This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
218
PELITA MASYARAKAT
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/pelitamasyarakat
Pemberdayaan Kelompok Santri Produktif Berbasis Asset dalam Usaha Membentuk Usaha Bersama di Pesantren
Ulumul Qur’an Stabat
Empowerment of Asset-Based Productive Santri Groups in an Effort to Form a Joint Business at the Ulumul Qur'an Stabat
Islamic Boarding School
Hatta Ridho1* & Husni Thamrin2
1)Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Indonesia
2)Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sunatera Utara, Indonesia Diterima: 24 Desember 2022; Direview: 24 Desember 2022; Disetujui: 05 Maret 2023
Corresponding Email: [email protected] Abstrak
Pesantren merupakan bagian dari tatanan pendidikan Islam yang memiliki tujuan untuk membentuk masyarakat madani yang sejalan dengan program pemerintah. Pesantren yang dikenal sebagai lembaga yang fokus pada pendidikan agama Islam telah mengalami perubahan dengan masuknya pelajaran umum. Tujuannya adalah agar santri lebih responsif terhadap perkembangan zaman. Para santri memiliki Aset yang perlu digali karena santri merupakan sekelompok pelajar yang terdidik dengan budaya khas pesantren yang unik. Para santri memiliki bakat dan minat yang perlu digali dan dikembangkan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan kelompok santri produktif. Metode yang dilakukan dalam program ini adalah Sosialisasi program dan Participatory Learning and Action (PLA) melibatkan seluruh target saasaran sehingga para pemuda dapat diberdayakan dengan mengeluarkan seluruh asset yang dimiliki membentuk usaha Bersama untuk kebermanfaatan Bersama.Pengabdian ini berusaha memfasilitasi para santri dengan memberikan pelatihan-pelatihan seperti Penyampaian materi Entrepreneurship, pembenbentukan kelompok santri produktif dan pemberian bantuan operasional. Hasil pelatihan menunjukkan peningkatan keterampilan dan bertambahnya keinginan santri untuk berwirausaha dan terbentuknya kelompok santri produktif. Pengabdian kepada masyarakat ini merupakan usaha serta peran nyata universitas sumatera utara untuk memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat.
Kata Kunci: Pemberdayaan; Santri; Pesantren; Berbasis Aset Abstract
Islamic boarding schools are part of the Islamic education system which has the aim of forming a civil society that is in line with government programs. Islamic boarding schools, which are known as institutions that focus on Islamic religious education, have undergone changes with the inclusion of general subjects. The goal is for students to be more responsive to the times. Santri have assets that need to be explored because santri are a group of students who are educated with a unique pesantren culture. The students have talents and interests that need to be explored and developed. One way to do this is by empowering productive santri groups. The method used in this program is the Socialization of the program and Participatory Learning and Action (PLA) involving all targets so that youth can be empowered by removing all assets owned to form a Joint Business for Mutual benefit. This service seeks to facilitate the students by providing training such as the delivery of Entrepreneurship material, the formation of productive student groups and the provision of operational assistance. The results of the training show an increase in skills and an increase in the desire of students to become entrepreneurs and the formation of productive student groups. This community service is a real effort and role of the University of North Sumatra to provide benefits to the community.
Keywords: Empowerment; Students; Boarding school; Asset Based
How to Cite: Ridho, H., & Thamrin, H. (2023). Pemberdayaan Kelompok Santri Produktif Berbasis Asset dalam Usaha Membentuk Usaha Bersama di Pesantren Ulumul Qur’an Stabat. Pelita Masyarakat: 4 (2): 218-227
PENDAHULUAN
Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku (Syarofi, 2017)
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat (indigenous) pada masyarakat muslim Indonesia, dalam perjalanannya mampu menjaga dan mempertahankan keberlangsungan dirinya (survival system) serta memiliki model pendidikan multi aspek. Santri tidak hanya dididik menjadi seseorang yang mengerti ilmu agama, tetapi juga mendapat tempaan kepemimpinan yang alami, kemandirian kesederhanaan, ketekunan, kebersamaan, kesetaraan, dan sikap positif lainnya. Modal inilah yang diharapkan melahirkan masyarakat yang berkualitas dan mandiri sebagai bentuk partisipasi pesantren dalam menyukseskan tujuan pembangunan nasional sekaligus berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 (Haedari, 2004)
Pondok Pesantren Ulumul Qur'an Stabat Kabupaten Langkat merupakan salah satu pesantren yang berada di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Pondok Pesantren Ulumul Qur'an Stabat Kabupaten Langkat diresmikan pada tanggal 2 Sya'ban 1406 H atau 12 April 1986 bersamaan dengan Pembukaan Pelaksanaan MTQ Tingkat Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan di Bumi Stabat Langkat sebagai ibukota Kabupaten Langkat oleh Gubernur Sumatera Utara Bapak Kaharuddin Nasution yang didampingi oleh Bupati Langkat Bapak H. Marzuki Erman.
Pondok pesantren Ulumul Qur'an Stabat Kabupaten Langkat Merupakan Lembaga Pendidikan yang secara khusus mengajarkan keilmuan agama, namun tidak bisa dihindari kenyataan bahwa individu-individu santri berasal dari latar belakang yang berbeda dan mempunyai minat serta bakat yang berbeda. Dengan kultur khas-nya, kombinasi antara minat- bakat santri dan kultur pesantren bisa menghasilkan wirausaha-wirausaha dalam bidang Usaha kreatif.
Santri dipesantren juga memiliki potensi yang perlu ditumbuh kembangkan sebagai usaha dalam membangun karakter dan bakat sehingga nantinya dapat dimanfaatkan dan bahkan dapat bernilai ekonomi. Para santri memiliki Aset besar yang perlu di gali karena santri merupakan sekelompok pelajar yang terdidik dengan budaya khas pesantren yang unik.
Agar para santri dapat mengembangkan potensi dan peran yang ada pada diri mereka, perlu adanya pemberdayaan sebagai upaya untuk menghasilkan santri yang produktif untuk membentuk usaha bersama agar potensi atau asset yang dimiliki para santri dapat dimanfaatkan
220
dengan baik. Peran dan partisipasi santri saat ini sangat penting dalam membangun ekonomi masyarakat, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa setiap pemuda harus berusaha untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan karkater pemuda sebagai upaya untuk memaksimalkan asset yang dimiliki seorang santri. Tujuan dari memaksimalkan aset disini adalah agar suatu kelompok atau pemuda memahami kekuatan yang telah dimiliki sebagai bagian dari kehidupannya dan apa yang bisa dilakukan secara baik untuk kedepannya. Dengan adanya pemberdayaan asset bagi seseorang maka dapat mengembangkan usaha bersama sehingga dapat mensejahterakan individu maupun kelompok.
Berdasarkan hal tersebut, tepat kiranya untuk melakukan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di pesantren ulumul quran stabat Kabupaten langkat Provinsi Sumatera Utara untuk pemberdayaan kelompok santri produktif berbasis asset dalam usaha membentuk usaha bersama.
Mengingat potensi besar yang dimiliki seorang santri dengan budaya khas di lingkungan pesanten yang perlu dimaksimalkan dengan baik agar dapat bermanfaat untuk pemberdayaan santri untuk mengembangkan usaha bersama sehingga dapat mensejahterakan individu maupun kelompok.
ANALISIS SITUASIONAL
Globalisasi mempunyai peran penting dalam mempengaruhi kehidupan manusia salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan kewirausahaan. Kewirusahaan pada saat ini menjadi salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian, pemerintahan saat ini ikut mendukung wirausaha di lingkungan masyarakat dan memberikan bantuan berupa pelatihan, program serta bantuan berupa pinjaman modal melalui lembaga-lembaganya. Kewirausahaan sangat membantu dalam mengembangkan perekonomian negara, pengusaha baru membantu ekonomi lokal, dan di antara mereka beberapa memberikan kontribusi kepada masyarakat secara keseluruhan melalui inovasi, dengan alasan tersebut masyarakat sangat antusias dengan andil pemerintah dalam mendukung masyarakat Indonesia yang mempunyai jiwa wirausaha sehingga terjadinya hubungan saling membutuhkan antara pemerintahan dan masyarakatnya untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing pihak. Hal tersbeut diperkuat dengan . Berbagai studi yang dilakukan para ahli menyimpulkan bahwapendidikan anak sejak usia dini dapat memperbaiki prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja masa dewasanya (Yusuf, Sugandhi, 2011).
Wirausaha menjadi sesuatu yang berada sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.
Berbagai kalangan menjalankan wirausaha, baik itu kalangan orang tua, mahasiswa, bahkan pelajar yang masih duduk di bangku sekolahpun sudah mulai mencoba untuk berwirausaha. Tidak sedikit pula dari kalangan pekerja yang menjalankan wirausaha sebagai pekerjaan sampingannya demi mendapatkan passive income. . Anak muda pun mulai didorong terjun dan menggeluti dunia
bisnis, apapun bentuknya. Tentunya yang sesuai dengan ide, kreativitas, dan kemampuan masing- masing (Moerti, 2013).
Zuli Purnamawati (2009) menjadi pengusaha merupakan alternatif pilihan yang tepat.
Paling tidak, dengan berwirausaha berarti menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Seorang wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian untuk menjual, mulai dari menawarkan ide hingga komoditas baik berupa produk atau jasa. Seorang wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan (Zimmerer, 2008).
Dalam berwirausaha diperlukan kemampuan diri wirausaha atau biasa disebut efisikasi kewirausahaan menurut Hisrich et al., (2008), berhubungan dengan pendirian bahwa seseorang dapat melakukan perilaku yang diharuskan dengan berhasil, orang-orang yang memiliki keyakinan tinggi dalam melakukan sesuatu cenderung bertindak dengan baik, maka individu dengan efesikasi diri tinggi akan menilai dirinya mampu mengerjakan tugas dan menghadapi tuntutan lingkungan.
Menurut Basrowi (2011) seseorang yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berhasil akan melakukan sesuatu yang lebih efisien dibanding sebelumnya
serta menunjukkan perilaku dengan standart excellent.
Keberhasilan wirausaha tidak lepas dari keberanian dan kemampuan dalam menghadapi resiko. Dalam hal ini umumnya wirausaha akan menghindari situasi resiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Maka dari itu diperlukan adanya kegiatan untuk dapat memberdayakan maupun mengedukasi cara menumbuhkan jiwa usaha dan entrepreneurship termasuk di dalam lingkup pondok pesantren.
Pemberdayaan adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif, dengan keterlibatan semua potensi. Dengan cara ini akan memungkinkan terbentuknya masyarakat madani yang majemuk, penuh keseimbangan kewajiban dan hak saling menghormati tanpa ada yang merasa asing dalam komunitasnya (Suhendra, 2006).
Menurut Sumodiningrat dalam Totok dan Soebiato (2012) bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun
222
masayarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan. Mubyarto (1998) menekankan bahwa pemberdayan terkait erat dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Dengan pemberdayaan para santri untuk menumbuhkan jiwa usaha dan entrepreneurship maka dapat menambah soft skill yaitu keahlian selain yang didapatkan dari pelajaran di pondok pesantren. Jiwa usaha dan entrepreneurship santri yang tumbuh akan membuat sebuah semangat bahkan dapat menjadi gerakan bersama untuk membuat sebuah usaha bersama yang apabila dikelola dengan baik dapat membuat pesantren yang mandiri.
METODE PELAKSANAAN
Menurut Bisno (1969) yang dimaksud metode adalah teknik-teknik yang digeneralisasikan dengan baik agar dapat diterima atau dapat diterapkan secara sama dalam sebuah praktek, atau bidang disiplin dan praktek. Heri Rahyubi (2012) mengartikan metode adalah suatu model cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tahapan dalam pelaksanaan solusi yang direncanakan dalam program ini disesuaikan dengan bidang permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu:
1. Persiapan (Sosialisasi Program)
Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan meliputi penjelasan maksud dan tujuan tentang pelaksanaan program pengabdian yang dilakukan. Sosialisasi ini menjadi penting dilaksanakan untuk lebih memahami target sasaran dan menunjukkan bahwa Lembaga Pengabdian Universitas Sumatera Utara memperhatikan isu-isu pemecahan maslah di masyarakat dalam hal ini dapat memberdayakan pemuda usia produktif.
2. Masalah Motivasi dan pengetahuan
Berkaitan dengan permasalahan di bidang manajemen, langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Sosialisasi meningkatkan pemahaman tentang pentingnya berwirausaha Pendekatan yang digunakan dalam hal ini adalah metode seminar. Dalam pelaksanaannya, seminar sosialisasi dilakukan dengan menerapkan prinsip sanitasi (mengingat kondisi pandemi Covid-19), sebagai berikut:
1) Dilakukan di ruang terbuka.
2) Posisi antar peserta (partner) adalah -/+ 2 meter.
3) Pelatihan diawali dengan pemaparan pemahaman penerapan prinsip sanitasi lingkungan kerja oleh para narasumber.
4) Prosesi tanya jawab antara peserta dan narasumber berdasarkan hasil presentasi.
5) Pelatihan selesai dan ditutup.
6) Output dari kegiatan ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan semangat mitra serta meningkatkan pemahaman mitra.
b. Pendidikan dan pelatihan Wirausaha dan pembentukan kelompok usia produktif dengan model Participatory Learning and Action (PLA). Pendekatan yang digunakan dalam hal ini adalah metode seminar. Dalam pelaksanaannya, seminar edukasi yang dilaksanakan dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip sanitasi (mengingat kondisi pandemi Covid- 19), sebagai berikut:
1) Dilakukan di ruang terbuka.
2) Posisi antar peserta (partner) adalah -/+ 2 meter.
3) Pelatihan diawali dengan pemaparan pemahaman dan contoh kasus manajemen organisasi dan pemasaran oleh narasumber.
4) Prosesi tanya jawab antara peserta dan narasumber berdasarkan hasil presentasi.
5) Pelatihan selesai dan ditutup.
6) Luaran dari kegiatan ini adalah mitra memiliki pengetahuan dan kelompok usia produktif 3. Memberikan bantuan dukungan operasional.
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah memberikan bantuan untuk mendukung kegiatan wirausaha para santri. Luaran dari kegiatan ini adalah pemberian bantuan mesin jahit.
HASIL KEGIATAN
Berdasarkan analisis situasi mitra, diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi mitra secara garis besarnya adalah ketidak mampuan dalam memberdayakan dan menggali potensi atau Aset yang dimiliki para santri serta kurangnya kemandirian ekonomi dan keterampilan kewirausahaan di kalangan para santri. Para santri memiliki keinginan yang kuat untuk tumbuh dam berkembang dengan Aset yang mereka miliki dengan potensi yang mereka miliki sehingga perlu ditumbuh kembangkan dan diberdayakan sehingga dapat bernilai guna dan dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka solusi yang tepat bagi mitra adalah dengan melakukan beberapa langkah sistematis yang dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan mitra dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Langkah-langkah sistematis untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut:
Koordinasi Kegiatan Pengabdian
224
Koodinasi persiapan pelaksanaan pengabdian dilakukan dengan melakukan pertemuan antara pelaksana pengabdian dengan mitra. Pada tahap ini disepakati kegiatan yang akan dilaksanakan mulai dari sosialisasi untuk penjelasan maksud dan tujuan serta di jelaskan juga kegiatan yang akan dilaksanakan adalah berupa kegiatan pemberdayaan kelompok santri berupa seminar tentang entrepreneurship sebagai upaya dalam menumbuhkan semangat usaha serta jiwa entrepreneurship. Penyampaiaan materi disampaikan oleh pemateri, Kemudian pemberian bantuan operasional, serta Pemasangan plang pengabdian.
Pelaksanaan Seminar
Penyampaiaan Materi Entrepreneurship
Kegiatan dilaksanakan pada 4 Agustus 2022 yang dihadiri peserta baik laki-laki dan perempuan usia produktif yaitu santri di Pesantren Ulumul Qur’an Stabat. Kegiatan pengabdian dilaksanakan berupa Pelaksanaan Seminar tentang entrepreneurship sebagai upaya dalam menumbuhkan semangat usaha serta jiwa entrepreneurship santri. Pelaksanaan seminar dilakukan pada aula Pesantren Ulumul Qur’an Stabat. Pada bagian awal seminar dibuka oleh moderator sebagai pemandu dalam menjalankan kegiatan. Sebagai tahap awal moderator memberikan kesempatan kepada Pemateri untuk menyampaikan Seminar tentang entrepreneurship. Dalam proses seminar terlihat peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan. Hasil dari seminar pemberdayaan kelompok santri memfokuskan kepada dua hal yang paling memungkinkan untuk dilakukan. Yaitu keterampilan menjahit dan screen grafic.
Kemampuan menjahit akan membuat para santri dapat memperbaiki sendiri baju mereka yang mungkin mengalami kerusakan seperti robek atau bahkan mereka dapat membuat sendiri baju yang mereka butuhkan seperti baju seragam sekolah, baju olahraga dan lain-lain yang bisa mereka gunakan sendiri. Setelah materi disampaikan oleh pembicara, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, sampai kegiatan selesai.
Membentuk kelompok santri produktif
Pembentukan kelompok santri produktif sebagai tindak lanjut dari seminar Entrepreneurship yaitu membentuk kelompok santri untuk memudahkan dalam proses pembinaan kewirausahaan. Pembentukan kelompok santri produktif sebagai usaha untuk menumbuh kembangkan minat dan bakat santri serta untuk memudahkan dalam proses pelatihan sehingga para santri memiliki keahlian yang nantinya dapat bermanfaat untuk hal-hal yang bernilai ekonomis ataupun untuk hal lainnya. Pembentukan kelompok santri diawali dengan koordinasi dan diskusi dengan pengelola pesantren untuk mendapatkan gambaran mengenai santri sehingga mempermudah dalam pembentukan kelompok. Pada tahap ini disepakati pembentukan kelompok santri sebagai usaha untuk pemberdayaan kelompok santri. Nantinya dalam kelompok santri tersebut para santri akan dilatih sehingga nantinya dapat menumbuh kembangkan minat dan bakat serta untuk meningkatkan keterampilan para santri.
Pemberian Bantuan Operasional
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2022. Kegiatan pemberian bantuan peralatan operasional yaitu berupa mesin jahit kepada pesantren Pesantren Ulumul Qur’an Stabat dimana nantinya mesin jahit tersebut dapat digunakan oleh para santri sehingga nantinya para santri memiliki keterampilan menjahit. Pemberian bantuan mesin jahit diberikan kepada pengelola pesantren secara langsung. Harapannya dalam pemberian bantuan berupa mesin jahit para santri dapat menumbuh kembangkan bakat menjahit serta memiliki keterampilan untuk menjahit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pengabdian masyarakat ini pelaksan sangat menekankan pelaksanaan prinsip pengembangan masayarat berbasis aset yaitu: Pertama ; Setengah Terisi Lebih Berarti (Half Full and Half Empty). Prinsip ini mengajarkan untuk bias lebih fokus pada apa yang kita punyai bukan kepada yang tidak kita punyai. Pemahaman yang dimaksud dari setengah terisi lebih berarti adalah setiap bagian dari alam ini akan memberikan manfaat jika mau menemukan dan meyakini kegunaan aset tersebut. Pendekatan berfokus pada bagian gelas yang terisi. Bagian yang terisi ini dapat berupa kekuatan, kapasitas, dan aset komunitas. Aset tidak selalu identik dengan materi atau uang. Melainkan banyak hal yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang tidak disadari oleh mereka.
Kedua, Semua Punya Potensi (No Body Has Nothing). Prinsip ini menekankan bahwa tidak ada alasan bagi setiap masyarakat untuk tidak melakukan sesuatu dalam menuju perubahan lebih baik. Bahkan keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk tidak ikut berkontribusi dalam proses perubahan sosial yang menjadi lebih baik.
Ketiga, Partisipasi (Participation). Partisipasi merupakan bentuk keterlibatan seseorang terhadap pencapaian tujuan dan ikut bertanggungjawab di dalamnya. Banyak ahli dalam memberikan definisi partisipasi. Partisipasi berperan dalam proses pengembangan/pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan fikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pengembangan/pembangunan.
Keempat, Kemitraan (Partnership). Banyak orang akan terlibat dalam suatu kemitraan pada fase yang berbeda. Mengambil peran sesuai kebutuhan. Penting untuk mengenali perbedaan dan memahami peran apa yang dibutuhkan, pada tahap apa dan untuk tujuan apa. Sama pentingnya untuk memastikan bahwa orang terbaik dialokasikan untuk peran tertentu. Peran mungkin sering
226
berubah selama kehidupan kemitraan, dan mitra dapat tumbuh menjadi peran baru saat mereka menjadi lebih berpengalaman dalam bermitra.
Kelima, Penyimpangan Positif (Positive Deviance). Penyimpangan positif merupakan sebuah pendekatan berbasis asset yang berdasar pada fakta bahwa sebagian dari organisasi atau komunitas memiliki kinerja yang lebih baik (melakukannya dengan baik), serta bahwa komunitas memiliki aset atau sumber daya yang belum dimanfaatkan sepenuhnya. Hal ini membantu komunitas atau organisasi untuk fokus metode-metode paling umum pada perilaku yang tidak biasa namun lebih diinginkan masyrakat, atau pada strategi yang ditemukan oleh masyarakat yang melakukan hal baik walaupun dia/mereka merupakan bagian dari kelompok besar yang tidak semuanya berhasil melakukan kesuksesan yang sama.
Keenam, Berasal dari dalam Masyarakat (Endogenous). Pemaknaan kata endogenous akan mengikuti sub kata yang disifatinya. Sehingga ketika kata yang disifati dan muncul sebelumnya adalah pembangunan maka pembangunan endogen berarti pembangunan yang dikembangkan dari dalam diri masyarakat.
SIMPULAN
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini telah menyelesaikan sebagian besar tahap kegiatan dengan penerimaan yang baik dari Santri dan pengelola dipesantren ulumul qur’an stabat. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dalam proses/tahap inisiasi. Program dan kegiatan-kegiatan berupa 1) koordinasi kegiatan; 2) Pelaksanaan Seminar Entrepreneurship, Pembentukan Kelompok Santri untuk menumbuhkan keterampilan santri, Serta penutup; 3) pemberian bantuan berupa operasional berupa mesih jahit. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini berada pada tahap inisiasi. Ke depan diharapkan program dan kegiatan yang berkesinambungan dan lebih komprehensif, baik darisegi sarana dan prasarana, pemahaman, pemasaran, dan peningkatan kapasitas masyarakat. Selain itu, perlu dilakukan tindak lanjut proses pendampingan guna penguatan kemampuan santri di dipesantren ulumul qur’an stabat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Sumatera yang telah mendanai kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan pengabdian ini di biayai oleh NON PNBP Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat Program MonoTahun Reguler Tahun Anggaran 2022 Nomor : /UN5.2.4.1/PPM/2022, Tanggal 25 Mei 2022.
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi., (2011). “Kewirausahaan Untuk Perguruan Tinggi”. Bogor: Ghalia Indonesia.
Bintari, P.N., dan Darmawan, C., (2016). Peran Pemuda Sebagai Penerus Tradisi Sambatan Dalam Rangka Pembentukan Karakter Gotong Royong. Vol. 25, No. 1, 57-76
Bisno, H. (1969). Definisi Metode. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2022 dari: http://ml.scribd.com
Haedari, A, et al (2004). Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global Cet. I. Jakarta: IRD Press
Hisrich, R. D. M, Peters P., (2008). “The Individual Entrepreneur in Entrepreneurship. McGraw Hill Publishing”.
Moerti., (2013). “Fakta Seputar Tenaga Kerja dan Pengangguran di Indonesia”
Mubyarto. (1998). Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi Kerakyatan. Aditya Media
Suhendra, K. (2006). Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Bandung : Alfabeta
Suryadi, K. dkk. (2014). Idrus Affandi Pendidik Pemimpin Mendidik Pemimpin Memimpin Pendidik.
Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
Thamrin, H., Masril, M., & Sembiring, W. M. (2017). Model of Social Service in Empowerment Welfare Issue in Medan. Proceedings of the 1st International Conference on Social and Political Development (ICOSOP 2016). doi: 10.2991/icosop-16.2017.45
Totok, M., dan Soebiato, P.. (2013). Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung : Penerbit Alfabeta
Umberto Sihombing. (2001). Pendidikan Luar Sekolah (Masalah, Tantangan dan Peluang). Jakarta:
Wirakarsa.
Yusuf L.N., Syamsu dan Nani M. Sugandhi. (2011). Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Zimmerer., (2008). “Essentials of Entrepreneurship and Small business Management”.
Zuli. P., (2009). “Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Terhadap Minat Mahasiswa Berwirausaha”.