• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran PAI Secara Daring Dan Persepsi Orang Tua (Studi Kasus di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pembelajaran PAI Secara Daring Dan Persepsi Orang Tua (Studi Kasus di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN PAI SECARA DARING DAN PERSEPSI ORANGTUA (STUDI KASUS ORANGTUA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 5

TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

RISALDI NIM 20100116060

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

i

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. karena izin, rahmat, dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pembalajaran PAI Secara Daring Dan Persepsi Orangtua (Studi Kasus Orangtua Peserta Didik SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar)”. Shalawat serta salam kemudian penulis panjatkan kepada suri tauladan kita baginda Nabi Muhammad saw., dan juga para sahabat, keluarga serta pengikut-pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada kedua orang tua penulis yaitu Haeruddin dan Juhanis, beserta para saudara/saudari tercinta Marni,Musliha,Fadli,Iswandi dan Fajrin dan segenap keluarga atas doa, kesabaran, dan segala perhatian serta jasa-jasanya yang tidak pernah lelah dalam mendidik serta memberi cinta dan kasih sayang yang begitu tulus kepada penulis.

Selain itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., sebagai Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Mardan, M.Ag., sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Wahyuddin Naro, M.Hum., sebagai Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, Dan Keuangan, Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, dan Dr. H.

Kamaluddin Abunawas, M.Ag., sebagai Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Dan Pengembangan Lembaga, yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar sebagai tempat penulis menuntut ilmu.

(4)

2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan bersama Dr. M. Shabir U, M.Ag. sebagai Wakil Dekan I, Dr. Muh.

Rusdi T, M.Ag. sebagai Wakil Dekan II, dan Dr. Ilyas, M.Pd., M.Si. sebagai Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., MA. dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian studi.

4. Dr. Salahuddin, M.Ag. dan Dr. H. Erwin Hafid, Lc., M.Th.I., M.Ed . sebagai pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan arahan, dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.

5. Dr. Nuryamin, M.Ag. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. sebagai dewan penguji I dan penguji II, yang telah memberikan banyak masukan, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.

6. Para dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar dengan segala jerih payah dan ketulusan, membimbing dan memandu perkuliahan sehingga dapat memperluas wawasan keilmuan penulis.

7. Para staf Tata Usaha Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian administrasi selama perkuliahan dan penyelesaian studi penulis.

8. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf beserta segenap staf yang telah menyiapkan literatur demi penyelesaian skripsi penulis.

9. Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan beserta segenap staf beserta segenap staf yang telah menyiapkan literatur demi penyelesaian skripsi penulis.

(5)

10. Rekan-rekan seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2016 yang telah banyak membantu dan memberikan pengalaman dan kenangan yang tidak dapat terlupakan kepada penulis selama mengemban pendidikan di UIN Alauddin Makassar.

Upaya penulisan dan penyusunan skripsi telah dilakukan secara maksimal.

Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun, senantiasa diharapkan. Akhirnya semoga skripsi ini memberi manfaat bagi semua pembaca, dan terkhusus kepada penulis sendiri. Aamiin.

Makassar, 2022 Penulis,

Risaldi

NIM : 20100116060

(6)

iv DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... vi

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Penelitian Terdahulu ... 8

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 14

A. Proses Pembelajaran Daring ... 14

B. Pelajaran Pendidikan Agama Islam ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 28

B. Pendekatan Penelitian ... 29

C. Sumber Data ... 29

D. Metode Pengumpulan Data ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Tehnik Analisis data ... 33

G. Pengujian Keabsahan Data………... 34

BAB IV PEMBELAJARAN PAI SECARA DARING DAN PERSEPSI ORANG TUA DI SMP NEGERI 5 TINAMBUNG ... 36

A. Gambaran Umum SMP Negeri 5 Tinambung ... 36

B. Pembelajaran Daring pada Mapel PAI di SMP Negeri 5 Tinambung ... 43

C. Persepsi orangtua terhadap pembelajaran daring di SMP Negeri 5 Tinambung ... 51

D. Faktor pendukung dan faktor penghambat di SMP Negeri 5 Tinambung ... 56

BAB V PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Implikasi Penelitian ... 64

(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(8)

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

Huruf Arab

Nama Huruf Latin Nama

ا alif Tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب ba b Be

ت ta t Te

ث s\a s\ es (dengan titik di atas)

ج Jim j Je

ح h}a h} ha (dengan titik di bawah)

خ kha kh ka dan ha

د dal d De

ذ z\al z\ zet (dengan titik di atas)

ر ra r Er

ز zai z Zet

س sin s Es

ش syin sy es dan ye

ص s}ad s} es (dengan titik di bawah)

ض d}ad d} de (dengan titik di bawah)

ط t}a t} te (dengan titik di bawah)

ظ z}a z} zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ain ‘ apostrof terbalik

غ gain g Ge

ف fa f Ef

ق qaf q Qi

ك kaf k Ka

ل Lam l El

م Mim m Em

ن Nun n En

و Wau w We

ـه Ha h Ha

ء Hamzah ’ `Apostrof

(9)

ى Ya yang Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

B. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

T N Huruf Lain Nama

َ ا

Fath}ah a A

َ ا

Kasrah i I

َ ا

d}ammah u Untuk

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh:

َ فـْيـ ك

: kaifa

َ ل ْوـ ح

: h}aula

C. Maddah

Nama Huruf Latin Nama

Tanda

fath}ahَ dan ya>’ ai a dan i

ْ ىَـ

fath}ah dan wau au a dan u

ْ وَـ

(10)

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat dan Huruf Nama Huruf dan

Tanda Nama

ىَ َ...َ|َاَ َ...

fath}ahَdan alif atau ya>’

a> a dan garis di atas

ىــــ ـ

kasrah dan ya>’ i> i dan garis di

atas

وــ ـ

d}ammah dan

wau

u> u dan garis di atas

Contoh:

َ تا ـم

: ma>ta

ىـ م ر

: rama>

َ لـْيـ ق

: qi>la

َ ت ْو ـمـ ي

: yamu>tu

D. Ta>’ marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah

yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’

marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

(11)

ةـَض وَر

ْ لاَف طَلأا ْ ْْ

: raud}ah al-at}fa>l

ةـَنـ ي دـَمـ لَا ةَلــ ضاَـفـ لَا ْ ْْ

ْ ْ

: al-madi>nah al-fa>d}ilah

ةــَمـ كـ ح ـلَا

ْ ْ

: al-h}ikmah

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan hurufَ لا (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contoh:

َ سـْمـَّشل ا

: al-syamsu (bukan asy-syamsu)

َْـل َّزل ا

َ َةـ ـل زـ

: al-zalzalah (az-zalzalah)

َ َة فـ سْلـ فـْـل ا

: al-falsafah

َ د لاـ ــبـْـل ا

: al-bila>du

E. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

َ ن ْو رـ مْأ ـت

: ta’muru>na

َ ع ْوـَّنــل ا

: al-nau‘

(12)

ْ ء يـَش

: syai’un

ْ ت رـ م أ

: umirtu

F. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n Al-Sunnah qabl al-tadwi>n

G. Lafz} al-Jala>lah (

الله

)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

َ اللهَ نْـي د

di>nulla>h

َ للا ب

billa>h

Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al- jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t].

Contoh:

(13)

ْ مـ ه

ْ فْ ْ

ْ ةَمـ ــحَر

ْ

ْ الل

hum fi> rah}matilla>h

H. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan. Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l

Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n

Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>

Abu>> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al- Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu) Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid

(bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

(14)

I. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>

saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun

QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4 HR = Hadis Riwayat

(15)

xiv ABSTRAK

Nama : Risaldi

NIM : 20100116060

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas

Judul Skripsi : :

Tarbiyah dan Keguruan

Pembelajaran PAI Secara Daring Dan Persepsi Orangtua (Studi Kasus di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar)

Skripsi ini membahas tentang pembelajaran PAI Secara daring Dan Persepsi Orangtua di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Rumusan masalah penelitian ini yaitu 1) Bagaimana gambaran pembelajaran daring pada pelajaran Pendidkan Agama Islam di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar? 2) Bagaimana persepsi orangtua tentang pembelajaran daring dalam menunjang proses pembelajaran Pendidkan Agama Islam di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar? 3) Apa faktor pendukung dan penghambat pembelajaran daring terhadap proses pembelajaran Pendidkan Agama Islam di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar?

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pedagogik dan pendekatan psikologik. Pendekatan pedagogik digunakan untuk menelaah proses pembelajaran daring, sedangkan pendekatan psikologik digunakan untuk menelaah persepsi orangtua tentang pembelajaran daring di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

Hasil dari penelitian menunjukan. 1) Pembelajaran daring di SMP Negeri 5 Tinambung menggunakan aplikasi Whatsapp Group, Zoom dan Google Document, dengan metode pembelajaran Ceramah dan penugasan. 2) Persepsi orangtua tentang pembelajaran daring dibagi menjadi 2 persepsi; yang pertama, beberapa orangtua menikmati pembelajaran secara daring, dan yang kedua, beberapa orangtua menemukan kesulitan ketika pembelajaran dilakukan secara daring, namun orang tua mereka selalu mengawasi dan mendampingi mereka sehingga mereka dapat mengatasi kesulitan yang mereka temui dalam memahami materi pembelajaran. 3) Faktor pendukung pembelajaran daring di SMP Negri 5 Tinambung adalah Ponsel, laptop, kuota internet, dan buku paket mata pelajaran. Sedangkan faktor penghambat pembelajaran daring antara lain guru tidak bisa menjelaskan secara maksimal, minat dan motivasi peserta didik, faktor ekonomi, dan faktor koneksi internet yang belum merata.

Implikasi penelitian dijelaskan hendaknya pihak SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar melakukan asesmen kesulitan belajar orangtua dan melakukan kajian online untuk para orangtua terkait pemanfaatan teknologi berbasis internet ke arah pencerdasan pelajar.

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk mewujudkan insan yang berperadaban dan bermartabat. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia sebagai makhluk Tuhan, telah dikaruniai Allah kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah, agar dengannya manusia mampu mempertahankan hidup serta memajukan kesejahteraannya.1 Kemampuan dasar manusia tersebut dalam sepanjang sejarah pertumbuhannya merupakan modal dasar untuk mengembangkan kehidupannya di segala bidang.

Sarana utama yang dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia tidak lain adalah pendidikan.2 Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin dan sebagainya.3

Pendidikan adalah kunci dari segala bentuk kemajuan hidup manusia. Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk mengembangkan kualitas pendidikan.

Menurut Jusuf Amir Faisal dalam Bahaking Rama bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan intelektual manusia, baik sebagai makhluk pribadi maupun sebagai makhluk sosial

1M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 2.

2M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 2.

3Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2001), h. 285.

(17)

dalam berbagai interaksinya.4 Oleh karena itu, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang seharusnya dilaksanakan dengan efektif. Hal ini dimaksudkan agar tujuan dan cita-cita dari pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat diwujudnyatakan. Sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 telah dikemukakan bahwa:

”Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.5

Pendidikan adalah salah satu gerbang utama menuju pengetahuan. Agama Islam telah menjelaskan bahwa Allah swt mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan, sebagaimana firman-Nya dalam QS al- Mujadilah/58: 11, yaitu :

َ لَ َّللَّٱَ ح سۡف يَْاو ح سۡفٱ فَ س ل َٰ ج مۡلٱَي فَْاو حَّس ف تَ ۡم ك لَ لي قَا ذ إَْا َٰٓو ن ما ءَ ني ذَّلٱَا هُّي أََٰٰٓ ي

َ لي قَا ذ إ وَ ۡۖۡم ك

َا م ب هَّللٱ وَ ٖۚ ت َٰ ج ر دَ مۡل عۡلٱَ ْاو تو أَ ني ذَّلٱ وَ ۡم كن مَ ْاو ن ما ءَ ني ذَّلٱَ َّللَّٱَ ع ف ۡر يَ ْاو ز شنٱ فَ ْاو ز شنٱ

َ ري ب خَ نو ل مۡع ت .

Terjemahnya:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang- lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.6

4Bahaking Rama, Jejak Pembaharuan Pendidikan Pesantren: Kajian Pesantren As’adiyah SengkangSulawesi Selatan (Cet. I; Jakarta Pusat: PT. Parodatama Wiragemilang, 2003), h. 1.

5Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003.

6Departemen Agama Republik Indonesia; Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 543.

(18)

melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman Maksud dari ayat di atas adalah setiap orang yang beriman wajib hukumnya menuntut ilmu, baik ilmu akhirat maupun dunia. Hendaknya dalam menuntut ilmu juga memberikan kemudahan bagi orang lain dalam menuntut ilmu seperti kita juga, sebab Allah juga akan memudahkan kita baik di dunia dan akhirat bagi siapa yang memudahkan saudaranya dalam kesulitan.

Seiring dengan perkembangan pendidikan saat ini sudah banyak cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan semakin beragam bisa secara offline dan secara online. Pada pembelajaran ofline yaitu misalnya pembelajaran tatap muka Lebih lanjut pelaksanaan pendidikan di laksanakan melalui daring dan tatap muka. Masing- masing pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Tentunya, diketahui bersama bahwa pada awal tahun 2020, terjadi penyebaran virus covid-19.

Virus ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan China pada desember 2019. Virus ini merupakan virus RNA yang menyerang saluran pernapasan. Gejala yang ditimbulkan dari virus ini adalah demam, batuk serta sesak napas. Per tanggal 2 maret 2020, virus ini telah menginfeksi 90.308 orang. Sekarang ada lebih dari empat juta kasus COVID-19 di seluruh dunia.

Kasus ini berdampak pada kegiatan ekonomi dan pendidikan, dimana semua sekolah dan perkantoran ditutup. Covid-19 berdampak buruk bagi masayakat dalam bidang social, ekonomi dan pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran pada tanggal 24 Maret 2020 Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran COVID, dalam Surat Edaran tersebut dijelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan di rumah belajar yang bermakna bagi siswa. Belajar di rumah dapat

(19)

difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid- 19.

Lebih lanjut dalam melakukan kegiatan pembelajaran di rumah, ada beberapa aplikasi yang digunakan yaitu zoom, ruang guru, class room, google doc, google from, maupun melalui grup whatsapp. Kegiatan belajar dapat berjalan baik dan efektif sesuai dengan kreatifitas guru dalam memberikan materi dan soal latihan kepada siswa, dari soal-soal latihan yang dikerjakan oleh siswa dapat digunakan untuk nilai harian siswa.

Siswa merasa terbebani dengan adanya tugas-tugas yang menumpuk. Tidak semua siswa terbiasa dengan pembelajaran online dan juga tidak semua siswa memiliki sarana dan prasarana yang menunjang untuk melakukan pembelajaran secara online. Para siswa ingin sekolah segera dibuka dan bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran secara konvensional. Selain itu, orang tua juga harus extra membagi waktu untuk mendampingi putra putrinya selama pembelajaran daring ini.

Padahal tidak semua orang tua bisa menyediakan perangkat teknologi untuk pembelajaran online, mereka juga ada yang tidak tahu cara menggunakan aplikasi belajar online untuk mendampingi anaknya. Para pendidik juga mengalami dampak yang sama. Pendidik harus mengubah silabus dan juga membuat pembelajaran yang efektive untuk anak didiknya selama pandemic.7 WHO menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan membuka kembali sekolah. Pertama, diperlukan pemahaman yang jelas tentang transmisi COVID-19 saat ini dan tingkat keparahan virus pada anakanak. Kedua, epidemiologi COVID-19 di mana letak sekolah secara geografis perlu dipertimbangkan. Ketiga, kemampuan

7Munir, Pembelajaran Jarak Jauh (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 9-10.

(20)

untuk mempertahankan tindakan pencegahan dan kontrol COVID-19 dalam lingkungan sekolah. Ketika merefleksikan keputusan untuk membuka kembali sekolah, pemerintah daerah harus menilai kapasitas sekolah untuk mempertahankan langkah-langkah infeksi, pencegahan dan pengendalian covid-19 ini.

Adanya Covid-19 juga berdampak pada semua pihak dalam proses pembelajaran, termasuk orang tua. Pembelajaran daring ini tentunya menimbulkan dampak positif dan dampak negatif dalam pelaksanaannya. Tidak menutup kemungkinan bahwa tidak semua siswa, guru bahkan orang tua melek teknologi. Hal ini bisa jadi karena minimnya sarana yang dimiliki. Ketika dalam pelaksanaan pembelajaran daring di rumah, harusnya orang tua juga turut andil dengan pembelajaran anaknya. Namun pada kenyataannya tidak semua orang tua dapat mendampingi anaknya saat pembelajaran daring dilakukan. Kurang siapnya pihak yang terlibat dalam pembelajaran daring ini berdampak pada pembelajaran yang disampaikan. Akibatnya pembelajaran tidak berjalan seperti semestinya. Ditambah dengan semakin diperpanjang waktu belajar di rumah. Sedangkan siswa hanya mengandalkan materi pemberian dari guru yang itupun tidak semua siswa dapat memahami.

Tidak semua orang tua dapat menerima dan menyikapi tentang keputusan belajar dari rumah dengan pembelajaran daring ini. Mengingat para orang tua ada juga yang melakukan pekerjaan mereka juga dari rumah atau work from home. Ada juga yang harus menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya. Mungkin salah satu dari hal di atas yang membuat konsentrasi para orang tua terpecah. Dan menganggap bahwa dengan adanya kebijakan untuk belajar dari rumah dengan pembelajaran daring ini menambah tugas mereka dalam membimbing dan menemani

(21)

anak ketika belajar dan oleh karena itu, berdasarkan uraian singkat tersebut melatarbelakangi penulis mencoba menguraikan lebih lanjut tentang Pandangan Orangtua terhadap Pembelajaran Daring di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.

Lebih lanjut Penulis termotivasi mencoba mengangkat penelitian ilmiah dengan meng-angkat judul “Pembelajaran PAI Secara Daring Dan Persepsi Orangtua (Studi Kasus Orangtua Peserta Didik SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar)”.

Penulis memilih SMP Negeri 5 Tinambung sebagai objek penelitian karena alasan kemudahan akses dari peneliti dengan lokasi penelitian, disamping itu peneliti lebih mudah mengambil informasi dilokasi tersebut.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus penelitian bertujuan agar penulisan dan penelitian tidak keluar dari konteks yang diinginkan oleh peneliti. Sehingga menghasilkan karya tulis yang sesuai dengan standar penulisan yang baku dan benar. Berdasarkan rumusan masalah yang di tulis, maka yang menjadi focus penelitian dan deskripsinya sebagai berikut:

Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

Persepsi Orangtua Pandangan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah respon orangtua terhadap pelaksanaan pembelajaran daring, serta informasi lainnya yang disampaikan oleh orangtua.

(22)

Pembelajaran Daring Pembelajaran daring adalah metode belajar yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS). Seperti menggunakan Zoom, Whattsapp, Google Meet, dan lainnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran pembelajaran daring pada pelajaran Pendidkan Agama Islam di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar?

2. Bagaimana persepsi orangtua tentang pembelajaran daring dalam pelaksanaan proses pembelajaran Pendidkan Agama Islam di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat pembelajaran daring terhadap proses pembelajaran Pendidkan Agama Islam di SMP Negeri 5 Tinambung Kabupaten Polewali Mandar?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui gambaran pembelajaran daring di SMP Negeri 5 Tinambung.

b. Mengetahui pandangan orangtua terhadap Pembelajaran daring di SMP Negeri 5 Tinambung

(23)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan karya tulis yang dapat dijadikan sebagai masukan untuk pelaksanaan pembelajaran daring .

b. Dengan studi ini juga diharapkan dapat menambah dan memperluas khazanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi penelitian yang relevan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian tentang Pembelajaran PAI Secara Daring Dan Persepsi Orangtua (Studi Kasus Orangtua Peserta didik di SMP Negeri 5 Tinambung di Kabupaten Polewali Mandar). Adapun di antaranya ialah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Adela Oktavia Islami dengan judul “Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Daring Kelas III MI Mi’Rojul Ulum Jotangan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto”. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring kelas III MI Mi’rojul Ulum Jotangan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. (2) Mengetahui bagaimana peran orang tua dalam pembelajaran daring kelas III MI Mi’rojul Ulum Jotangan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk teknik analisis data ada 3 tahap yang digunakan yakni reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Kemudian untuk

(24)

pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran daring di MI Mi’rojul Ulum Jotangan ini menggunakan media atau aplikasi WhatsApp. Karena dianggap lebih universal dan lebih sederhana. Selain itu juga menggunakan Google Classroom, tapi hanya untuk latihan soal atau ujian saja. Sedangkan bentuk dari peran orang tua dalam pembelajaran daring ini adalah seperti, (1) mendampingi anak belajar dan mengerjakan tugas, (2) mengawasi anak dalam penggunaan ponsel, (3) membantu menjelaskan materi apabila ada yang belum dimengerti, (4) memberikan fasilitas belajar seperti ponsel atau kuota internet, (5) memberikan motivasi atau dukungan.8

2. Penelitian yang dilakukan oleh Supriadi dengan judul “Persepsi Orang Tua terhadap Kelanjutan Pendidikan Anak ke Perguruan Tinggi di Desa Ugi Baru Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar”. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dimana instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah angket, pedoman wawancara dan dokumen. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa persepsi orang terhadap kelanjutan pendidikan anak ke perguruan tinggi berbeda-beda, hal itu diakibatkan karena adanya perhatian, harapan kebutuhan, sistim nilai serta ciri kepribadian yang berbeda antara seseorang dengan orang lain dalam memandang suatu objek. Sedangkan kendalakendala yang dihadapi orang tua dalam melanjutkan pendidikan anak ke perguruan tinggi yang paling banyak disebutkan adalah ekonomi yang kurang

8Adelia Oktavia Islami, “Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Daring Kelas III MI Mi’Rojul Ulum Jotangan Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto)”, Skripsi (Makassar: UIN Sunan Ampel, 2021), h. vii.

(25)

mencukupi. Adapun implikasi penelitian dari skripsi ini yakni, walaupun persepsi orang tua terhadap kelanjutan pendidikan anak ke perguruan tinggi sudah memuaskan, akan tetapi pada kenyataannya jauh dari apa yang diharapkan, itu dapat terlihat dari masih adanya orang tua yang tidak berminat melanjutkan pendidikan anaknya ke perguruan tinggi. Oleh karena itu hendaknya orang tua selalu mendidik serta mengarahkan anakanaknya ke arah yang positif terutama memotivasi anak agar dapat melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi.9

3. Penelitian ini dilakukan oleh Ira Mita Asiana dengan judul “Persepsi Orang Tua Terhadap Pembelajaran Daring di masa Pandemi Covid-19 di MI Muhammadiyah 3 Al-Furqon Banjarmasin” Adapun Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran daring di MI Muhammadiyah 3 Al-Furqan Banjarmasin dan persepsi orang tua terhadap pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 di MI Muhammadiyah 3 Al-Furqan Banjarmasin. Penelitian ini adalah penelitian kasus dan lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 di MI Muhammadiyah 3 AlFurqan Banjarmasin dan persepsi orang tua terhadap pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 di MI Muhammadiyah 3 Al- Furqan Banjarmasin, sedangkan yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah orang tua peserta didik di MI Muhammadiyah 3 Al-Furqan Banjarmasin.

Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan bahawa pelaksanaan pembelajaran daring di MI Muhammadiyah 3 Al-Furqan Banjarmasin yaitu setuju apabila

9Supriadi, “Persepsi Orang Tua Terhadap kelanjutan Pendidikan Anak ke Perguruan Tinggi di Desa Ugi Baru Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar)”, Skripsi (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2015), h. x.

(26)

pembelajaran daring tidak dilaksanakan di MI Muhammadiyah 3 Al-Furqan Banjarmasin.10

4. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Khalimah dengan judul “Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Daring di MI Darul Ulum Pedurungan Kota Semarang Tahun Pelajaran 2020/2021”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orang tua dalam pembelajaran daring di MI Darul Ulum Pedurungan Kota Semarang, serta untuk mengetahui kesulitan orang tua dalam pembelajaran daring di MI Darul Ulum Pedurungan Kota Semarang Tahun Pelajaran 2020/2021. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif.

Subjek dalam penelitian ini yaitu orang tua siswa dan guru wali kelas V.

Pengumpulan data diambil melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Penulis berperan sebagai pewawancara langsung untuk menggali data melalui orang tua dan guru wali kelas V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua dalam pembelajaran daring di MI Darul Ulum Pedurungan Kota Semarang yaitu orang tua melaksanakan dua peran sekaligus pertama menjadi orang tua dan kedua menjadi guru di rumah; menyediakan sarana dan prasarana kepada anak;

memberikan semangat; motivasi; mengarahkan anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh masing-masing anak. Kesulitan orang tua dalam pembelajaran daring di MI Darul Ulum Pedurungan Kota Semarang yaitu latar belakang pendidikan orang tua mempengaruhi tingkat kemudahan dan kesulitan orang tua dalam mendidik anak; tingkat ekonomi orang tua mempengaruhi proses pembelajaran secara daring terutama dalam hal memfasilitasi pembelajaran daring

10Ira Mita Asiana, “Persepsi Orang Tua Terhadap Pembelajaran Daring di masa Pandemi Covid-19 di MI Muhammadiyah 3 Al-Furqon Banjarmasin”, Skripsi (Banjarmasin: UIN Antasari, 2020), h. vii.

(27)

anak; kesulitan membagi waktu antara anak dan pekerjaan; jumlah anggota keluarga juga mempengaruhi orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anak dalam belajar di rumah.11

5. Penelitian yang dilakukan oleh Wiwi Mulyani, dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis E-Learning terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Impuls dan Momentum”. Penelitian ini bertujuan untuik mengetahui pembelajaran berbasis E-Learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep impuls dan momentum. Dilaksanakan pada bulan November 2011. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain pretest dan potsttes.

Pengambilan data sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sample. Sampel penelitian berjumlah 19 siswa unuk kelas eksperimen dan 19 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrument tes berupa pilihan ganda, analisis data menggunkan uji t. hipotesis alternatif (Ha) diterima yaitu terdapat pengaruh pembelajaran berbasis e-Learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep impuls dan momentum. Disarankan kepada pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan metode pembelajaran berbasis e-Learning dengan memfasilitasi penggunaan internet di sekolah sebagai alat bantu dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat belajar mandiri dan guru Fisika khususnya di SMA/MA menggunakan e-Learning dalam pembelajaran agar membuat siswa tidak merasa bosan. Kegiatan belajar menjadi sangat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan ketersediaan waktu para siswa.12

11Siti Nur Khalimah, “Peran Orang Tua dalam Pembelajaran Daring di MI Darul Ulum Pedurungan Kota Semarang Tahun Pelajaran 2020/2021”, Skripsi (Salatiga: IAIN Salatiga, 2020), h.

xvi.

12Wiwi Mulyani, “Pengaruh pembelajaran Berbasis E-Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kopnsep Impuls dan Momentum, Skripsi (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013), h. i.

(28)

Lebih lanjut perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu di atas yaitu terletak pada objek kajiannya, karena penulis mengkhususkan atau memberikan batasan masalah pembahasan Pembelajaran PAI Secara daring Dan Persepsi Orangtua (Studi Kasus di SMP Negeri 5 Tinambung di Kabupaten polewali Mandar).

(29)

14 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pembelajaran Daring 1. Proses Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran

Dalam sebuah kegiatan pembelajaran tidak dapat lepas kaitnya dengan kegiatan belajar dan mengajar, karena dalam sebuah kegiatan pembelajaran terdapat aktifitas belajar dan mengajar yang berjalan. Proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar.

Dalam UU Sisdiknas 2003 Pembelajaran adalah proses interaksi pesertadidik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Pembelajaran secara luas dapat diartikan kegiatan seorang tenaga pendidik dalam melakukan kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi dan merubah perilaku anak didik. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika pendidikan itudapat berjalan sesuai dengan sistem kurikulum yang dipakai dalam lembaga pendidikan dimana sebuah proses pembelajaran itu terjadi.

Sedangan menurut Hamalik dalam Raoda proses pembelajaran merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara pelajar, pengajar dalam

upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula.1

1Raoda, “Persepsi Pemustaka Tentang Perpustakaan Dalam Menunjang Proses Belajar Mengajar di Perpustakaan SMPN 2 Tanete Rilau KabupatenBarru”, Skripsi (Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora. 2006), h. 162.

(30)

Adapun Trianto mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.

Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.2

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sebagai suatu proses intraksi antara guru dan peserta didik dimana akan dikhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu tertentu.

Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antar guru dengan peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif.

b. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menurut Sugandi dkk adalah membantu siswa pada siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan denganpengalaman itu tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa. Tujuan pembelajaran menggambarkan kemampuan atau tingkat penguasaan yangdiharapkan dicapai oleh siswa setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran.3

2Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif(Jakarta: Kencana, 2010), h. 17.

3Sugandi, Achmad, dkk. Teori Pembelajaran (Semarang: UPT MKK UNNES, 2004), h. 25.

(31)

Menurut Wina Sanjaya tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.4Sementara itu, Slavin dalam Sudirman menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran.5 Sedangkan Robert F. Mager dalam Hamsah mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran yaitu sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang sebenarnya semua menunjuk pada esensi yang sama bahwa :

1. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik c. Faktor-Faktor Pembelajaran

Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran (pendidikan dan pengajaran) yaitu:

1. Guru

Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kereteria bagi seorang guru adalah harus memiliki kewibawaan.6

4Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana, 2009}), h. 86.

5Sudirman, “Peranan Perpustakaan Fakultas Adab Dan Humaniora Dalam Menunjang Kegiatan Pembelajaran Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan UINAM”, Skripsi(Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora, 2014), h. 32.

6Cece Wijaya, dkk, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran (Bandung:

Remadja Karya, 1988), h. 29.

(32)

2. Siswa

Siswa merupakan sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pembelajaran. Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tentu saja akan dapat tercapai jika siswa berusaha secara aktif untuk mencapainya.7

3. Material/Dana

Guru menjalankan roda pendidikan diperlukan dana yang memadai. Fungsi dari dana adalah menunjang segala kegiatan yang berlangsung, anggaran dana dibutuhkan akan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan asal dana didapatkan dari anggaran pemerintah dan sumbangan dari orang tua/wali murid.

4. Fasilitas/Perlengkapan

Merupakan semua bentuk pendukung yang berfungsi memperlancar jalannya proses pembelajaran di sekolah. Komponen pendukung yang berupa fasilitas terdiri dari gedung perpustakaan, perabotan, lapangan olahraga, laboratorium dan sebagainya.

5. Prosedur

Merupakan desain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relevan.8

7Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006), h. 44.

8Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 46.

(33)

2. Pembelajaran Daring a. Pengertian Pembelajaran Daring

Pembelajaran pada umumnya dilakukan oleh pendidik dan peserta didik di dalam satu ruang kelas, namun ada pula pembelajaran yang memanfaaatkan media dalam proses transfer ilmu dari pendidik kepadapeserta didik yang dilakukan secara daring, tidak terikat ruang dan waktu dan siapapun dapat mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan.

Pembelajaran daring telah dimulai pada tahun 1970-an, tetapi mulai bersifat komersial dan berkembang pesat sejak periode 1990-an. Mulai dikenal secara komersial pada tahun 1995 ketika internet membuka layanannya sebagai penyedia jasa layanan internet pertama.9 Pembelajaran daring merupakan pembelajaran dengan menggunakan jasa atau bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Pembelajaran daring mempunyai cakupan yang lebih luas yang dalam pembelajarannya menggunakan internet/Intranet LAN/WAN tidak termasuk CD- ROM.

Som Naidu mendefinisikan pembelajaran daring sebagai penggunaan secara sengaja jaringan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar dan mengajar. Kemudian Abidin dan Nawi yang menyatakan pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan sistem online (berbasis internet) sebagai medium perantaraan diantara pengajar dan pelajar. Belajar melalui daring ini akan memudahkan kedua belah pihak karena penyampaian materi ajar lebih cepat, mudah, dan lebih efisien.10

9Deni Darmawan, Pengembangan E-Learning Teori dan Desain, (Bandung:PT Remaja Rosakarya, 2014). h. 25.

10Deni Darmawan, Pengembangan E-Learning Teori dan Desain, h. 26.

(34)

Sementara Rusman dalam bukunya mendefinisikan pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan oleh orang yang mengikutiya serta dapat dilakukan dimana dan kapan saja.11

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik, dalam menyampaikan pesan atau pembelajaran secara daring dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas internet dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku. Dengan demikian keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

b. Manfaat Pembelajaran Daring

Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf dalam Sysrifuddin, terdiri atas empat hal yaitu:

1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dan pendidik atau instruktur (enhance interactivity)

2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility)

3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience)

4. Mempermudah pembaruan dan penyimpanan materi pembelajaran ( easy updang of content as well as archivable capabilities).12

Sedangkan menurut Bates dan Wulf terdapat 4 hal yang menjadi manfaat dari pembelajaran daring:

1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara pesertadidik dan pendidik atau instruktur.

2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dariman dan kapan saja (time and place flexibility)

11Rusman, Model-Model Pembelajaran (Depok: Raja Grafindo Persada, 2010), h.346.

12Syarifudin, “Pengembangan Sistem Pembelajaran Online di SMK Nu Ungaran” Skripsi (Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2017). h. 27.

(35)

3)

4) Mempermudah pembaruan dan menyimpan materi pembelajaran.13 c. Ciri-Ciri Pembelajaran Daring

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem pembelajaran pun mengalami perkembangan menuju ke sistem pembelajaran daring.

Pembelajaran daring sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional. Secara garis besar perbedaannya terdapat pada cara mengajarnya. Pada pembelajaran konvensional terjadi tatap muka antara guru dan peserta didik. Sedangkan pada pembelajaran daring justru sebaliknya.

Pembelajaran daring memiliki beberapa ciri-ciri secara umum. Ciri-ciri tersebut didasarkan atas gabungan dari beberapa teori dan pendekatan yang mendukung pembelajaran daring. Ciri-ciri dari pembelajaran daring sangat luas, tetapi secara garis besar didapatkan bahwa ciri-ciri dari pembelajaran daring menurut Flinders University yaitu pembelajaran individu (personal), terstruktur dan sistematis (structurd), mengutamakan keaktifan siswa (active), dan keterhubungan (connective).14

Sedangkan menurut Clark dan Mayer dalam Solihah mendefinisikan pembelajaran daring sebagai pembelajaran yang disampaikan dengan menggunakan komputer melalui internet atau intranet, sedangkan karakteristiknya adalah:

1. Adanya kontent atau materi pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran

2. Menggunakan metode pembelajaran yang sesuai

3. Menggunakan media pembelajaran dalam berbagai format seperti teks, visual, video, multimedia, dan lain-lain.15

13Deni Darmawan, Pengembangan E-Learning teori dan desain (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2014), h. 33.

14Riyana, Cepi. Modul Konsep Pembelajran Online.2020 h.30.

15Anisatu Soliha, ”Model Komunikasi Dosen Dan Mahasiswa Dalam Pendalaman Tahsin Tilawah Melalui Virtual Learning (Studi Pada Sekolah Tinggi Shuffah Al-Qur’an Abdullah

(36)

Sedangkan menurut Dwi Salma dalam bukunya terdapat empat karateristik pembelajaran daring yaitu:

1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; dimana antara pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.

2) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer net works) 3) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri

4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran kurikulum hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan.16

d. Jenis-Jenis Pembelajaran Daring

Menurut Empy Effendi membagi atau membedakantipe virtual learning dengan menjadi dua jenis, yakni

1. Synchronous trainins

Synchronous berarti pada waktu yang sama. Jadi synchronous training adalah tipe pembelajaran atau pelatihan dimana proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar. Hal tersebut memungkinkannya interaksi langsung antara guru dan murid, baik melalui internet maupun intranet. Hal ini juga synchronous training mengharuskan pendidik dan peserta didik mengakses internet secara bersamaan. Sifatnya mirip kegiatan belajar mengajar diruang kelas. Namun kelasnya bersifat maya (virtual) dan peserta tersebar diseluruh dunia dan terhubung melalui internet.17

2. Asynchronous training

Asynchronous berarti tidak pada waktu yang bersamaan. Jadi seseorang dapat mengambil pembelajaran pada waktu yang berbeda dengan mengajar dan BinMas’ud Muhajirun Natar Lampung Selatan). Lampung”, Skripsi (Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019), h. 31-32.

16Dewi Salma Prawiradilaga, Mosaik Teknologi Pendidikan(Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2004), h.199.

17Empi Effendi dan Hartono Zhuang, E-learning Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta: Andi Publisher, 2005), h.7.

(37)

memberikan bahan ajar. Asynchronous yakni dimana pengajar memberikan materi pelajaran lewat internet dan peserta dapat membuka materi pada waktu yang berlainan.18

e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring

Sebagaimana media pendidikan pada umumnya, penerapan pembelajaran daring dalam pembelajaran memberikan sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas pembelajaran Menurut Molinda adapun keuntungan dan keterbatasan pembelajaran daring adalah sebagai berikut :

1) Keuntungan

a) Internet bisa memuat teks, audio, grafik, animasi video dll

b) Bisa di update informasi dan peserta didik bisa bisa dapat mengakses info tanpa batas

c) Peserta didik dapat mengakses informasi kemana-mana tanpa pergi jauh

d) Peserta didik dapat berkonsultasi dengan tenaga ahli dan bertukar pendapat dengan peserta didik yang lain

e) Berkomunikasi dengan mudah f) Tidak terlalu mahal (Murah)

2) Keterbatasan

a) Banyak materi internet yang tidak sesuai dengan materi peserta didik misalnya:

rokok, alcohol, pornografi dll b) Terjadi pembajakan atas hak cipta

c) Sulit mencari informasi karena setiap hari ribuan web tumbuh d) Membutuhkan tenaga teknisi untuk mengorganisir LAN

18Empi Effendi dan Hartono Zhuang, E-learning Konsep dan Aplikasi, h.8.

(38)

e) Membutuhkan alat koneksi untuk dapat mengakses internet f) Kelambatan akses

g) Membutuhkan cara pandang kritis atas informasi yang masuk19

Sedangkan Menurut Rusman dkk ada beberapa kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring yaitu:

1) Keuntungan

a) Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

b) Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

c) Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan dikomputer.

d) Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarainya, ia dapat melalakukan akses di internet secara lebih mudah.

e) Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

f) Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.

19Molinda, Michael,Instrucsional Technology and Media for Learning(New Jersey Colombus, Ohio 2005), h. 205.

(39)

g) Relatif lebih efisien. Misalnya, bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional. 20

2) Kekurangan

a) Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antar sesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran

b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.

c) Proses pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan.

d) Berubahnya peran pendidik dari semula yang menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT atau medium komputer.

e) Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.

f) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.

g) Kurangnya tenaga yanag mengetahui dan memliliki keterapilan megoperasikan internet.

h) Kurangnya personil dalam hal penguasaan bahasa pemrograman komputer.21 f. Kemampuan Penggunaan Pembelajaran Daring

Pada pembelajaran daring, guru menyiapkan materi pelajaran untuk dapat diakses oleh siswa. Selain itu guru juga merancang pembelajaran daring dari awal

20Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasidan Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers 2015), h. 271-273.

21Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasidan Komunikasi ( Jakarta: Rajawali Pers 2015), h. 364.

(40)

seperti membuat silabus, RPP, mempersiapkan materi, penilaian, diskusi dan lain- lain. Pada pembelajaran daring semua interaksi dilakukan secara tidak langsung.

Biasanya guru pada pembelajaran daring akan membuat forum diskusi untuk siswa sehingga guru dapat menilai semua aktifitas dan keaktifan siswa.

Untuk dapat menjalankan semua tugas dalam pembelajaran daring, maka guru memerlukan beberapa kompetensi yang diperlukan untuk pembelajaran daring.

Menurut Williams dalam Riyana, terdapat 8 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pembelajaran daring, yaitu sebagai berikut:

1. Menguasai dan Update Terhadap Perkembangan Internet 2. Lebih Menguasai Ilmu Pengetahuan Pokok dan Pendamping 3. Kreatif dan Inovatif Dalam Menyajikan Materi

4. Mampu Memotivasi Siswa

5. Kemampuan dalam Desain Pembelajaran daring 6. Kemampuan Mengelola Sistem Pembelajaran daring

7. Ketepatan dalam Pemilihan Bahan Ajar pembelajaran daring 8. Kemampuan dalam Mengontrol Proses Pembelajaran.22 g. Peran Orangtua Dalam Pembelajaran Daring

Dalam pembelajaran daring (dalam jaringan) pastinya anak masih membutuhkan bimbingan dan arahan dalam belajar, melihat kondisi dan situasi yang sekarang adanya pandemi sangat dibutuhkan untuk anak dalam belajar yaitu peran yang dilakukan untuk anaknya ketika pembelajaran daring dilakukan supaya pembelajaran daring tersebut bisa berjalan dengan lancar. Menurut Nika Cahyati dalam artikelnya, terdapat 4 peran orang tua dalam pembelajaran daring yaitu :

1. Orang tua memiliki peran sebagai guru di rumah, yang di mana orang tua dapat membimbing anaknya dalam belajar secara jarak jauh dari rumah.

2. Orang tua sebagai fasilitator, yaitu orang tua sebagai sarana dan prasarana bagi anaknya dalam pembelajaran jarak jauh.

3. Orang tua sebagai motivator, yaitu orang tua dapat memberikan semangat serta dukungan kepada anaknya dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga anak memiliki semangat untuk belajar serta memperoleh prestasi yang baik

22Riyana, Cepi. Modul Konsep Pembelajran Online. 2020 h.31-32.

(41)

4.

untuk selalu mempengaruhi pikirannya yang baik agar anak selalu semangat dalam belajar, selalu meraih prestasi, mengarahkan minat dan bakat anak dan selalu mengarahkan hal-hal yang baik untuk keberhasilan di masa yang akan datang.23

B. Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu disiplin ilmu yang memadukan nilai-nlai humanistik, ketuhanan dan hukum-hukum alam. Dimensi menjadikan Pendidikan Agama Islam sebagai sumber dan poros nilai yang tidak dapat diragukan keabsahan dan efektivitasya menciptakan manusia yang paripurna.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist, melalui

ajaran kkegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan, serta penggunaan pengalamanan.24

Selain itu, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni, ajaran Islam itu benar-benar di pahami, diyakini kebenaranya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan perbuatan, pemikiran, sikap dan mental.25

Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung dalam Muhaimin bahwa terdapat delapan pengertian tentang pendidikan agama Islam yaitu:

23Meda Yuliani dkk,” Pembelajaran Daring Untuk Pendidikan: Teori dan Penerapan (Medan:Yayasan Kita Menulis, 2020)hlm. 23-30

24Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 21.

25Ahmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bina Ilmu. 2004), h. 15.

(42)

1. Al-tarbiyah (pendidikan keagamaan) 2. Ta’lim al-din (pengajaran keagamaan) 3. Al-ta’lim al-diny (pengeagamaan) 4. Al-islamy (pengajaran keislaman)

5. Tarbiyah al-musim (pendidikan orang-orang muslim) 6. Al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam)

7. Al-tarbiyah inda al-muslimin (pendidikan dikalangan orang-orang Islam) Al-tarbiyah al-islamiyah.

(43)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam peneliti saat ini yaitu jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Zuriah penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan memberi penjelasan atau deskripsi terhadap suatu fakta- fakta, keadaan atau peristiwa maupun objek mengenai variabel penelitian yang bersifat sistematis dan akurat.1

Adapun menurut Kirik dan Miller bahwa penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dimanfaatkan untuk menganalisis atau mengamati individu beserta lingkungannya berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Dalam hal ini, peneliti menjadi sebagai human instrument. Dalam penelitian ini, peneliti hendaknya mendapatkan gambaran mengenai persepsi siswa, pelaksanaan serta faktor pendukung dan penghambat metode pembelajaran daring pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.2

2. Lokasi Penelitian

SMP Negeri 5 Tinambung adalah sekolah menengah pertama yang terletak di Dusun Karama Desa Karama, 2,5 km dari Ibu Kota Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar. Sekolah ini dalam perkembangannya di masa sekarang juga telah menyelenggarakan pembelajaran dimasa pandemi Covid-19.

1Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h.47.

2Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi, h. 92.

(44)

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi.

Fenomenologi adalah ilmu pengetahuan yang tentang apa yang tampak mengenai suatu gejala-gejala atau fenomena yang pernah menjadi pengalaman manusia yang bisa dijadikan tolak ukur untuk mengadakan suatu penelitian kualitatif. Pendekatan ini adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan hal-hal yang yang terjadi pada objek penelitian dengan menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi secara sistematis dengan meneliti berbagai macam kegiatan masyarakat setempat.3

Fenemenologi merupakan salah satu jenis pendekatan penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan pengumpulan data dengan observasi partisipan untuk mengetahui fenomena esensial. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologi karena peneliti akan mengamati fenomena-fenomena yang terjadi di SMP Negeri 5 Tinambung.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder:

a. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian setelah melakukan wawancara dan observasi terhadap objek-objek permasalahan yang akan di teliti. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil informan, yaitu orangtua,guru, dan unsur pimpinan SMP Negeri 5 Tinambung.

3Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 59.

Gambar

Gambar 1.1: wawancara berasama Pak Ahmad
Gambar 1.1: Wawancara bersama Ibu Fadila

Referensi

Dokumen terkait

Artinya ada perbedaan kemandirian remaja ditinjau dari persepsi terhadap pola asuh orangtua pada siswa SMP Negeri 3 Teras Boyolali berdasarkan pola asuh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1 pelaksanaan kurikulum 2013 yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri II Puger Jember sudah berjalan dengan baik meskipun

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat dilihat bahwa ada hubungan komunikasi interpersonal orang tua dengan perilaku siswa kelas VII di SMP Negeri

Dengan ini kami menyatakan bahwa penulisan ini karya ilmiah (skripsi) dengan judul “Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran PAI Studi pada Kelas VII SMP Negeri

Penelitian tentang kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) (studi multi kasus di SMP Alam Al-Ghifari Blitar

Problematika Pembelajaran PAI Secara Daring Bagi Anak Tunanetra di SMPLB-A Yayasan Pendidikan Anak-Anak Buta Gebang Putih Surabaya Setiap pembelajaran termasuk Pendidikan Agama

Dampak Pelaksanaan Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multimedia Interaktif terhadap prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Tegalombo