PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Bagaimana cara menganalisis pemberian nafkah iddah dan mut'ah bagi isteri yang nusyuz dalam ketetapan No. Penyelidikan ini juga diharapkan dapat memberi manfaat kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui tentang analisis pemberian nafkah iddah dan mut'ah bagi isteri-isteri nusyuz dalam keputusan no.
Penelitian Terdahulu
Bedanya dengan tesis penulis adalah penulis menganalisis pemberian dukungan iddah dan mut’ah kepada perempuan nusyuz dalam Putusan No. Dalam Islam, pemberian dukungan iddah dan mut'ah pada talak ba'in didasarkan pada pendapat Imam Hanafi.
Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat guna mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data yaitu Metode Dokumentasi. Berdasarkan data yang diperoleh untuk menyusun dan menganalisis data yang terkumpul, metode yang digunakan peneliti adalah metode analisis deskriptif.
Sistematika Penulisan
Bab ketiga tesis ini akan membincangkan kedudukan keputusan pengadil, yang merangkumi maksud keputusan pengadil, jenis-jenis keputusan pengadil, prinsip keputusan pengadil, fungsi keputusan pengadil dan kekuatan keputusan pengadil. keputusan. keputusan hakim. Bab keempat tesis ini merupakan hasil kajian yang membincangkan analisis status pemberian nafkah Iddah dan Mut'ah kepada isteri-isteri Nusyuz dalam ketetapan no.
NAFKAH IDDAH, MUT‟AH DAN NUSYUZ DALAM
Pengertian Nafkah Iddah
Jadi, apabila diteliti berdasarkan Perkara 158 di atas, jelaslah bahawa suami wajib memberi mut'ah kepada isteri yang diceraikannya. Menurut hukum syarak, pemberian iddah Mut'ah dan Nafkah kepada isteri yang nusyuz sekiranya berlaku perceraian dan pembubaran perkahwinan no. 677/Pdt.G/2016/PA.Bn, peruntukan sedemikian adalah dibenarkan di sisi undang-undang.
Dasar Hukum Nafkah Iddah
Ketentuan Pemberian Nafkah Iddah
Menurut Hilman Hadikusuma, mut'ah adalah pemberian seorang laki-laki kepada isterinya yang diceraikan (talak talak) agar hati perempuan dapat tenteram. Menurut Hukum Positif memberikan Mut’ah kepada wanita nusyuz dalam perkara talak dan talak dalam Surat Keputusan Nomor 677/Pdt.G/2016/PA.Bn, pemberian tersebut diperbolehkan secara hukum.
Mut‟ah Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif
- Pengertian Mut‟ah
- Landasan hukum Pemberian Mut‟ah
- Kadar Mut‟ah dan Jenisnya
Nusyuz Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif
- Pengertian Nusyuz
- Dasar Hukum Nusyuz
- Macam-Macam Nusyuz
KEDUDUKAN PUTUSAN HAKIM
- Jenis-Jenis Putusan Hakim
- Asas-Asas Dalam Putusan Hakim
- Fungsi Putusan Hakim
- Kekuatan Putusan Hakim
Berdasarkan ketentuan sebagaimana disebutkan di atas, dapat dipahami bahwa memberi mut'ah bisa menjadi wajib dan menjadi sunnah. Mut’ah harus diberikan oleh mantan suami dengan syarat mahar tidak ditentukan bagi istri ba’da ad dukhul (terjadi hubungan seksual antara keduanya) dan perceraian itu atas kemauan suami. Mut’ah wajib diberikan oleh mantan suami dengan ketentuan mahar tidak ditentukan untuk ba’da dukhul istri dan perceraiannya sesuai dengan wasiat suami.
Berdasarkan penjelasan di atas, majelis pengadilan memutuskan dalam Putusan Hakim Nomor: 677/Pdt.G/2016/PA.Bn bahwa pemohon wajib memberikan muth'ah berupa kalung emas 24 karat seberat 5 gram kepada istrinya yang diceraikan. istri. Jadi, dalam putusan hakim nomor: 677/Pdt.G/2016/PA.Bn, meskipun istri melakukan perbuatan nusyuz, namun pemberian Mut'ah sah secara hukum dan tetap harus diberikan. Kewajiban mantan suami kemudian menjadi hak mantan istri, termasuk hak mut'ah dan hak hidup iddah.
Bagi wanita yang sudah menikah (be'da dukhul) dan bercerai dari suaminya, maka wajib bagi mantan suaminya untuk memberikan mutata kepada wanita yang menceraikannya.
STATUS PEMBERIAN NAFKAH IDDAH DAN
Identitas Para Pihak
Identitas para pihak dalam perkara perceraian talak ini adalah nama Pemohon, RSR Bin LS, 22 tahun, Muslim, bekerja sebagai wiraswasta dan berdomisili di Jalan Alfurqan RT.05 RW. Kemudian Termohon bernama OBR Binti SD berusia 24 tahun, beragama Islam, bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan berdomisili di Jalan Perum Villa Putri selebar RT.22 RW.
Duduk Perkara
Identitas para pihak dalam perkara perceraian talak ini adalah nama Pemohon, RSR Bin LS, 22 tahun, Muslim, bekerja sebagai wiraswasta dan berdomisili di Jalan Alfurqan RT.05 RW.. 01 No. 69 Desa Kebun Dahri Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu.66. Kemudian responden bernama OBR Binti SD berusia 24 tahun, beragama Islam, bekerja sebagai ibu rumah tangga dan berdomisili di Jalan Perum Villa Putri selebar RT.22 RW.. 02 Kelurahan Kandang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Bahwa Pemohon dan Termohon pada saat menikah berstatus lajang dan masih perawan serta telah melangsungkan akad nikah pada hari Minggu di hadapan Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu sebagai dicatat dari Ekstrak Akta Nikah Nomor: 58/11/III/2014 tanggal .
Bahwa setelah akad nikah, pemohon dan tergugat tinggal bersama secara serumah tangga dengan tinggal di rumah orang tua pemohon di Jalan Al Furqon selama kurang lebih 6 bulan kemudian pindah ke rumah orang tua tergugat di Jalan Perum Villa Putri di RT 22/RW 02, Desa Kandang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu Kurang lebih 1 tahun 6 bulan; Namun, meskipun awal kehidupan keluarga pemohon dan terdakwa harmonis selama kurang lebih enam bulan, perselisihan dan pertengkaran terus menerus terjadi sejak Januari 2016. Sedangkan pada bulan Januari 2016 terjadi puncak perselisihan dan pertengkaran karena Pemohon dan Termohon saat itu sedang bertengkar mengenai pekerjaan Pemohon, tiba-tiba ibu Termohon masuk ke dalam ruangan Pemohon dan Termohon dan ikut campur dalam permasalahan antara Pemohon dan Termohon. Terdakwa. yang sedang berdebat.
Sementara itu, pihak keluarga Pemohon dan Termohon sudah sering berupaya mendamaikan keluarga, namun tidak membuahkan hasil karena Termohon selalu mengulangi perbuatannya. G.
Pertimbangan Hukum
bahwa kedua saksi yang dihadirkan Pemohon juga telah memenuhi syarat materiil karena keterangan saksi-saksi Pemohon saling bersesuaian, dimana kedua saksi tersebut mengetahui bahwa keadaan rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah tidak rukun dan tidak rukun lagi. karena hal-hal sebagai berikut: dalam permohonan pemohon, ternyata menurut saksi pertama dan kedua, pemohon dan tergugat telah menempati tempat tinggal terpisah selama kurang lebih satu tahun; Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat rumah tangga pemohon dan tergugat telah retak dan sulit dipertemukan kembali karena pemohon dan tergugat telah berpisah sebagai suami istri sejak Januari 2016 hingga saat ini. telah. indikasi bahwa pemohon dan termohon mempunyai perselisihan dan pertengkaran yang sangat tajam, sehingga pemohon dan tergugat tidak mencapai tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam surat Ar Rum ayat 21 dan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu adalah memperoleh kedamaian dan membentuk keluarga bahagia berdasarkan ikatan kelahiran. Hubungan suami istri sudah tidak ada lagi dalam rumah tangga pemohon dan tergugat, sehingga dalil pemohon dibenarkan sesuai dengan ketentuan Pasal 19(f). ) Peraturan Pemerintah Nomor 9. Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas, Majelis berpendapat bahwa keadaan rumah tangga pemohon dan tergugat sudah sedemikian terpecah belah sehingga tujuan perkawinan adalah untuk membentuk suatu perkawinan. hidup bahagia dan kekal. keluarga/rumah tangga yang berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa (lihat pasal 1 undang-undang nomor 1 tahun 1974) dan/atau keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah (lihat pasal 3 Kompilasi Hukum Islam) tidak berasal dari rumah tangga pemohon dengan Responden.
Menimbang bahwa memelihara keluarga yang dipisahkan sedemikian rupa adalah sia-sia, sekalipun keadaan itu terpaksa atau dibiarkan, justru akan menimbulkan kerugian dan penderitaan batin dan jasmani yang berkepanjangan bagi pemohon, oleh karena itu Majelis berpendapat bahwa Keluarga Pemohon Termohon tidak dapat lagi dibela; Mengingat pemohon yang dipanggil secara resmi dan dapat hadir dalam persidangan tidak hadir, sedangkan permohonan pemohon mempunyai dasar hukum, maka sesuai dengan Pasal 149 R.Bg. Menimbang akibat perceraian tersebut, dalam persidangan Pemohon menyatakan mampu memberikan kepada Termohon tunjangan iddah selama tiga bulan sebesar Rp dua juta lima ratus ribu rupiah) dan muth'ah berupa kalung emas 5 gram 24 karat, karena pemohon telah menyatakan kesanggupan, maka Majelis memerintahkan/menghukum pemohon untuk membayar sejumlah uang tersebut dan memasukkannya dalam putusan ini;
Mengingat, berdasarkan ketentuan Pasal 84 UU No. 7 Tahun 1989 yang diubah kedua kali dengan UU No. 50 Tahun 2009, panitera Pengadilan Agama Bengkulu diperintahkan untuk mengirimkan salinan putusan yang mempunyai kekuatan tetap. sahnya perkawinan sekretaris Kantor Agama Negeri tempat tinggal tetap penggugat dan tergugat serta pegawai sekretaris.
Amar Putusan
677/Pdt.G/2016/PA.Bn, majelis hakim mengabulkan permohonan suami untuk mengenakan talaq raj’i terhadap istrinya di hadapan Pengadilan Agama Bengkulu dengan putusan pemohon memberikan iddah nafkah kepada Termohon selama tiga orang. bulan sebesar dua juta lima ratus ribu rupiah) dan muth'ah berupa kalung emas 24 karat seberat 5 gram. Kemudian pada Pasal 158 mengatur syarat pemberian mut'ah, yakni mut'at harus diberikan oleh mantan suami dengan syarat. Sedangkan Pasal 159 IHH menyatakan bahwa mut'ah sunnah diberikan oleh mantan suami tanpa syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158.
Berdasarkan perkara (a) Perkara 149 Kanun Sivil, yang menetapkan bahawa apabila perkahwinan itu putus kerana perceraian, bekas suami mesti memberikan bekas isterinya hadiah yang sesuai dalam bentuk wang atau barang. , kecuali bekas isteri itu qabla. Dan artikel ini tidak menyebut bahawa isteri yang nusyuz tidak mendapat mut'ah dan nusyuz tidak menghalang bekas isteri mendapat mut'ah yang layak daripada suaminya. Pengadilan Agama/Pengadilan Syariah secara ex officio dapat menentukan kewajiban suami untuk menafkahkan iddah bagi istrinya sampai terbukti bahwa istri telah nusyuz, dan menetapkan kewajiban mut’ah (Pasal 41 huruf c) Undang-undang No.
Karena yang mengajukan talak adalah suami, maka berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka suami wajib memberikan mut’ah akibat putusnya ikatan perkawinan.
Analisis Status Pemberian Nafkah Iddah Dan Mut‟ah
Analisis Status Pemberian Nafkah Iddah Dan Mut‟ah
PENUTUP
Saran
Bahwa Pemohon dan Termohon menurut akad nikah mempunyai hubungan suami-istri dan dikaruniai seorang anak yang diberi nama. Bahwa saksi mengetahui bahwa hubungan rumah tangga pemohon dan tergugat pada awalnya rukun dan rukun selama kurang lebih 1 tahun. 6 bulan, setelah itu mereka tidak harmonis lagi, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran; Sedangkan Pemohon dan Termohon sudah tidak tinggal bersama lagi sejak kira-kira. 1 tahun, pemohon meninggalkan rumah tempat mereka tinggal bersama;
Bahwa setelah menikah, Pemohon dan Termohon tinggal di rumah orang tua Pemohon di Kebun Dahri, lalu. Sedangkan keadaan rumah tangga pemohon dan termohon sebagaimana keterangan saksi pada mulanya rukun dan rukun selama kurang lebih 6 bulan, kemudian tidak rukun lagi dan sering terjadi perselisihan dan pertengkaran; Selama Pemohon dan Termohon sudah tidak tinggal bersama selama kurang lebih 1 tahun, Pemohon meninggalkan rumah tempat mereka tinggal bersama;
Mengingat penggugat dan tergugat diundang secara resmi dan mampu mengikuti persidangan, maka majelis hakim menilai undangan tersebut sesuai dengan maksud Pasal 55 UU No. 7 dari tahun 1989. bahwa benar penggugat dan tergugat merupakan suami istri yang menikah pada tanggal 9 Maret 2014 dan tidak pernah berpisah; bahwa sejak bulan Januari 2016 sampai dengan saat ini, penggugat dan tergugat telah berpisah karena penggugat meninggalkan rumah yang mereka tinggali bersama;