Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 1
Nama : Nisrina Nur Azizah Tanggal : 3 April 2024
Kelompok : 9 Pagi
SKEMA KERJA PRAKTIKUM
RESPIRASI
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 2
SKEMA KERJA PRAKTIKUM
RESPIRASI
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 3 A. PEMBEBASAN PANAS SELAMA RESPIRASI
Termos nomor: 1 / 2 / 3 / 4 / 5 Biji yang digunakan : Biji kacang hijau kering Suhu awal :26 oC Suhu akhir setelah 24 jam :28 oC
Selisih suhu awal dan akhir : 2 oC Data kelas:
Termos Suhu awal (oC) Suhu akhir (oC) Selisih suhu (oC) Rata-rata selisih suhu (oC)
1 27,5 25 2,5
2 28 28 0 -1
3 27 28 1
4 26 27 1
0,5
5 26 28 2
Jawablah pertanyaan berikut:
1. Apakah yang terjadi pada termos 1—3 (berisi kecambah kacang hijau) setelah 24 jam? Mengapa demikian?
Jawaban: Suhu pada termos 1 mengalami penurunan setelah 24 jam, dengan selisih 2,5 oC, pada termos 2 suhu tidak mengalami perubahan setelah 24 jam, dan pada termos 3 mengalami kenaikan setelah 24 jam, dengan selisih 1
oC. Hasil yang diperoleh pada termos 1 dan 2 tidak sesuai dengan literatur, karena seharusnya tanaman yang sudah melakukan respirasi akan menghasilkan tenaga dalam bentuk glukosa. Sebagian glukosa dilepaskan oleh tanaman tersebut menjadi asam piruvat dalam bentuk panas, sehingga terjadi kenaikan suhu lingkungan seperti termos 3.
(Wiraatmaja, 2016: 24).
2. Apakah yang terjadi pada termos 4—5 (berisi kacang hijau) setelah 24 jam? Mengapa demikian?
Jawaban: Setelah 24 jam, termos 4 mengalami kenaikan suhu sebesar 1˚C, sedangkan termos 5 mengalami kenaikan suhu sebesar 2˚C. Hasil tersebut kurang sesuai dengan literatur yang ada, karena seharusnya tidak ada kenaikan suhu yang terjadi pada termos 4 dan 5. Kedua termos tersebut berisi biji yang belum berkecambah sehingga tidak dapat melakukan proses respirasi. Hasil yang diharapkan justru adalah penurunan suhu pada kedua termos tersebut (Novitasari, 2017: 95).
3. Bagaimana mekanisme energi panas dihasilkan dari proses respirasi?
Jawaban: Dalam proses respirasi, glukosa (C6H12O6) bereaksi dengan oksigen (O2) untuk menghasilkan karbon dioksida (CO2), air (H2O), dan energi. Namun, reaksi oksigen dengan glukosa tidak terjadi secara langsung. Molekul air (H2O) bertindak sebagai mediator dalam proses ini. Atom hidrogen dalam molekul air bereaksi dengan oksigen, yang mengakibatkan reduksi oksigen menjadi air. Dengan demikian, skema respirasi yang lebih rinci melibatkan glukosa, air, dan oksigen dalam reaksi sebagai berikut: C6H12O6 + 6H2O + 6O2 → 6CO2 + 12H2O. Dalam proses ini, glukosa dan oksigen bereaksi dengan bantuan molekul air untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi yang digunakan oleh organisme untuk berbagai proses biologis (Wiraatmaja, 2016: 2).
B. KEHILANGAN BERAT SELAMA RESPIRASI
Biji yang digunakan : Biji kacang merah
Pengukuran Biji
Berat (g) Volum (ml)
Basah Kering Selisih Basah Kering Selisih
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 4 25 Biji
(Kelompok 1) 17 8,42 8,58 16 8 8
Kecambah
(Kelompok 2) 27,62 9 18,62 30 10 20
Jawablah pertanyaan berikut:
1. Apa fungsi perendaman pada kedua kelompok biji sebelum perlakuan? (poin:
Jawaban: Perendaman biji sebelum perlakuan pada percobaan kehilangan berat selama respirasi memiliki peran penting dalam mempersiapkan biji untuk proses perkecambahan dan respirasi, serta mempercepat waktu proses percobaan secara keseluruhan. Penelitian telah menunjukkan bahwa perendaman biji dapat membantu mempercepat proses perkecambahan dengan merangsang penyerapan air oleh biji, yang penting untuk memulai respirasi dan produksi energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan awal. Selain itu, perendaman juga dapat membantu menghilangkan dormansi yang mungkin ada dalam biji, dengan merangsang aktivitas metabolisme dan mempersiapkan biji untuk mengalami perkecambahan (Bewley dkk., 2013).
2. Apa yang dimaksud dengan berat kering serta apa yang dapat diketahui dari menimbang berat kering dari biji/kecambah?
Jawaban: Berat kering dari biji atau kecambah tersebut adalah hasil penimbangan setelah biji atau kecambah dikeringkan hingga tidak ada lagi perubahan berat yang signifikan. Dari hasil penimbangan berat kering, kita dapat memperoleh informasi tentang kehilangan air selama respirasi, produksi biomassa, dan efisiensi respirasi tumbuhan.
Perbedaan antara berat awal (sebelum respirasi) dan berat kering (setelah respirasi) menunjukkan jumlah air yang hilang selama proses respirasi berlangsung, sementara perubahan berat kering juga dapat memberikan gambaran tentang produksi biomassa dan efisiensi penggunaan energi oleh tumbuhan (Bewley dkk., 2013).
3. Mengapa pada proses pengecambahan biji kelompok 2 dilakukan pada kondisi gelap dan tidak boleh terkena cahaya?
Jawaban: Pengecambahan biji kelompok 2 dilakukan dalam kondisi gelap dan tidak boleh terkena cahaya karena beberapa alasan penting yang mempengaruhi proses perkecambahan dan pertumbuhan kecambah. Pertama, cahaya memiliki potensi untuk memengaruhi keseimbangan hormon dalam biji, terutama hormon fitokrom, yang merupakan regulator utama dalam proses perkecambahan. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan cahaya dapat menghambat aksi fitokrom dan mengganggu proses perkecambahan biji (Smith, 1982). Selain itu, biji yang baru berkecambah belum memiliki daun yang fotosintetik dan bergantung pada cadangan makanan yang tersimpan di dalamnya. Paparan cahaya dapat memicu fotosintesis pada kecambah, yang dapat mengakibatkan penggunaan lebih banyak cadangan makanan dan memperlambat pertumbuhan kecambah (Borthwick dkk., 1952). Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa perkecambahan dalam kondisi gelap lebih efisien dalam penggunaan energi, karena tidak ada energi yang terbuang untuk proses fotosintesis (Borthwic dkk., 1952). Terakhir, cahaya juga dapat meningkatkan risiko infeksi pada biji yang berkecambah karena cahaya dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme patogen pada permukaan biji (Tooley & Roberts, 2003). Oleh karena itu, menjaga biji kelompok 2 dalam kondisi gelap dan terlindung dari cahaya penting untuk memastikan bahwa proses perkecambahan berlangsung secara optimal dan efisien.
4. Bagaimanakah berat dan volume biji (kelompok 1) sebelum dan sesudah dikeringkan?
Jawaban: Biji kacang merah (kelompok 1) mengalami kehilangan berat dan volumenya setelah dikeringkan, yang disebabkan oleh proses respirasi. Selama proses respirasi, biji kacang merah menggunakan cadangan makanannya untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Selama respirasi, senyawa organik dalam biji diuraikan menjadi zat-zat sederhana seperti karbon dioksida dan air, yang kemudian dikeluarkan dari biji. Proses ini menyebabkan pengurangan massa biji dan juga mengakibatkan penurunan volume biji karena kehilangan air dan konversi zat-zat organik menjadi produk respirasi. Oleh karena itu, kehilangan berat dan volume biji kacang merah setelah dikeringkan adalah hasil dari aktivitas respirasi yang berlangsung, yang mengindikasikan penggunaan cadangan makanan oleh biji untuk menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses biologisnya (Bewley dkk., 2013).
5. Bagaimanakah berat dan volume kecambah (kelompok 2) sebelum dan sesudah dikeringkan?
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 5 Jawaban: Kecambah kacang merah (kelompok 2) mengalami kehilangan berat dan volumenya setelah dikeringkan, yang disebabkan oleh proses respirasi. Akan tetapi, penurunan volume dan berat kelompok 2 lebih drastis dibanding kelompok 1. Hal tersebut dapat terjadi karena ketika biji sudah berkecambah dan mengalami pertumbuhan, terjadi pertambahan jumlah sel yang menyebabkan penambahan berat basah kecambah. Selanjutnya, kecambah akan mengalami respirasi dengan memanfaatkan cadangan makanan pada endosperm sehingga sebagian besar isi kecambah menjadi air. Air dalam kecambah akan menghilang ketika pengeringan. Hal tersebut menyebabkan berat kecambah (kelompok 2) dalam kondisi kering akan lebih kecil dibanding kelompok 1 (Taiz & Zeiger, 2002).
6. Bandingkan hasil pengukuran berat antara biji (kelompok 1) dan kecambah (kelompok 2) pada kondisi basah dan kering! Manakah yang lebih berat pada saat basah dan saat kering? Mengapa demikian?
Jawaban:Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa dalam kondisi basah, kelompok 2 memiliki berat yang lebih tinggi dibanding kelompok 1. Akan tetapi, dalam kondisi kering, berat kelompok 2 lebih rendah dibanding kelompok 1. Hal tersebut dapat terjadi karena ketika biji sudah berkecambah dan mengalami pertumbuhan, terjadi pertambahan jumlah sel yang menyebabkan penambahan berat basah kecambah. Selanjutnya, kecambah akan mengalami respirasi dengan memanfaatkan cadangan makanan pada endosperm sehingga sebagian besar isi kecambah menjadi air. Air dalam kecambah akan menghilang ketika pengeringan. Hal tersebut menyebabkan berat kecambah (kelompok 2) dalam kondisi kering akan lebih kecil dibanding kelompok 1 (Taiz & Zeiger, 2002).
7. Bandingkan hasil pengukuran volum antara biji (kelompok 1) dan kecambah (kelompok 2) pada kondisi basah dan kering! Manakah yang lebih besar volumnya pada saat basah dan saat kering? Mengapa demikian?
Jawaban: Volume kelompok 2 ketika kondisi basah maupun kering lebih besar dibandingkan kelompok 1. Akan tetapi, pengurangan volume pada kelompok 2 lebih besar dibanding pengurangan volume yang terjadi pada kelompok 1. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya endosperm dan sel radiks dalam kecambah yang mengalami penyusutan (Taiz &
Zeiger, 2002).
8. Apakah yang dapat Saudara simpulkan dari percobaan di atas?
Jawaban: Percobaan respirasi biji dan kecambah menunjukkan beberapa kesimpulan penting. Pertama, biji dan kecambah mengalami perubahan berat dan volume selama proses respirasi. Biji dan kecambah kehilangan berat setelah dikeringkan karena proses respirasi. Kecambah kehilangan berat lebih banyak daripada biji karena memiliki massa jaringan yang lebih besar dan laju respirasi yang lebih tinggi. Selain itu, kecambah kehilangan volume lebih banyak daripada biji karena memiliki struktur yang lebih longgar dan mudah terkompresi. Kedua, proses respirasi menghasilkan energi dan menyebabkan hilangnya massa. Energi yang dihasilkan dari respirasi digunakan untuk proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan perkembangan pada kecambah. Hilangnya massa terjadi karena karbohidrat, protein, dan lemak dalam biji dan kecambah diubah menjadi energi dan gas CO2. Ketiga, laju respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suhu, oksigen, dan jenis biji (Bewley dkk., 2013).
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 6 C. PENGELUARAN CO2 SELAMA RESPIRASI
Perlakuan: kondisi gelap suhu 30±2 oC (suhu kamar) Biji yang digunakan : Biji kacang hijau Lama inkubasi: 24 jam Volum NaOH 0,2 N yang digunakan: 30mL
Volum NaOH 0,2 N yang digunakan untuk titrasi: 10mL Data kelas:
Kelompok Perlakuan
Volume titrasi (ml) Laju respirasi (ml CO2/ g kecambah/ jam) Kontrol Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
Ulangan 1 & 2 1 Kondisi gelap suhu
kamar 8,7 4 8 6 7,25 x 10-6
2 Ruangan ber-AC 9,7 5,7 5,3 5,5 4,17 x 10-5
3 Dalam kulkas 10,2 7,8 9 8,4 1,75 x 10-5
4 Ruangan ber-AC 10,5 6 6,5 6,25 3,47 x 10- 6
5 kondisi gelap suhu
kamar 9,8 4,8 4,9 4,85 4,125 x 10-6
6 Ruangan ber-AC 11 5,8 5,8 5,8 4,25 x 10-5
7 Dalam Kulkas 9,1 7 6,7 6,85 1,61 x 10-5
8 Ruangan ber-AC 9,5 6 6,4 6,2 3.3 x 10-5
9 Kondisi gelap suhu
kamar 8,5 4,2 3,5 3,85 4,69 x 10-5
10 Dalam Kulkas 7,5 6,7 7,3 7,0 4,84 x 10-6
Jawablah pertanyaan berikut:
1. Apakah fungsi dari larutan NaOH pada percobaan di atas?
Jawab: NaOH berfungsi untuk mengikat CO2 yang terdapat di udara. Reaksi pengikatan CO2 dengan NaOH dapat dituliskan dalam reaksi: CO2 + 2NaOH → Na2CO3 + H2O (Hardianto & Hermawan, 2019: 49-50).
2. Mengapa selama percobaan, kecambah harus ditempatkan pada ruang gelap?
Jawab: Penempatan kecambah pada ruang gelap dilakukan dengan tujuan mencegah digunakannya CO2 hasil respirasi pada proses fotosintesis. Ruang yang gelap atau tanpa cahaya dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk
melangsungkan respirasi. Apabila tanaman diletakkan pada ruangan yang terang, maka CO2 dan O2 yang dihasilkan dari respirasi dan fotosintesis akan terus berputar pada kedua siklus tersebut (Exploratorium, 2015: 1). Hal ini kemudian akan berdampak pada hasil praktikum yang tidak akurat.
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 7 3. Apakah fungsi dari fenolftalein pada percobaan di atas? Bagaimana mekanisme kerja fenolftalein?
Jawab: Fenolftalein adalah indikator asam basa yang dapat menunjukkan perubahan warna sebagai hasil reaksi terhadap derajat keasaman. Pada larutan aqueous (pH di bawah 8,3), fenolftalein tidak menunjukkan warna apapun (bening/transparan). Pada pH di atas 8,3, warnanya berubah menjadi keunguan. Akan tetapi, pada pH dengan tingkat kebasaan yang sangat tinggi, warna indikator fenolftalein akan kembali menjadi bening (Petrusevski & Risteska, 2007:
260).
4. Apakah fungsi dari larutan HCl pada percobaan di atas?
Jawab: Larutan HCl digunakan sebagai titrat/titer dalam percobaan titrasi, karena HCl yang digunakan sudah diketahui konsentrasinya. Pada konsentrasi tersebut, HCl yang merupakan larutan asam kuat merubah NaOH sebagai basa kuat menjadi garam NaCl dengan persamaan reaksi: NaOH + HCl → NaCl + H2O (Harjanti, 2008: 50).
5. Apakah yang dimaksud dengan titrasi? Jelaskan prinsip kerja titrasi!
Jawab: Titrasi merupakan metode yang bertujuan untuk menentukan kadar larutan dengan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Metode titrasi dilakukan dengan menambahkan suatu larutan standar (larutan dengan konsentrasi yang diketahui) secara bertahap ke dalam larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui hingga tercapai reaksi kimia yang sempurna. Tanda tercapainya suatu reaksi kimia sempurna pada metode titrasi ditunjukkan melalui adanya titik ekuivalen. Titik ekuivalen dalam titrasi merupakan titik keadaan (kuantitas) asam-basa yang dapat ditentukan secara stoikiometri (Chandra & Cordova, 2012: 2).
6. Berdasarkan hasil percobaan, pada perlakuan yang manakah yang laju respirasi kecambahnya paling tinggi? Mengapa?
Jawab: Laju respirasi tertinggi diperoleh dari kecambah yang diberikan perlakuan 30˚C. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhunya, maka akan semakin cepat laju respirasinya (Wiraatmaja, 2016: 6).
7. Berdasarkan hasil percobaan, pada perlakuan yang manakah yang laju respirasi kecambahnya paling rendah? Mengapa? Buatlah grafik dari hasil eksperimen yang diperoleh bandingkan laju repirasi dari 3 perlakuan suhu yang berbeda.
Jawab: Laju respirasi terendah ditunjukkan oleh kecambah yang diberi perlakuan <10˚C. Hasil tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa penurunan suhu di bawah 25˚C juga akan menurunkan laju respirasi (Wiraatmaja, 2016: 6).
Laju respirasi 10oC=(1,5 × 10−6)+(1,61 × 10−6)+(4,84 × 10−6)+(3,3 × 10−6)
4 = 2,81 ×10−6
Laju respirasi 20oC=(4,17 × 10−6)+(3,47 × 10−6)+(4,25 × 10−6)
3 = 3,96 ×10−6
Laju respirasi 30oC=(7,25 × 10
−6)+(4,125 × 10−6)+(4,69 × 10−6)
3 = 5,35 ×10−6
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 8 8. Sebutkan 3 faktor yang memengaruhi laju respirasi! Jelaskan bagaimana masing-masing faktor
dapat memengaruhi laju respirasi!
Jawab: Faktor-faktor yang memengaruhi laju respirasi dibagi menjadi faktor internal dan ekstrnal (lingkungan). Faktor internal yang memengaruhi antara lain yaitu usia, aktivitas, dan tingkat kematangan tanaman. Tanaman yang aktif mengalami pertumbuhan akan memiliki laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan tanaman dorman (Nurjanah, 2002: 148-149). Usia tanaman yang masih muda menunjukkan tingginya aktivitas yang dilakukan, sehingga laju respirasi pun akan lebih tinggi dibanding tanaman yang sudah mengalami pematangan. Adapun faktor eksternal yang memengaruhi adalah suhu. Kenaikan suhu akan mendorong terjadinya kenaikan laju respirasi. Akan tetapi, suhu di atas 35˚C akan menyebabkan laju respirasi menurun karena dapat merusak enzim yang berperan dalam respirasi (Wiraatmaja, 2016: 5-6)
9. Berdasarkan percobaan di atas, apakah yang dapat Saudara simpulkan?
Jawab: Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proses respirasi pada tanaman dapat diuji dengan melakukan titrasi. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi laju reaksi, antara lain adalah suhu, intensitas cahaya, usia dan aktivitas tanaman, dan lain sebagainya.
Nilai Lembar Pengamatan Tanda Tangan Penilai/
Asisten Tanggal
2,81
3,96
5,35
0 1 2 3 4 5 6
10oC 20oC 30oC
Laju Respirasi (L CO2/g kecambah/jam)
Suhu
Laju Respirasi
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 9 Daftar Acuan
Bewley, J. D., Bradford, K. J., Hilhorst H. W. M., Hiro N. 2013. Seeds: Physiology of Development, Germination, and Dormancy. 3rd ed. Springer Science & Business Media, London: xiii + 381 hlm.
Borthwick, H. A., Hendricks, S. B., Parker, M. W., Toole, E. H., & Toole, V. K. 1952. A reversible photoreaction controlling seed germination. Proceedings of the National Academy of Sciences, 38(7), 662–666.
Chandra, A. D. & H. Cordova. 2012. Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self Tuning PID Melalui Adaptive Control.
Jurnal Teknik Pomits, 1(1): 1—6.
Exploratorium. 2015. Photosynthetic Floatation. 1 hlm. https://www.exploratorium.edu/snacks/photosynthetic-floatation, diakses 3 Apri;2024 pk. 18.23 WIB.
Hardianto, A. & D. Hermawan. 2019. Pengaruh Filterisasi Bertingkat Larutan KOH, NAOH, Dan TEA Terhadap Penurunan Prosentase CO2 Pada Biogas. Jurnal Flywheel, 10(1): 43—54.
Harjanti, R. S. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses, 2(2): 49—54.
Novitasari, R. 2017. Proses Respirasi Seluler Pada Tumbuhan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi: 89–96.
Petrusevski, V. M. & K. Risteska. 2007. BEHAVIOUR OF PHENOLPHTALEIN IN STRONGLY BASIC MEDIA. Chemistry, 16(4): 259—265.
Sitorus, U.K.P., B. Siagian, & N. Rahmawati. 2014. Respons Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Pemberian Abu Boiler dan Pupuk Urea Pada Media Pembibitan. Jurnal Online Agroekoteknologi 2(3): 1021–
1029.
Smith, H. 1982. Light Quality, Photoperception, and Plant Strategy. Annual Review of Plant Physiology, 33(1), 481–518.
Taiz, L. & E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. 3rd Ed. Sinauer Associates, Sunderland: 690 hlm.
Tooley, P. W., & Roberts, P. D. 2003. Dew and rain-mediated dispersal of Colletotrichum acutatum, a cause of strawberry anthracnose. Phytopathology, 93(5), 584–588.
Wiraatmaja, I. W. 2016. BAHAN AJAR RESPIRASI DAN FOTORESPIRASI. Program Studi Aroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar: iii + 43 hlm.
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 10 Lampiran Metode Perhitungan Laju Respirasi
Pengukur kadar CO2 hasil respirasi biji dengan metode titrasi:
Diketahui :
• Lama inkubasi (respirasi) = 24 jam.
• Larutan NaOH 0,2 N →
o Volume NaOH yang dititrasi = A ml
• Larutan standar (peniter) = 0,2 N HCl o Volume HCl yang mentrasi = C ml
• Reaksi : 2NaOH + CO2 → Na2CO3 + H2O ==➔
Dititer :
NaOH sisa (yang tidak mengikat CO2) NaOH + HCl → NaCl + H2O
Metode perhitungan
Contoh Perhitungan CO2 Blanko (Kontrol) pada beberapa suhu penyimpanan Langkah
Penghitungan Blanko 1 (Kontrol)
10o C Blanko 2 (Kontrol)
B 25o C Blanko 3 (Kontrol) C
30oC Keterangan
Grol NaOH
semula A1 ml/1000x(0,2 N
NaOH) = B1 grol A2 ml/1000x(0,2 N
NaOH) = B2 grol 10 ml/1000x(0,2 N
NaOH) = 0,002 grol A= volume awal NaOH
Grol NaOH sisa blanko
C1 ml/1000 x 0,2 NHCl = D1 grol
C2 ml/1000 x 0,2 NHCl = D2 grol
8,5 ml/1000 x 0,2 NHCl = 0,0017 grol
C= volume HCl yang dititrasi
Grol NaOH+CO2
= Ek
(B1-D1) = E1 (B2-D2) = E2 (0,002-0,0017) =
0,0003 Untuk pengukuran CO2
Perhitungan Perhitungan CO2 Perlakuan Langkah
Penghitungan Perlakuan 1 (10o
C) Perlakuan 2 ( 25o
C) Perlakuan 3 (30oC) Keterangan Grol NaOH semula =
A grol A1 ml/1000x(0,2 N
NaOH) = B1 grol A2 ml/1000x(0,2 N
NaOH) = B2 grol 10 ml/1000x(0,2 N
NaOH) = 0,002 grol A= volume awal NaOH Botol berisi kecambah Grol NaOH dititrasi C1 ml/1000 x 0,2
NHCl = D1 grol C2 ml/1000 x 0,2 NHCl = D2 grol
3,85 ml/1000 x 0,2 NHCl = 0,00077
grol
C = volume HCl yang dititrasi Grol NaOH+CO2 = E (B1-D1) = e1 (B2-D2) = e2 (0,002-0,00077) =
0,00123 Untuk pengukuran CO2
Grol NaOH+CO2
Terkoreksi = F e1-E1 = F1 e2-E2 = F2 0,00123-0,0003=
0,00093 Dikurangi dari Blanko (Kontrol) Grol CO2 =
1/2F ½ F1 = G1 ½ F2 = G2 ½ 0,00093=
0,000465
2NaOH + CO2 → Na2CO3 + H2O 2 mol NaOH = 1 mol
CO2
Vol. CO2 terlarut:
=[22,4 x (suhu+273)]
x G 273
H1 H2
[22,4 x (30+273)] x 0,000465 273
= 0,01156062
Volume CO2 (Liter) 10 gram kecambah selama
24 jam*
Laju Respirasi Kecambah = __0,01156062-0.0003__ 4,69 x 10-5 L CO2/g kecambah/jam 10 x 24
Keterangan Tambahan:
Jika tiap grol gas ( 0C, 76 Cm Hg) banyaknya gas terlarut = 22,4 litter. maka volume
gas CO2 terlarut dapat dicari dengan persamaan (HK. Charles, di mana tidak ada perbedaan pada tekanan dan mol):
V1 V2 ---- = ---
T1 T2
V1 = Volume gas terlarut dalam 0oC, P 76 Cm Hg, untuk tiap grol = 22,4 L
CO2 respirasi = CO2 Perlakuan – CO2 Blanko
Praktikum Fisiologi Tumbuhan ATA 2022/2023 | 11 T1 = 0oC = 273 K
T2 = suhu pengamatan (dalam Kelvin) = x + 273 V2 = volume gas yang dicari