• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI SMA HASYIM ASY’ARI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI SMA HASYIM ASY’ARI "

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI SMA HASYIM ASY’ARI

PEKALONGAN

SKRIPSI

OLEH:

DYAH AYU INDRASWARI NPM. 21701011065

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2021

(2)

ABSTRAK

Indraswari, Dyah Ayu. 2021. Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan Di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan. Skripsi, Progam Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang. Pembimbing 1: Dr.H. Syamsu Madyan, Lc. MA Pembimbing 2:

Moh. Eko Nasrulloh,M.PdI

Kata Kunci: Pembentukan Karakter, Karakter Religius, Kegiatan Keagamaan

Globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakanpendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Oleh karena itu, salah satu yang diterapkan adalah pembentukan karakter religius siswa melalui kegiatan keagamaan sebagaimana di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan guru telah menstrategi pembentukan karakter religius untuk meningkatkan kepribadian siswa dan meningkatkan religius siswa melalui kegiatan keagamaan.

Berdasarkan konteks penelitian maka peneliti merumuskan focus penelitia, yaitu tentang (1) Bagaimana strategi pembentukan karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan? (2) Bagaimana implementasi kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan. (3) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan.

Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui strategi pembentukan karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan. (2) Untuk mengetahui implementasi kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan. (3) Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung implementasi kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis case study.

Informan penelitian ini adalah kepala sekolah, waka kesiswaan, waka bidang keagamaan, wali kelas dan siswa. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Adapun pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan cara mereduksi data, mamaparkan data, dan menarik kesimpulan.

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka hasil yang didapatkan adalah bahwa strategi pembentukan karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan diterapkan melalui kegiatan keagamaan dengan melibatkan seluruh komponen sekolah seperti kepala sekolah, guru dan karyawan. Cara yang digunakan

(3)

adalah melalui pembentukan kebiasaan, dengan membiasakan siswa untuk melaksanakan kegiatan keagamaan secara rutin hingga pada akhirnya akan terbentuk karakter religius pada siswa serta akan menjadi bekal bagi siswa nantinya untuk diterapkan dilingkungannya ketika mereka sudah keluar dari lingkungan sekolah.

Adapaun implementasi kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan yaitu dengan kebiasaan atau kegiatan rutin dan kegiatan isidental. Dalam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan adalah membaca do’a sebelum mengawali pembelajaran, shalat dhuha dan shalat dhuhur berjamaah, menghafal juz amma, kegiatan hari besar Islam dan Istighosah bersama. Dalam melaksanakan kegiatan keagamaan dapat terbentuk karakter religius antara lain yaitu, Islam, taqwa, tawakal, sopan santun, peduli sosial, rasa hormat, amanah, disiplin, iman, tanggung jawab, kerja keras dan silaturrahim. Adapun faktor yang mendukung dalam kegiatan keagamaan yaitu guru yang menunjang dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan, adanya respon baik siswa, adanya kerja sama seluruh komponen sekolah, adanya sarana dan prasarana yang menunjang. Sedangkan faktor yang menghambat dalam melaksanakan kegiatan keagamaan di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan yaitu kurangnya kesadaran diri dari siswa dalam melaksanakan kegiatan keagaman, sebagian siswa kurang dalam kedisiplinan, dan latar belakang siswa.

(4)

ABSTRAK

Indraswari, Dyah Ayu. 2021. Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan Di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan. Skripsi, Progam Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang. Pembimbing 1: Dr.H. Syamsu Madyan, Lc. MA Pembimbing 2:

Moh. Eko Nasrulloh,M.PdI

Keyword : Character Building, Religious Chracater, Religious Activities

Globalization that is happening at this time has brought Indonesian people to forget about national character education. In fact, character education is a very important national foundation and needs to be instilled in children from an early age.

Therefore, one that is applied is the formation of the religious character of students through religious activities as in SMA Hasyim Asy'ari Pekalongan the teacher has developed a strategy for the formation of religious characters to improve students' personalities and increase students' religiousness through religious activities.

Based on the research context, the researcher formulated the focus of the research, namely (1) How is the strategy for forming the religious character of students at Hasyim Asy'ari High School Pekalongan? (2) How is the implementation of religious activities in shaping the religious character of students at SMA Hasyim Asy'ari Pekalongan. (3) What are the supporting and inhibiting factors in the implementation of religious activities in shaping the religious character of students at Hasyim Asy'ari High School Pekalongan.

This study uses a qualitative approach with the type of case study. The informants of this study were the principal, waka for student affairs, waka for religious affairs, homeroom teachers and students. This research uses purposive sampling technique. The data collection was obtained through observation, interviews, and documentation. The data were analyzed by reducing the data, presenting the data, and drawing conclusions.

From the research conducted by the researcher, the results obtained are that the strategy of forming the religious character of students at SMA Hasyim Asy'ari Pekalongan is applied through religious activities involving all school components such as principals, teachers and employees. The method used is through habit formation, by getting students to carry out religious activities regularly so that in the end a religious character will be formed in students and will be a provision for students later to be applied in their environment when they are out of the school environment. As for the implementation of religious activities in shaping the religious character of students at SMA Hasyim Asy'ari Pekalongan, namely by habit or routine activities and incidental activities. Religious activities carried out at Hasyim Asy'ari Pekalongan High School are reading prayers before starting learning, dhuha prayer and dhuhur prayer in congregation, memorizing juz amma, Islamic holidays and

(5)

istighosah together. In carrying out religious activities, religious characters can be formed, namely, Islam, piety, trustworthiness, courtesy, social care, respect, trust, discipline, faith, responsibility, hard work and friendship. The factors that support religious activities are teachers who support the implementation of religious activities, the good response of students, the cooperation of all school components, the existence of supporting facilities and infrastructure. While the inhibiting factors in carrying out religious activities at Hasyim Asy'ari Pekalongan High School are the lack of self-awareness of students in carrying out religious activities, some students are lacking in discipline, and students' backgrounds.

(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan berguna bagi diri manusia, tidak ada seorang pun yang dilahirkan di dunia ini tiba-tiba langsung pandai dan terampil dalam memecahkan masalah kehidupannya tanpa melalui proses pendidikan, karena pada dasarnya pendidikan merupakan sistem atau cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupannya.

Pendidikan adalah usaha sadar atau proses perubahan dan perkembangan manusia menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna. Tujuan pendidikan secara umum adalah mewujudkan perubahan positif yang diterapkan pada peserta didik setelah menjalani proses pendidikan maupun pada kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana subjek menjalani kehidupan. (Roqib, 2009:18).

Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyrakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 pada pasal 3, tujuan pendidikan Nasional yaiti mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

(7)

kreatif, amndiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(Samani & Haryanto, 2011: 26). Namun saat ini pendidkan khususnya pendidikan agama islam mengalami reduksi (penurunan) dalam hal kualitasnya.

Dengan fakta menunjukkan bahwa karakter bangsa pada zaman globalisasi saat ini mengalami kemrosotan, masa remaja sering dikenal sebagai masa peralihan anak-anak ke masa dewasa yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Dimana masa-masa tersebut mengalami percobaan dan pemberontakan. Pada masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas, seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta banyak mengalami masalah, baik dirumah, sekolah atau di lingkungan pertemanannya. Selain itu, kemajuan teknologi tidak luput dari kejahatan, seperti kejahatan melalui handphone, komputer, internet, maupun kurangnya sopan santun terhadap yang lebih tua hal inilah yang melatarbelakangi munculnya pendidikan karakter. Dari beberapa permasalahan kemrosotan moral inilah pendidikan menjadi pondasi yang dapat mencegah seseorang melakukan perbuatan terpuji.

Perubahan karakter seorang remaja bisa dipengaruhi dari internal dan eksternal, kegiatan-kegiatan yang dia ikuti selama berkumpul dengan teman- temannya bisa juga dipengaruhi terhadap pembentukan karakternya, jika dia terbiasa mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendororongnya untuk bersikap taat sesuai auran agama maka karakter yang religius lambat laun akan terbentuk dalam dirinya karena seiring dengan rajinnya dia mengikuti kegiatan yang bersifat keagamaan tersebut misalnya mengaji, menghadiri pengajian sholawatan dan masih banyak lagi.

(8)

Sebaliknya jika dia salah bergaul ketika disekolah sehingga membuatnya terbiasa dengan lingkungan yang tidak baik dan akrab dengan sikap yang tidak terpuji seperti tidak menghormati, suka membolos sekolah, hingga suka minum-minuman keras. Sikap demikian terbentuk karena dalam masa remaja, teman dan lingkungan, menjadi suatu yang terpengaruh bagi kepribadian kepribadian remaja, proses meniru dan mengikuti sikap teman yang tidak baik akan cepat terjadi pada tentang usia ini karena mereka sedang mencari jati dirinya, hal ini tentunya tidak kita harapkan dari seorang calon penurus bangsa ini kelak.

Karakter menurut Gunawan (2012:4) merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.

Pendidikan karakter adalah penanaman nilai karakter kepada warga sekola meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik dihadapan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Karakter dimaknai sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dengan yang lain, karakter bukan bawaan sejak kecil, tidak dating dengan sendirinya, tidak bisa diwariskan dan tidak bisa diukur akan tetapi harus dibentuk, ditumbuh kembangkan dan dibangun secara sadar.

Mantan presiden RI pertama Ir. Soekarno berulang-ulang menegaskan “agama adalah unsur yang mutlak dalam nasional dan character building”. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sumahamijaya yang mengatakan “karakter harus mempunyai landasan yang

(9)

kokoh dan jelas. Tanpa landasan yang jelas, karakter tidak berarti apa-apa. Oleh karena itu landasan dari pendidikan karakter adalah tidak lain haruslah agama. (Majid

& Andayani, 2012:61)

Agama memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Agama menjadi pedoman dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai serta bermartabat, serta menjadi suatu yang sangat penting dimiliki oleh setiap individu yang dapat kehidupan.Dari kata agama maka muncullah istialah keberagaman (religiusitas). Kata religius berasal dari kata religi yang akar katanya adalah religure yang artinya mengikat. Dari sini dapat diartikan bahwa agama meiliki aturan-aturan yang mengikat yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya. Ajaran agama berfungsi untuk mengikat dan menyatukan seseorang atau kelompok orang dalam berhubungan dengan Tuhannya. Semua manusia dan aalam semesta. Religius dapat diaplikasikan dalam berbagai sisi kehidupan, baik yang menyangkut perilaku ritual ataupun ibadah, maupun aktifitas lain, dalam bentuk kehidupan yang diwarnai dalam nuansa agama, baik yang tampak yang dapat dilihat dengan mata atau yang tidak tampak yang terjadi didalam hati manusia. (Sahlan,2010:29)

Oleh karena itu dalam mengaplikasikan karakter religius yang baik atau terpuji dikehidupan sehari-hari dengan melalui proses penanaman akhlak yang berlandaskan ajaran agama. untuk tercapainya hal-hal tersebut maka dapat diupayakan dengan adanya suatu tindakan yang dialksnakan dalam rangka tercapainya suatu karakter atau akhlak yang baik. Cara yang dilakukan untuk membebntuk suatu akhlak bisa dilakukan dengan du acara yaitu metode langsung dan tidak langusng. Adapun metode tidak langsung yaitu dilakukan dengan suatu

(10)

pembiasaan yang mana dari pembiasaan tersebut akan tertanam suatu kebiasaan yang baik.

Karakter religius adalah karakter manusia yang selalu menyandarkan segala aspek kehidupan kepada agama. Karakter religius sangatlah penting. Hal itu merujuk pada Pancasila yang menyatakan bahwa manusia Indonesia harus menyakiniadanya Tuhan Yang Maha Esa dengan konsekuensi melaksanakan segala ajaran agamanya.

Dengan tertanamnya karakter religius dalam jiwa setiap insan, maka akan selalu taat dan patuh dengan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Akan tetapi pada kenyataannya, tidak semua orang mampu memahami dan mengamalkan pentingnya sebuah karakter dalam kehidupannya.

Karakter religius harus ditanamkan sejak dini kepada anak. Dalam proses pembentukan karakter religius, anak tidak akan berlangsung dengan sendirinya. Akan tetapi melalui proses tersebut dipengaruhi oleh kerluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan social. Untuk membentuk pribadi yang berkarakter tersebut dengan melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik dan bermanfaat yang secara langsung dilakukan berulang-ulang, hari demi hari yang lambat laun akan tertanam dan melekat erat dalam pribadinya (Majid & Andayani, 2012:11)

Pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia saat ini memang dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat di Indonesia menjadi motivasi untuk mengeimplementasikan pendidikan karakter. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat sangat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya perilaku yang menyimpang. Seperti contoh yang sederhana, akhir-akhir ini ramai dibicarakan oleh banyak khalayak tentang contek-mencontek yang dilakukan oleh

(11)

para siswa ketika dalam ujian. Menyontek sebenarnya merupakan hal kecil, dan biasa dilakukan oleh para siswa. Contek mencontek juga tidak saja dilakukan oleh siswa SD tetapi juga dilakukan di sekolah-sekolah tingkat atas seperti SMP, SMA dan bahkan juga dilakukan oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Penyimpangan tersebut rupanya masih di ulang kembali ketika para lulusan itu telah menduduki posisi-posisi penting ditempat kerjanya masing-masing, yaitu dengan cara berkorupsi. (Imam Suprayogo,2013:12)

Dengan banyaknya fenomena yang menunjukkan kemrosotan moral karena kurangnya karakter religius peserta didik, penulis terpanggil untuk mencari solusi ataupun jawaban dari permasalahan yang terjadi kemrosotan moral. Terjadinya krisis moral pada dunia pendidikan peserta didik tidak dapat dipungkiri merupakan hasil dari pendidikan karakter oleh pendidik. Oleh karena, selain peranan pendidikan agama dalam sekolah, dimungkinkan akan terlatih melalui penciptaan karakter religius disekolah. Karakter religius sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi perubahan era globaliasasi dan degradasi moral. Dalam hal ini siswa diharapakan mampu memiliki dan berperilaku dengan ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada ketentuan dan ketetapan agama.

Pembentukan karakter religius pada siswa sangatlah layak dipertimbangkan untuk diaktualisasikan dan diimplementasikan. Pendidikan karakter religius memerlukan pengondisian suasana belajar yang nyaman dan kondusif. Serta memerlukan strategi yang tepat dan cermat agar nilai-nilai religius dapat terwujud sebagaimana mestinya. Dan dengan melalui kegiatan keagamaan yang dapat dijadikan sebagai wadah bagi para siswa untuk diikuti agar siswa memiliki fondasi

(12)

sikap yang kuat sesuai ajaran islam (akhlakul karimah). Menurut Darajat (2003:25) mengemukakan bahwa kemrosotan akhlak (perilaku) disebabkan oleh kurang tertanamnya jiwa agama pada seseorang dan tidak terlaksananya pendidikan agama sebagaimana mestinya di keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan saat initanggung jawab pendidikan agama, keluarga dan masyarakat cenderung mempercayakan sebagaian tanggung jawabnya kepada lembaga pendidikan.

Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas penting sekali dalam membangun karakter yang baik dalam diri anak, penting sekali pendidikan karakter religius (keagamaan) diterapkan pada lembaga pendidikan disetiap jenjang dengan bertujuan agar para siswa mempunyai dasar agama yang juga bekal untuk masa depan guna menyaring perilaku-perilaku yang menyimpang. Untuk tercapainya hal-hal tersebut maka dapat diupayakan dengan adanya suatu tindakan yang dilaksanakan dalam rangka tercapainya suatu karakter atau akhlak yang baik. Cara yang dilakukan untuk membentuk suatu akhlak bisa dilakukan dengan du acara yaitu metode langsung dan tidak langusng. Adapun metode tidak langsung yaitu dilakukan dengan suatu pembiasaan yang mana dari pembiasaan tersebut akan tertanam suatu kebiasaan yang baik.

Peneliti lebih tertarik melakukan penelitian terkait karakter religius siswa dan kegiatankeagamaan di sekolah SMA. Apabila melihat dari segi proses pembentukan karakter religius maka terdapat perbedaan antara sekolah negeri dan sekolah yang berasal dari lembaga keagamaan seperti Madrasah Tsanawiyah. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa yang berasal dari sekolah lembaga keagamaan sebagian besar menujukkan tanda-tanda memiliki karakter religius yang baik. Hal tersebut bisa

(13)

dilihat dari proses yang terdapat di dalamnya seperti mata pelajaran agama yang diajarkan lebih banyak dan lebih luas serta kegiatan keagamaan yang dilaksanakan lebih banyak. Hal tersebut berbeda dengan sekolah yang tidak berasal dari lembaga keagamaan seperti sekolah umum dan sekolah negeri. Hal itu bisa dilihat dari terbatasnya mata pelajaran agama yang diajarkan serta terbatasnya waktu dalam setiap kali tatap muka. Selain itu kegiatan ekstrakurikuler keagamaan masih sedikit dan terbatas. Diperlukan upaya yang lebih besar agar dapat membenahi perilaku dan karakter religius siswa.

Dengan demikian peneliti melakukan penelitian di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan merupakan sekolah yang berada di wilayah kota Pekalongan. Di dalam sekolah ini terdapat berbagai macam latar belakang siswa. Letak wilayah sekolah berada di pertengahan kota dan desa menyebabkan berbagai macam faktor terkait karakter yang dimiliki oleh siswa terutama dalam karakter religius. Selain itu sekolah ini banyak mendapatkan banyak kuota siswa baru yang berasal dari keluargatidak mampu. Selain itu terdapat berbagai macam gambaran latar belakang siswa yakni terdapat siswa yang masih lengkap memiliki orangtua dan ada pula yang tidak lengkap dan bahkan sudah tidak memiliki orangtua sama. Selain itu terdapat berbagai macam gambaran latar belakang siswa yakni terdapat siswa yang masih lengkap memiliki orangtua dan ada pula yang tidak lengkap dan bahkan sudah tidak memiliki orangtua sama sekali seperti faktor perceraian, meninggal dunia, bekerja di luar kota dan lain sebagainya.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan tanda-tanda bahwa sebagian besar siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan belum

(14)

menunjukkan adanya karakter religius yang baik. Beberapa masalah yang muncul adalah kurangnya antusias siswa ketika akan menjalankan kegiatan keagamaan.

Terutama ketika hendak akan melaksanakan shalat berjama’ah. Selain itu masalah yang timbul adalah adab siswa terhadap guru yang masih perlu diperbaiki. Hal tersebut juga dikarenakan minimnya pengetahuan mereka terhadap agama. kemudian dalam hal kedisiplinan sebagian siswa masih perlu ditingkatkan lagi. Apalagi di usia yang masih dalam jenjang SMA Selain itu pertikaian antar remaja sekolah juga tidak bisa dihindari. Oleh karena itu pendidik harus memberi bimbingan terhadap mereka agar tidak terpengaruh oleh lingkungan diluar sekolah yang tidak baik. Oleh karena itu pembiasaan yang baik harus diterapkan di sekolah.

Adapun hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terdapat berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang dilakukan oleh sekolah dalam upaya pembentukan karakter religius siswa. Kegiatan keagamaan di sekolah tersebut menjadi sangat penting dalam membentuk karakter religius siswa. Adapun kegiatanekstrakurikuler keagamaan yang dilaksanakan adalah membaca do’a pagi bersama sebelum mengawali kegiatan belajar, shalat dhuha berjama’ah yang dijadwalkan oleh waka bidang keagamaan, shalat wajib dhuhur berjama’ah yang melibatkan semua warga sekolah, menghafal juz amma yang telah terprogram disekolah. Adapun kegiatan keagamaan yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu adalah istighotsah, pembacaan shalawat nariyah dan Al-Barzanji. Adapun kegiatan yang lain yang dilakukan dalam upaya pembentukan karakter religius siswa adalah dengan mengadakan program bakti sosial berbagi yaitu setiap hari minggu para guru, karyawan dan siswa yang memiliki rizki lebih dapat menyediakan berbagai macam

(15)

makanan dan minuman untuk dibagikan kepada siswa yang membutuhkan. Selain kegiatan-kegiatan diatas terdapat pula kegiatan-kegiatan keagamaan pada hari besar Islam seperti perayaan maulid Nabi Muhammad saw, isra’ mi’raj, perayaan tahun baru hijriyah dan penyembelihan hewan qurban serta pembagian daging qurban untuk masyarakat sekitar yang membutuhkan.

Berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini berupaya fokus dalam kajian pembentukan karakter religius siswa melalui kegiatan keagamaan di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan Nilai karakter dalam hal ini perlu dikaitkan dengan religius atau keagamaan sehingga dalam hal ini pembahasan yang menjadi kajian utama adalah pembentukan karakter religius

(16)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaiamana strategi pembentukan karakter religius siswa di SMA Hasyim asy’ari Kota Pekalongan?

2. Bagaimana Implementasi kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan karakter religius siswa melalui kegiatan keagamaan di SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui strategi pembentukan karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan.

2. Untuk mengetahui implementasi kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter religius siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan.

(17)

D. Kegunaan Peneitian

Adapun kegunaan dalam peneitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitin ini dapat bermanfaat guna menambah informasi dan wawasan keilmuan tentang pembentukan karakter religius siswa melalui kegiatan keagamaan di SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan.

2. Secara Praktis a. Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai tambahan atau masukan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam upaya pembentukan karakter religius siswa SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan

b. Bagi Siswa

Dapat digunakan sebagai temuan untuk memacu semangat siswa SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan dalam melakukan aktifitas ibadah, agar mempunyai bekal pengetahuan agama untuk masa depan yang akan datang.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memperluas wawasan pemikiran dan pengamalan di bidang pendidikan, selain itu penelitian ini dapat menganalisa setiap peluang guna meningkatkan mutu pendidikan terakhir. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana strata satu di Universitas Islam Malang.

d. Bagi Sekolah

(18)

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi penting dan sebagai bahan pertimbangan dalam hal pembentukan karakter siswa yang dapat dijadikan referensi guna untuk meningkatkan kualitas input dan output di SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan, sehingga dapat memungkinkan lembaga pendidikan dapat mencetak siswa menjadi cerdas dan terdidik. Yang dapat menjaga keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan moral (karakter) khususnya karakter relegius.

(19)

E. Definisi Operasional

Untuk memperjelas pemahaman guna untuk menghindari timbulnya penafsiran yang salah dan untuk mengetahui data yang valid mengenai judul

“Pembentukan Karakter Religius Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan”. penulis mendefinisikan dan ditegaskan dalam suatu pengertian yang terkandung dalam judul yang ada di atas:

1. Pembentukan karakter religius adalah merupakan suatu proses. Cara atau perbuatan membentuk sesuatu. Membentuk bearrti menjadikan atau membuat sesuatu dengan bentuk tertentu berarti menjadikan atau membuat sesuatu dengan bentuk tertentu berarti perlu pula membimbing, mengarahkan atau mendidik watak, pikiran, kepribadian, karakter dan sebagainya (Depdiknas, 2001: 135). Sedangkan karakter religius adalah kata religius berasal dari kata religi (religion) yang artinya kepercayaan atau keyakinan pada sesuatu kekuatan kodrati diatas kemampuan manusia. Kemudian religius dapat diartikan sebagai keshalihan atau pengabdian yang besar terhadap agama.

keshalihan tersebut dibuktikan dengan melaksanakan segala perintah dengan melaksanakan segala perintah agama dan menjauhi apa yang dilarang oleh agama. Tanpa keduanya seseorang tidak pantas menyandang perilaku predikat religius. (Kemendiknas, 2010:4)

2. Kegiatan keagamaan adalah dilihat dari aspek sosiologi, kegiatan dapat diartikan dengan dorongan atau perilaku dan tujuan yang terorganisasikan atau hal-hal yang dilakukan oleh manusia (Soekamto,2007:9). Kegiatan

(20)

keagamaan yang dilaksanakan disekolah atau di musholla sekolah, nantinya dapat menimbulkan ketertarikan siswa yang aktif didalamnya.

Jadi pembentukan karakter religius siswa melalui kegiatan keagamaan adalah proses menanamkan dan menumbuh kembangkan untuk nilai-nilai agama Islam dari diri siswa dalam sikap sopan santun, keberagaman agar sesuai dengan perintah agama melalui kegiatan keagamaan. Kegiatan keagamaan adalah wujud pengamalan dari ajaran agama yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist. Dari sinilah seseorang yang beragama dapat mengamalkan serta menyebarkan agama yang tentunya dapat membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat. Kegiatan keagamaan yang terdapat di SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan berupa melaksanakan sholat dhuhur dan sholat dhuha berjama’ah, membaca doa sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran serta pembacaan juz ammah berkaitan dengan kepercayaan. Kegiatan keagamaan adalah wujud pengamalan dari ajaran agama yang berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist. Dari sinilah seseorang yang beragama dapat mengamalkan serta menyebarkan agama yang tentunya dapat membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat. Kegiatan keagamaan yang terdapat di SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan berupa berupa kegiatan harian melaksanakan sholat dhuhur dan sholat dhuha berjama’ah, membaca doa sebelum pelajaran dan sesudah pelajaran.

(21)

1 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan data yang dilakukan data yang dilakukan oleh peneliti maka peneliti dapat mengambil kesimpulan yang mana akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Strategi Pembentukan Karakter Religius Siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan

Pembentukan karakter religius dapat diterapkan melalui beberapa cara baik pada saat kegiatan pembelajaran maupun diluar jam pelajaran dengan kegiatan keagamaan. Sebagaimana yang telah dikemukakan pada kajian teori bahwa pembentukan karakter dapat dilaksanakan dengan tiga cara yaitu pembiasaan, pemahaman dan keteladanan. Adapaun kegiatan keagamaan yang diterapkan oleh sekolah merupakan bagian dari tahap yang pertama yaitu pembiasaan. Dengan demikian siswa diharapkan dapat terbiasa untuk menjalankan kegiatan keagamaan baik di dalam maupun di luar sekolah.

Adapun pada tahap pembiasaan, para siswa diberikan pemahaman oleh guru tentang pentingnya menjalankan kegiatan keagamaan agar siswa dapat menghayati kegiatan yang dilaksanakan. Selanjutnya para guru juga terlibat dalam setiap kegiatan keagamaan dengan ikut berpartisipasi di dalamnya sehingga menjadi contoh bagi siswa. Hal tersebut merupakan bagian dari tahap yang ketiga yaitu keteladanan.

(22)

2

2. Implementasi Kegiatan Keagamaan Keagamaan Dalam Membentuk Karakter Religius Siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan

Implementasi kegiatan keagamaan dalam membentuk karakter religius siswa karakter telah berjalan dengan baik sesuai dengan program yang telah ditentukan. Adapun kegiatan keagamaan yang ada di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan ialah melalui beberapa kegiatan baik itu pembiasaan, kegiatan isidental sekolah maupun ektrakurikuler. kegiatan pembiasaan diantaranya adalah do’a bersama sebelum mengawali pelajaran dan sesudah pelajaran, sholat dhuha berjamaah, sholat dhuhur berjamaah. menghafal Juz amma, peringatan hari besar Islam dan Istighosah. Nilai-nilai karakter religius yang ditanamkan melalui kegitan-kegiatan keagamaan tersebut ialah nilai religius, amanah, disiplin, tanggung jawab, bekerja keras, peduli sosial, menghargai orang lain dan memposisikan diri sebagai siswa yang sopan dan santun.

3. Faktor Yang Menjadi Pendukung dan Penghambat Implementasi Kegiatan Keagamaan Dalam Membentuk Karakter Religius Siswa di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan

Faktor yang menjadi pendukung kegiatan keagamaan di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan adalah:

a. Adanya pendampingan yang melibatkan eemua guru dalam kegiatan keagamaan di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan.

b. Kepemimpinan kepala sekolah dengan melakukan upaya dan koordinasi yang cukup baik dengan jajarannya serta mendukung dan antusias dalam kegiatan keagamaan di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan.

(23)

3

c. Adanya sarana dan prasarana yang ada di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan yang sangat memadai dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan keagamaan seperti adanya musholla, dan ruang kelas yang dapat difungsikan menjadi aula disekolah.

d. Pihak sekolah melibatkan yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang baik serta melibatkan para alumni pada beberapa kegiatan keagamaan tertentu sehingga terjalin hubungan yang baik antara alumni dengan para siswa.

Adapun faktor yang menjadi penghambat kegiatan keagamaan di SMA Hasyim Asy’ari Pekalongan adalah:

a. Masih ada sebagian siswa yang tidak tertib dan sengaja tidak mengikuti kegiatan keagamaan. Siswa yang bermasalah tersebut memiliki latar belakang yang berbeda. Ada yang bermasalah dari lingkungan keluarga karena kurangnya pengetahuan pendidikan agama Islam dan adapula yang berasal dari pengaruh lingkungan yang tidak baik.

b. Sebagian siswa dalam kedisiplinan masih ada yang terlambat ke sekolah, hal itu juga menjadi penghambat dalam melaksanakan kegiatan keagama an seperti do’a pagi bersama, sholat dhuha dan lain sebagainya. Kemudian ketika sudah diberi tanggung jawab seperti melaksanakan tugasnya sebagai muadzin, jadwal untuk sholat dhuha sebagian anak ada yang lalai dalam menjalankannya. Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah dengan cara setiap melaksanakan kegiatan keagamaan diabsen oleh wali kelas, kemudian jika siswa terlambat kesekolah diberikan semacam

(24)

4

punishment seperti membersihkan musholla, menghafal surat pendek dan sholat dhuha.

B. Saran

1. Untuk Sekolah

a. Pembentukan karakter religius siswa melalui kegiatan keagamaan di evaluasi secara menyeluruh baik yang berupa pembiasaan kegiatan rutin, dan kegiatan yang bersifat incidental sehingga kendala-kendala yang ada dapat diatasi dan sebagai bahan acuan perbaikan program.

b. Guru harus lebih aktif dalam membimbing dan mengarahkan karakter siswa dan mampu memanfaatkan saranadan prasarana yang telah disediakan sekolah.

c. Meningkatkan kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua atau wali murid, salah satunya dengan home visit, agar tidak terjadi pertentangan antara kebiasaan yang ditanamkan di sekolah dengan kebiasaan yang dilakukan di sekolah.

2. Untuk tenaga pendidik sebaiknya meningkatkan kerja sama dalam pengawasan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah agar pelaksanaannya lebih berjalan dengan maksimal.

3. Untuk siswa agar lebih tertib mengikuti kegiatan keagamaan yang ada disekolah karena kegiatan tersebut memiliki nilai-nilai karakter yang berguna bagi diri siswa.

(25)

1

DAFTAR RUJUKAN

A Sahlan. (2010). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Forum Penelitian Agus, Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Abdul Majid, Dian Andayani, 2012, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung:

PT remaja Rosdakarya

Abdul Majid. (2013). Strategi Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Ahsanulkhaq, M. (2019). Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui

Metode Pembiasaan. Prakarsa Paedagogia, 2, 21–33.

A Muri Yusuf. (2014). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan”.Jakarta:Prenadamedia group

Abdurrahim Hasan,S.Agdkk. (2010). Strategi Pembelajaran al-Qur`an Metode Tilawati. Surabaya: Pesantren Al.Qur’an Nurul Falah

Abdul Majid dan Dian Andayani, (2005), Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), Bandung: PT.

RemajaRosdakarya

Azra, Azyumardi. (2003). Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.

Jakarta: Tim ICCE UIN.

Abdullah, Mas Udik. (2005). Meledakkan IESQ dengan Langkah Takwa dan Tawakal. Jakarta :Zikrul Hakim.

Arifin. (2011). MetodePenelitianKualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung :Alfabeta

Asmaun Sahlan, (2009). Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, UIN-Press

Abdul Qodir Shaleh, (2008), Panduan Lengkap Mendeteksi, Memahami dan Mengatasi Masalah-Masalah Kesehatan Anak secara Medis dan Psikologis, Diva Press: Yogyakarta

Abdullah, Mas Udik. (2005). Meledakkan IESQ dengan Langkah Takwa dan Tawakal. Jakarta :Zikrul Hakim.

Bali, Muhammad Mushfi el Iq. (2019) “Transinternalisasi Nilai-Nilai Kepesantrenan Melalui Konstruksi Budaya Religius di Sekolah”. Jurnal Pendidikan Agama Islam, XVI: 1-12.

(26)

2

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama

Depdiknas, (2001), Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar. Jakarta; Depdiknas

Departemen Agama RI. (2005). Desain Pengembangan Madrasah. Jakarta:

Departemen Agama.

Darajat Dzakiah. ( 2003).Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan Karakter, Konsep dan Implementasi. Bandung:

Alfabeta.

Hariandi, Ahmad dan YandaIrawan. “Peran Guru dalam Penanaman Nilai Karakter Religius di Lingkungan Sekolah pada Siswa Sekolah Dasar.” Jurnal Gentala Pendidikan Dasar 1, no. 1 (2016) - 4 Januari 2019 - https://doi.org/10.22437/gentala.vlil.7097.

Hidayatullah, M.Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: MembangunPeradabanBangsa.

Surakarta: Yuma Pustaka

Hardanidkk. (2020). Metode penelitian Kualitatif & kuantitatif. Yogyakarta:

PustakaIlmu

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas

Keputusan Menteri Agama RI No. 165 tahun (2014); tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mata Kemendiknas.2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan KarakterBangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Pelajaran PAI dan Bahasa Arab (2014), di Madrasah. Jakarta: Kemendikbud.

Kurniawan, M. (2016). Implementasi Pendidikan Karakter Disiplin dalam Pendidikan AgamaIslam di SMA Negeri 1 Batusangkar.Jurnal al-Fikrah.Vol.

(IV), No. 2.

Kesuma, Dharma dkk. (2011). PendidikanKarakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi penelitian kualitatif, Bandung:

RemajaRosdakarya

Muchlas Samanidan Haryanto, (2013), Konsepdan Model Pendidikan Karakter, PT.

Remaja Rosdakarya, Bandung.

(27)

3

Mustari, Mohamad. (2014). Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muhibbin,Syah. (2000). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:

RemajaRosdakarya.

Naim, Ngainun. (2012). Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu&Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Narwanti, Sri. (2011). Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran,Yogyakarta:Familia.

Naim, Ngainun. (2012). Character Building: OptimalisasiPeran Pendidikan dalam PengembanganIlmu&Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nasiruddin. (2009). Cerdas Ala Rasulullah: Metode Rasulullah Mencetak Anak Ber- IQ Tinggi. Yogyakarta: A+ Books

Rifa’I, Moh. (2013), Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang: PT KaryaToha Semarang.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Roqib,Moh ..( 2009) Ilmu Pendidikan Islam. Pt. Lkis Printing Cemerlang.

Yogyakarta

Siyoto, Sandu., & Sodik, Ali. (2015). Dasar Metodelogi Penelitian. Yogyakarta:

Literasi Media Publishing.

Suprayogo, Imam (2013), Pengembangan Pendidikan Karakter , UIN: Maliki Press Soekanto, Soerjono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press..

Zubaedi. (2012). Desain pendidikan karakter: konsepsi dan aplikasinya dalam lembaga pendidikan. Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah juga mengajak orang tua siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup diluar sekolah, ikut serta mendukung dan membantu siswa dalam