• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Nadyaeka

Academic year: 2025

Membagikan "PENGERTIAN KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF Nama : Nadya Eka Yanti

NIM : 221E10310

Tanggal : 19 April 2025

1. Jelaskan makna perkembangan kognitif bagi AUD!

Perkembangan kognitif bagi Anak Usia Dini (AUD) adalah proses bertahap di mana anak mulai memahami dunia sekitarnya melalui pengalaman dan interaksi. Maknanya sangat penting karena merupakan dasar dari cara anak belajar, berpikir, mengingat, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Dengan perkembangan kognitif yang baik, anak mampu mengembangkan kemampuan bahasa, logika, dan pemahaman sosial. Ini juga berpengaruh pada kesiapan anak memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

2. Bagaimana perkembangan kognitif AUD (3–5 tahun) menurut ahli?

a. Teori Jean Piaget – Tahap Praoperasional (2–7 Tahun)

Jean Piaget membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap, dan anak usia 3–5 tahun berada di tahap praoperasional. Tahap ini ditandai oleh kemampuan berpikir simbolik, namun masih terbatas secara logis. Berikut penjabaran karakteristik pada tahap ini:

Egonsentrisme

Anak pada usia ini masih sulit melihat sudut pandang orang lain. Mereka berpikir bahwa semua orang memiliki pandangan dan pengalaman yang sama seperti dirinya. Misalnya, ketika anak menutupi matanya dan berpikir orang lain tidak bisa melihatnya juga.

Pemikiran Simbolik

Anak mulai menggunakan simbol-simbol seperti kata, gambar, atau objek untuk mewakili sesuatu. Contohnya, anak menyebut mainan boneka sebagai

"bayi" dan berpura-pura menyusuinya.

Kesulitan Berpikir Logis

Anak belum mampu memahami konsep sebab-akibat secara logis. Mereka sering berpikir berdasarkan intuisi atau persepsi, bukan pada pemikiran

(2)

rasional. Misalnya, mereka mungkin berpikir bahwa bulan mengikuti mereka saat berjalan.

Fantasi dan Imajinasi yang Tinggi

Anak sering bermain peran dan menunjukkan kemampuan berimajinasi yang tinggi. Mereka bisa berpura-pura menjadi dokter, guru, atau tokoh kartun, yang sebenarnya merupakan cara mereka memahami dunia sekitar (Berk, 2015).

b. Lev Vygotsky – Peran Interaksi Sosial dan Budaya

Berbeda dengan Piaget, Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif anak. Menurut Vygotsky (dalam Bodrova &

Leong, 2010), anak belajar paling baik melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Salah satu konsep utama dalam teori Vygotsky adalah:

Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

Yaitu jarak antara kemampuan yang dimiliki anak secara mandiri dan kemampuan yang bisa dicapai dengan bantuan orang lain. Misalnya, anak belum bisa mengerjakan puzzle sendiri, tapi bisa menyelesaikannya dengan sedikit bantuan guru atau orang tua.

Scaffolding (Penyangga)

Guru atau orang dewasa memberikan bantuan sementara untuk membantu anak menyelesaikan tugas, dan secara bertahap bantuan ini dikurangi seiring anak lebih mandiri (Bodrova & Leong, 2010). Proses ini mendukung perkembangan berpikir anak secara bertahap dan bertingkat.

3. Rancanglah kegiatan pengembangan kognitif pada usia 3–5 tahun!

Nama Kegiatan:

Membuat Pesawat Terbang Mini (DIY) Usia Anak:

3–5 tahun

Tujuan Kegiatan:

Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif

Melatih koordinasi mata dan tangan

Mengenalkan konsep sebab-akibat (contoh: baling-baling bisa berputar karena ada dorongan angin atau tangan)

(3)

Melatih mengikuti instruksi sederhana secara berurutan Alat dan Bahan:

Gelas plastik atau kertas

Stik es krim

Kertas warna (untuk baling-baling)

Lem kertas atau lem tembak (dengan bantuan guru/orang dewasa)

Gunting (aman untuk anak-anak)

Spidol atau stiker untuk dekorasi Langkah-Langkah Kegiatan:

1. Guru menunjukkan contoh pesawat terbang buatan tangan (seperti di gambar).

2. Anak diajak memilih warna dan bentuk untuk membuat badan pesawat.

3. Anak menempelkan stik es krim di bagian belakang gelas sebagai ekor dan bagian samping sebagai sayap.

4. Membuat baling-baling dari kertas warna dan menempelkannya di bagian depan pesawat.

5. Anak diberi waktu untuk menghias pesawatnya sendiri.

6. Setelah selesai, anak boleh mencoba memainkannya sambil diberi penjelasan singkat tentang fungsi baling-baling dan sayap.

Peran Guru:

Memberikan instruksi secara bertahap dan jelas

Memberi contoh cara membuat dan menempel bagian-bagian pesawat

Memberi dukungan dan pujian saat anak mencoba menyelesaikan tugas

Mengaitkan kegiatan dengan pertanyaan pemicu seperti “Kenapa baling-balingnya bisa berputar?” atau “Kalau kita tiup, bisa nggak pesawatnya jalan?”

Manfaat Kognitif:

Anak belajar mengamati bentuk dan fungsi bagian pesawat

Mendorong anak untuk memahami urutan proses (step by step)

Mengembangkan kemampuan berpikir logis dan imajinatif

Meningkatkan kemampuan problem solving saat anak kesulitan menempel atau menyusun bagian pesawat

Referensi

Dokumen terkait

dituju. d) Bola bergerak lurus dan mendatar ke arah teman yang dituju.. - Guru memberi contoh cara mengumpan datar dengan kaki bagian dalam secara benar. - Siswa

Landasan teori yang mendasari menggunakan kriteria atau indikator dalam mengetahui kemampuan anak dalam membilang dan menghitung dengan menyusun bentuk geometri, melalui

Berdasarkan penelitian peneliti mencoba menerapkan kegiatan belajar anak melalui media kartu bilangan dan kartu gambar terhadap kemampuan berhitung anak, Mayke 1995

remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan

Melalui bermain eksplorasi alam sekitar anak dapat berinteraksi langsung dengan benda – benda yang dapat menarik rasa ingintahunya dan mencari tahu sendiri

Sistem among merupakan sistem pembelajaran dimana guru (pamong) bertugas untuk membimbing, memberi contoh, serta memberikan motivasi dan dorongan pada anak dengan

Diduga penerapan metode permainan kipas geometri dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengenal bentuk-bentuk geometri. Kondisi

Selain itu, kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains dapat menstimulus anak untuk melakukan aktivitas kognitif, sebagai contoh kegiatan observasi memberikan