angka pengangguran
Permasalahan pembangunan ekonomi lainnya ialah pengangguran. Hal tersebut merupakan ketidakseimbangan antara laju pertumbuhan penduduk dengan tingkat pertumbuhan angkatan kerja, dan perluasan kesempatan kerja. Oleh karena itu, dalam perencanaan pembangunan harus mempertimbangkan aspek penciptaan lapangan pekerjaan.
Tujuan Analisis
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat Tujuan Penelitian adalah 1. Mendeskripsikan isu-isu permasalahan dalam Pembangunan ekonomi 2. Menguji faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
3. Mengemukakan cara-cara pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah- masalah Pembangunan ekonomi
Landasan Teori
Prof. Paulus Wirutomo, sosiolog dan guru besar FISIP Universitas Indonesia, mengatakan bahwa pembangunan sosietal akan menggeser kecenderungan pembangunan yang bersifat
“antroposentrisme” (mengutamakan kepentingan spesies manusia) menuju pembangunan yang lebih seimbang secara sistemik dan inklusif ke dalam perspektif sosietal-ekologis. Senada dengan yang disampaikan Prof. Paulus, Prof. Iwan Gardono Sujatmiko yang juga merupakan Guru Besar Tetap UI mengatakan, bahwa tujuan pembangunan itu bukan sekadar membangun prasarana dan sarana, melainkan membangun masyarakat, yang bakal memakai dan memaknai hasilnya
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalu upaya yang dilakukan secara terencana”. Sementara Todaro dalam bukunya yang berjudul Economic Development Edisi ke 11 mengatakan bahwa: “Traditionally, a body of opinion held that rapid growth is bad for the poor because they would be bypassed and marginalized by the structural changes of modern growth” yang artinya secara tradisional, seseorang pendapat berpendapat bahwa pertumbuhan yang cepat bisa saja buruk bagi orang miskin karena mereka akan terlewatkan dan dipinggirkan oleh perubahan struktural pertumbuhan modern
Menurut Edwin Basmar, dkk dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Pembangunan, Strategi dan Kebijakan: Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai proses kenaikan pendapatan total dan perkapita dengan membandingkan pertambahan penduduk dan tingkat perubahan mendasar di struktur ekonomi suatu negara tanpa mengesampingkan pemerataan pendapatan penduduk. Sementara keberadaan pembangunan ekonomi berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat memperlancar pembangunan ekonomi karena akan menaikkan kapasitas produksi suatu perekonomian dalam bentuk naiknya pendapatan nasional (Abdul Rahman Suleman dkk, 2020)
Pembangunan manusia sebagai salah satu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (Alabshar et al., 2021). Dalam konsep tersebut manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end), sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) mencapai tujuan itu.
(UNDP, 1995). Menurut Sukirno (2013), teori klasik Adam Smith tentang pertumbuhan ekonomi yang pesat dan tinggi dapat mengurangi pengangguran di wilayah tersebut, karena jika pertumbuhan ekonomi suatu wilayah naik, proses produksinya akan mengalami kenaikan pula.
Kenaikan produksi akan menyerap tenaga kerja untuk menghasilkan output produksi. Penyerapan tenaga kerja dapat mengurangi pengangguran
Menurut Tambunan (2003), masalah besar dalam pembangunan yang dihadapi banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah kemiskinan atau jumlah orang yang berada dibawah garis kemiskinan (poverty line). Bahwa konsentrasi penuh untuk mengurangi kemiskinan akan memperlambat tingkat pertumbuhan sebanding dengan argumen yang menyatakan bahwa derajad
ketimpangan yang rendah akan mengalami tingkat pertumbuhan yang lambat (Alabshar, 2020;
Todaro, 2003)
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data tahunan dari 34 provinsi di Indonesia pada periode 2019 hingga 2023. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data panel atau pooled data. Data Panel merupakan kombinasi antara data time series dan data cross section. Penggunaan data panel pada penelitian ini diharapkan dapat menyajikan informasi lebih lengkap dan mampu menunjukkan hubungan yang lebih realistis karena jumlah observasi yang lebih banyak (Nijkamp and Poot, 2003). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pert_Ek = b0 - b1Kemiskinan - b2Pengangguran + b3IPM Dimana:
Pert_Ek : Pertumbuhan Ekonomi Kemiskinan : Persentase Penduduk Miskin Pengangguran : Tingkat Pengangguran Terbuka IPM : Indekse Pembangunan Manusia
Literatur Reviu
Penelitan sebelumnya telah dilakukan oleh oleh Bonaraja Purba tahun 2020 dengan judul Analisis Tentang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode Tahun 2009 – 2018. Hasil penelitian adalah FDI (Foreign Direct Invesment) berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi kemudian ekspor, dan utang luar negatif secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2009-2018.
Penelitian lain dilakukan oleh Ahmad Ma’ruf dan Latri Wihastuti pada tahun 2008 dengan Judul Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Determinan dan Prospeknya. Hasil penelitian adalah Pengeluaran pemerintah memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan eko‐ nomi,
demikian pula variabel openness, sumberdaya alam, lokasi, dan variabel desentralisasi memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian dengan judul Pengaruh Investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi serta hubungannya terhadap tingkat kemiskinan Indonesia oleh Chairul Nizar dkk tahun 2013. hasil penelitian adalah pengaruh estimasi pertumbuhan ekonomi hasil analisis variabel fdi, investasi pemerintah dan tenaga kerja terhadap tingkat kemiskinan indonesia juga tidak begitu besar namun hubungannya negatif dan signifikan.
Pengaruh investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga dilakukan oleh Mutia Sari dkk tahun 2016. Hasilnya adalah investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Investasi secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia. Tenaga kerja secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia. Pengeluaran pemerintah secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia
Pengaruh pembangunan ekonomi terhadap pembangunan manusia di Kalimantan Timur diteliti oleh Dedy Pudja Wardana tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan tidak berpenggaruh signifikan terhadap IPM Kalimantan Timur.
Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan tidak memperkuat pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap IPM Kalimantan Timur. Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan memperkuat pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap IPM Kalimantan Timur. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan tidak memperkuat pengaruh tingkat kemiskinan terhadap IPM Kalimantan Timur, dan Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan tidak memperkuat pengaruh tingkat kemiskinan terhadap IPM Kalimantan Timur.
Hasil Pengolahan
Dari Tabel Correlation di atas dapat dikatakan bahwa hubungan variabel bebas dengan pertumbuhan ekonomi paling erat adalah variable tingkat pengangguran terbuka yaitu sebesar - 0,223. Hubungan keduanya bertanda negative, yang berarti jika Pengangguran turun, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Variabel kemiskinan juga bertanda negatif yang berarti bahwa, jika kemiskinan turun, maka pertumbuhan ekonomi akan naik. Sementara variabel IPM menunjukkan hubungan yang positif, yaitu bila IPM meningkat, maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.
Angka Sig pada Tabel Annova menunjukkan 0,006, angka tersebut lebih kecil dari tingkat alpha 0,05. Hal ini berarti secara bersama-sama terdapat pengaruh variabel bebas Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Angka Kemiskinan terhadap variabel tak bebas pertumbuhan ekonomi
Uji Durbin Watson digunakan untuk melihat apakah ada autokorelasi pada nilai residual.
Autokorelasi adalah terjadi korelasi antara observasi ke i dengan observasi ke i-1. Model regresi yang baik terbebas dari adanya autokorelasi. Jika d (durbin Watson) lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka berarti ada autokorelasi, sebaliknya jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak ada autokorelasi. Jika d (durbin Watson terletak antara dL dan dU atau diantara (4- dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Dari tabel Durbin Watson pada K=4 (terdapat 3 variable bebas, 1 variable tak bebas) dan n=136 didapat dL = 1,6599 dan dU = 1,7808. Sementara angka uji Durbin Watson pada model summary menunjukkan angka 1,904, terletak antara dU dan (4-dU). Hal ini berarti tidak ada Autokorelasi pada model regresi.
Jika angka sig pada coefficient lebih kecil dari Alpha (0,05), maka variabel tak bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel bebas. Dari tabel coefficient di atas, dapat diketahui bahwa hanya variabel TPT (Tingkat pengangguran Terbuka) dengan angka sig 0,001 yang berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Sedangkan dua variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan, karena angka sig lebih dari 0,05.
Model Regresi yang didapat adalah:
Y = -6,435 - 0,18 Kemiskinan - 0,6 Pengangguran + 0,178 IPM
Tabel Collinearity Diagnostic dapat digunakan untuk melihat adanya Multikolinearitas.
Yang perlu diperhatikan disini adalah nilai Eigenvalue dan Condition Index. Bila nilai Eigenvalue dibawah 10 dan Condition Index kurang dari 30 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi gelaja multikolinearitas pada model regresi. Hasil pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Eigenvalue IPM di bawah 0,01, hal ini berarti terdapat Multikolinearitas pada model regresi.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian, didapat bahwa variable bebas yang berpengaruh nyata pada variable tak bebas hanya variabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), sehingga jika ingin menaikkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah dapat melakukan upaya untuk menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka terlebih dahulu.
Isu atau permasalahan terkait pembangunan ekonomi yang begitu kompleks memerlukan waktu yang panjang. Ketimpangan pembangunan, kemiskinan, dilema antara pertumbuhan ekonomi dengan impor, dan tingkat pengangguran membuat pemerintah harus memperhitungkan cara atau strategis atau langkah terbaik. Apabila isu atau permasalahan ini dapat diatasi maka pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan tumbuh positif dan harapan Indonesia Emas di tahun 2045 akan terwujud.
Daftar Rujukan
Alabshar, N. (2020). Determinan Kesejahteraan Migran di Indonesia (Analisis Data Supas 2015).
Universitas Gadjah Mada.
Alabshar, N., Giyarsih, S. R., & Pitoyo, A. J. (2021). Analisis Kesejahteraan Migran Di Indonesia.
Jurnal Litbang Sukowati : Media Penelitian Dan Pengembangan, 4(1), 1–10.
https://doi.org/10.32630/sukowati.v5i1.165
Ervita, L., Gracesara, N., Alabshar, N., & Bhakti, W. K. (2022). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Perawatan Luka Kaki Diabetik. Borneo Student Research, 3(3), 2835–
2840. https://doi.org/https://doi.org/10.31219/osf.io/txunp
Kaul, I. (1995). Human Development Report 1995. In American Journal of Economics and Sociology (Vol. 54, Issue 1). New York.
Ma’ruf, A., & Wihastuti, L. (2008). Pertumbuhan ekonomi indonesia: determinan dan prospeknya. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 9(1), 44-55.
Nijkamp, Peter and Jacques Poot (2003). “Meta‐Analysis of the Impact of Fiscal Policies on Long‐
Run Growth”, Discus‐ sion Paper TI2002‐028/3 (March 2003 version), Tinbergen Institute;
forth‐ coming in European Journal of Political Economy.
Nizar, C., Hamzah, A., & Syahnur, S. (2013). Pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi serta hubungannya terhadap tingkat kemiskinan di indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN, 2302, 172.
Purba, B. (2020). Analisis tentang pertumbuhan ekonomi indonesia periode tahun 2009–
2018. Jurnal Humaniora: Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi dan Hukum, 4(2), 244-255.
RAMPAI, B. (2021). EKONOMI PEMBANGUNAN (STRATEGI DAN KEBIJAKAN).
Sari, M., Syechalad, M. N., & Majid, S. A. (2016). Pengaruh investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik Indonesia, 3(2), 109-115.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2012). Economic Development (11th ed.).
Wardana, D. P. (2016). Pengaruh pembangunan ekonomi terhadap pembangunan manusia di kalimantan timur. Inovasi, 12(2), 179-191.
View publication stats