• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT PENGANGGURAN, DAN RASIO PENDUDUK MISKIN SERTA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATRA UTARA YANG TERAGLOMERASI TERHADAP KETIMPANGAN REGIONAL KABUPATEN/KOTA DI SUMATRA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT PENGANGGURAN, DAN RASIO PENDUDUK MISKIN SERTA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATRA UTARA YANG TERAGLOMERASI TERHADAP KETIMPANGAN REGIONAL KABUPATEN/KOTA DI SUMATRA UTARA."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT PENGANGGURAN DAN RASIO PENDUDUK MISKIN SERTA PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATRA UTARA YANG TERAGLOMERASI TERHADAP KETIMPANGAN REGIONAL

KABUPATEN/KOTA DI SUMATRA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh :

SUFIKA SARY NIM. 8136162027

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Sufika Sary. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran, dan Rasio Penduduk Miskin serta Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatra Utara yang Teraglomerasi terhadap Ketimpangan Regional Kabupaten/Kota di Sumatra Utara. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Juni 2015.

Ekonomi aglomerasi merupakan eksternalitas yang dhasilkan dari kedekatan geografis dengan kegiatan ekonomi, sebagai akibatnya daerah yang termasuk ke dalam aglomerasi mempunyai laju pertumbuhan yang lebih tinggi disbanding daerah yang bukan aglomerasi. Tesis ini mengkaji bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, dan rasio penduduk miskin serta pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang teraglomerasi terhadap ketimpangan regional di Sumatra Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang diperoleh dari BPS Sumatra Utara. Penelitian ini menggunakan pooled data atau data panel dari kurun waktu 2008 hingga 2013. Untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian ini menggunakan metode OLS sedangkan perangkat lunak yang digunakan adalah eviews 6.0. Hasil estimasi menunjukkan R2 sebesar 0,9980 artinya keberadaan variabel bebas yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, dan rasio penduduk miskin mampu menjelaskan variabel terikat yaitu ketimpangan sebesar 99,8 persen dan selebihnya 0,02 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai uji t-statistik pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5746 lebih besar dari α = 0,05 menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak signifikan sedangkan variabel lain yaitu pengangguran terbuka, rasio penduduk miskin dan dummy memiliki nilai lebih kecil dari nilai α sehingga dikatakan sinifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel yang mempunyai pengaruh positif terhadap ketimpangan adalah rasio penduduk miskin sedangkan pertumbuhan ekonomi, pengangguran terbuka dan dummy mempunyai pengaruh negatif terhadap ketimpangan.

(6)

ABSTRACT

Sufika Sary. The Influence of Economic Growth, Unemployment, Ratio of poor people and The economic growth of districts/cities in North Sumatra which agglomerated against Regional Disparity in North Sumatra. Thesis. Medan : Postgraduated of Economics UNIMED, June 2015.

Economic agglomeration is the externality caused by the closed geography region with the economic activity. As the result, the agglomerated region is always have the higher economic growth than unagglomerated region. This thesis examines how the influence of Economic Growth, Unemployment, Ratio of poor people and The economic growth of districts/cities in North Sumatra which agglomerated against Regional Disparity in North Sumatra. The data used in this research is secondary data obtained from BPS. This research used pooled data from 2008 until 2013. In analyzing the effect of independent variable on the dependent variable, this study uses OLS while the software used to process the data in this study is Eviews 6.0. The estimation results indicate R2 of 0,9980. It means the existence of independent variabel (Economic Growth, Unemployment, Ratio of poor people and The economic growth of districts/cities in North Sumatra which agglomerated) is able to explain the dependent variable (regional disparity) amounted to 99,8 percent which is 0,02 percent of the rest is explained by other variable outside the model. T-statistic probability value of economic growth equals to 0, 5746 greater than α = 0,05 indicates that economic growth doesn’t significantly affect the regional disparity where as other variables which are Unemployment, Ratio of poor people and The economic growth of districts/cities in North Sumatra which agglomerated have the smaller value than α (0,05). So we can conclude they are significant of the level of trust 95 percent. The result of this research shows that the variable which have the positive affect against the regional disparity is the ratio of poor people where as the economic growth, unemployment and dummy have the negative affect against the regional disparity.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

karunianya telah dapat diselesaikan tesis ini sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

pada Program Studi Ilmu Ekonomi. Adapun judul tesis ini adalah Pengaruh

Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Rasio Penduduk Miskin serta

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota yang Teraglomerasi terhadap

Ketimpangan Regional di Propinsi Sumatra Utara.

Penyelesaian tesis ini tentunya tidak terlepas dari jasa-jasa yang diberikan

kepada penulis. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada berbagai pihak, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan atas

kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan atas kesempatan menjadi mahasiswa Program

Studi Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan.

3. Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan

4. Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si, Sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis.

5. Prof. Indra Maipita, M.Si, Ph.D, Sebagai dosen pembimbing II penulis

yang telah memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis

6. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta seluruh staf pegawai di Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

7. Kedua orang tua penulis Bapak Sofyan Nst dan Ibu Suryati yang telah

bersusah payah memberikan segala bentuk dorongan, mencurahkan

segenap kasih sayang dan yang selalu mendoakan penulis agar cepat

(8)

8. Suamiku tercinta dan tersayang Chairul Anwar ST, dan kedua anakku

tersayang Raditya Aulia dan Alya Radisty, atas dorongan, pengertian dan

pengorbanannya selama penulis melaksanakan pendidikan.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini.

Atas segala bantuan yang diberikan, semoga mendapatkan balasan yang

layak dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan tesis ini

membawa manfaat dan kebaikan bagi pengembangan ilmu, setidaknya bagi

penulis sendiri.

Medan, Agustus 2015 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.1.4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Regional…………... 22

2.1.5. Konsep dan Teori Kemiskinan... 29

2.1.6. Konsep dan Teori Pengangguran……… 40

2.2. Penelitian Sebelumnya ... .. 42

2.3. Kerangka Konseptual ……… 45

2.4. Hipotesis ... ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1. Lokasi Penelitian ... 47

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 47

3.3. Teknik Analisis Data ... 47

3.4. Pengujian Hasil Estimasi Model Penelitian ... 50

3.4.1. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik ... . 50

3.4.1.1. Uji Multikolinearitas ... 50

3.4.1.2. Uji Autokorelasi ... 51

3.4.2. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi ... ... 51

3.4.2.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 51

3.4.2.2. Uji Signifikansi Individual (t-test) ... 52

(10)

3.5. Defenisi Operasional……… 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1. Gambaran Umum Variabel Yang diteliti ... 55

4.1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... 55

4.1.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka... 58

4.1.3. Perkembangan Penduduk Miskin... 61

4.1.4. Perkembangan Aglomerasi………. 64

4.1.5. Ketimpangan Regional di Sumatra Utara……….. 67

4.2. Analisa dan Pembahasan ... 69

4.2.1. Hasil Uji Asumsi Klasik dan Signifikansi……… 69

4.2.1.1. Hasil Uji Multikolinearitas………. 69

4.2.1.2. Hasil Uji Autokorelasi……… 70

4.2.2. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi………. 71

4.2.2.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 71

4.2.2.2. Uji Signifikansi Individual (t-test) ... 71

4.2.2.3. Uji Signifikansi Keseluruhan (F-test) ... 71

4.2.3. Hasil Estimasi Model……… 72

4.3. Pembahasan………. 73

4.3.1. Pertumbuhan Ekonomi………. 74

4.3.2. Tingkat Pengangguran Terbuka……… 75

4.3.3. Rasio Penduduk Miskin……… 76

4.3.4. Dummy………. 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1. Kesimpulan ... 78

5.2. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumatra Utara... 46

Tabel 4.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Sumatra Utara... 59

Tabel 4.3. Perkembangan Rasio Penduduk Miskin Sumatra Utara... 63

Tabel 4.4. Indeks Ballasa Kabupaten/Kota di Sumatra Utara... 65

Tabel 4.5. Indeks Williamsons Kabupaten/Kota di Sumatra Utara... 67

Tabel 4.6. Koefisien Determinasi Variabel Bebas... 69

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Ketimpangan Regional Kabupaten/Kota di Sumatra Utara... ... 2

Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Sumatra Utara... 4

Gambar 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatra Utara... 5

Gambar 1.4. Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran di Sumatra Utara... 7

Gambar 2.1. Kurva Lorenz... 14

Gambar 2.2. Diagram Ketenagakerjaan... 41

Gambar 4.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Sumatra Utara... 58

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Penelitian... ... 82

2. Hasil Perhitungan Indeks Williamson ... ... 87

3. Hasil Perhitungan Indeks Balasan... ... 88

4. Hasil Estimasi Dengan Fixed Effect Model... ... 89

5. Hasil Estimasi Dengan Random Effect Model ... 91

6. Hasil Uji Hausmann... ... 93

7. Hasil Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas PE ... 95

8. Hasil Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas TPT ... 97

9. Hasil Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas RPM ... 99

10. Hasil Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas DM ... 101

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan usaha masyarakat

secara keseluruhan dalam upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan merupakan

suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam

struktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional

termasuk pula percepatan atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan

ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut. Artinya adalah

indikator pembangunan ekonomi adalah pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan

masalah kemiskinan. (Todaro, 2000).

Pemerataan yang dimaksud adalah hasil-hasil pembangunan dapat

diterima disemua sektor dan untuk seluruh lapisan masyarakat. Namun demikian

seringkali dibanyak negara berkembang termasuk di wilayah kabupaten/ kota di

Indonesia menghadapai ketidakmerataan (disparity) hasil pembangunan itu

sendiri sehingga menjadi dilema dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi.

Hubungan antara disapritas regional dan tingkat pembangunan ekonomi pada

tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan

pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. (Kuncoro, 2004)

Tingkat pembangunan yang lebih tinggi akan semakin memperkuat

dampak sebar (spread effect) dan cenderung menghambat arus ketimpangan

(15)

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diarahkan untuk mengurangi ketimpangan

regional lebih lanjut.

Dalam mengukur tingkat ketimpangan (disparitas) suatu wilayah, telah

banyak teori dan model yang dibuat dan dikembangkan, diantaranya adalah yang

dipergunakan oleh Jeffrey G. Williamson dengan modelnya yang dikenal dengan

Indeks Williamson. Indeks Williamson dapat memberikan gambaran yang lebih

baik tentang perkembangan masing-masing daerah dari segi pemerataan

pembangunan yang diamati (Safrizal, 1997).

Dari hasil penghitungan dengan model Indeks Williamson dalam Gambar

1.1 berikut disajikan tingkat ketimpangan (disparitas) dari masing-masing

kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara tahun 2013.

Sumber : Hasil Olahan Penulis

Gambar 1.1. Ketimpangan Regional Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

(16)

Dari gambar 1.1 terlihat bahwa tingkat disparitas tertinggi di kabupaten/

kota propinsi Sumatera Utara tahun 2013 adalah berada di kota Medan dengan

nilai sebesar 0,3601 sedangkan tingkat disparitas terendah berada di kabupaten

Samosir dengan nilai 0,0013. Hal ini menunjukkan masih tingginya ketimpangan

(disparitas) diantara kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ketimpangan antara

wilayah, diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dan aglomerasi. Secara teori

pada tahap awal pembangunan ketimpangan regional akan menjadi lebih besar

dan pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu (aglomerasi), dan pada

tahap lebih matang dilihat dari pertumbuhan ekonomi tampak adanya

keseimbangan antar daerah dimana disparitas berkurang dengan signifikan.

(Richarson, 1997).

Indikator lainnya dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi

adalah pertumbuhan ekonomi. Pada prinsipnya pertumbuhan ekonomi harus

dirasakan oleh semua wilayah. Hal ini terjadi jika pertumbuhan ekonomi disertai

dengan kecilnya kesenjangan ekonomi regional.

Pertumbuhan ekonomi secara umum diartikan sebagai peningkatan dalam

kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi suatu barang-barang

dan jasa. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada

perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur

dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan output

perkapita. Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan

tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun. (Nangan, 2001).

(17)

Sumber : BPS Propinsi Sumut

Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Tahun 1999-2013

Dari gambar 1.2 di atas dapat terlihat bahwa perkembangan laju

pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari perubahan PDRB atas dasar harga

konstan tahun 2000 menunjukkan dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi.

Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian,

sebaliknya apabila negatif menunjukkan penurunan. Pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara diawal tahun 1999 menunjukkan angka sebesar 2,32 persen.

Rendahnya pertumbuhan ini disebabkan di tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang

melanda dunia dan berimbas pada perekonomian nasional serta regional

khususnya di Sumatera Utara.

Namun demikian, perekonomian Sumatera Utara kembali bangkit hingga

mencapai 6,01 persen di tahun 2013 meskipun mengalami penurunan

dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 6,22 persen.

Meskipun terjadi penurunan, perekonomian Sumatera Utara secara rata-rata dari

tahun 1999 hingga tahun 2013 terus menunjukkan arah peningkatan. Hal ini

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Persen

(18)

berdampak positif bagi perkembangan perekonomian Sumatera Utara pada

tahun-tahun berikutnya.

Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2014

(19)

Dari data BPS, pertumbuhan ekonomi regional kabupaten/ kota di

Sumatera Utara akan terlihat seberapa besar ketimpangan yang terjadi dari sisi

perekonomian. Gambar 1.3 diatas menunjukkan pertumbuhan ekonomi regional

kabupaten/ kota di Sumatera Utara yang relatif tinggi, namun pertumbuhan

tersebut diiringi dengan ketimpangan antar wilayah yang semakin besar.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata seringkali menyebabkan bertambah

lebarnya ketimpangan antar golongan masyarakat (yang kaya dan yang miskin)

dan kesenjangan atau ketimpangan antar daerah (yang maju dan yang tertinggal).

Ketimpangan yang makin tinggi antar golongan dan antar wilayah ini dapat

memunculkan masalah kecemburuan sosial, kerawanan disintegrasi wilayah dan

disparitas ekonomi yang makin lebar dan tajam.

Menurut Suryana (2000), ketimpangan pembangunan pada prinsipnya

merupakan ketimpangan ekonomi yang mengandung makna kemiskinan dan

kesenjangan. Agar ketimpangan dan perkembangan antar suatu daerah dengan

daerah lain tidak menciptakan jurang yang semakin lebar, maka implikasi

kebijaksanaan terhadap daur perkembangan dari pembangunan haruslah

dirumuskan secara tepat William Easterly (2006) dalam salah satu studynya

mengungkapkan bahwa tingkat ketimpangan (disparities) yang tinggi merupakan

penghambat dari kemakmuran, tumbuhnya institusi yang berkualitas, dan

berkembangnya pendidikan yang bermutu tinggi.

Ketimpangan pembangunan yang tinggi antara daerah di Sumatera Utara

merupakan salah satu masalah yang harus diminimalisir bahkan dituntaskan oleh

pemerintah mengingat tujuan utama dari usaha–usaha pembangunan ekonomi

(20)

atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan (disparitas) pendapatan, dan

tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan

memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ( Todaro, 2000 ).

Tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi di suatu wilayah

merupakan akar permasalahan yang menyebabkan ketimpangan pembangunan

antara wilayah di Sumatera Utara. Wilayah yang tidak memiliki sumber daya

alam yang potensi serta sumber daya manusia yang tidak berkualitas akan

menyebabkan perpindahan (urbanisasi) penduduk dari wilayah tersebut ke

wilayah yang lebih menjanjikan kehidupan yang lebih baik.

Gambar 1.4. menyajikan tingkat kemiskinan dan pengangguran di

kabupaten/ kota propinsi Sumatera Utara selama tahun 2013.

Sumber : BPS (2014)

Gambar 1.4. Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran di Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

(21)

Gambar 1.4 menunjukkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di

seluruh kabupaten/ kota propinsi Sumatera Utara tahun 2013 yang berfluktuatif

antara daerah tersebut. Secara umum pola yang digambarkan adalah apabila

tingkat kemiskinan tinggi akan diikuti oleh tingkat pengangguran yang tinggi

pula. Tingkat kemiskinan yang tertinggi di tahun 2013 adalah Kabupaten Nias

Selatan sebesar 18,83 persen dengan tingkat pengangguran sebesar 2,79 persen.

Sedangkan tingkat kemiskinan yang terendah adalah Kabupaten Deli Serdang

sebesar 4,71 persen dengan tingkat pengangguran sebesar 7,54 persen.

Disamping tingkat kemiskinan dan pengangguran, ketimpangan yang

terjadi antara wilayah di kabupaten/ kota propinsi Sumatera Utara adalah

disebabkan oleh persebaran sumber daya yang tidak merata dalam perekonomian

regional antar daerah. Ketidakmerataan sumber daya ini tercermin pada

konsentrasi kegiatan ekonomi yang terjadi pada daerah tertentu saja.

Daerah-daerah dimana konsentrasi ekonomi terjadi memperoleh manfaat disebut dengan

ekonomi aglomerasi (agglomeration economies). (Safrizal, 1997).

Ekonomi aglomerasi merupakan eksternalitas yang dihasilkan dari

kedekatan geografis dengan kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya daerah-daerah

yang termasuk dalam aglomerasi pada umumnya mempunyai laju pertumbuhan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang bukan aglomerasi.

Aglomerasi bukan saja menguntungkan produsen karena penghematan aglomerasi

maupun urbanisasi, konsumen juga dapat meminimalisasi biaya opportunities

dalam membandingkan jenis barang yang sama di tempat yang berbeda yang

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian-uraian tersebut, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai

berikut : Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran dan

rasio penduduk miskin serta pertumbuhan ekonomi kabupaten/ kota di propinsi

Sumatera Utara yang teraglomerasi terhadap ketimpangan regional kabupaten/

kota di Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat

pengangguran dan rasio penduduk miskin serta pertumbuhan ekonomi kabupaten/

kota di propinsi Sumatera Utara yang teraglomerasi terhadap ketimpangan

regional kabupaten/ kota di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi sebagai bahan acuan kepada mereka yang akan

meneliti dan sekaligus ikut memperkaya kepustakaan tentang aglomerasi dan

pertumbuhan ekonomi regional serta memberikan informasi bagi pengembangan

ilmu ekonomi dan memberikan tambahan informasi kepada pemerintah dan

pihak yang terkait dalam pengambilan kebijaksanaan khususnya mengenai

pengelolaan aglomerasi dan pengaruhnya terhadap hubungan pertumbuhan dan

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Koefisien determinasi pada hasil estimasi variabel ketimpangan regional

kabupaten/ kota di Sumatera Utara mampu dijelaskan oleh variabel-variabel

pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka dan rasio penduduk

miskin dan dummy variabel dengan model yang digunakan.

2. Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel ketimpangan

regional menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Rasio

rasio penduduk miskin berpengaruh positif dan signifikan, Tingkat

Pengangguran Terbuka dan Dummy variabel berpengaruh negatif dan

signifikan sedangkan Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan

terhadap ketimpangan regional kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara.

3. Nilai koefiasien variabel-variabel yang menjelaskan variabel ketimpangan

regional, yang terbesar adalah variabel rasio penduduk miskin diikuti

berturut-turut oleh dummy variabel, tingkat pengangguran terbuka dan

(24)

5.2. Saran

1. Kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketimpangan regional

antar wilayah adalah melalui pengembangan pusat pertumbuhan secara

tersebar. Kebijakan ini akan dapat mengurangi ketimpangan karena

pengembangan pusat pertumbuhan menganut prinsip konsentrasi dan

desentralisasi sekaligus. Aspek konsentrasi diperlukan agar penyebaran

kegiatan pembangunan dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan

tingkat efisiensi usaha sedangkan aspek desentralisasi diperlukan agar

penyebaran kegiatan pembangunan antar daerah dapat dilakukan sehingga

akan menurunkan ketimpangan itu sendiri.

2. Selain meminimalisir pemusatan kegiatan ekonomi pada suatu lokasi atau

daerah, pemerintah sebaiknya juga menjalankan progran-program propoor

sehingga penduduk miskin akan berkurang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa jumlah penduduk miskin yang tinggi akan memperlebar jurang

ketimpangan

3. Disamping menjalankan program-program anti kemiskinan, pemerintah

sebaiknya meningkatkan lapangan kerja baru untuk mengurangi tingkat

pengangguran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Akita, Takahiro, Armida S Alisjahbana, 2002, “Regional Income Inequality in

Indonesia and The Initial Impact of The Economic Crisis”, Bulletin of

Indonesia Econmic Studies, Vol. 38, No.2

Alkadri, 2004, “Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Selama 1969-1996”, Jurnal Ekonomi, BPPT, Volume 9.2.

Arsyad, Lincolin, 2004, “Ekonomi Pembangunan”, Edisi 4, Yogyakarta, Penerbit Aditya Media.

Ardito Bhinadi, 2004, “Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas

Regional di Indonesia”, Tesis program Studi Magister Sains Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta.

BPS Provinsi Sumatera Utara, 2006 – 2013, “Sumatera Utara Dalam Angka” Berbagai Edisi, Medan.

Barro, J, 2006, “Inequality and Growth in a Panel of Countries”, Journal of Economic Growth, Vol 5, No.1

Bonar dan Susilowati, 2008, “Dampak Berbagai Kebijakan Ekonomi di Sector Agroindustri Terhadap Distribusi Pendapatan Sektoral, Tenaga Kerja dan

Rumahtangga”, Tesis.

Bonet, J, 2006, “Fiscal Decentralization and Regional Income Disparities

Evidence From the Colombian Experience”, The Annuals of Regional

Science 40

Budiantoro, Hartono, 2008, “Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah”, Tesis, Undip, Semarang

Didik, N, 2007, “Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi : Peran Karakteristik

Regional di Indonesia”, Paralel Session IVA : Urban & Regional 13

Desember 2007, Wisma Makara, Kampus UI-Depok.

Gujarati, Damodar, 2003, “Basic Econometric”, (Fourth edition), USA, Mc Grawa-Hill International.

Hastarini, Tantian, 2002, “Analisis Kesenjangan Pembangunan Ekonomi di

Propinsi Jawa Tengah Tahun 1980 – 2000”, Tesis S2, MIESP, Undip,

Semarang.

Hill hal, 2001, “Ekonomi Indonesia”, RajaGrafindo Persada, Jakarta

Imam Ghozali, 2001, “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”, Universitas Diponegoro. Semarang.

Ivancevich John M, Hoon Lee Soo, 2002, “Human Resource Management in Asia”, McGraw Hill.

(26)

Joko Waluyo, 2004, “Hubungan Antara Tingkat Kesenjangan Pendapatan

Dengan Pertumbuhan Ekonomi : Suatu Studi Lintas Negara”, Jurnal

Ekonomi Pembangunan, Volume 9 N0. 1, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Kuncoro Mudrajad, 2003, “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi”, Erlangga, Jakarta.

Lincolin Arsyad, 2004, :Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi

Daerah”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Maipita, Indra, 2014, Memahanmi dan Mengukur Kemiskinan, Cetakan I, Penerbit Absolute Media, Yogyakarta.

Mankiw, N. Gregory, 2003, “Macroeconomics”, Fourth Edition, Worth Publisher, Inc, New York.

Mulatip & Brojonegoro, 2004, “Determinan Pertumbuhan Kota di Indonesia”, Thesis.

Pass Tiiu, Tafenau Egle, Scannel Nancy J, 2004, “Economic Growth in Trantitional versus Industrial Economics, A Case of the Baltic Sea Region

(BSR)”, The Journal of American Academy of Business, Camridge.

Richarson, Hary. W, 2001, “Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional”, (diterjemahkan Paul Sitohang), Edisi Revisi 2001, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sumitro, Djoyohadikusumo, 1987, “Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan

Pembangunan”, Bagian Penerbitan : LP3ES, Jakarta.

Suryana, 2000, “Ekonomi Pembangunan-Problematika dan Pendekatan”, Jakarta, Bagian Penerbitan Salemba Empat.

Syagrizal, 1997, “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah

Indonesia Bagian Barat”, Jurnal Buletin Prisma, Jakarta.

Tambunan, Tulus, 2001, “Perekonomian Indonesia”, Jakarta, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tarigan, Robinson, 2004, “Ekonomi Regional : Teori & Aplikasi”, Bumi Aksara, Jakarta.

___________________, “Perencanaan Pembangunan Wilayah”, Bumi Aksara, Jakarta.

Todaro, Michael. P dan Stephen C Smith, 2000, “Pembangunan Ekonomi Di

Dunia Ketiga”, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.

Todaro, Michael P, 2004, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Jilid I, Edisi 8, Jakarta, Erlangga.

Widirato, 2001, “Ketimpangan, Pemerataan dan Infrstruktur”,

widoarto@bandung2.wasantara.net.id

Ying, L.G, 2000, “China’s Changing Regional Disparities During The Reform

Gambar

Tabel 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumatra Utara...................
Gambar 1.1. Ketimpangan Regional Kabupaten/Kota di Sumatra Utara... .....
Gambar 1.1. Ketimpangan Regional Kabupaten/ Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Tahun 1999-2013
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana merencanakan dan merancang bangunan yang berfungsi sebagai kantor DPRD Sukoharjo sebagai wadah yang memiliki kesan terbuka lingkungan sekitar dalam hal

Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media kerikil, atau dapat juga dari bahan pasltik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan

Adapun Faktor Internal dan Eksternal terdiri dari kekuatan yang dimiliki AZWA perfume yaitu manajemen yang visioner dalam melihat peluang yang ada, budaya

Pemegang Unit Penyertaan akan mendapatkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang akan disediakan oleh Bank Kustodian paling lambat 7 (tujuh) Hari Bursa setelah:

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI MANAJEMEN INDUSTRI PERT PERTANIAN ANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN.. FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

Karena itulah pemilihan topik tentang sistem persediaan, pembelian, dan penjualan adalah untuk mempermudah dalam melakukan pengolahan dan penganalisaan terhadap informasi atau data

Flowchart sistem ini menggambarkan hubungan antara sistem aplikasi dan sensor curah hujan, dimana sistem akan mengambil informasi data pada curah hujan

yang berasal dari pati sagu, poliol dari minyak jarak dan Dipenil Metilen Diisosianat. (MDI) yang terjadi melalui mekanisme