1 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI
PROGRAM BANK SAMPAH DI KABUPATEN TABANAN
I Wayan Wahyu Adiatmika NPP. 29.1223
Asdaf Kota Denpasar, Provinsi Bali
Program Studi Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat Email: [email protected]
ABSTRACT
Problem Statement/Background (GAP): This research is entitled COMMUNITY EMPOWERMENT IN WASTE MANAGEMENT THROUGH THE WASTE BANK PROGRAM IN TABANAN REGENCY, where the waste bank program established by the Tabanan Regency Government under the auspices of the Environmental Service has been running according to its main tasks and functions, although in reality there is still a lot of waste that has not been segregated.
and managed properly, in fact there are still many villages in Tabanan Regency that have not been able to manage their waste independently so that there is a buildup of garbage which causes the Mandung TPA to experience overload in accommodating waste. Purpose: The purpose of this research is to describe what factors are inhibiting and supporting factors, as well as the efforts made in overcoming these inhibiting factors. The theoretical basis used in this research is the theory of community empowerment by Mardikanto and Soebito. The four aspects of this theory include human development, business development, environmental development, and institutional development.
Methods: The research design used in this study is a qualitative research using descriptive methods.
Data collection techniques used three ways, namely, interviews, observation, and documentation. The data that has been collected is analyzed starting from data reduction, data presentation, and drawing conclusions. This research was conducted in Tabanan Regency. Results: From the results of this study, it is clear that community empowerment in waste management through waste banks in Tabanan Regency has been implemented. However, there are still obstacles in implementing the program.
Conclusion: The Waste Bank Program has been running well, but there are obstacles, therefore, the researchers provide suggestions to further intensify education to the community, continue to build good relations with vendors, and continue to pay attention to the condition of waste management facilities and infrastructure.
Keywords: Community Empowerment, Waste Management, Waste Bank
2 ABSTRAK
Permasalahan/GAP: Penelitian ini berjudul PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KABUPATEN TABANAN, dimana program bank sampah yang didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan di bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup sudah berjalan sesuai tugas pokok dan fungsinya, walaupun demikian dalam kenyataannya masih banyak sampah yang belum terpilah dan terkelola dengan baik, bahkan masih banyak desa-desa di Kabupaten Tabanan yang belum dapat mengelola sampahnya secara mandiri sehingga terjadi penumpukan sampah yang menyebabkan TPA Mandung mengalami overload dalam menampung sampah.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung, serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut. Landasan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teori pemberdayaan masyarakat Mardikanto dan Soebito. Empat aspek dalam teori ini meliputi bina manusia, bina usaha, bina lingkungan, dan bina kelembagaan. Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan tiga cara yaitu, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data-data yang telah terkumpul dianalisis mulai dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tabanan. Hasil/Temuan: Dari hasil penelitian ini, adalah bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah di Kabupaten Tabanan telah terlaksana. Namun, masih ada hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program tersebut. Keseimpulan : Program Bank Sampah ini sudah berjalan dengan baik, namun terdapat hambatan-hambatan, oleh karena itu, peneliti memberikan saran untuk lebih mengintesifkan edukasi kepada masyarakat, tetap membangun relasi yang baik kepada para vendor, serta terus memperhatikan kondisi sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Pengelolaan Sampah, Bank Sampah
3 I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampah merupakan permasalahan kompleks yang dihadapi oleh Indonesia. Tahun 2020, total produksi sampah nasional telah mencapai 67,8 juta ton. Artinya ada sekitar 185.753 ton sampah setiap harinya yang dihasilkan oleh 270,20 juta penduduk Indonesia . Penduduk Indonesia yang terus bertambah akan meningkatkan jumlah penumpukan sampah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dalam target untuk mengurangi sampah dengan cara mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah dapat tercapai. Upaya pemerintah ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 Pasal 5 ayat 1 Tentang Kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang menargetkan adanya angka pengurangan pada sampah rumah tangga dan sampah sejenis dengan sampah rumah tangga pada angka 30 persen dan ditangani pada angka 70 persen.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa sampah merupakan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat yang sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Timbulan sampah di Bali mencapai 2.400 ton per hari, parahnya lagi 52 persen dari total jumlah sampah tersebut tidak dikelola. Komposisi sampah di Bali terdiri dari sampah organik sebanyak 60 persen, anorganik 30 persen dan residunya 10 persen . Kabupaten Tabanan sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali mengalami timbulan sampah. Berdasarkan data SIPSN tahun 2020 jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh Kabupaten Tabanan per harinya rata-rata mencapai 230,82 ton yang menyebabakan Kabupaten Tabanan menduduki posisi kelima penghasil sampah di Provinsi Bali. Kabupaten Tabanan menduduki urutan kelima jumlah timbulan sampah harian di Provinsi Bali. Hal diakibatkan oleh beberapa permasalahan sebagai berikut: produksi sampah oleh kegiatan sehari-hari masyarakat dengan jumlah besar;
masyarakat belum terbiasa memilah sampahnya terlebih dahulu, sehingga sampahnya tercampur dan dibuang begitu saja; terbatasnya lahan sebagai tempat menampung volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir Mandung. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Tabanan membentuk program bank sampah di bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan. Selain itu Bank Sampah memiliki layanan berupa tabungan sampah. Tabungan sampah memiliki arti yaitu peserta bank sampah menabungkan sampah miliknya ke bank sampah yang kemudian akan dikonversikan menjadi uang dalam jumlah tertentu sesuai dengan yang telah ditentukan. Sehingga hal ini akan memicu partisipasi masyarakat dalam mengelola sampahnya masing-masing karena adanya profit yang didapat masyarakat secara langsung dengan mendapatkan uang yang disimpan dalam tabungan bank sampah yang mereka dapatkan. Program bank sampah yang didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan ini memiliki potensi untuk mengurangi timbulan sampah terutama sampah anorganik. Dengan pengelolaan sampah anorganik melalui program bank sampah, maka sampah ini bisa didaur ulang menjadi produk yang lebih bermanfaat, sehingga dapat mengurangi kerusakan lingkungan akibat dari penumpukan sampah anorganik. Salah satu contoh sampah anorganik yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah sampah plastik, karena sifat dari material plastik yang sangat sulit diuraikan secara alami.
1.2. Kesenjangan Masalah yang Diambil (GAP)
Program bank sampah yang didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan ini memiliki potensi untuk mengurangi timbulan sampah terutama sampah anorganik. Dengan pengelolaan sampah anorganik melalui program bank sampah, maka sampah ini bisa didaur ulang menjadi produk yang lebih bermanfaat, sehingga dapat mengurangi kerusakan lingkungan akibat dari
4 penumpukan sampah anorganik. Salah satu contoh sampah anorganik yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah sampah plastik, karena sifat dari material plastik yang sangat sulit diuraikan secara alami.
Manfaat yang dirasakan bagi masyarakat Kabupaten Tabanan, khususnya oleh masyarakat yang bertindak sebagai nasabah bank sampah juga akan mendapat uang dari hasil mereka memilah dan mengelola sampah melalui program bank sampah, yang tentunya dapat memberikan value atau pendapatan bagi masyarakat Kabupaten Tabanan.
Secara teknis, program bank sampah yang didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan di bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup sudah berjalan sesuai tugas pokok dan fungsinya, walaupun demikian dalam kenyataannya masih banyak sampah yang belum terpilah dan terkelola dengan baik, bahkan masih banyak desa-desa di Kabupaten Tabanan yang belum dapat mengelola sampahnya secara mandiri sehingga terjadi penumpukan sampah yang menyebabkan TPA Mandung mengalami overload dalam menampung sampah. TPA Mandung yang hanya memiliki luas 1,88ha kini harus menampung 2,5ha sampah. Ketinggian sampah di TPA Mandung mencapai 30m dari arah timur karena lahannya miring. Sedangkan dari sisi barat ketinggian sampah mencapai 15m karena lahannya mendatar, sehingga dikategorikan overload oleh Kepala UPTD Pengolahan Sampah dan Lumpur Tinja TPA Mandung Sembung Gede Kerambitan. Idealnya, ketinggian sampah pada sisi timur TPA Mandung tidak melewati 20m dan pada sisi barat tidak menyentuh ketinggian 15m.
1.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini terinspirasi dari penelitian terdahulu, baik dalam konteks bank sampah maupun pengelolaan sampah melalui program bank sampah. Penelitian Ni Made Via Prayati dan I Nengah Kartika berjudul Analisis Pengaruh Program Bank Sampah Terhadap Pendapatan Nasabah Bank Sampah di Kota Denpasar, menemukan bahwa secara simultan partisipasi nasabah, tabungan sampah dan hasil penjualan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nasabah bank sampah, sedangkan secara parsial partisipasi nasabah tidak berpengaruh signifikan dan tabungan sampah, hasil penjualan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nasabah bank sampah di Kota Denpasar. Penelitian Yusa Eko Saputro, Kismartini, Syafrudin yang berjudul Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Melalui Bank Sampah menemukan bahwa hasil penelitian yang berdasarkan pada aspek teknis, aspek operasional kelembagaan, aspek hukum, aspek finansial dan aspek partisipasi masyarakat, manajemen Bank Sampah dari Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo sudah cukup baik meskipun masih ada beberapa masalah teknis di lapangan dan terdapat dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang bersifat positif dari Bank Sampah Kelompok Peduli lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo. Kemudian penelitian Anih Sri Suryani yang berjudul Peran Bank Sampah Dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Bank Sampah Malang) menemukan bahwa Bank Sampah Malang (BSM) merupakan salah satu Bank Sampah yang telah berdiri dengan mapan dan banyak dijadikan percontohan. Dari aspek kelembagaan, koperasi dinilai cukup efektif membuat BSM bisa mandiri dan berdikari. Hambatan masih banyak dialami dari segi pembiayaan, sedangkan dari segi regulasi masih diperlukan regulasi pendukung untuk memperkuat kinerja.BSM. Selama ini, peran serta masyarakat sudah cukup baik, tetapi belum optimal. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan pemahaman yang belum merata. Aspek teknik operasional sudah berjalan dengan efektif namun kendala tempat menjadi masalah utama.
5 1.4. Pernyataan Kebaruan Ilmiah
Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, penelitian akan berfokus pada bagaimana bank sampah memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Tabanan.
Dimana program bank sampah ini didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan dibawah naungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian ini sangat berbeda terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.
1.5. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan.
II. METODE
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian kualitatif. Hal ini karena peneliti ingin menjelaskan bagaimana kondisi sebenarnya yang terjadi saat penelitian berlangsung sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan data lalu menjelaskannya ke dalam analisis dan perumusan masalah yang ditemukan saat di lapangan nantinya, dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti menggunakan metode deskriptif. Sugiyono (2013: 9) menyebutkan metode penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme atau interpretif, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat memahami makna, memahami keunikan, mengkonstruksi fenomena dan menemukan hipotesis. Kemudian Neuman (2006:66) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah “descriptive research is research where the primary purpose is to ‘paint a picture’ using words or number and to present profile, a classification of types, or an outline of steps to answer question such as who, when, where and how”. Artinya penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk ‘menggambarkan’ menggunakan kata-kata maupun nomor dan untuk memperlihatkan profil, mengelompokkan jenis atau garis besar langkah-langkah untuk menjawab pertanyaan yang ada, misalnya siapa, kapan, di mana dan bagaimana. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara kepada 6 pihak, yaitu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, B3 dan Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan, Kepala Seksi Pengelolaan Persampahan Kabupaten Tabanan, Ketua Bank Sampah Induk dan Unit Kabupaten Tabanan, Perbekel Pembina Pemberdayaan Bank Sampah, dan Masyarakat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan empat kriteria pelaksanaan pemberdayaan masyarakat menurut Mardikanto dan Soebito dalam mengukur pelaksaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah di Kabupaten Tabanan. Empat kriteria tersebut adalah :
6 Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Lingkungan, Bina Kelembagaan.
Dari empat kriteria di atas, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian dari pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan.
3.1. Bina Manusia
Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, dimana Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan bersama dengan Bank Sampah Unit yang berada di lingkup desa atau banjar mengadakan pertemuan dengan masyarakat di balai desa atau banjar. Pada intinya pemerintah bersama dengan bank sampah mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi terhadap pengelolaan sampah langsung dari sumbernya serta peduli terhadap lingkungan hidup, khususnya pada masalah persampahan.
Sosialisasi dan pendampingan dalam pengelolaan sampah yang diberikan kepada masyarakat oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan bersama dengan bank-bank sampah unit, maka didapatkan hasil yaitu adanya tingkat partisipasi masyarakat yang sangat baik dalam membantu pelaksanaan Program Daerah Provinsi Bali khususnya di Kabupaten Tabanan. Program daerah tersebut adalah menjaga lingkungan hidup agar tetap lestari dengan konsep Tri Hita Karana. Tingkat partisipasi masyarakat tersebut adalah dengan memilah sampah dari sumbernya, mengelola sampah berbasis sumber, dan ikut berpartisipasi menjadi nasabah bank sampah yang ada di lingkungan desa dan banjar masing-masing. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat ini disebabkan karena masyarakat yang sudah mengerti dan memiliki kapasitas atau kemampuan dalam mengelola sampah akibat dari pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan.
Hal ini relevan dengan teori pemberdayaan menurut Mardikanto bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
3.2. Bina Usaha
Bina usaha merupakan suatu upaya penting dalam pelaksanaan suatu pemberdayaan terhadap masyarakat, karena bina usaha memberikan manfaat khususnya dalam hal untuk mendapatkan suatu value. Dimensi bina usaha yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan bersama dengan bank-bank sampah unit adalah dengan memberikan pemberdayaan berupa sosialisasi, dan pendampingan kepada masyarakat dalam hal cara pengelolaan sampah dan pemilahan sampah, agar harga sampah tersebut dapat semakin mahal bila dijual kepada bank sampah. Hal ini relevan terhadap teori bina usaha yang dikemukakan oleh Mardikanto dan Soebito (2017), dimana bina usaha merupakan salah satu faktor dalam perbaikan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah sejahtera karena mendapat value dari hasil sampah yang ditabung di bank sampah.
Dari hasil edukasi serta pendampingan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan serta dari pihak pengelola Bank Sampah di Kabupaten Tabanan menjadikan masyarakat mampu untuk mengelola dan memilah sampahnya secara optimal dan terpilah secara teliti, khususnya pada sampah anorganik. Selain sampah anorganik, ada juga beberapa masyarakat yang mulai mengelola sampah organik menjadi pupuk yang tentunya mendapat pendampingan dari pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan dan pengelola bank sampah unit di lingkungannya.
7 Tabel 3.1
Data Hasil Penjualan Sampah Bank Sampah Unit Sekartaji Banjar Batan Poh Desa Pandak Gede Tahun 2021
No Jenis Sampah Jumlah
Kg/bulan Harga/kg Jumlah Harga 1 Plastik Campur 101,8 Rp 1.200,00 Rp 122.160,00 2 Botol Bersih 59,6 Rp 2.800,00 Rp 166.880,00
3 Gelas Kotor 22,4 Rp 1.800,00 Rp 40.320,00
4 Kaleng Susu 17,7 Rp 1.000,00 Rp 17.700,00
5 Gelas Mountea 2,1 Rp 1.500,00 Rp 3.150,00
6 Kardus Kecil 83,3 Rp 600,00 Rp 49.980,00
7 Rak Telur - Rp 1.800,00 -
8 Kertas putih 7,2 Rp 2.000,00 Rp 14.400,00
9 Sampul - Rp 2.200,00 -
10 Buku 91,5 Rp 1.000,00 Rp 91.500,00
11 Kardus 166,7 Rp 2.700,00 Rp 450.090,00
12 Tutup Botol Biru 7,2 Rp 2.000,00 Rp 14.400,00 13 Kantongan Kresek 40 Rp 400,00 Rp 16.000,00
14 Komposter - Rp 1.000,00 -
TOTAL Rp 986.500,00
3.3. Bina Lingkungan
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan melalui program bank sampah melakukan pembinaan terhadap lingkungan. Pembinaan lingkungan itu dilakukan dengan melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana terkait dengan kelestarian lingkungan hidup khususnya pada bidang pengelolaan sampah serta melaksanakan pengelolaan terhadap sampah yang sudah terkumpul agar sampah tersebut tidak menimbulkan bau yang mengganggu lingkungan. Peraturan Bupati Tabanan Nomor 68 Tahun 2017 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan berkewajiban untuk memfasilitasi saran dan prasarana yang diperlukan dalam hal pengelolaan dan pengurangan sampah. Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan mengoptimalkan segala bentuk fasilitas sarana dan prasarana dalam segi kualitas, kuantitas dan pemanfaatan dari sarana dan prasaran tersebut serta menjaga agar lingkungan tetap dalam kondisi yang bersih dan tidak ada bau sampah.
Pembinaan terhadap lingkungan merupakan salah satu poin penting dalam memberdayakan masyarakat. Tanggung jawab terhadap lingkungan merupakan tanggung jawab bagi keseluruhan masyarakat. Oleh karena itu, pembinaan terhadap lingkungan bukan hanya terhadap pembinaan sosial, tetapi juga pembinaan lingkungan secara fisik seperti memaksimalkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana serta menjaga kelestarian lingkungan.
8 Tabel 4.6
Sarana dan Prasarana Persampahan
No Jenis Jumlah Satuan
1
Motor Viar (roda tiga)
Jumlah Keseluruhan 5 unit
Jumlah yang berfungsi dengan baik 3 unit
Jumlah yang rusak 2 unit
Kapasitas 1 m3
2
Mobil pick up sampah
Jumlah Keseluruhan 4 unit
Jumlah yang berfungsi dengan baik 4 unit
Jumlah yang rusak 0 unit
Kapasitas 3 m3
3
Gerobak sampah
Jumlah Keseluruhan 24 unit
Jumlah yang berfungsi dengan baik 15 unit
Jumlah yang rusak 9 unit
Kapasitas 200 kg
4
Amroll truck
Jumlah Keseluruhan 7 unit
Jumlah yang berfungsi dengan baik 7 unit
Jumlah yang rusak 0 unit
Kapasitas 6 m3
5 Dump Truck
Jumlah Keseluruhan 16 unit
Jumlah yang berfungsi dengan baik 12 unit
Jumlah yang rusak 4 (ringan) unit
Kapasitas 6 m3
6
Eskavator
Jumlah Keseluruhan 2 unit
Jumlah yang berfungsi dengan baik 1 unit
Jumlah yang rusak 1 unit
Kapasitas 1 m3
7
Louder
Jumlah Keseluruhan 1 unit
Jumlah yang berfungsi dengan baik 0 unit
Jumlah yang rusak 1 unit
Kapasitas 1,7 m3
8
Buldoser
Jumlah Keseluruhan 2 unit
Jumlah yang berfungsi dengan baik 1 unit
Jumlah yang rusak 1 unit
Kapasitas 4 m3
9 3.4. Bina Kelembagaan
Bina kelembagaan merupakan adanya unsur-unsur seperti unsur organisasi atau unsur sosial dalam pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan, dalam hal ini dilaksanakan langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan. Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan telah memberikan banyak sumbangsih kepada masyarakat, khususnya para pengelola bank sampah. Dimana, para pengelola bank sampah dibina dan didampingi langsung oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan dalam hal pengelolaan sampah dan pemeliharaan lingkungan hidup.
3.5. Diskusi Temuan Utama Penelitian
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan sudah terlaksana dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan berupa pembinaan, pemberian edukasi dan sosialisasi, serta pendampingan kepada masyarakat dan kepada pengelola bank sampah terkait pelestarian lingkungan dengan mengelola sampah berbasis sumber. Bina usaha melalui program bank sampah ini terlaksana dengan baik yang ditandai dengan adanya kerjasama dengan para vendor, dan perusahaan pengelola sampah, sehingga sampah- sampah tersebut memiliki value yang selanjutnya dapat diberikan kepada masyarakat yang telah menukarkan sampahnya di bank sampah. Pembinaan terhadap
lingkungan melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan berjalan dengan baik sebagaimana mestinya yang ditandai dengan adanya fasilitas sarana dan prasarana persampahan yang diadakan dan dikelola langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan, serta pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan memaksimalkan potensi dari sarana dan prasarana tersebut, contohnya adalah dengan melakukan servis dan penggantian suku cadang kendaraan pengelola sampah setiap satu hingga tiga bulan sekali. Pemberdayaan dengan aspek bina kelembagaan berjalan dengan baik yang dilaksanakan dengan pemberian edukasi, pelatihan, serta pendampingan bagi pengelola bank sampah tentang bagaimana pengelolaan sampah ketika sudah sampai di bank sampah hingga pada akhirnya diteruskan kepada vendor. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan juga berkolaborasi dengan Bali Wastu Lestari dalam berinovasi pembuatan aplikasi bank sampah digital untuk memudahkan masyarakat serta pihak pengelola bank sampah agar pengelolaan sampah melalui program bank sampah berjalan dengan efisien. Program bank sampah ini memiliki respon baik di masyarakat, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan dapat terlaksana dengan baik.
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaannya, yaitu:
Sikap mental perilaku masyarakat sadar mengelola sampah di beberapa wilayah masih kurang, khususnya pada tujuh desa yang berada di wilayah perkotaan Kabupaten Tabanan.
Hal ini dipengaruhi oleh sibuknya masyarakat oleh pekerjaan mereka yang mayoritas bekerja sebagai pegawai dan pedagang, sehingga tidak sempat untuk melakukan pemilahan sampah di rumahnya masing-masing. Selain itu terdapat image di wilayah tersebut bahwa sampah merupakan tanggung jawab pemerintah. Keterlambatan pembuatan regulasi terkait sampah di beberapa desa yang disebabkan karena stakeholder di desa tersebut masih belum fokus terhadap arahan pemerintah serta aturan yang ada yang berkaitan dengan pengelolaan
10 sampah berbasis sumber di Kabupaten Tabanan. Belum adanya mesin pendaur ulang sampah di Kabupaten Tabanan yang berfungsi untuk mendaur ulang sampah anorganik menjadi bijih-bijih plastik yang nantinya dapat diolah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Sampah-sampah yang telah dikumpulkan oleh bank sampah masih dijual kepada para vendor, perusahaan, para pengepul, dan bahkan masih didistribusikan ke luar Pulau Bali. Hal ini tentu menyebabkan alur akhir sampah menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan mendaur ulang secara mandiri d. Sarana pengangkutan sampah yang jumlahnya terbatas di masing-masing desa seperti truk, pickup sampah, dan motor viar atau motor roda tiga. Alat transportasi ini sangat berguna dalam distribusi sampah, tetapi karena jumlahnya yang terbatas maka kegiatan distribusi sampah menjadi lebih lama dan memakan biaya operasional serta waktu yang cukup besar. Belum semua masyarakat mau melaksanakan pemilahan lanjutan pada sampahnya, dimana pemilahan lanjutan ini memiliki fungsi agar nilai sampah tersebut menjadi semakin tinggi dan juga memudahkan bagi pihak bank sampah untuk melakukan pengelolaan terhadap sampahnya. Para vendor memiliki patokan khusus bagi jenis sampah yang mereka terima, oleh karena itu perlu dilakukan pemilahan lanjutan bagi sampah-sampah tersebut agar nantinya pihak bank sampah hanya tinggal mendistribusikan sampah tersebut, sehingga tidak memakan waktu lama bagi alur sampah tersebut. Nasabah bank sampah beralasan bahwa memilah sampah lanjutan sangat memakan waktu, karena mereka juga memiliki kesibukan tersendiri dalam mengurus rumah tangga. Masih ada bank-bank sampah yang belum aktif atau belum beroperasi yang disebabkan karena lambatnya regulasi atau prarem di beberapa desa terkait pengelolaan sampah melalui program bank sampah. Selain itu stakeholder di beberapa desa tersebut juga masih kurang pemahamannya terhadap pentingnya mengelola sampah dan juga menganggap bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap sampah mereka.
3.6. Diskusi Temuan Menarik Lainnya
Dalam mengatasi faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan, terdapat upaya-upaya untuk mengatasi faktor penghambat tersebut seperti: Melakukan edukasi, pembinaan, dan pendampingan secara rutin dan intensif yang dimaksudkan untuk secara perlahan mengubah sikap mental perilaku masyarakat agar semakin peduli terhadap pelestarian lingkungan melalui pengelolaan sampah di bank sampah. Sehingga kebiasaan mengelola sampah secara mandiri akan menjadi terbiasa di lingkungan masyarakat. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan agar pengelola bank sampah semakin optimal dalam mengelola bank sampahnya. Mengadakan paruman secara rutin bersama stakeholder desa oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan bersama pengelola bank sampah. Kegiatan paruman atau musyawarah ini dilakukan untuk membahas kendala yang terdapat di masing- masing desa dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mempercepat pembuatan prarem atau regulasi bagi desa yang berkaitan dengan pengelolaan sampah melalui program bank sampah dan juga meminimalisr jumlah bank sampah tidak aktif di Kabupaten Tabanan. Menjaring kerjasama dengan beberapa vendor, perusahaan, dan pengepul sampah untuk mempercepat jalannya alur sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis. Kegiatan kerjasama ini dilakukan karena di Kabupaten Tabanan belum terdapat alat untuk mendaur ulang sampah, sehingga sampah- sampah yang sudah terkumpul tidak menumpuk dalam jangka waktu lama di bank sampah.
Melakukan optimalisasi terhadap sarana transportasi sampah yang bertujuan agar kendaraan-kendaraan pengangkut sampah tetap berada pada kondisi yang prima, mengingat
11 keterbatasan jumlah kendaraan tersebut per desanya. Sehingga dengan optimalnya kondisi kendaraan, maka kegiatan distribusi sampah dapat berjalan secara kontinyu.
IV. KESIMPULAN
Peneliti menyimpukan bahwa kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan sudah terlaksana dengan baik. Hal ini ditandai dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan berupa pembinaan, pemberian edukasi dan sosialisasi, serta pendampingan kepada masyarakat dan kepada pengelola bank sampah terkait pelestarian lingkungan dengan mengelola sampah berbasis sumber. Bina usaha melalui program bank sampah ini terlaksana dengan baik yang ditandai dengan adanya kerjasama dengan para vendor, dan perusahaan pengelola sampah, sehingga sampah-sampah tersebut memiliki value yang selanjutnya dapat diberikan kepada masyarakat yang telah menukarkan sampahnya di bank sampah. Pembinaan terhadap lingkungan melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan berjalan dengan baik sebagaimana mestinya yang ditandai dengan adanya fasilitas sarana dan prasarana persampahan yang diadakan dan dikelola langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan, serta pihak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan memaksimalkan potensi dari sarana dan prasarana tersebut, contohnya adalah dengan melakukan servis dan penggantian suku cadang kendaraan pengelola sampah setiap satu hingga tiga bulan sekali.
Pemberdayaan dengan aspek bina kelembagaan berjalan dengan baik yang dilaksanakan dengan pemberian edukasi, pelatihan, serta pendampingan bagi pengelola bank sampah tentang bagaimana pengelolaan sampah ketika sudah sampai di bank sampah hingga pada akhirnya diteruskan kepada vendor. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan juga berkolaborasi dengan Bali Wastu Lestari dalam berinovasi pembuatan aplikasi bank sampah digital untuk memudahkan masyarakat serta pihak pengelola bank sampah agar pengelolaan sampah melalui program bank sampah berjalan dengan efisien. Program bank sampah ini memiliki respon baik di masyarakat, oleh karena itu pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah melalui program bank sampah di Kabupaten Tabanan dapat terlaksana dengan baik.
Keterbatasan Penelitian : Penelitian ini memiliki keterbatasan utama yakni waktu dan biaya penelitian
Arah Masa Depan Penelitian : Peneliti menyadari masih awalnya kegiatan penelitian ini, oleh karena itu peneliti menyarankan agar dapat dilakukan peneitian lanjutan di Kabupaten Tabanan khususnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui program bank sampah
V. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabanan beserta jajarannya, Ketua Bank Sampah Induk dan Unit di Kabupaten Tabanan, Perbekel, Pengelola Bank Sampah, serta seluruh pihak yang membantu dalam pelaksanaan penelitian.
12 VI. DAFTAR PUSTAKA
Asteria, D. 2015. “Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya”. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, Vol. 23, No.1, Maret 2016:
137.
Nugraha, A, Sutjahjo, S, Amin, A. “Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Melalui Bank Sampah di Jakarta Selatan”, Vol. 8, No.1, April 2018: 8
Prayati N, Kartika I. 2018. “Analisis Pengaruh Program Bank SampahTerhadap Pendapatan Nasabah Bank Sampah di Kota Denpasar”, E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, Vol.7, No.6 Juni 2018
Saputro, Y, Kismartini, Syafrudin. 2015. “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Melalui Bank Sampah”. Indonesian Journal of Conservation, Vol. 04, No. 01, 2015
Suryani, A. 2014. “Peran Bank Sampah Dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Bank Sampah Malang)”. Jurnal Aspirasi, Vol. 5 No. 1, Juni 2014