• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemertahanan Penggunaan Bahasa Bugis oleh Masyarakat Mandar di Desa Paku Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pemertahanan Penggunaan Bahasa Bugis oleh Masyarakat Mandar di Desa Paku Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pemertahanan Penggunaan Bahasa Bugis oleh Masyarakat Mandar di Desa Paku Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali

Mandar

Fitriani1, Ramly2, Syamsudduha3 Universitas Negeri Makassar1,2,3

E-mail: fitriani.ittio@gmail.com

Abstract. This research is a quantitative descriptive study that aims to: (1) describe the forms of maintaining the use of the Bugis language by the Mandar community in Paku village, Binuang sub- district, Polewali Mandar district; (2) describe the factors that influence the maintenance of the use of the Bugis language by the Mandar community in Paku village, Binuang sub-district, Polewali Mandar district. The population in this study is the community in Paku village, Binuang sub-district, Polewali Mandar district with a sample of 30 respondents. Data were collected by using observation, questionnaire and interview methods. The data analysis technique used was percentage statistical analysis technique. The results of this study indicate that the maintenance of the use of the Bugis language by the Mandar community in Paku village, Binuang sub-district, Polewali Mandar district is shown in various domains, namely: (1) the family domain; (2) neighborhood realm; (3) the realm of place; and (4) the realm of events. The factors that influence the maintenance of the Bugis language by the Mandar community in Paku village, Binuang sub-district, Polewali Mandar district, namely: same- sex marriage, place of residence, loyalty, and migration and regional concentration.

Keywords : Maintenance of the Use of the Bugis

https://ojs.unm.ac.id/societies/index

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

(2)

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling utama.

Bahasa adalah sarana komunikasi utama yang digunakan oleh manusia untuk berpikir yang merupakan sumber awal manusia memperoleh pemahaman dan ilmu pengetahuan, sebagai simbol sebuah pemahaman, bahasa telah memungkinkan manusia untuk memahami apa yang ada di sekitarnya, dan mengantarkan dia memiliki ilmu pengetahuan dan keahlian. Dengan adanya bahasa, seseorang dapat bertukar informasi satu sama lain untuk berinteraksi atau berkomunikasi antara individu dengan individu lainnya serta dapat menyampaikan maksud dan tujuan tertentu kepada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan sarana yang efektif untuk memenuhi hasrat dan keinginannya sehingga bahasa merupakan sarana yang paling efektif untuk berhubungan dan bekerja sama. Bahasa dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan pemikiran penggunanya seseorang memiliki ciri khas bahasa berdasarkan asal atau tempat tinggalnya.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagamannya terdiri dari berbagai suku dan etnis. Dari setiap suku tersebut lahir berbangai budaya dan bahasa daerah yang berbeda, sehingga sebagian besar penduduk Indonesia memiliki penduduk yang rata-rata biligual atau aneka bahasawan (multiligual) yang artinya masyarakat yang memiliki dan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah ( Sumarsono, 2013;164). Sebagai masyarakat yang biligual dengan tutur yang terbuka, masyarakat satu dengan yang lain akan dengan muda saling berhubungan dan menimbulkan kontak bahasa. Bahasa dapat bervariasi dan beragam karena adanya masyarakat tutur yang heterongen atau beragam (Parera;

1985:26).

Chair dan Leonie Agustina (2010:65) mengemukakan bahwa masyarakat multiligual yang mobilitasnya tinggi, anggota-anggota masyarakatnya akan cenderung menggunakan dua bahasa atau lebih yang dikuasai, baik secara keseluruhan atau hanya sebagian saja. Masyarakat terbuka, yaitu masyarakat yang dapat menerima kehadiran anggota masyarakat di dalam lingkungannya akan terjadinya apa yang dinamakan kontak bahasa. Bahasa masyarakat asli dan masyarakat pendatang akan saling mempengaruhi. Fenomena yang sering terjadi akan menimbulkan munculnya pergeseran bahasa dan pemertahanan bahasa.

pemertahanan bahasa terjadi apabila suatu masyarakat bahasa masih tetap mempertahankan penggunaan bahasanya (Chair dan Leonie Agustina, 2010; 65-69).

Pemertahanan bahasa adalah usaha suatu bahasa tetap dipakai dan dihargai sebangai sebuah identitas. Secara umum pemertahanan bahasa merupakan keputusan kolektif oleh sebuah komunitas atau masyarakat tutur bahasa untuk tetap menggunakan bahasa yang telah digunakan (Fasold, 1984). Budhiono (2009) menyatakan bahwa meskipun ada kondisi yang mempengaruhi suatu komunitas

(3)

bahasa untuk menggunakan bahasa lain, namun jika komunitas tetap melanjutkan penggunaan bahasa mereka dan tidak terpengaruh oleh sebuah bahasa lain, maka pemertahanan bahasa tersebut telah terjadi.

Pemertahanan bahasa menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa tersebut ditengah-tengah masyarakat lainya. Konsep lainya yang dirumuskan dalam pemertahanan bahasa terkait dengan proses psikologi, sosial dan kultular dipihak lain dalam masyarakat Fishman (dalam Sumarsono 1993:1).

Pemertahahan bahasa terjadi jika bahasa tersebut berdampingan dengan bahasa lain, suatu bahasa dapat dikatakan bertahan jika bahasa tersebut dapat mempertahankan eksitensi bahasa walaupun disaingi oleh bahasa lain.

Faktor penting dalam pemertahanan sebuah bahasa adalah adanya loyalitas masyarakat penduduk (Fishman, 1972). Dengan loyalitas itu, pendukung dari suatu bahasa akan mewariskan bahasanya dari generasi ke generasi. Sumarsono (1993) mengatakan bahwa faktor lain dari pemertahanan bahasa adalah jumlah penutur, konsentrasi pemukiman dan kepentingan kelompok. Faktor pemertahanan bahasa juga dijelaskan oleh Miller (1972) bahwa faktor pemertahanan bahasa terbagi menjadi tiga yaitu (1) sikap Loyalitas, (2) Migrasi dan konsentrasi wilayah, dan (3) publikasi media massa.

Desa Paku merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Binuang dengan luas wilayah 2.100 Ha. Desa Paku terdiri dari 5 dusun yaitu dusun Dongi’, dusun Laba-laba, dusun Tete, dusun Paku, dusun Passu’be. Secara administratif desa Paku merupakan salah satu desa yang terletak di provinsi Sulawesi Barat berdasarkan UU No.26 Tahun 2004 tentang pembentukan provinsi Sulawesi Barat. Desa Paku menjadi wilayah yang berbatasan langsung dengan kabupaten Pinrang provinsi Sulawesi Selatan. Secara umum, masyarakat di desa Paku merupakan suku Mandar yang menggunakan bahasa Mandar sebagai bahasa daerah asli, namun tidak sedikit penutur asli bahasa Bugis yang bermukim di desa Paku dan menggunakan bahasa Bugis.

Kebiasaan menggunakan bahasa Bugis akan tetap terjaga meskipun penuturnya di luar geografis bahasa tersebut ataupun ada bahasa baru yang masuk dalam wilayah tersebut. Dengan fenomena seperti ini akan mendorong terbentuknya masyarakat dwibahasa. Dimana masyarakat setempat menggunakan dua bahasa dalam berinteraksi, memaksa kedua belah pihak untuk saling mengenal, saling memahami bahasa lawan interaksinya dalam penguasaan dua bahasa atau lebih.

Dipilihnya desa Paku sebagai objek penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa wilayah tersebut secara administratif berada di Sulawesi Barat sehingga memungkinkan terjadinya persamaan atau penggabungan bahasa serta budaya antara kedua suku yang ada di desa Paku yaitu suku Bugis dan suku Mandar.

Letak wilayah desa Paku kecamatan Binuang cukup menarik untuk diteliti agar dapat diperoleh bentuk pemertahanan penggunaan bahasa Bugis di desa Paku kecamatan Binuang kabupaten Polewali Mandar, selain itu pemertahanan

(4)

penggunaan bahasa Bugis oleh masyarakat Mandar di desa Paku belum pernah diteliti sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum karakteristik dari popolasi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif karena peneliti ingin mengetahui gambaran pemertahanan penggunaan dan faktor-faktor pemertahanan bahasa Bugis oleh masyarakat Mandar di desa Paku, kecamatan Binuang, kabupaten Polewali Mandar. Populasi dalam penelitian ini merupakan masyarakat di desa Paku kecamatan Binuang kabupaten Polewali Mandar dengan sampel sebanyak 30 orang.

Pada penelitian ini digunakan teknik probability sampling dengan simple random sampling yang artinya pengambilan sampel secara acak dari populasi karena populasi dianggap homongen.

Teknik pengumpulan data menggunakan: (1) observasi, (2) angket, dan (3) wawancara. Andeerson (2010) dalam pelaksanaan survei sosiolinguistik sebaiknya memakai kuesioner, melakukan wawancara dan mengobservasi langsung pemakaian bahasa di daerah sasaran. Kuesioner yang dimaksudkan untuk mengungkapkan penggunaan bahasa dan faktor pemertahanan bahasa sedangkan wawancara dan observasi untuk memperkuat data kuesioner dalam menggungkapkan faktor-faktor pemertahanan bahasa Bugis di desa Paku kacamatan Binuang kabupaten Polewali Mandar. Adapun instrumen dalam penelitian ini berupa angket/kuesioner, selama wawancara dilakukan pencatatan dan perekaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Ranah penggunaan Bahasa

1. Penggunaan bahasa dalam ranah keluarga Tabel 1. Ranah Keluarga No Hubungan

Peran

Pengguna Bahasa

Jumlah Bahasa

Bugis

Bahasa Mandar

Bahasa Bugis dan Mandar

F % F % F % F %

1 Kakek/ Nenek 24 80,0 3 10,0 3 10,0 30 100

2 Orang tua 22 73,3 4 13,3 4 13,3 30 100

3 Kakak/adik 22 73,3 4 13,3 4 13,3 30 100

4 Anak-Anak 14 63,6 4 18,2 4 18,2 22 100

5 Suami/istri 15 68,2 4 18,2 3 13,6 22 100

6 Mertua 15 68,2 3 13,6 4 18,2 22 100

7 Paman/Bibi 21 70,0 4 13,3 5 16,7 30 100

(5)

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan penggunaan bahasa, dari 30 responden, sebanyak 24 responden (80,0%), menggunakan bahasa Bugis ketika berkomunikasi dengan kakek/nenek, 3 responden (10,0%) menggunakan bahasa Mandar dan 3 responden (10,0%) menjawab menggunakan bahasa campuran Bugis dan Mandar.

Terhadap orang tua 22 responden (73,3%) menggunakan bahasa Bugis, 4 responden (13,3%) menggunakan bahasa Mandar dan 4 responden (13,3%) menggunakan bahasa campuran Bugis dan Mandar. Selajutnya, terhadap kakak/adik sebanyak 22 responden (73,3%) menjawab menggunakan bahasa Bugis, 4 responden (13,3%) menggunakan bahasa Mandar, 4 responden (13,3%) bahasa campuran Bugis dan Mandar.

2. Penggunaan bahasa dalam ranah ketetanggaan Tabel 2. Ranah Ketetanggaan

No Hubungan Ketetanggaan

Pengguna Bahasa

Jumlah Bahasa

Bugis

Bahasa Mandar

Bahasa Bugis Dan Mandar

F % F % F % F %

1

Tetangga

sebaya 22 73,3 4 13,3 4 13,3 30 100 2

Tetangga

lebih tua 23 76,7 4 13,3 3 10,0 30 100 3

Tetangga

lebih muda 22 73,3 4 13,3 4 13,3 30 100 Pada tabel 2 penggunaan bahasa pada ranah ketetanggan menunjukan dari 30 responden, sebanyak 22 responden (73,3%) menjawab menggunakan bahasa bugis terhadap tetangga sebaya, 4 responden (13,3%) menggunakan bahasa Mandar, dan 4 responden (13,3%) menggunakan bahasa campuran Bugis dan Mandar.

Terhadap tetangga yang lebih tua 23 responden ( 76,7%) menggunakan bahasa Bugis, 4 responden ( 13,3) menjawab menggunakan bahasa Mandar dan 3 responden (10,0%) menggunakan bahasa campuran yakni bahasa Bugis dan Mandar.

Sementara terhadap tetangga yang lebih muda 22 responden ( 73,3%) menjawab menggunakan bahasa Bugis, 4 responden (13,3%) menggunakan bahasa Mandar, dan 4 responden (13,3%) menjawab menggunakan bahasa campuran Bugis dan Mandar.

(6)

3. Penggunaan bahasa berdasarkan ranah tempat Tabel 3. Ranah Tempat

No Tempat

Pengguna Bahasa

Jumlah Bahasa

Bugis

Bahasa Mandar

Bahasa Bugis Dan Mandar

F % F % F % F %

1

Lingkungan tempat

tetangga 22 73,3 4 13,3 4 13,3 30 100 2 Lingkungan Kerja 15 71,4 3 14,3 3 14,3 21 100

3 Sekolah 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100

4 Tempat ibadah 22 73,3 3 10,0 5 16,7 30 100

5 Pasar 23 76,7 3 10,0 4 13,3 30 100

6 Warung 23 76,7 3 10,0 4 13,3 30 100

Pada tebel 3 lingkungan tempat tinggal di kelompokkan menjadi enam kelompok yaitu lingkungan tempat tetangga, lingkungan kerja, sekolah ,tempat ibadah, pasar dan warung. Pada lingkungan tetangga 22 responden (73,3%) menggunakan bahasa Bugis, 4 responden (13,3%) menjawab menggunakan bahasa Mandar, dan 4 responden (13,3%) menjawab menggunakan bahasa campuran yakni bahasa Bugis dan Bahasa Mandar.

4. Penggunaan bahasa berdasarkan ranah peristiwa Tabel 4. Ranah Peristiwa

No Peristiwa

Pengguna Bahasa

Jumlah Bahasa

Bugis

Bahasa Mandar

Bahasa Bugis

Dan Mandar

F % F % F % F %

1

Berbicara dengan

sesuku 23 76,7 5 16,7 2 6,7 30 100

2 Berbicara dengan

tidak sesuku 17 58,6 3 10,0 10 33,3 30 100 3

Berbicara dengan

orang tua sesuku 23 76,7 6 20,0 1 3,3 30 100 4

Berbicara dengan orang tua tidak

sesuku 16 53,3 4 13,3 10 33,3 28 100 5 Berbicara dengan 22 73,3 5 16,7 3 10,0 30 100

(7)

orang lebih muda sesuku

6

Berbicara dengan orang yang lebih

muda tidak sesuku 18 60,0 4 13,3 8 26,7 30 100 Pada tabel 4 diatas penggunaan bahasa bersadarkan peristiwa , bahasa yang digunakan saat berkomunikasi dengan teman sesuku penggunaan bahasa Bugis sebanyak 23 responden (76,7%), 5 responden menggunakan bahasa Mandar (16,7%) dan 2 responden (6,7%) menggunakan bahasa campuran Bugis dan Mandar.

Kemudian jika berbicara dengan orang yang tidak sesuku 17 responden (56,7%) menjawab menggunakan bahasa Bugis, 3 responden (10,0%) menggunakan bahasa Mandar, dan 10 responden (33,3%) menggunakan bahasa campuran Bugis dan Mandar.

b. Faktor-faktor Pemertahanan Bahasa

1. Responden menggunakan bahasa Bugis pada acara pernikahan suku sejenis Terdapat 80,0% penggunaan bahasa Bugis ketika berada di acara pernikahan sesuku Bugis, hasil persentase tersebut diperoleh dari 24

30× 100% = 80,0% responden yang tidak menggunakan bahasa bugis pada acara pernikahan 20,0%. Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa umumnya responden pada acara pernikahan suku sejenis atau sesuku menggunakan bahasa Bugis.

2. Responden bertempat tinggal di lingkungan penutur bahasa Bugis

Terdapat 90,0% pengakuan responden bertempat tinggal di lingkungan yang merupakan penutur bahasa Bugis, hasil persentase tersebut diperoleh dari 27

30× 100%

= 90,0% dan responden yang tidak berada di lingkungan penutur bahasa Bugis sebanyak 10,0 dari tabel diatas maka dapat dinyatakan bahwa umumnya responden bertempat tinggal di lingkungan penutur bahasa Bugis.

3. Responden lebih bangga menggunakan bahasa Bugis dalam kehidupan sehari-hari

Data menunjukkan bahwa responden memiliki sikap bangga terhadap penggunaan bahasa Bugis dalam kehidupan sehari-hari, yang dimaksud dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada acara dan kegiatan hajatan (tradisi). Sikap bangga responden dapat dilihat dari persentase yang telah diuraikan pada tabel 4.7 sebnayak 76,7% memiliki sikap loyalitas terhadap bahasa Bugis, hasil persentase tersebut diperoleh dari 23

30× 100% = 76,7% dan responden yang menunjukan sikap negatif sebanyak 33,3%, dari gambaran tabel diatas maka dapat dikatakan bahwa umumnya respoonden memiiki sikap bangga menggunakan bahasa Bugis dalam kehidupan sehari-hari.

(8)

4. Responden penduduk migrasi

Responden merupakan penduduk migrasi hal ini dapat dilihat dari persentase yang telah diuraikan pada tabel diatas sebanyak 23 responden (76,6%) dikategorikan sebangai penduduk migrasi. Hasil persentase tersebut diperoleh dari 23

30× 100% = 76,6% dan responden yang bukan penduduk migrasi sebanyak 7 responden ( 23,3%.).

dari gambaran tabel diatas maka dapat dikatakan bahwa umumnya respoonden merupakan penduduk migrasi.

5. Responden menggunakan bahasa Bugis pada publikasi media massa

Penggunaan bahasa Bugis pada media massa, tidak menjadi faktor dalam pemertahanan bahasa Bugis desa Paku kecamatan Binuang kabupaten Polewali Mandar. Hal ini dibuktikan tidak adanya penggunaan bahasa Bugis pada media massa yang ditunjukan dengan persentase 30 responden (100%) tidak pernah menggunakan bahasa Bugis pada media massa (radio, TV dan sebangainya). Hasil persentase tersebut diperoleh dari 30

30× 100% = 100% . Dari uraian ranah-ranah di atas dapat dinyatakan bahwa dalam komunikasi sehari-hari masyarakat di desa Paku kecamatan Binuang kabupaten Polewali Mandar masih mempertahankan penggunaan bahasa Bugis.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pemertahanan penggunaan bahasa Bugis dapat dilihat pada ranah yaitu: (1 ) ranah keluarga, ditunjukan dengan penggunaan bahasa Bugis terhadap kakek/nenek (80%), orang tua (73,3%), kakak/adik (73,3%), paman/bibi (70,0%), suami/istri (68,2%), mertua (68,2%) dan anak-anak (63,6%), (2) ranah ketetanggaan penggunaan bahasa Bugis terhadap tetangga yang lebih tua (76,6%), tetangga sebaya (73,3%) dan tetangga lebih muda (73,3%), (3) ranah tempat, ditunjukan pada penggunaan bahasa di pasar dan warung (76,6%), lingkungan tempat tetangga (73,3%), tempat ibadah (73,3%) dan lingkungan kerja (71,4%), dan (4) ranah peristiwa, penggunaan bahasa ketika berbicara dengan oramg tua sesuku (76.6% ), berbicara dengan sesuku (76,6%), berbicara dengan orang lebih muda sesuku (73,3%), berbicara dengan orang lebih muda tidak sesuku (60,0%), berbicara dengan tidak sesuku (58,6%) berbicara dengan orang orang tua tidak sesuku (53,3%).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Bugis di desa paku kacamatan Binuang kabupaten Polewali Mandar, dalam penelitian ini yaitu:

(1) pernikahan suku sejenis (2) tempat tinggal, (3) sikap loyalitas, dan (4) Migrasi dan konsentrasi wilayah.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Cheir dan Leonie Agustina 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Akbar, A. M. (2015). Pemertahanan Bahasa Using Masyarakat Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi: Kajian Sosiolinguistik (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Amir, Johar. 2010. “ Pola Pemilihan Bahasa Pada Ranah Keluarga Di Kabupaten Pangkajene Kepulauan”, Disertasi. Makasar Universitas Hasanuddin.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Yogyakarta. Rineka Cipta

Arikunto,S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Arrohib, M. Y. (2015). Pemertahanan Bahasa Jawa Krama Di Desa Rowokangkung

Kabupaten Lumajang: Kajian Sosiolinguistik (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Budhiono, R.H (2009). Bahasa Ibu (bahasa daerah) di Palangkaraya: Pergeseran dan Pemertahanan. Adabiyyat: Jurnal Bahasa dan kekusastra 4(1), 1-7.

Chaer, Abdul. 1995. Sosioliguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesatuan Berbahasa Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A dan Agustina, L. 2014. Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Edisi Revisi) Jakarta:

Rineka Cipta.

Chair, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:

Rineka Cipta.

Cohen, L, Minion L dan Morrison, K. (2007) Research Method In Education. Newyork Routledge.

Dinny Malisa, Putri. Kajian Pemertahanan Bahasa Sasak Di Desa Karang Cemes Kecamatan Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa Besar. Diss.

Universitas_Muhammadiyah_Mataram, 2019.

Erlinda, Dewi. Pemertahanan Bahasa Bugis di desa Labuhan Kuris Kabupaten Sumbawa Besar. Diss. Universitas Mataram, 2016.

Erniati. 2018. Pemertahanan Bahasa Bugis di Kota Ambon. Totobuang. Vol 6, hal 215-228

Fasold, Ralph. 1984. The socionlinguististics of language. Oxford: Basil Blackwell.

Fishman, J.A. 1968. “Nationalyt-Nationism and Nation-Nationism” Dalam Fishman, et al. Languange in Social Grups, Standford: Standford University Press

.Ginting, Irena, dkk . 2017. Pemertahanan Bahasa Karo Oleh Komunitas Mahasiswa Karo Sriwijaya Di Timbangan, Indralaya. Diss. Sriwijaya University.

Ginting, Zahara Rosidah. "Pemertahanan Bahasa Mandarin pada Etnis Tionghoa di Desa Sunggal." (2019).

Harniati, B. (2011). Pemertahanan Bahasa Bali Pada Masyarakat Bali Di Mataram (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).

Holmes, Janet. 1993. Lamguange Maintenance and Shit in Three New Zealand Speech Communit.

(10)

Islamy, Izzul. "Penelitian survei dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa Inggris."

Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto (2019).

Jahdiah, dkk. (2008) Kamus Besar Banjar Dialek Hulu-Indonesia. Balai Bahasa Banjarmasin.

Jendral, I.M.H. (2010) Sociolinguistics (The study of sicieties language). Yogyakarta:

Graha Ilmu

Jinto soares, P. I. N. T. O. (2020). Pemertahanan Bahasa Tetun-Timor Leste Di Desa Noelbaki Kabupaten Kupang Kecamatan Kupang Tengah Kajian: Sosiolinguistik (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Mataram).

Laiya, R. E. (2015). Pilihan Bahasa pada Masyarakat Multibahasa di Desa Botohilisorake, Nias Selatan (Penelitian Etnografi pada Masyarakat Multibahasawan Nias, Indonesia dan Inggris). BAHTERA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 14(2), 156-167.

Mahmud. (2011) Metode penelitian pendidikan. Bandung: Pustaka setia

Mardikantoro, H. B. (2007). Pergeseran bahasa jawa dalam ranah keluarga pada masyarakat multibahasa di wilayah kabupaten brebes. Humaniora, 19(1), 43- 51.

Maruao, N. (2014). Analisis Penyebab Menurunnya Penerapan Fangowai dan Fame'e Afo dalam Pesta Adat Perkawinan di Kecamatan Lotu Kabupaten Nias Utara:

Kajian Sosiolinguistik. Jurnal Ilmiah IKIP Gunungsitoli, 168543.

Mawar Sari, D. (2017). Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskriptif Melalui Model Cooperative Integreated Reading And Composition (Doctoral dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang).

Moeliono, A. (1998) Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa: Ancangan Alterlatif Di Dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta Djambatan.

Muliati, Hesti dkk. 2017. Pemertahanan bahasa jawa pada masyarakat kamoung cidadap kabupaten cerebon. Jurnal pendidikan bahasa dan sastra indonesia program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia FKIP universitas kuningan,(online),VolXINo.2,2017,(http//jurnal.uniku.ac.id//index.php/FON/arti cle/view/718) diakses 07 September 2022.

Murti, Sri. "Eksistensi penggunaan bahasa indonesia di era globalisasi." (2015): 177- 184.

Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik adalah sebuah pengantar. Jakarta: PT. Gramedia.

Panggabean, Adenisa Anggraini. "Pemertahanan Bahasa Batak Toba di Desa Silakkidir Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun: Tinjauan Sosiolinguistik."

(2017).

Purba, Antalin. 1996. Kompotensi Komunikatif Bahasa Indonesia. Medan: Fakultas Pendidkan Bahasa dan Seni IKIP Medan.

RIZAL, MUH. 2020. "Penggunaan Bilingualisme Pada Tuturan Siswa SMP Muhammadiyah 1 Makassar.".

(11)

Setiawan, Nova Ade. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Produksi (Studi Kasus Pada PT. Nova Jaya Logam Sejahtera). Diss.

STIE PGRI Dewantara, 2021.

Sholihah, Rizki Amalia. "Kontak Bahasa." PROCEEDING: The Annual International Conference on Islamic Education. Vol. 3. No. 1. 2018.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Motode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Soeparno. 2022. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yokyakarta. Tiara Wacana Suandi, N. 2014. Sosiolinguistik. Yogjakarta. Graha Ilmu.

Sudjiono, Anas. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta Sumarsono. 2004. Sosiolinguistik. Yogjakarta: Sabda

Sumarsono. 2007. Sosiolinguistik. Yogjakarta: Pustaka Belajar.

Sumarsono, 2012. Sosiolinguistik. Yogyakarta.: PT. Pustaka pelajar Sumarsono, 2017. Sosiolinguistik. Yogyakarta.: PT. Pustaka pelajar

Sumarsono. (1993) Pemertahanan Bahasa Melayu Lolom Di Bali . Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Umar, Azhar dan Delvi Napitupulu. 1994. Sosiolinguistik dan Psikolinguistik suatu pengantar. Medan: Pustaka Widyasarana.

Wahono, 2011. Pemertahahan Bahasa Jawa Oleh Suku Jawa Yang Berdomisi Di Gedong Air Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra STKIP-PGRI- Lampung. (Online), Vol X, No.2, Juli 2011. (Online), Vol X, No.2, Juli 2011 Tahun

X, No.2 Juli 2011.

(http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle=201243) diakses 07september2022

Weinreich, U. (1968). Languages in Contach. The Hague: Mouton.

Widianto, Eko. "Pemertahanan Bahasa Daerah melalui Pembelajaran dan Kegiatan di Sekolah." KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra 1.2 (2018): 1-13.

Widoyoko, Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Wijana, I Dewa Putu. 2006. Sosiolinguistik. Yogyakarta. Pustaka Belajar.

Willian, Sudirman. 2005. Bahasa Minoritas Identitas Etnik Dan Kebertahahan Bahasa:

Kasus Bahasa Sumbawa di Lombok; Lingkungan Indonesia.

Ziah, alind khalida. Peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di era covid-19 (Studi Kasus di Desa Wanarata Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun 2021). Diss. Universitas Pancasakti Tegal, 2021.

Referensi

Dokumen terkait

It is a peer-reviewed journal of Education, including: English Language Teaching, Arabic Language Teaching, and Islamic Education.. The journal is published twice

is door hUI JiltorRlo bowind lOt ltand gobragt 00 do~r on10 conserulÎvoO met DI hunno malE 1 bMI roden : en lIio\ nu wal d.~ 'l'ordr", hod\ uitgowurkll Het IIwn f-rankrijk en Engeland