• Tidak ada hasil yang ditemukan

pemerintah daerah kabupaten tana toraja

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pemerintah daerah kabupaten tana toraja"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

Indikator sensitivitas paparan (IKS) dan indikator kapasitas adaptif (IKA) dalam perhitungan kerentanan sistem (desa) di Kabupaten Tana Toraja 22 Tabel 4-2. Merumuskan rencana aksi adaptasi perubahan iklim yang dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan, rencana atau program pembangunan di Kabupaten Tana Toraja.

Tabel 2-1.   Sebaran Kemiringan Wilayah di Kabupaten Tana Toraja
Tabel 2-1. Sebaran Kemiringan Wilayah di Kabupaten Tana Toraja

Demografi

Sedangkan rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk berumur 25 tahun ke atas di Tana Toraja pada tahun 2015 adalah 7,91 tahun atau mencapai kelas VII. 3.) Indeks Kesejahteraan Penduduk. Namun dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan, nilai indeks pengeluaran Kabupaten Tana Toraja paling rendah (24 dari 24 kabupaten/kota).

Tabel 2-4.   Sebaran Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut  Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Tana Toraja Tahun  2015
Tabel 2-4. Sebaran Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2015

Potensi Sumberdaya dan Ekonomi a.) Sektor Pertanian

BPS (2016) mencatat terdapat sekitar 80 objek wisata di Tana Toraja pada tahun 2015, dimana 78,8 persen dikelola oleh keluarga dan sisanya dikelola oleh yayasan dan pemerintah daerah. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Tana Toraja pada tahun 2015 mencapai 98.404 orang dan 15,9 persen di antaranya adalah wisatawan mancanegara.

Tabel 2-6.  Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Menurut Kecamatan Tahun 2015
Tabel 2-6. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Menurut Kecamatan Tahun 2015

Tanah Longsor

Terdapat 33 unit usaha akomodasi di Tana Toraja pada tahun 2015, terdiri dari hotel berbintang, hotel non bintang dan akomodasi lainnya seperti wisma, losmen dan homestay. Bonggakaradeng dan Simbuang dan Tana Toraja selatan meliputi kecamatan Sanggalla, Sanggalla Selatan, Gandan Batu Sillanna dan Makale Selatan.

Gambar 2-3.  Tanah  Longsor  di  Randanbatu  Kec.  Makale  Selatan  12  Oktober  2016  (kiri  atas- atas-bawah)  dan  Tanah  Longsor  di  Jalur  Bonggakaradeng  –  Simbuang  4  Oktober  2016 (kanan)
Gambar 2-3. Tanah Longsor di Randanbatu Kec. Makale Selatan 12 Oktober 2016 (kiri atas- atas-bawah) dan Tanah Longsor di Jalur Bonggakaradeng – Simbuang 4 Oktober 2016 (kanan)

Banjir

Perubahan iklim adalah perubahan unsur iklim dalam jangka panjang (50 – 100 tahun) yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (Murdiyarso 2003).

Perubahan Iklim Historis 1. Kondisi Iklim

Tren Iklim a.) Suhu Udara

Tren anomali curah hujan tahunan dalam kondisi historis dan proyeksi hingga tahun 2099 menggunakan skenario RCP-4.5 dan RCP-8.5. Tren anomali curah hujan musim kemarau pada kondisi historis dan proyeksi hingga tahun 2099. Menggunakan skenario RCP-4.5 dan RCP-8.5.

Gambar 3-2.  Tren Historis Suhu Udara di Kabupaten Tana Toraja  b.)  Curah Hujan
Gambar 3-2. Tren Historis Suhu Udara di Kabupaten Tana Toraja b.) Curah Hujan

Kejadian Iklim Ekstrim

Tren anomali curah hujan berdasarkan kondisi historis dan proyeksi hingga tahun 2099 menggunakan skenario RCP-4.5 dan RCP-8.5.

Dampak Perubahan Iklim

Selain itu, intensitas curah hujan yang tinggi dalam dua dasawarsa terakhir mengakibatkan peningkatan kejadian longsor di daerah perbukitan dan pegunungan. Meningkatnya kejadian longsor di Kabupaten Tana Toraja juga disebabkan oleh penggunaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip konservasi, yang mengakibatkan penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan.

TINGKAT KERENTANAN, ANCAMAN DAN RESIKO IKLIM

Kerentanan Terhadap Perubahan Iklim

  • Indikator Kerentanan
  • Metode Perhitungan
  • Tingkat Kerentanan

Analisis kerentanan Kabupaten Tana Toraja menggunakan 16 (enam belas) indikator sosial ekonomi dan biofisik yang diperoleh dari data BPS antara lain Potensi Desa 2014, Kecamatan Dalam Angka 2014 dan dari USGS Digital Elevation Model serta data dari Dinas Tenaga Kerja Masyarakat Tana Toraja (Tana Pekerjaan Umum Toraja Tabel 4- 1). Indikator sensitivitas paparan (IKS) dan indikator kapasitas adaptif (IKA) dalam perhitungan kerentanan sistem (desa) di kabupaten Tana Toraja.

Gambar 4-2.   Sistem  7  (tujuh)  Kuadran  untuk  Menggambarkan  Tingkat  Kerentanan  berdasarkan  Indeks  Keterpaparan  dan  Sensitivitas  (IKS)  dan  Indeks  Kapasitas  Adaptif (IKA)
Gambar 4-2. Sistem 7 (tujuh) Kuadran untuk Menggambarkan Tingkat Kerentanan berdasarkan Indeks Keterpaparan dan Sensitivitas (IKS) dan Indeks Kapasitas Adaptif (IKA)

Ancaman Bencana Saat Ini dan Ancaman Iklim Ekstrim Masa Mendatang 1. Data

  • Metode Perhitungan
  • Ancaman Iklim Ekstrim

Ancaman iklim sangat basah pada lereng tinggi di Kabupaten Tana Toraja berada pada kelas rendah hingga sedang. Ancaman iklim sangat basah pada lereng rendah di Kabupaten Tana Toraja berada pada kelas rendah hingga sedang. Secara spasial ancaman iklim basah ekstrim kelas rendah tersebar dominan di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja.

Ancaman iklim basah ekstrem pada lereng rendah hingga sedang tinggi lazim terjadi di Distrik Makale, Distrik Utara Makale, Distrik Utara Sangalla, dan Distrik Sangalla. Iklim yang sangat kering di wilayah Tana Toraja dapat menyebabkan kekeringan karena musim kemarau rendah, sedang hingga tinggi. Secara spasial, ancaman iklim kering ekstrim kelas sedang tersebar terutama di bagian tengah hingga utara Kabupaten Tan Toraja, termasuk ibu kota kabupaten.

Lokasi ancaman iklim kering ekstrim kelas sebaran sedang dominan di Kabupaten Tana Toraja yaitu 109 desa (kelurahan/lembang) yang tersebar di 16 kecamatan. Beradaptasi terhadap perubahan iklim dari ancaman iklim yang sangat kering harus dilakukan mulai saat ini dengan menjaga agar sumber air masyarakat tetap berfungsi dengan baik. Hasil proyeksi tersebut memberikan gambaran keadaan ancaman iklim sangat basah di masa yang akan datang, secara umum akan menurun baik dengan metode RCP 4.5 maupun dengan metode RCP 8.5.

Gambar 4-8.   Ancaman Iklim Ekstrim Basah di Kabupaten Tana Toraja
Gambar 4-8. Ancaman Iklim Ekstrim Basah di Kabupaten Tana Toraja

Tingkat Risiko Iklim 1. Metode Perhitungan

  • Hasil Perhitungan Tingkat Risiko Iklim

Tingkat risiko iklim basah ekstrim pada lereng rendah pada kondisi saat ini dan yang akan datang dengan RCP 4.5 di Kabupaten Tana Toraja. Secara umum berdasarkan hasil analisis risiko iklim basah ekstrim dengan RCP4.5 pada lereng tinggi (>25%), tingkat risiko longsor dominan berada pada kelas tinggi. Tingkat risiko iklim basah ekstrem pada lereng tinggi kondisi saat ini dan mendatang dengan RCP 4.5 di Kabupaten Tana Toraja.

Tingkat risiko iklim kering ekstrim dalam kondisi saat ini dan mendatang dengan RCP 4.5 di wilayah Tana Toraja. Tingkat risiko iklim ekstrim basah dan kering ekstrim dengan menggunakan skenario RCP8.5 disajikan pada Gambar 4-22 hingga Gambar 4-24. Tingkat risiko untuk iklim lereng rendah yang sangat basah dalam kondisi saat ini dan masa depan dengan RCP8.5.

Risiko iklim kering ekstrim (kekeringan) dengan skenario RCP 8.5 ke depan menunjukkan penurunan dari sangat tinggi menjadi tinggi. Tingkat risiko iklim basah ekstrem pada lereng tinggi dalam kondisi saat ini dan masa mendatang dengan RCP8.5. Tingkat risiko iklim kering ekstrim dalam kondisi saat ini dan mendatang dengan RCP8.5.

Tabel 4-5.  Kelas  Risiko  Iklim  Ekstrim  Basah  berdasar  7  Kategori  Kerentanan  dan  Peluang  Bencana (Climate Hazard)
Tabel 4-5. Kelas Risiko Iklim Ekstrim Basah berdasar 7 Kategori Kerentanan dan Peluang Bencana (Climate Hazard)

PRIORITISASI PROGRAM DAN AKSI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Prioritisasi Lokasi Pelaksanaan Program/Aksi Adaptasi

Penyusunan program dan aksi adaptasi perubahan iklim harus dibarengi dengan proses penentuan lokasi prioritas, sehingga program dan aksi yang disusun berkontribusi langsung pada perbaikan dan pengembangan kawasan, terutama yang memiliki prioritas. Penentuan lokasi prioritas dilakukan dengan menentukan lokasi prioritas risiko iklim dengan melihat hubungan antara risiko iklim saat ini dan risiko iklim di masa mendatang dengan menggunakan sistem matriks (Tabel 5-1). Prioritas risiko iklim untuk daerah yang sangat basah (kiri) dan sangat kering (kanan) yang berisiko terpapar kelembaban ekstrem diklasifikasikan menjadi 4 lokasi prioritas, sedangkan yang terpapar kekeringan ekstrem diklasifikasikan menjadi 5 lokasi prioritas seperti ditunjukkan pada Gambar 5-2 di atas . .

Ketika menentukan prioritas utama untuk program/aksi adaptasi, perlu menggabungkan ekstrim basah dan kering untuk mendapatkan kelas prioritas. Lokasi prioritas utama program/aksi adaptasi di Kabupaten Tana Toraja tersebar dari utara ke selatan terutama di Kecamatan Masanda, Bittuang dan Bonggakaradeng. Sebagian besar lokasi prioritas utama ini sangat sulit diakses karena lokasinya yang jauh dari ibukota kabupaten dan kondisi jalan yang buruk.

Sebagai gambaran, setelah menentukan lokasi yang paling diprioritaskan untuk program adaptasi, perlu dilakukan pendekatan tambahan seperti keterkaitan dengan faktor ukuran permukaan, kondisi tanah kritis atau kondisi penggunaan lahan di lokasi prioritas tersebut sehingga dari 12 di bawah - kabupaten dapat diarahkan di negara mana yang akan mengimplementasikan program terlebih dahulu.aksi adaptasi. Dengan cara ini, dapat ditentukan negara mana yang paling terkena dampak bencana iklim ekstrim. Berdasarkan penilaian di atas, pemerintah Kabupaten Tana Toraja mendapatkan gambaran lokasi mana yang dapat diprioritaskan untuk pelaksanaan program atau aksi daerah yang sesuai dengan adaptasi perubahan iklim, sehingga kedepannya tujuan tercapainya rencana kerja pemerintah tidak hanya akan membahas masalah pembangunan ekonomi tetapi juga masalah adaptasi perubahan iklim.

Gambar 5-3.    Prioritas Lokasi Risiko Iklim (Ekstrim Kering dan Ekstrim Basah)
Gambar 5-3. Prioritas Lokasi Risiko Iklim (Ekstrim Kering dan Ekstrim Basah)

Penetapan Prioritas Bentuk Aksi Adaptasi

Gabungkan skor dari hubungan antara adaptasi iklim dan hubungan dengan masalah pembangunan menurut matriks di bawah ini. Bagan Alir Penetapan Program dan Aksi Prioritas Adaptasi Perubahan Iklim Melalui serangkaian FGD dengan berbagai SKPD di Kabupaten Tana Toraja seperti Bappeda, BPBD, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Badan Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Sosial, Industri dan Dinas Perdagangan, dan Dinas Pariwisata telah mengidentifikasi kurang lebih 331 kegiatan/aksi yang sedang berjalan dari dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2017 dan 33 usulan kegiatan/aksi dari berbagai SKPD dan tenaga ahli. Tahap selanjutnya adalah menilai program aksi terkait adaptasi perubahan iklim untuk menentukan program mana yang dapat diprioritaskan.

Masukan program dari para ahli merupakan salah satu solusi untuk mendapatkan program terkait perubahan iklim. Masukan dari para ahli adalah 32 program dan aksi adaptasi, dimana terdapat 21 program adaptasi langsung seperti penggunaan sel surya dan 11 program tidak langsung seperti evaluasi ulang tata ruang dengan potensi dampak perubahan iklim. Hasil ini menunjukkan bahwa SKPD dengan program/aksi pembangunan terkait adaptasi perubahan iklim terbanyak adalah Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD, sekarang Badan Lingkungan Hidup, DLH) dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, dengan total 16 dan 15 program. masing-masing.

Melalui tahapan-tahapan berikut, dipilih 65 kegiatan/tindakan prioritas utama dan diusulkan 11 kegiatan/tindakan prioritas utama. PROGRAM PEMBANGUNAN PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengendalian lingkungan/lahan kritis Penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah. Evaluasi dan restrukturisasi tata ruang terkait potensi dampak perubahan iklim Konservasi kawasan pegunungan dengan tanaman tahunan/agroforestri lokal.

Gambar 5-5.     Matriks Kombinasi Hubungan Penanganan Kerentanan dan Dampak Perubahan  Iklim dengan Penanganan Masalah Pembangunan
Gambar 5-5. Matriks Kombinasi Hubungan Penanganan Kerentanan dan Dampak Perubahan Iklim dengan Penanganan Masalah Pembangunan

Analisis Kesenjangan

16 Tahun 2016 juga menyebutkan manfaat ratifikasi ini adalah adanya peningkatan perlindungan terhadap wilayah Indonesia yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim melalui mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Dalam Pasal 9 Ayat 2 butir (g) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 disebutkan bahwa kajian kerentanan dan kapasitas untuk adaptasi perubahan iklim merupakan salah satu bahan yang harus ada dalam penyusunan KLHS. Dalam hal penguatan kebijakan oleh pemerintah, Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API) dapat dijadikan sebagai salah satu dokumen dalam penyusunan KLHS.

Dengan memperkuat sektor pemerintah daerah dan melibatkan masyarakat dalam rencana aksi, diharapkan dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang beradaptasi dengan perubahan iklim. Dalam kaitan ini, pembangunan dan pelaksanaan pembangunan tahan iklim, intervensi kebijakan terkait perubahan iklim harus menyentuh sampai ke tingkat yurisdiksi terkecil (desa). Oleh karena itu, diperlukan perubahan arah kebijakan pembangunan pedesaan yang tidak hanya berfokus pada pembangunan sektor ekonomi, tetapi juga sebagai langkah adaptasi perubahan iklim yang memperhatikan kelestarian lingkungan.

Proses penetapan RPJM di tingkat desa merupakan pintu masuk agenda perubahan iklim di tingkat lokal (Kolopaking, 2016), yang tentunya berperan penting dalam menentukan keberhasilan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi iklim ke depan. Bagaimana data potensi desa dikembangkan dan juga memuat data potensi dampak iklim dan data sumber daya manusia, alam dan infrastruktur yang dapat digunakan dalam proses penyusunan rencana pembangunan desa tahan iklim, termasuk pola kemitraan dan juga model pembiayaan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 33 Tahun 2016 tentang pedoman penyusunan langkah-langkah adaptasi iklim. Dalam Permen no 33 Tahun 2016 pasal 5 ayat 2 dijelaskan bahwa metode untuk mengidentifikasi target cakupan wilayah dan/atau sektor tertentu dan isu dampak iklim dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung dari wilayah dan/atau sektor tertentu dan/atau kajian literatur terkait yang dapat ditelusuri.

Gambar 6-1. Inklusivitas Penyusunan RPJM-Desa (Sumber: Kolopaking, 2016)
Gambar 6-1. Inklusivitas Penyusunan RPJM-Desa (Sumber: Kolopaking, 2016)

PENETAPAN PELAKSANAAN AKSI DAN LOKASI PRIORITAS (LOKASI PERCONTOHAN)

Gambar

Tabel 2-3.   Sebaran  Jumlah  Penduduk,  Persentase  Jumlah  Penduduk  dan  Kepadatan  Penduduk berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Tana Toraja Tahun 2015
Tabel 2-6.  Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Menurut Kecamatan Tahun 2015
Gambar 2-2.   Upacara  Rambu  Solo  di  Tongkonan  Karuaya,  Tumbang  Datu,  Kec.  Sangalla  Utara
Gambar 3-2.  Tren Historis Suhu Udara di Kabupaten Tana Toraja  b.)  Curah Hujan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Zeynab Saeidian Assistant Professor College: Faculty of Mathematics Department: Applied Mathematics Education Degree Graduated in Major University BSc 2008 Applied Mathematics