• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Berbasis Peserta Didik

N/A
N/A
pipin afindra

Academic year: 2023

Membagikan "Pembelajaran Berbasis Peserta Didik"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Deskripsi Singkat

Hasil Belajar

Indikator Hasil Belajar

Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

PARADIGMA PEMBELAJARAN BERORIENTASI PESERTA DIDIK

Indikator Keberhasilan

Urgensi Pembelajaran Berorientasi Peserta Didik

Seperti disebutkan di atas, “belajar untuk belajar” lebih diutamakan dan diutamakan daripada “apa yang kita pelajari”. Terutama ketika Anda bisa memperkirakan keterampilan apa yang dibutuhkan dan apa yang kita pelajari bisa dengan cepat menjadi usang. Jika seorang anak belajar secara verbal, dia akan merespons dengan baik pelajaran tradisional, teks, dan guru.

Namun ada pula yang menunjukkan bahwa anak-anak lebih banyak menyerap informasi bila disajikan dalam bentuk visual dan audio atau keduanya dalam bentuk audio visual. Seorang anak kecil bangun setiap hari dengan semangat yang besar untuk menemukan kegembiraan baru yang disediakan dunia untuknya. Jika seorang anak yang baru berjalan terjatuh, ia segera bangkit dan mencoba lagi, namun hampir di mana-mana kegembiraan belajar sering kali berubah menjadi pecahan yang kejam ketika belajar disamakan dengan memperoleh sedikit informasi yang diperlukan untuk lulus ujian atau memperoleh ijazah. . .

Jika kita perhatikan, yang kita ketahui tentang pembelajaran efektif adalah dengan menyediakan lingkungan seperti masa kanak-kanak, bukan pengajaran yang bersifat kekanak-kanakan. Salah satu alasan mengapa anak-anak dapat belajar dengan baik adalah karena mereka tidak memiliki prasangka.

Hakikat Pembelajaran Berorientasi Peserta Didik

Pendidik mengelompokkan siswa berdasarkan nilai dan membagi siswa ke dalam kategori, siapa yang berhak naik kelas, siapa yang tidak, siapa yang dapat lulus dan siapa yang tidak. Sedangkan pada pendekatan yang berpusat pada peserta didik, peran pendidik adalah membantu peserta didik menemukan sendiri fakta, konsep, atau prinsip. Guru dapat memberikan siswa sebuah tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun fokusnya harus pada siswa yang menaiki tangga itu sendiri, bukan menceramahi atau mengarahkan seluruh aktivitas siswa.

Oleh karena itu, untuk merujuk pada upaya pembelajaran menuju pembentukan karakter siswa yang kreatif, interaktif, inovatif dan inspiratif dalam proses pembelajaran di kelas diperlukan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Belajar mengetahui yang juga berarti belajar untuk belajar, yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan dan melaksanakan pembelajaran selanjutnya; Hakikat belajar adalah proses konstruksi makna/pemahaman siswa sehubungan dengan pengalaman dan informasi yang disaring oleh persepsi, pikiran, perasaan.

Teori konstruktivis memandang siswa terus-menerus mengeksplorasi informasi baru yang bertentangan dengan aturan lama dan mengoreksi aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Karena penekanannya pada siswa sebagai pembelajar aktif, strategi konstruktivis sering disebut sebagai pengajaran yang berpusat pada siswa. Peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip, bukan menguliahi atau memantau seluruh kegiatan kelas.

Memahami Karakteristik Peserta Didik

Latihan

Kebanyakan siswa tidak dapat mencapai kompetensi minimal sekalipun dalam ketiga bidang ini; 70% siswa tidak mencapainya. Oleh karena itu, dalam modul ini, kita akan membahas secara khusus bagaimana guru dapat mengelola pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa yang lebih besar di kelas, yang dalam prosesnya berfokus pada siswa menjadi lebih aktif dan lebih memahami apa yang akan terjadi. dan sedang dipelajari. Pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam aktivitas kehidupan nyata mengarahkan mereka untuk berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi apa yang telah dipelajari.

Menerapkan model pembelajaran yang membedakan siswa laki-laki dan perempuan ketika membahas topik yang berkaitan dengan anatomi dan fisiologi; Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui kegiatan positif; Menyediakan fasilitas yang memungkinkan peserta didik mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti olahraga, seni dan sebagainya;

Jalin hubungan yang harmonis dengan peserta didik dan bersedia mendengarkan segala keluh kesah dan permasalahan yang mereka hadapi. Pendidikan orang dewasa mengasumsikan bahwa siswa yang matang sebelumnya telah mempunyai pengalaman belajar yang kaya dan luas. Penekanan pada teknik experiential, artinya memberikan partisipasi luas kepada siswa dalam mengungkapkan pengalaman belajarnya, baik pada saat perancangan program pembelajaran, pelaksanaannya, maupun evaluasinya;

Secara berkelompok, carilah referensi lain yang menjelaskan perbedaan karakteristik peserta didik berdasarkan kecerdasan kinestetik, intrapersonal, visuospasial, naturalistik, interpersonal, linguistik, logika matematis, dan musikal, tergantung pada rumpun program pendidikan yang Anda ajar.

Rangkuman

Evaluasi

Pembelajaran yang berorientasi pada siswa kini menjadi sebuah strategi inovatif untuk membangun suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan karena. Siswa merasa dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran karena apa yang dipelajarinya berhubungan langsung dengan kehidupannya sehari-hari.

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI PESERTA DIDIK

Pendekatan Pembelajaran Kooperatif

Jika terstruktur dengan baik, pembelajaran kompetitif dan individualistis akan efektif dan memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa merasa bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat bersama. Siswa akan merasa menjadi bagian dari kelompok yang turut berperan dalam keberhasilan kelompoknya.

Hal ini terjadi ketika seorang siswa membantu siswa lain berhasil sebagai anggota kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya harus mempelajari materi yang disampaikan, tetapi juga belajar berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Cara siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan mengkomunikasikan gagasan dalam kelompok memerlukan keterampilan khusus.

Kesempatan yang sama untuk berhasil berarti siswa telah membantu kelompoknya dengan meningkatkan pembelajarannya sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa dengan level tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan kontribusi seluruh anggota kelompok sangat berharga. Pembelajaran dilakukan oleh siswa sebagai anggota suatu kelompok yang diberi tugas berbeda-beda yang berkaitan dengan suatu mata pelajaran.

Agar setiap anggota siswa memahami keseluruhan mata pelajaran, maka diberikan tes dengan materi yang lengkap. Metode ini umumnya digunakan dalam pendidikan bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di kalangan siswa yang sangat heterogen. Secara bertahap, setiap siswa sebagai anggota kelompok diberikan soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dahulu.

Jika soal tahap pertama diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal berikut. Namun, jika seorang siswa tidak dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Dalam pembelajaran ini, siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa, baik tertulis maupun lisan, dalam kelompoknya.

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, mengeksplorasi, berdiskusi, berpikir kritis atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui pekerjaan. Sebagian besar waktu belajar siswa digunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengarkan ceramah dan menyelesaikan latihan yang membosankan (melalui Laporan individu ke orang tua bukan hanya raport saja, melainkan hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain sebagainya.

Penjelasan guru, jawaban siswa dan interaksi pendidikan antara guru dan siswa bebas dari prasangka langsung, pemikiran subjektif atau penalaran yang menyimpang dari alur pemikiran logis; Mendorong dan menggugah siswa untuk berpikir kritis, analitis dan cermat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan menggunakan bahan atau bahan pembelajaran; Mendorong dan menggugah siswa agar mampu berpikir hipotetis ketika melihat perbedaan, persamaan dan keterkaitan suatu mata pelajaran atau materi pembelajaran;

Mendorong dan menggugah peserta didik agar mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir rasional dan obyektif dalam menyikapi materi atau materi pembelajaran; Guru dan siswa hendaknya menggunakan akal sehat pada saat proses pembelajaran karena dapat menunjukkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang benar. Namun jika guru dan siswa hanya menggunakan akal sehat juga dapat menyesatkan mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.

Sebaliknya akan merosot menjadi prasangka buruk atau sikap ketidakpercayaan, apabila diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan siswa. Misalnya seorang pelajar mencoba mengutak-atik tombol-tombol di laptop, namun tiba-tiba ia terkejut karena laptopnya menyala. Siswa kemudian melihat simbol tombol yang menghidupkan laptop dan mengulangi tindakan tersebut lagi, hingga sampai pada jawaban tertentu mengenai tombol dengan simbol yang akan memastikan laptop dapat dihidupkan.

Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Dalam observasi partisipan, siswa terlibat langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Memaksimalkan pembelajaran siswa untuk meningkatkan prestasi dan pemahaman akademik, baik secara individu maupun kelompok D.

PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Pendidik menanyakan apakah melalui kegiatan praktek memberi tersebut peserta didik sudah benar-benar merasa melakukan kegiatan memberi. Jika rata-rata peserta didik menjawab sudah,

Pendidik menanyakan apakah melalui kegiatan praktek memberi tersebut peserta didik sudah benar-benar merasa melakukan kegiatan memberi. Jika rata-rata peserta didik menjawab sudah,

Minimalnya informasi tentang bagaimana cara seorang pendidik mengembangkan kelompok afeksi, membuat para pendidik bingung harus bagaimana karena pendidik tidak tahu bahan apa yang

Langkah-langkah yang dilakukan oleh pendidik dalam menerapkan konsep resitasi/pemberian tugas adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik harus jelas

Pelimpahan tugas mengevaluasi dan menilai pembelajaran musik peserta didik kepada pendidik khusus musik akan berdampak kurang baik terhadap pendidik dalam

1) Guru memberi contoh cara membaca teks (pelafalan) yang benar. 2) Guru menjawab semua pertanyaan peserta didik yang ada kaitannya dengan teks. 3) Guru menerangkan kata sulit

Kaitannya dengan proses pengajaran, pemberian hukuman sebagai salah satu metode merupakan cara yang lazim ditempuh oleh seorang pendidik, dengan jalan memberi siksa yang bernilai

guru harus mulai dari dirinya sendiri agar apapun yang dilakukannya dengan baik berdampak pula bagi anak didiknya.4 Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,