PEMBENTUKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN METODE BRAINSTORMING
Poppy Lestari Amin
Email:[email protected] UniversitasNegeriYogyakarta
Abstrak
Kondisi lingkungan yang ada di Indonesia sangat memprihatinkan, banyak kerusakan yang timbul seperti kebakaran liar, sampah menumpuk, akibat ketidakpedulian manusia terhadap pengelolaan lingkungan hidup.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu ibukota yang ada di Indonesia. Yogyakarta memiliki permasalahan sampah yang sangat rumit. Maka dengan itu perlu adanya upaya yang harus dilakukan oleh
masyarakat serta generasi muda. Salah satunya yaitu pembentukan karakter, pembentukan karakter dapat dilakukan di lingkup keluarga, masyarakat maupun sekolah, sekolah dapat menerapkan pembentukan karakter
peduli lingkungan bagi siswa. Dengan Teknik brainstorming merupakan cara agar siswa dapat menemukan solusi dan gagasan terkait menjaga lingkungan. Teknik ini memungkinkan siswa untuk berfikir secara kritis dan
tanpa ada Batasan, sehingga pembentukan karakter peduli lingkungan dapat dilakukan secara optimal.
Pembentukan karakter dengan teknik brainstorming dapat diimplementasikan dengan metode pembelajaran kontekstual. Sehingga dapat dilakukan secara nyata dan pembentukan karakter dapat terlihat nyata.
Pembentukan karakter sangat diperlukan agar siswa mampu beradaptasi dengan baik dan memahami pentingnya pengelolan lingkungan hidup. Upaya yang dilakukan dapat dengan aksi nyata yang kecil namun
menghasilkan dampak yang signifikan
Kata Kunci: Permasalahan Sampah; Pembentukan Karakter; Brainstorming: Karakter Peduli Lingkungan
A. PENDAHULUAN
Fenomena kondisi lingkungan saat ini semakin memprihatinkan. Hal ini dipicu oleh beberapa factor, mulai dari perubahan iklim, pencemaran polusi, pemanasan global, penipisan lapisan ozon yang menyebabkan kebakaran dan suhu menjadi lebih panas. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2012 terdapat 300 kasus kebakaran hutan, pencemaran lingkungan dan pelanggaran hukum. Tercatat penurunan kualitas lingkungan, pada 2009 sebesar 59,79% dan 2011 sebesar 60,84%. Hal tersebut diperkuat dengan data terakhir menuju Indonesia hijau dimana Indonesia hanya memiliki luas tutupan hutan sebesar 48,7% seluruh Indonesia. Permasalahan lainnya yaitu peningkatan jumlah sampah semakin tinggi hal tersebut timbul karena beberapa faktor seperti kurangnya kesadaran dan kepedulian terkait pengelolaan lingkungan hidup, kurangnya pemahaman dampak yang timbul karena pembuangan sampah secara liar (Guerrero dkk., 2013:227)
Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri terdapat permasalahan lingkungan yang sangat rumit mengenai lingkungan, salah satunya yaitu rendahnya kepedulian terhadap lingkungan.
Hal tersebut dapat dilihat dari fenomena adanya penutupan TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Piyungan. Penutupan itu diumumkan dalam surat edaran Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekretariat Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 658/8312.
Kebijakan ini diambil atas dasar TPST Piyungan yang sudah melebihi kapasitas disesabkan tumpukan sampah yang menggunung di lokasi TPST. Sehingga, sementara waktu tidak dapat menampung sampah regional. Hal tersebut menjadi tugas bagi pemerintah dan masyarakat untuk membentuk solusi terhadap permasalahan tersebut.
Untuk mengatasinya, tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah sebagai regulator maupun implementator, tetapi lebih penting adalah pelibatan masyarakat. Intervensi melalui berbagai media persuasif dan promosi lingkungan, pendidikan lingkungan, dan program- program pemberdayaan akan mampu menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Berdasarkan sub indeks perilaku peduli lingkungan di Yogyakarta, diketahui yang paling tinggi adalah perilaku hidup sehat karena mencapai 0,96. Tingginya nilai indeks tersebut kemungkinan berkaitan dengan banyak hal, salah satunya adalah kesadaran masyarakat terhadap sanitasi lingkungan. Kepedulian lingkungan merupakan salah satu aspek dari karakter yang harus dimiliki. Namun pada kenyataanya hal tersebut belum tertanam pada diri masyarakat.
Upaya pemerintah sudah dilakukan untuk mendukung penekanan tinginya kerusakan lingkungan. Program yang dicanangkan pemerintah yaitu dengan memberikan penghargaan kepada sekolah berupa gelar “Sekolah Adiwiyata” sekolah adiwiyata merupakan program dari Pemerintah. Sekolah yang sudah menyandang adiwiyata merupakan sekolah yang sudah lolos dalam verifikasi data oleh Dinas Lingkungan Hidup yang berada di Kabupaten masing-masing.
Terdapat beberapa sekolah adiwiyata jenjang SD-SMA dan sekolah yang belum mendapatkan gelar tersebut maka belum ada upaya dalam pembentukan karakter cinta lingkungan yang ditunjukan secara legal.
Kabupaten Sleman sudah memiliki upaya untuk mengatasi penutupan TPST Piyungan, yaitu dengan membentuk TPST pada beberapa daerah yang digunakan untuk menampung sampah sementara dari masyarakat. Tidak hanya TPST saja, namun pemerintah sudah secara aktif mendirikan bank sampah yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah memberikan fasilitas bagi komunitas yang berbasis lingkungan untuk melakukan aksi nyata terkait pengelolaan lingkungan hidup. Pembentukan karakter peduli lingkungan sangat diperlukan dalam keberlangsungan suatu proses.
Upaya lain yang dilakukan yaitu Dinas Lingkungan Hidup juga memberikan wadah berupa Satuan Karya untuk seluruh pemuda dan pemudi di Kabupaten Sleman. Nama dari Satuan Karya tersebut yaitu Satuan Karya (Saka) Kalpataru. Satuan Karya Kalpataru merupakan induk dari organisasi pramuka, Saka Kalpataru merupakan wadah bagi generasi muda untuk menanamkan karakter cinta, peduli, dan melestarikan lingkungan. Berkaitan dengan perilaku manusia yang tak acuh terhadap lingkungan maka sangat penting dalam mengubah atau membentuk karakter menjadi cinta terhadap lingkungan (Mulyana (2009:175 )). Pembentukan karakter dimulai dari diri sendiri karena hal terpenting ialah kita mampu menjaga lingkungan di area terkecil dahulu. Generasi muda harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Salah satu upaya mengembangkan perilaku peduli lingkungan yaitu melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mengatasi krisis lingkungan. Dengan adanya nilai karakter untuk peduli lingkungan bertujuan agar siswa mampu mengetahui dan sadar bahwa individu wajib dan memiliki peran terhadap lingkungan.
Albertus (2007:3) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah bentuk kegiatan yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik. Salah
satu nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter adalah karakter peduli lingkungan (Noviani, 2015:2). Karakter merupakan bagian penting dalam menghadapi kehidupan di masyarakat.
Salah satu fenomena yang sering terjadi saat ini adalah rendahnya kepedulian lingkungan pada siswa. Hubungan lingkungan dan manusia yang tidak seimbang ditengarai sebagai salah satu faktor penyebab menurunnya kualitas lingkungan.
Pembahasan dalam artikel ini bertujuan untuk memberikan cara atau upaya kepada pendidik dalam “pembentukan karakter peduli lingkungan Sekolah dengan Metode Brainstorming”. Brainstorming merupakan sebuah metode yang digunakan untuk membentuk karakter peduli lingkungan, melalui langkah-langkah brainstorming yang membangun agar siswa mampu berpendapat dan menemukan solusi terhadap permasalahan lingkungan yang berada di Sekolah secara kritis dan kreatif. Metode ini dipilih karena dapat diimplementasikan secara nyata, maka dengan itu siswa dapat lebih memahami terhadap upaya yang akan dilakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Sehingga pembentukan karakter dapat berjalan dengan mudah dan efisien ketika siswa dapat learning by doing.
B. KAJIAN PUSTAKA
B.1. Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan
Tempat Pembuangan Sampah Terpadu atau disingkat dengan TPST piyungan yang letaknya di Dusun Ngablak, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. TPST ini mulai berdiri sejak tahun 1996. Upaya penanganan sampah pada TPST Piyungan terlihat sangat minim, kegiatan yang berlangsung hanya berupa penimbunan sampah walaupun sudah melebihi kapasitas tampungan. TPST ini menampung sampah dari 5 kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sistem yang direncanakan oleh TPST ialah sanitary landfill namun karena banyaknya volume sampah yang meningkat system tersebut berubah menjadi open dumping. Masyarakat masih mengandalkan petugas TPST dalam mengelola sampah, tidak ada upaya atau kesadaran guna memilah sampah dari rumah sebelum dibuang ke TPST. Sejak beroperasinya TPST piyungan munculan dampak negatif seperti pencemaran tanah, pencemaran udara, pencemaran air. Namun masyarakat merasa dimudahkan karena lingkungan sekitarnya menjadi bersih dari tumpukan sampah.
B.2 Bank Sampah
Secara istilah, bank sampah terdiri dari dua kata, yaitu bank dan sampah. bank memiliki arti tempat penukaran uang. Secara sederhana, bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan
yang berkegiatan menghimpun dana atau keuangan. Menurut UU No. 10 Tahun 1998, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya guna meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan pengertian sampah merupakan barang yang dibuang karena tidak lagi digunakan. Menururt World Health Organization (WHO), Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank sampah adalah suatu tempat yang digunaan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah dan pilih. Sistem yang digunakan dalam bank sampah seperti sistem yang ada diperbankan. Penyetoran adalah warga yang tinggal disekitar lokasi bank sampah serta mendapat buku tabungan seperti menabung dibank.
B.3 Pembentukan Karakter
Karakter adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang dibentuk dalam lingkungan keluarga ataupun lingkungan sosial. Salah satu pembentukan karakter dapat dilakukan di sekolah. Pembentukan karakter sudah diatur dalam Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003.
Pembentukan karakter ialah upaya dalam membentuk perilaku positif dalam diri individu sehingga dapat melakukan kegiatan yang positif serta dapat mengembangkan diri dengan baik dan beradaptasi dengan optimal dalam kehidupan.
B.4 Karakter Peduli Lingkungan
Karakter peduli lingkungan ialah sebuah upaya dalam menjaga, peduli terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Sehingga dapat menciptakan suasana lingkungan yang sehat, bersih dan nyaman. Pembentukan karakter ini dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya ialah melalui kesehatan lingkungan sekolah yang diatur dalam UU RI No. 32 tahun 2009. Gerakan peduli lingkungan termasuk kedalam nilai karakter nasionalis dikarenakan dalam nilai nasionalis yaitu bagaimana cara kita bersikap, berfikir dan berbuat yang menunjukan jiwa kesetiaan dan mengutamakan kepentingan bersama dari kepentingan individu. Penanaman karakter cinta lingkungan dapat dilakukan dengan cara membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan barang yang menimbulkan sampah dan hal sederhana yang dapat dilakukan lainnya.
B.5 Teknik Brainstorming
Menurut roestiyah (2008:73) metode brainstorming adalah Teknik mengajar dengan menghadapkan siswa pada sebuah permasalahan kemudian siswa menjawab, menyatakan dan berpendapat. Secara singkat dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak atau berbagai ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat. Sedangkan menurut Rawlinson (1977:27) brainstorming adalah cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dengan cara yang singkat. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan metode brainstorming ini siswa dilatih untuk mencari, menemukan dan mengemukakan gagasannya sebanyak mungkin dalam proses pembelajaran. Metode ini membantu siswa agar berfikir kritis terhadap suatu permasalahan yang timbul. Dengan metode ini gagasan-gagasan atau pendapat yang diungkapkan dapat menjadi bentuk solusi dari sebuah permasalahan. Salah satunya yaitu permasalahan kepedulian terhadap lingkungan.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan lingkungan dan manusia yang tidak seimbang ditengarai sebagai salah satu faktor penyebab menurunnya kualitas lingkungan. Dalam mengatasi permasalahan rendahnya kepedulian lingkungan, perlu adanya kolaborasi dari berbagai elemen. Tidak cukup hanya pemerintah sebagai regulator maupun implementator, tetapi masyarakat wajib terlibat didalamnya. Upaya yang dapat dilakukan seperti intervensi melalui berbagai media persuasif dan promosi lingkungan, pendidikan lingkungan, dan program-program pemberdayaan akan mampu menumbuhkan pembentukan karakter kesadaran dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Pembentukan karakter merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia.
Raharjo memaknai pendidikan karakter sebagai proses pendidikan secara holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan siswa guna pondasi dalam membentuk generasi yang berkualitas sehingga mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip tanggung jawab. Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar yang berperan dalam pembentukan potensi dan karakter siswa. Guru merupakan salah satu komponen dalam bidang pendidikan yang harus berperan serta aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, agar dapat mencapai tujuan yang selaras.
Pendidikan karakter memiliki definisi sebagai usaha menanamkan kebiasaan yang baik sehingga, siswa mampu bersikap dan bertindak dengan nilai kepribadian yang positif.
Pendidikan karakter dapat dilakukan di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.
Pendidikan karakter memiliki 18 nilai, Pendidikan Karakter tersebut diantaranya religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Karakter peduli lingkungan merupakan pokok bahasan yang akan dipelajari dalam artikel yang disusun oleh penulis.
Pendidikan karakter peduli lingkungan merupakan upaya generasi muda dalam membentuk pola aktivitas yang mengarah pada kepedulian menjaga dan megelola lingkungan hidup. Peduli lingkungan ialah sikap dan Tindakan guna mencegah kerusakan lingkungan alam yang berada disekitar kita. Ketidakpedulian tersebut dapat dilihat melalui banyaknya sampah yang timbul dan sungai tercemar terutama di sungai, pinggiran jalan yang tepatnya di Yogyakarta. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan yaitu melalui pembentukan karakter yang harus dibentuk sejak dini dan ditanamkan pada diri siswa. Saat ini tingkat kepedulian siswa terhadap lingkungan cukup rendah. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan di MAN Jakarta dari 94 siswa sebagai responden, terdapat sikap kepedulian dan pengetahuan siswa pada penanganan limbah sebesar 42,55 % dalam kategori sedang. Melalui data Badan Pusat Statistik dimensi yang memiliki nilai indeks paling besar yaitu pengelolaan sampah sebesar 0,72, hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketidakpedulian terhadap pengelolaan sampah di Indonesia tergolong tinggi.
Maka dengan hal tersebut perlu adanya pembentukan karakter dalam diri siswa.
Pembentukan karakter tersebut dapat dilakukan melalui upaya pembelajaran yang berwawasan lingkungan, dengan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan karakter kepedulian siswa dalam menjaga lingkungan hidup. Sangat penting generasi muda mulai membentuk karakter itu, apabila tidak adanya kepedulian dengan perkembangannya zaman maka kerusakan lingkungan akan semakin besar. Upaya kecil yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan perubahan kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan lingkungan kelas atau lapangan dan hal kecil lainnya.
Tahun 2006 Kementerian lingkungan hidup mengembangkan program Pendidikan lingkungan hidup pada jenjang SD, SMP Dan SMA/SMK/MA melalui program adiwiyata.
Program adiwiyata merupakan salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup dalam upaya menciptakan pengetahuan dan kesadaraan bagi warga sekolah sehingga memiliki karakter peduli lingkungan hidup khususnya dilingkungan sekolah (Al-anwari, n.d.).
Penggunaan metode brainstorming merupakan salah satu upaya yang dapat diterapkan dalam pembentukan karakter peduli lingkungan hidup pada siswa. Metode brainstorming ialah Teknik berupa curah pendapat atau gagasan. Metode pembelajaran ini dapat melatih keterampilan dan kreativitas siswa secara fleksibilitas, kefasihan, resiko dan elaboration.
Brainstorming merupakan rangsangan untuk membangkitkan ide yang kreatif dengan mengeksplor pikiran siswa sehingga menumbuhkan kognitif yang aktif (Stroebe, Nijstad, &
Rietzschel, 2010 dalam Alrubaie dan Esther, 2014: 45). Dengan brainstorming dapat memunculkan pemikiran ilmiah sehingga mampu menemukan solusi dari sebuah topik permasalahaan.
Dalam upaya pembentukan karakter peduli lingkungan Teknik ini relevan untuk digunakan. Siswa dapat mengembangkan pemikiran kritisnya dalam upaya menemukan solusi terhadap upaya atau peran siswa mengatasi kerusakan lingkungan. Dengan curah gagasan yang diberikan siswa akan menemukan kemungkinan-kemungkinan yang berpeluang dalam penemuan solusi praktis upaya menangani lingkungan hidup. Brainstorming membantu siswa memecahkan masalah dengan solusi yang inovatif, mendapatkan ide yang bersifat mengembangkan atau membangun hubungan antar siswa.
Kelebihan dari brainstorming ini siswa dapat mengeksplorasi pikiran secara luas tanpa ada pembatasan ide. Kelebihan bagi guru ialah berkesempatan memberikan masalah dengan memberi saran sebanyak mungkin dalam periode singkat guna meningkatkan fluency.
Penerapan Teknik ini dapat dilakukan di kelas kecil atau besar. Dengan memberikan pokok permasalahan terkait dengan permasalahan lingkungan dan upaya pengelolaan lingkungan siswa harus mampu secara kretif menemukan ide-ide dan jawaban dari sebuah masalah yang dikemukakan.
Setelah gagasan atau solusi ditemukan, dapat disatukan dan dikolaborasikan. Ide-ide tersebut dapat menjadi jembatan pembentukan karakter peduli lingkungan dengan aksi nyata secara langsung sebagai upaya menjaga dan mengelola lingkungan hidup. Seperti pembuatan ecobrik untuk mengurangi sampah plastik, membuat topeng kertas untuk mengurangi sampah kertas yang ada di sekolah. Dengan metode brainstorming yang dilakukan secara berkala harapannya dapat membentuk karakter siswa peduli terhadap lingkungan sekolah. Sehingga permasalahan sampah dapat diatasi mulai dari lingkup pendidikan.
Dengan adanya keaktifan dan partisipasi dari siswa, pembentukan karakter peduli lingkungan hidup dapat diimplementasikan secara nyata dan meningkat secara berkala.
Implementasi dari gagasan dan ide yang diungkapkan oleh siswa dapat diwujudkan dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran kontekstual konsep belajar yang menghubungkan materi dengan situasi dunia nyata pada siswa. Siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan kontekstual dapat diimplementasikan dengan baik dengan metode brainstorming. Dengan pembelajaran nyata dan berfikir kritis dapat meningkatkan pembentukan karakter secara signifikan dan siswa dapat berkembang secara inovatif, kreatif, dinamis, efektif dan efisien guna menciptakan karakter peduli lingkungan sekolah.
Gagasan tersebut dapat menjadi program sekolah dalam upaya peningkatan keletariaan lingkungan hidup disekolah. Brainstorming dapat dikolaborasikan dengan pembelajaran kontekstual maka dengan itu pembentukan karakter dapat dilakukan dengan optimal dengan metode brainstorming. Gagasan dan ide-ide yang dikemukakan oleh siswa dapat menjadi alternatif solusi dengan melakukan langkah kecil guna membentuk karakter peduli lingkungan.
Dengan adanya pembentukan karakter pada siswa, siswa dapat menjadi agent of change bidang lingkungan guna menekan peningkatan permasalahan sampah. Teknik brainstorming dalam pembentukan karakter dapat dilakukan secara optimal apabila siswa dan pendidik dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan
D. PENUTUP
Pembentukan karakter dapat dilakukan secara optimal apabila siswa, Pendidik dan orangtua bekerja sama. Salah satu pembentukan karakter yaitu karakter peduli lingkungan.
Dengan adanya pembentukan karakter peduli lingkungan dapat mengatasi kerusakan lingkungan. Teknik yang dapat digunakan dengan relevan yaitu brainstorming. Dengan pemikiran kritis dari siswa dapat menumbuhkan solusi untuk mengatasi kerusakan lingkungan.
Teknik brainstorming dapat diimplementasikan dengan pembelajaran kontekstual sehingga dapat secara nyata gagasan siswa terealisasi dengan baik. Pembentukan karakter dilakukan secara berkala, apabila penerapan ini dilakukan secara berkala maka siswa akan menyadari pentingnya menjaga dan mengelola lingkungan hidup yang ada disekitarnya. Peran dan guru sangat diperlukan guna menerapkan Teknik ini.
Referensi
Albertus, Doni Kusuma. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo
Andianti, Riska. (2018). “Karakteristik Rumah Tangga yang Mempengaruhi Indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup (IPKLH)”. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Chandra Budiman, Pengantar Kesehatan Lingkungan (Jakarta: EGC, 2007), 111.
https://www.bps.go.id/publication/2018/09/21/c0a44f3a31ad3e85233550a0/laporan-indeks- perilaku-ketidakpedulian-lingkungan-hidup-indonesia-2018.html
http://nationalgeographic.co.id, 30 November 2015
https://www.filatelipramuka.com/2022/11/Buku-Panduan-Satuan-Karya-Pramuka Kalpataru.html
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),10
Mulyasa, Enco. 2005. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Kenapa TPA Piyungan Tutup dan Apa Solusi Sampah Warga Jogja? (tirto.id)
Mundilarto. (2004). Cakrawala Pendidikan: Pendekatan kontekstual dalam Pembelajaran Sains. Yogyakarta: Lembaga Pengambdian Masyarakat UNY.
Noviani, Dewi. 2015. ‘Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Meningkatkan Karakter Peduli Lingkungan Pada Peserta Didik Kelas XI Di SMA Negeri 1 Kersana Kabupaten Brebes’. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial UNNES.
Raharjo, Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional, Vol.16 No.3 Mei 2010)
Rawlinson, JG. (1997). Berfikir Kreatif dan Brainstorming. Jakarta: Erlangga Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Wikipedia, “Bank Sampah”, http://id.m.wikipedia.org, diakses tanggal 26 November 2023