• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Fisik Head to Toe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pemeriksaan Fisik Head to Toe"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Faida Annisa, S.Kep.Ns., MNS; Meli Diana, S.Kep.Ns., M.Kes; Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.Ns., MNS Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Susunan isi dan tata letak: Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.Ns., MNS Diterbitkan dan dicetak oleh Akademi Keperawatan Kerta Scholar Sidoarjo. Buku ini disusun dengan harapan dapat dijadikan pedoman dan memudahkan mahasiswa Akademi Keperawatan Cendekia Kerta dalam mempelajari tahapan pemeriksaan fisik dari kepala hingga ujung kaki.

Melalui pengalaman belajar di laboratorium, mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pasien secara sistematis dan benar sehingga dapat menegakkan diagnosis dan melakukan intervensi serta memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat. Tes Rinne merupakan tes pendengaran dimana konduksi melalui udara dan konduksi melalui tulang di telinga yang diperiksa dibandingkan dengan garpu tala. Getarkan garpu, letakkan garpu pada mastoid kanan pasien, anjurkan pasien untuk memberi tahu bila sudah tidak merasakan getaran lagi.

Angkat garpu tala dan pegang di depan telinga kanan pasien, anjurkan pasien untuk mengatakan apakah suara getarannya masih terdengar atau tidak. Tes Weber merupakan tes pendengaran dengan menggunakan garpu tala untuk membandingkan konduksi tulang pada telinga kiri dengan konduksi pada telinga kanan. Tes Schwabach adalah tes pendengaran yang menggunakan garpu tala untuk membandingkan konduksi tulang orang yang diuji dengan pemeriksa yang memiliki pendengaran normal.

Dalam persiapan pasien, instruksikan pasien untuk memberi isyarat ketika dia tidak merasakan getaran garpu tala.

Pemeriksaan Mulut Inspeksi

Pemeriksaan Leher Inspeksi dan palpasi

Amati turgor kulit dengan meremas perut atau punggung tangan. Wajar jika kemacetan kembali terjadi dalam waktu 3 detik.

Gambar 1 : Pemeriksaan Jugular Venous Pressure (JVP)
Gambar 1 : Pemeriksaan Jugular Venous Pressure (JVP)

Pasien dapat dibaringkan dalam posisi duduk atau terlentang dan pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien. Letakkan telapak tangan pemeriksa dengan jari direntangkan pada dada bagian bawah pasien. Carilah bagian yang paling menonjol (angulus lodovisi) sekitar 5 cm di bawah fossa suprasternal, yaitu sudut pertemuan manubrium sterni dengan corpus sterni tempat menempelnya ujung tulang rusuk kedua.

Dari sudut lodovision tentukan juga letak rusuk pertama di atas dan untuk rusuk ketiga dan seterusnya di bawah. Posisi pasien duduk dengan kedua tangan pada paha atau pinggang, kepala tertunduk, dan pemeriksa berada di belakang pasien. Pemeriksa melakukan palpasi dengan jari kedua dan ketiga di sepanjang tulang belakang bagian atas (leher bagian bawah).

Untuk menilai getaran vokal (VOCAL FREMITUS), minta pasien mengulangi kata-kata seperti "1-2-3" atau "tujuh puluh tujuh". Perhatikan intensitas getaran suara saat telapak tangan meluncur ke bawah, bandingkan getarannya dan bandingkan kanan dan kiri. Minta pasien mengangkat kedua lengannya untuk melakukan perkusi aksila dari atas ke bawah di kanan dan kiri.

Minta pasien bernapas normal dan mulai auskultasi dengan terlebih dahulu meletakkan diafragma stetoskop pada trakea, dengarkan baik-baik bunyi napas dan bandingkan sisi kanan dan kiri.

PRECORDIUM Inspeksi dan Palpasi

Dengarkan bunyi tambahan (BJ III) pada fase sistolik-diastolik, BJ III terdengar setelah BJ II dengan jarak yang cukup jauh, namun tidak lebih dari separuh fase diastolik. Dengarkan murmur (murmur jantung), yaitu bunyi tambahan pada fase sistolik, diastolik, atau kedua-duanya yang disebabkan oleh getaran jantung atau pembuluh darah besar akibat aliran darah yang bergejolak.

DAERAH KETIAK DAN PAYUDARA Inspeksi

Pembesaran lambung yang simetris disebabkan oleh penumpukan cairan di rongga peritoneum, penumpukan udara di usus, dan orang yang sangat gemuk. Pembesaran perut yang asimetris ditemukan pada kehamilan, tumor di rongga perut, tumor ovarium atau kandung kemih. Dengarkan bunyi pembuluh darah dari: aorta (di epigastrium), arteri hepatik (di hipokondrium kanan), arteri limpa: di hipokondrium kiri.

Dengan perkusi perut dapat ditentukan : pembesaran organ, adanya udara bebas, cairan bebas dalam rongga perut. Letakkan tangan kanan Anda di perut, telapak tangan dan jari, lalu tekan dinding perut dengan tekanan ringan. Letakkan tangan kiri pemeriksa di belakang pasien sambil menopang tulang rusuk ke-11 dan ke-12 di sebelah kanan pasien dengan posisi sejajar.

Letakkan tangan kanan pemeriksa pada perut kanan bawah pasien, dengan ujung jari diletakkan pada batas bawah daerah tumpul hepar. Di akhir inspirasi, rasakan hati: tangan terangkat mengikuti irama pernapasan dan naiknya perut, lalu tekan dengan lembut dan dalam. Dengan teknik palpasi bimanual: letakkan telapak tangan kanan pemeriksa pada hipokondrium kiri pasien, dengan jari-jari mengarah ke atas.

Tekan dengan tangan kanan pemeriksa sambil menggerakkan tangan sedikit demi sedikit turun ke dada. Dengan teknik bimanual: tangan kiri mengangkat ginjal ke depan pada daerah lumbal posterior, tangan kanan diletakkan di bawah arcus costae, kemudian dipalpasi dan dijelaskan apakah terdapat nyeri tekan, bentuk dan ukuran. Jika terdapat cairan, akan dijumpai: daerah sisi lambung yang semula tumpul akan berubah menjadi timpani, sedangkan bagian lateral lainnya menjadi tumpul.

Lakukan setiap tahapan terlebih dahulu dari sisi/lokasi yang tidak nyeri (sesuai dengan keluhan pasien/keterangan orang). Minta pasien untuk menarik atau mendorong lengan peserta ujian dan membandingkan kekuatan otot tungkai kanan dan kiri. Kekuatan otot juga dapat diuji dengan meminta pasien menggerakkan bagian tubuhnya dengan berbagai cara (misalnya menggerakkan kepala atau lengan).

Gambar 6. Empat Kuadran Abdomen  Gambar 7. Sembilan Kuadran Abdomen
Gambar 6. Empat Kuadran Abdomen Gambar 7. Sembilan Kuadran Abdomen

PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN

Secara Kualitatif

Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh

Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah

Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri

Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon

Secara Kuantitatif

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS 1. Reflek Biseps

PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS

Perhatikan apakah ada gerakan dorsofleksi ibu jari kaki yang disertai dengan gerak jari-jari kaki lainnya. Perhatikan apakah ada gerakan fleksi dorsal jempol kaki, disertai pembukaan (funning) jari-jari kaki lainnya. Dikatakan positif apabila terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari kaki yang dapat dibarengi dengan gerakan jari kaki lainnya (Funning).

Periksa kepala penis untuk melihat meatus uretra: apakah ada cairan yang keluar, apakah ada lesi/edema/radang atau tidak, lubang uretra biasanya terletak di tengah kepala penis. Bagi yang belum disunat, tarik kulupnya ke belakang hingga kepala penis dan meatus uretra terlihat (biasanya kulupnya harus mudah ditarik). Periksa skrotum dan catat: ukuran, bentuk, simetri, warna (hiperpigmentasi normal), ada lesi/edema atau tidak.

Palpasi penis untuk mengetahui: nyeri tekan atau tidak, apakah terdapat benjolan pada batang penis dan kemungkinan keluarnya cairan kental. Periksa labia mayora dan bagian dalamnya (klitoris, labia minora, muara uretra, muara vagina) dengan cara membuka lebar sisi labia mayora dengan jari salah satu tangan, perhatikan: labia simetris atau tidak, warna selaput lendir normalnya berwarna merah muda, apakah ada iritasi/radang atau tidak, keluar cairan (putih/kuning, berbau/tidak) dan amati ada polip/benjolan atau tidak. Pastikan tidak ada rambut kemaluan pada lubang vagina dan masukkan spekulum dengan sudut 45°, hati-hati jangan sampai menjepit rambut kemaluan atau labia dengan tangan yang lain.

Setelah spekulum berada di dalam vagina, lepaskan dua jari dari pemeriksa dan putar spekulum ke posisi horizontal sambil mempertahankan tekanan pada sisi bawah/belakang. Bila perlu lakukan palpasi bimanual dengan memakai sarung tangan steril, melumasi jari telunjuk dan jari tengah, kemudian memasukkan jari ke dalam lubang vagina dengan tekanan posterior, dan meraba dinding vagina apakah ada nyeri tekan dan ada benjolan. Palpasi serviks dengan dua jari pemeriksa dan catat posisi, ukuran, konsistensi, keteraturan, mobilitas dan nyeri tekannya.

Palpasi ovarium kanan untuk mengetahui ukuran, motilitas, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan (biasanya tidak teraba). Penulis menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (PSIK), Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep.Ns., MNS Lahir di Sidoar pada tanggal 31 Oktober 1986, pria ini merupakan dosen aktif di Akademi Keperawatan Kerta Ilmu Sidoar.

PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

Gambar

Gambar 1 : Pemeriksaan Jugular Venous Pressure (JVP)
Gambar 4 : Lokasi Suara Nafas
Gambar 5 :  Lokasi PMI (point of maximal impulse)
Gambar 6. Empat Kuadran Abdomen  Gambar 7. Sembilan Kuadran Abdomen
+2

Referensi

Dokumen terkait

CASE HISTORY 15.4 Industry: Pulp and paper Specimen Location: Superheater near outlet header, power boiler Specimen Orientation: Vertical Years in Service: 5 Water-Treatment