• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesenjangan

Dalam dokumen pemerintah daerah kabupaten tana toraja (Halaman 62-67)

V. PRIORITISASI PROGRAM DAN AKSI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

5.3. Analisis Kesenjangan

56

SKPD Program dan Aksi Prioritas Utama

Pengembangan Diversifikasi Tanaman

Pengembangan Diversifikasi Tanaman Perkebunan Pengembangan Lumbung Pangan Desa

Pengembangan pembibitan pola Green house

Promosi Pangan Lokal dalam rangka Pelaksanaan Hari Pangan Sedunia

Program Percepatan Penganekaragaman konsumsi Pangan dan Gizi (P2KP)

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan

Pembinaan dan Pengawasan keamanan Pangan segar Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan

Program dan aksi dengan tingkat prioritasnya dari setiap SKPD secara keseluruhan disajikan pada Lampiran 5.

57

SKPD PRIORITAS TINGGI

Program Aksi/Kegiatan

SKPD BLHD&H BPBD DINPAR DIKNAS PERINDAG DINSOS BAPPEDA DEPTAN DINAS PU

Kod

e 1 2 3 4 5 6 7 8 9

ASI DAN KONTRUKSI

prasarana umum, pemerintah dan masyarakat

DINAS PERDAGANG AN DAN PERINDUSTR IAN

Program Pengemban gan Industri Kecil dan Menengah

Pengawasan Limbah

Industri 5 1 0 0 0 1 0 1 0 0

DINAS SOSIAL

Program Pemberdaya an

Kelembagaa n

Kesejahtera an Sosial

Pemberdayaan

karang taruna 6 1 1 1 0 1 1 1 1 0

DINAS TATA RUANG

Program Lingkungan Sehat Perumahan

Pembangunan jaringan air minum dan sanitasi

7 1 0 0 0 0 1 1 0 1

KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN

Program Pengemban gan Jaringan Irigasi Pertanian

Pembangunan/Reha

bilitasi Dam Parit 8 0 0 0 0 0 0 0 1 1

Pembangunan/Reha bilitasi Jaringan Irigasi Air Permukaan

8 1 0 0 0 0 0 1 1 1

EXPERT Non_Classif ied

Pelatihan

keterampilan olahan tanaman bernilai ekonomi tinggi

E 1 0 1 1 1 0 0 1 0

Pengembangan kawasan rumah pangan lestari (KRPL), merupakan model pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan

E 1 0 0 0 0 0 0 1 0

58 VI. INTERVENSI KEBIJAKAN

Perhatian pemerintah terhadap lingkungan hidup saat ini sangat serius dilihat dengan diterbitkannya UU Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United National Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim). Dalam UU No.16 tahun 2016 pada Pasal 6 Ayat 1 dimungkinkan pemerintah melaksanakan langkah mitigasi dan adaptasi perubahan kilim dalam rangka pembangunan berkelanjutan serta integritas lingkungan. Dalam UU No. 16 tahun 2016 juga disebutkan bahwa manfaat dari pengesahan ini adalah adaya peningkatan perlindungan wilayah Indonesia yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim melalui mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Dengan demikian, penyusunan langkah mitigasi dan adaptasi perlu dilakukan dan menjadi bagian dokumen pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah. Disamping itu, dengan adanya rencana aksi adaptasi juga memungkinkan para pemangku kepentingan (stakeholder) nasional ataupun daerah untuk mengakses sumber pendanaan, transfer teknologi dan peningkatan kapasitas masyarakat.

Pembangunan berkelanjutan menjadi salah satu poin penting dalam rangka menyejahterakan masyarakat. Untuk mendukung terjadinya pembangunan berkelanjutan di suatu daerah diperlukan suatu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). KLHS telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan berbagai aturan pelaksanaannya tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2016. Dalam Pasal 9 Ayat 2 poin (g) PP Nomor 46 Tahun 2016 disebutkan bahwa kajian kerentanan dan kapasitas adaptasi perubahan iklim menjadi salah satu bahan yang harus ada dalam penyusunan KLHS. Dokumen KLHS bersifat wajib dibuat dan dilaksanakan bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program.

Dalam hal penguatan kebijakan oleh pemerintah, Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD-API) dapat dimanfaatkan sebagai salah satu dokumen dalam penyusunan KLHS.

Oleh karena itu, dokumen RAD-API perlu didorong kedalam dokumen daerah sehingga menjadi bagian dalam KLHS. Pelaksanaan dokumen rencana aksi di daerah perlu dukungan kebijakan sampai ke pusat dalam mengatur bagaimana rencana aksi dapat dilaksanakan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga bersama masyarakat. Keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung imlementasi dokumen RAD-API adalah salah satunya dengan penguatan kebijakan dan sejenisnya seperti mengevaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2017 sehingga RKPD tahun selanjutnya selaras dengan tujuan langkah adaptasi yang akan dilaksanakan. Masyarakat sendiri dilibatkan dalam melaksanakan rencana aksi kegiatan yang sesuai dengan kondisi di wilayahnya. Dengan penguatan di sektor pemerintah daerah dan keterlibatan masyarakat dalam rencana aksi diharapkan dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Dalam kaitan ini, pengembangan dan pelaksanaan pembangunan tangguh iklim, intervensi kebijakan terkait perubahan iklim harus menyentuh sampai tingkat yuridiksi terkecil (desa).

Adanya desa-desa yang tangguh akan berkontribusi langsung terhadap pola pembangunan tangguh iklim pada tingkat kabupaten sampai nasional. Adaptasi terhadap perubahan iklim

59

yang dilaksanakan di Kabupaten Tana Toraja perlu intervensi kebijakan yang sinkron dan bersinergi antara program tingkat pemerintah dan tingkat desa serta dapat diimplemetasikan di masyarakat.

Dalam UU Nomor 6 tahun 2014 Pasal 83 menyebutkan bahwa pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan pembangunan antar-desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Untuk melaksanakan amanat ini, maka perlu disusun Rencaana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) yang dibahas bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa. Penyusunan rancangan RPKP tersebut dilakukan melalui pendekatan rencana yang disusun menjadi menyeluruh, terpadu dan komprehensif, dengan melibatkan seluruh stakeholders. RPKP ini sekaligus akan menjadi landasan kerja bagi pelaksana kegiatan unit kerja lain Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan khususnya, dan umumnya bagi unit kerja lain di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertingal dan Transmigrasi, serta Kementerian/Lembaga terkait. Oleh karena itu diperlukan adanya perubahan orientasi kebijakan pembangunan kawasan perdesaan yang tidak hanya fokus untuk mengembangkan bidang ekonomi, melainkan juga sebagai aksi adaptasi perubahan iklim yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

Gambar 6-1. Inklusivitas Penyusunan RPJM-Desa (Sumber: Kolopaking, 2016)

Gambar 6-1 menunjukkan proses perencanaan program pembangunan desa secara inklusif.

UU Nomor 6 tahun 2014 juga menyebutkan bahwa desa memiliki kewenangan untuk melakukan pembangunan skala desa dengan swakelola, dan dapat juga bekerjasama antar desa dengan menggunakan dana desa. Meski kewenangan telah diberikan pada pemerintah desa untuk menyusun RPJM, desa juga harus mengacu kepada rencana pembangunan yang telah ada di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional. Sebaliknya, desa juga memiliki hak untuk memberi masukan pada rencana pembangunan di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional. Proses penetapan RPJM di tingkat desa menjadi titik masuk agenda perubahan iklim di tingkat lokal (Kolopaking, 2016) yang tentunya berperan penting dalam menentukan keberhasilan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim kedepannya. Dengan semakin terlibatnya peran pemerintah desa, adaptasi perubahan iklim dan konservasi

60

ekosistem dapat menjadi agenda pembangunan yang mengakomodir permasalahan di level masyarakat sehingga masyarakat pun dapat turut aktif mendukung perubahan dan tata kelola lingkungan ke arah yang lebih baik.

Untuk mendukung hal ini sesuai dalam Pasal 86 UU No.6 Tahun 2014 tentang SID (sistem informasi desa) menjadi sangat penting. Bagaimana data potensi desa dikembangkan dan juga memuat tentang data potensi dampak iklim dan data sumberdaya baik manusia, alam dan infrastruktur yang dapat digunakan dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan desa tangguh iklim, termasuk pola kemitraan dan juga model pendanaannya dapat dilaksanakan sesuai dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 33 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim.

Dalam Permen No.33 Tahun 2016 Pasal 5 ayat 2 dijelaskan bahwa cara indentifikasi target cakupan wilayah dan/atau sektor spesifik dan masalah dampak perubahan iklim dilakukan dengan pengumpulan data dan informasi yang didapat langsung dari wilayah dan/atau sektor spesifik dan/atau kajian literatur yang dapat ditelusuri.

61

VII. PENETAPAN PELAKSANAAN AKSI DAN LOKASI PRIORITAS (LOKASI

Dalam dokumen pemerintah daerah kabupaten tana toraja (Halaman 62-67)

Dokumen terkait