MODUL 5
PEMODELAN 3D, 4D, 5D, 6D, DAN 7D SERTA SIMULASINYA DAN LEVEL OF DEVELOPMENT (LOD)
TAHUN 2018
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI iii KATA PENGANTAR
Modul-5 Pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D, serta simulasinya dan Level of Development (LOD), merupakan salah satu dari tujuh Modul dalam pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM). Building Information Modeling (BIM) merupakan salah satu teknologi di bidang AEC (Arsitektur, Engineering dan Konstruksi) yang mampu mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan ke dalam model 3 dimensi. Teknologi ini sudah tidak asing lagi bagi industri AEC di dunia, termasuk di Indonesia. Karena dengan menerapkan metode BIM, baik developer, konsultan maupun kontraktor mampu menghemat waktu pengerjaan, biaya yang dikeluarkan serta tenaga kerja yang dibutuhkan. Saat ini Kementerian PUPR telah memiliki roadmap implementasi BIM di lingkungan Kementerian PUPR, dan telah terbentuk Tim BIM PUPR yang menginisiasi kehadiran BIM di kementerian. Selain itu, tim juga mulai menggandeng berbagai pihak untuk bersama-sama berjuang mengembangkan teknologi yang bisa sangat membantu kinerja kementerian secara keseluruhan. Sembilan modul dalam pelatihan ini menginformasikan hal-hal mengenai Kajian dan Peraturan Perundang -undangan dan Kebijakan terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM, Teknologi Digital yang terkait dengan BIM, Proses Bisnis PUPR dan Manajemen Perubahan yang terkait Implementasi BIM, Prinsip Dasar Sistem Teknologi BIM dan Implementasinya di Indonesia, BIM Execution Plan (BEP) serta menerapkannya sebagai bagian dari proses penyajian informasi berbasis BIM, Pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D dan 7D serta simulasinya dan Level of Development (LOD), dan Workflow dan Implementasi BIM pada level Kolaborasi dalam proses Monitoring Proyek, tidak hanya secara teori, namun juga secara praktis membahas studi kasus.
Dalam tujuan meningkatkan kemampuan keterampilan teknis ASN bidang ke-PU-an (bidang Konstruksi), maka Pusdiklat SDA dan Konstruksi melaksanakan penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM) untuk menghasilkan SDM bidang Konstruksi yang kompeten dan berintegritas dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur bidang konstruksi yang handal.
Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para narasumber, praktisi di lapangan, PT Mektan Babakan Tujuh Konsultan dengan Team Leader Drs. Komarudin, M.Pd, serta pihak-pihak terkait yang telah membantu terwujudnya modul ini. Akhirnya mudah mudahan paket modul yang kami susun ini dapat bermanfaat dan dapat membantu para praktisi Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM) di pusat maupun di daerah dimana sedang mengembangkan infrastruktur.
Bandung, September 2018 Kepala Pusdiklat SDA dan Konstruksi
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI iv
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI v DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR INFORMASI VISUAL ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... x
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Deskripsi Singkat ... 2
1.3. Tujuan Pembelajaran... 2
1.3.1. Kompetensi Dasar ... 2
1.3.2. Indikator Keberhasilan ... 2
1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 3
1.4.1. Pemodelan 3D dan Simulasinya serta LOD 100, 200, 300, 350, 400, 500 ... 3
1.4.2. Penjadwalan Proyek (Scheduling) model 4D dan Estimasi Biaya (estimating) model 5D ... 3
1.4.3. Sustainability model 6D ... 3
1.4.4. Facility Management model 7D ... 3
BAB II. PEMODELAN 3D DAN SIMULASINYA SERTA LOD 100, 200, 300, 350, 400 & 500 ... 5
2.1. Karakter Level of Development (LOD) ... 5
2.2. Level of Development (LOD) ... 6
2.3. Definisi Level of Development ... 7
2.4. Model Dimensi (D) dalam BIM ... 8
2.5. Pemodelan 3D ... 11
2.6. Langkah-langkah Pemodelan 3D, Input Data dan Pemrosesan ... 14
2.7. Contoh Pemodelan ... 34
2.8. SIMULASI PEMODELAN 3D SECARA BERKELOMPOK ... 46
2.8.1. Persiapan Simulasi Pemodelan 3D ... 46
2.8.2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 3D ... 46
2.9. Soal Latihan ... 47
2.10. Rangkuman ... 47
2.11. Evaluasi ... 48
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI vi
BAB III. PENJADWALAN PROYEK MODEL 4D DAN ESTIMASI BIAYA MODEL 5 D ... 49
3.1. Ruang Lingkup Model 4D dan Model 5D ... 49
3.2. Langkah-langkah Pemodelan 4D dan 5D ... 57
3.3. SIMULASI PEMODELAN 4D DAN 5D SECARA BERKELOMPOK ... 70
3.3.1. Persiapan Simulasi Pemodelan 4D dan 5D ... 70
3.3.2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 4D dan 5D ... 70
3.4. Soal Latihan ... 71
3.5. Rangkuman ... 71
3.6. Evaluasi... 71
BAB IV. SUTAINABILITY MODEL 6D ... 73
4.1. Ruang Lingkup Sustainability Model 6D ... 73
4.1.1. Efisensi Energi... 73
4.1.2. Disain Green Building... 78
4.2. Langkah-langkah Pemodelan 6D ... 81
4.3. Langkah-langkah Analisis Energi menggunakan Autodesk Revit ... 84
4.4. SIMULASI PEMODELAN 6D SECARA BERKELOMPOK ... 89
4.4.1. Persiapan Simulasi Pemodelan 6D ... 89
4.4.2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 6D ... 90
4.5. Soal Latihan ... 90
4.6. Rangkuman ... 90
4.7. Evaluasi... 91
BAB V. FACILITY MANAGEMENT MODEL 7D ... 93
5.1. Ruang Lingkup Facility Management Model 7D ... 93
5.2. Langkah-langkah Pemodelan 7D ... 100
5.3. SIMULASI PEMODELAN 7D SECARA BERKELOMPOK ... 103
5.3.1. Persiapan Simulasi Pemodelan 7D ... 103
5.3.2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 7D ... 103
5.4. Soal Latihan ... 104
5.5. Rangkuman ... 104
5.6. Evaluasi... 104
GLOSARIUM ... 108
KUNCI JAWABAN ... 110
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI vii DAFTAR INFORMASI VISUAL
Hal.
Gambar 2.1. Pihak-pihak yang terkait BIM ... 8
Gambar 2. 2. Model Dimensi dalam BIM ... 9
Gambar 2.3. Tampilan Aplikasi Tekla ... 23
Gambar 2.4. Toolbars Aplikasi Tekla ... 23
Gambar 2.5. Icon-icon Toolbars Utama ... 24
Gambar 2.6. Toolbars drawing dan Toolbars Detail Sambungan ... 25
Gambar 2.7. Langkah awal memulai gambar ... 26
Gambar 2.8. Langkah membuat grid ... 27
Gambar 2.9. Menampilkan Grid ... 28
Gambar 2.10. Mengedit Grid ... 29
Gambar 2.11. Membuat View Elevasi ... 29
Gambar 2.12. View Property ... 30
Gambar 2.13. Icon untuk membuat Plan ... 31
Gambar 2.14. Menyimpan View ... 31
Gambar 2.15. Membuat Database ... 32
Gambar 2.16. Icon Bar pemodelan elemen baja ... 32
Gambar 2.17. Icon Bar pemodelan elemen beton ... 33
Gambar 3.1. Ruang Lingkup Model 4D dan Model 5D ... 49
Gambar 3.2. Contoh Penjadwalan Proyek dengan Tekla ... 50
Gambar 3. 3. Proses Terintegrasi 5D ... 52
Gambar 3.4. Icon scheduling mendatar... 57
Gambar 3.5. Icon scheduling vertikal ... 58
Gambar 3.6. Tekla Model Organizer ... 58
Gambar 3.7. Contoh Model dalam Boundary Box pada Tekla Model Organizer .. 59
Gambar 3.8. Nilai yang berbeda untuk Boundry Box pada Tekla Model Organizer .. 60
Gambar 3.9. Visualisasi model pada Tekla model organizer. ... 60
Gambar 3.10. Alat pengelola tugas di Tekla ... 61
Gambar 3.11. Workflow pada Tekla task manager ... 62
Gambar 3.12. Task Type di task manager Tekla. ... 62
Gambar 3.13. Diagram Alir untuk menghubungkan model dengan tanggal
pemasangan ... 63
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI viii
Gambar 3.14. Pemilihan rangka baja dalam model. ... 64
Gambar 3.15. Pabrikasi dan Pemancangan di Tekla task manager. ... 64
Gambar 3. 16. Fabrication task type dalam Tekla task manager. ... 65
Gambar 3.17. Jenis tugas pemancangan di task manager Tekla ... 65
Gambar 3 18. Tanggal fabrikasi di Tekla task manager ... 66
Gambar 3.19. Tanggal pemancangan tergantung pada tanggal fabrikasi... 66
Gambar 3. 20. Bagan menunjukkan ketergantungan tanggal pemancangan pada tanggal fabrikasi. ... 67
Gambar 3.21. Jenis file sharing di Task manager. ... 67
Gambar 3.22. Perhitungan tingkat kerja untuk setiap bagian dalam task manager. . 68
Gambar 3.23. Pemancangan dan Tanggal fabrikasi dalam model. ... 69
Gambar 3.24. Erection Plan untuk konstruksi. ... 70
Gambar 4.1. Contoh Model Arsitektur Elemen Bangunan yang diimpor ke Analisis Energi ... 75
Gambar 4.2. Contoh Pengisian Data Lokasi ... 82
Gambar 4.3. Lokasi dengan Panah Utara ... 83
Gambar 4.4. Tampilan Sun Path ... 84
Gambar 4.5. Format Penyetelan Matahari ... 84
Gambar 4.6. Output Energy Analysis ... 85
Gambar 4.7. Icon-icon dalam toolbox menu Revit Energy Analysis... 85
Gambar 4. 8 . Tampilan ketika menjalankan Simulasi Energi ... 86
Gambar 4.9. Tampilan Peringatan bahwa analisis sudah selesai ... 86
Gambar 4.10. Result and Compare Project Tree ... 87
Gambar 4.11. Tampilan Energy Settings ... 88
Gambar 5.1. Proses Manajemen Fasilitas ... 93
Gambar 5.2. CDE dalam BIM ... 95
Gambar 5.3. Data dari Excel dimasukkan ke dalam Model ... 103
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI ix DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2. 1. Kebutuhan Informasi pada Pemodelan ... 13 Tabel 2.2. Format dalam Tekla Structure ... 15 Tabel 3.1. Perencanaan Jadwal Konstruksi Pabrik Baja ... 55 Tabel 5.1 – Strategi dan Biaya Pemeliharaan pada tahap Operasi Gedung yang
berbeda ... 97
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI x
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Deskripsi
Petunjuk penggunaan modul ini digunakan untuk membantu peserta pelatihan terkait materi pada Modul 5 ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk mengenai persyaratan, metoda, alat bantu/media, dan Tujuan Kurikuler Khusus (TKK) dari Modul 5 yaitu Pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D dan 7D serta simulasinya dan Level of Development (LOD).
2. Persyaratan
Sebelum mempelajari Modul 5, Anda diminta memperhatikan persyaratan berikut ini:
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki.
3. Metoda
Dalam mempelajari Modul 5 ini, Metoda yang dapat Anda gunakan adalah sebagai berikut:
a. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan peserta diklat yang lain atau dengan tutor anda .
b. Guna memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan.
Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet.
c. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan peserta diklat lainnya.
d. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar kandungan modul ini.
4. Alat Bantu/Media
Untuk menyempurnakan proses pembelajaran Anda dalam memahami Modul 5, Anda dapat menggunakan Alat Bantu/Media sebagai berikut:
a. Modul
b. Bahan Tayang c. Alat Tulis
d. Komputer PC/Laptop
5. Tujuan Kurikuler Khusus (TKK)
Setelah pembelajaran mata pelatihan ini peserta diharapkan dapat memahami:
• Pemodelan 3D dan Simulasinya (LOD 100, 200, 300 dan 350)
• Penjadwalan Proyek (Scheduling) model 4D dan Estimasi Biaya (Estimating) model 5D (LOD 400 dan 500)
• Sustainability model 6D
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI xi
• Facility Management model 7D Selamat belajar !
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI xii
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk mewujudkan infrastruktur handal sebagai kunci daya saing Indonesia, ada lima terobosan yang diusung oleh Menteri PUPR untuk dapat mempercepat pembangunan infrastruktur yakni regulasi dan hukum; sumber daya manusia; pendanaan inovatif;
kepemimpinan; serta dukungan teknologi. Terkait teknologi, saat ini teknologi informasi dan komunikasi dengan format digital kerap digunakan di lini industri konstruksi di seluruh dunia.
Bahkan teknologi digital pun memberikan dampak yang besar dalam melakukan percepatan pembangunan infrastruktur sehingga menjadi lebih efisien dan produktif salah satunya dengan Building Information Modelling (BIM).
BIM merupakan seperangkat teknologi, proses kebijakan yang seluruh prosesnya berjalan secara terintegrasi dalam sebuah model digital, yang kemudian diterjemahkan sebagai gambar 3 tiga dimensi. Teknologi tersebut juga merupakan proses dalam menghasilkan dan mengelola data suatu konstruksi selama siklus hidupnya. BIM menggunakan software 3D, real-time, dan pemodelan dinamis untuk meningkatkan produktivitas dalam desain dan konstruksi bangunan.
Perangkat lunak komprehensif ini membantu spesialis bangunan dan konstruksi untuk mendesain, simulasi, visualisasi dan membangun bangunan yang lebih baik. Selain itu, dari sisi pembinaan usaha, pengggunaan BIM akan meningkatkan kinerja organisasi pengguna jasa konstruksi dan penyedia konstruksi.
Manfaat lain dari sistem teknologi BIM ini yakni, mampu mengurangi kesalahan dan kelalaian, mengurangi proses pengerjaan berulang, dan mampu mengurangi durasi proyek dan meningkatkan keuntungan bagi yang berada di industri Konstruksi. Kesimpulannya BIM merupakan sebuah pendekatan untuk desain bangunan, konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup BIM ini mendukung dari desain proyek, jadwal, dan informasi- informasi lainnya secara terkordinasi dengan baik.
Diharapkan dengan implementasi teknologi ini akan mendukung program percepatan pembangunan Infrastruktur yang sedang gencar dilakukan Pemerintah. Tidak hanya itu, dengan penggunaan teknologi ini juga diharapkan mendukung peningkatan daya saing Infrastruktur yang saat ini telah berada di urutan ke 52 dunia. Kementerian PUPR sebagai pembina jasa konstruksi akan menerapkan teknologi BIM dan akan membuat tahapan- tahapan kebijakan impelementasi konstruksi digital di Indonesia, sehingga pelaku konstruksi nasional secara bertahap dan cepat akan siap berdaptasi dalam menerapkan teknologi BIM.
Untuk mewujudkan infrastruktur handal tersebut diperlukan sumber daya manusia yang kompeten dan ahli pada bidang konstruksi. Oleh karena itu, guna menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan ahli pada bidang konstruksi, salah satunya perlu dilaksanakannya suatu program pelatihan, yaitu :
PELATIHAN PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TEKNOLOGI BUILDING INFORMATION MODELING (BIM)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 2 Dengan demikian diharapkan SDM yang bernaung di bawah Kementerian PUPR terutama pada sektor konstruksi, mampu memberikan pelayanan yang prima terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM).
Guna mendukung berjalannya program pelatihan, perlu ditunjang dengan adanya bahan ajar salah satunya yaitu modul. Diharapkan dengan adanya modul, mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Maka dibuatlah modul terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM) .
Modul 6 yang membahas mengenai “Pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D serta Simulasinya dan Level of Development (LOD)” diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan peserta pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM) mengenai keterkaitan Pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D dan 7D serta Simulasinya dan Level of Development (LOD) dengan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM). Selain itu diharapkan peserta pelatihan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama sesama peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama pelatihan berlangsung.
1.2. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini memaparkan mengenai pengetahuan pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkait BIM serta simulasinya dan Level of Development (LOD). Secara umum pengetahuan pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkait BIM serta simulasinya dan Level of Development (LOD) mengacu pada topik pemodelan 3D dan simulasinya, penjadwalan proyek (scheduling) model 3D, estimasi biaya model 5D, sustainability model 6D, facility management model 7D, serta karakteristik dari Level of Development.
1.3. Tujuan Pembelajaran 1.3.1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta diharapkan dapat menjelaskan pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkait BIM serta simulasinya dan Level of Development (LOD). Secara umum pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkait BIM serta simulasinya membahas tentang pemodelan-pemodelan dari sisi disain, dari sisi penjadwalan, dari sisi estimasi biaya dari sisi sustainability dan dari sisi manajemen fasilitas. Sedangkan Level of Development (LOD) membahas tingkat pengembangan dilihat dari karakternya.
1.3.2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan ini maka peserta didik diharapkan mampu :
a. Mampu memahami Pemodelan 3D dan Simulasinya (LOD 100, 200, 300 dan 350) b. Mampu memahami Penjadwalan Proyek (Scheduling) model 4D dan Estimasi Biaya
(Estimating) model 5D (LOD 400 dan 500) c. Mampu memahami Sustainability model 6D
d. Mampu memahami Facility Management model 7D
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 3 1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1.4.1. Pemodelan 3D dan Simulasinya serta LOD 100, 200, 300, 350, 400, 500 a. Karakter Level of Development (LOD)
b. Level of Development (LOD) c. Definisi Level of Development d. Model Dimensi (D) dalam BIM e. Pemodelan 3D
f. Langkah-langkah Pemodelan 3D, Input data dan Pemrosesan g. Contoh Pemodelan
h. Simulasi Pemodelan 3D (secara berkelompok) i. Latihan
j. Rangkuman k. Evaluasi
1.4.2. Penjadwalan Proyek (Scheduling) model 4D dan Estimasi Biaya (estimating) model 5D
a. Ruang Lingkup Model 4D dan 5D
b. Langkah-langkah Pemodelan 4D dan 5D
c. Simulasi Pemodelan 4d dan 5D (secara berkelompok) d. Latihan
e. Rangkuman f. Evaluasi
1.4.3. Sustainability model 6D
a. Ruang Lingkup Sustainability Model 6D b. Langkah-langkah pemodelan 6D c. Langkah-langkah Analisis Energi
d. Simulasi Pemodelan 6D (secara berkelompok) e. Latihan
f. Rangkuman g. Evaluasi
1.4.4. Facility Management model 7D
a. Ruang Lingkup Facility Management Model 7D b. Langkah-langkah pemodelan 7D
c. Simulasi Pemodelan 7D (secara berkelompok) d. Latihan
e. Rangkuman f. Evaluasi
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 4
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 5
BAB II. PEMODELAN 3D DAN SIMULASINYA SERTA LOD 100, 200, 300, 350, 400 & 500
2.1. Karakter Level of Development (LOD)
Level Pengembangan (LOD) ini tidak berkaitan dengan N-Dimensi, tetapi berkaitan dengan tahap-tahap konstruksi yang dapat disimulasikan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan dilapangan. Spesifikasi Tingkat Pengembangan atau Level of Development (LOD) adalah referensi yang memungkinkan praktisi dalam Industri konstruksi untuk menentukan dan mengartikulasikan dengan tingkat kejelasan konten dan reliability yang tinggi Building Information Models (BIMs) pada berbagai tahap dalam desain dan proses konstruksi.
Spesifikasi LOD menggunakan definisi LOD dasar yang dikembangkan oleh AIA (American Institute Architects) untuk AIA G202-Bangunan 2013 Building Information Modeling Protocol Form1 (Protokol Pemodelan Informasi Bentuk) dan diselenggarakan oleh CSI Uniformat 2010.
Ini mendefinisikan dan mengilustrasikan karakteristik model elemen sistem bangunan yang berbeda di Tingkat Pengembangan yang berbeda. Artikulasi yang jelas ini memungkinkan pembuat model untuk membatalkan baik apa model mereka dapat diandalkan, dan memungkinkan pengguna jasa untuk memahami dengan jelas kegunaan dan menerima keterbatasan model mereka.
Maksud dari Spesifikasi ini adalah untuk membantu menjelaskan kerangka kerja LOD dan men-standarisasi penggunaannya sehingga menjadi lebih berguna sebagai alat komunikasi.
LOD tidak menentukan apa tingkat pembangunan yang harus dicapai pada titik dalam proyek, tetapi meninggalkan spesifikasi perkembangan model untuk pengguna dokumen ini.
Tujuan utama diadakannya dokumen ini adalah:
• Untuk membantu tim, termasuk pemilik, untuk menentukan pengiriman BIM dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang akan dimasukkan dalam BIM dapat dikirimkan
• Untuk membantu manajer desain menjelaskan kepada tim mereka informasi dan detail yang perlu disediakan di berbagai titik di proses desain
• Untuk memberikan standar yang dapat direferensikan oleh kontrak dan rencana pelaksanaan BIM
Pada tahun 2011 itu BIM Forum memulai pengembangan Spesifikasi LOD ini dan membentuk kelompok kerja yang terdiri dari kontributor dari baik desain dan konstruksi dari disiplin utama.
Kelompok kerja pertama menafsirkan Dasar AIA Definisi LOD untuk setiap sistem bangunan, dan kemudian dikompilasi contoh untuk mengilustrasikan interpretasi. Karena BIM sedang menggunakan jumlah penggunaan yang terus meningkat, kelompok itu memutuskan bahwa itu di luar cakupan awal untuk mengatasi semuanya. Sebaliknya, definisi dikembangkan untuk mengatasi geometri elemen model, dengan tiga dari kegunaan yang paling umum dalam pikiran - tingkat lepas landas, koordinasi 3D dan kontrol dan perencanaan 3D.
Kelompok tersebut merasa bahwa dalam mengambil pendekatan ini, interpretasi akan cukup lengkap untuk mendukung penggunaan lain.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 6 2.2. Level of Development (LOD)
Level Pengembangan (LOD) membahas beberapa masalah yang muncul ketika BIM digunakan sebagai alat komunikasi atau kolaborasi, yaitu ketika seseorang selain yang menulis, mengekstrak informasi darinya:
• Selama proses desain, membangun sistem dan komponen berkembang dari ide konseptual yang tidak jelas ke deskripsi yang tepat. Di masa lalu belum ada cara sederhana untuk menentukan di mana elemen model berada di sepanjang jalur ini. Penulis tahu, tetapi yang lain sering tidak.
• Sangat mudah salah menafsirkan ketepatan di mana elemen dimodelkan. Gambar pena pada serbet hingga garis keras dengan dimensi yang disebut, dan mudah untuk menyimpulkan ketepatan gambar dari penampilannya. Namun dalam model, komponen generik yang ditempatkan kira-kira dapat terlihat persis sama dengan komponen tertentu yang terletak tepat, jadi kita memerlukan sesuatu selain penampilan untuk membedakannya.
• Adalah mungkin untuk menyimpulkan informasi dari BIM yang tidak berniat - dimensi tak tertulis dapat diukur dengan presisi, informasi perakitan sering ada sebelum diselesaikan, dll. Di masa lalu, masalah ini telah dikesampingkan dengan penolakan menyeluruh yang pada dasarnya karena beberapa informasi dalam model tidak dapat diandalkan, Anda mungkin tidak bergantung pada semua itu. Kerangka kerja LOD memungkinkan pembuat model untuk menyatakan dengan jelas keandalan elemen model yang diberikan.
• Dalam lingkungan kolaboratif, di mana orang-orang selain penulis model bergantung pada informasi dari model untuk memindahkan pekerjaan mereka sendiri ke depan, rencana kerja desain menjadi sangat penting - penting bagi pengguna model untuk mengetahui kapan informasi akan tersedia untuk merencanakan pekerjaan mereka. Kerangka kerja LOD memfasilitasi ini.
Kerangka kerja LOD mengatasi masalah ini dengan memberikan standar yang dikembangkan industri untuk menggambarkan keadaan pengembangan berbagai sistem dalam BIM. Standar ini memungkinkan konsistensi dalam komunikasi dan pelaksanaan dengan memfasilitasi definisi rinci tentang BIM milestone dan deliverables.
Level of Development vs. Level of Detail
LOD kadang-kadang diartikan sebagai Level of Detail (Tingkat detil) daripada Level of Development (Tingkat pengembangan). Spesifikasi ini menggunakan konsep Levels of Development. Ada perbedaan penting. Tingkat Detail pada dasarnya adalah seberapa banyak detail dimasukkan dalam elemen model. Tingkat Pengembangan adalah sejauh mana geometri elemen dan informasi terlampir telah dipikirkan - sejauh mana anggota tim proyek dapat bergantung pada informasi saat menggunakan model. Intinya, Level of Detail dapat dianggap sebagai input ke elemen, sedangkan Level of Development adalahhasil yang andal.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 7 2.3. Definisi Level of Development
Untuk membantu lebih jauh standardisasi dan penggunaan konsep LOD secara konsisten, dan untuk meningkatkan kegunaannya sebagai dasar untuk kolaborasi, AIA setuju untuk mengizinkan BIMForum menggunakan definisi LOD terbaru dalam Spesifikasi iniDefinisi LOD yang digunakan dalam Spesifikasi ini identik dengan yang diterbitkan dalam Dokumen Praktik Digital yang diperbarui AIA, dengan dua pengecualian:
1) Pertama, kelompok kerja mengidentifikasi kebutuhan akan LOD yang akan menentukan elemen-elemen model yang cukup dikembangkan untuk memungkinkan koordinasi terperinci antara disiplin - misalnya deteksi benturan / penghindaran, tata letak, dll.
Persyaratan untuk level ini adalah lebih tinggi dari 300, tetapi tidak setinggi 400, sehingga ditunjuk LOD 350. Dokumen AIA tidak termasuk LOD 350, tetapi Panduan dan Petunjuk terkait referensi itu.
2) Kedua, sementara LOD 500 termasuk dalam definisi LOD AIA, kelompok kerja tidak merasa perlu untuk melanjutkan mendefinisikan dan mengilustrasikan LOD 500 dalam Spesifikasi ini karena berkaitan dengan verifikasi lapangan. Dengan demikian, diperluas deskripsi dan ilustrasi grafis dalam Spesifikasi ini terbatas pada LOD 100-400.
Definisi Dasar Level of Development (LOD)
• LOD 100 Elemen Model dapat ditampilkan secara grafis dalam Model dengan simbol atau representasi generik lainnya, tetapi tidak memenuhi persyaratan untuk LOD 200. Terkait dengan Elemen Model (yaitu biaya per kaki persegi, tonase HVAC, dll.) dapat diturunkan dari Elemen Model lainnya.
• LOD 200 Elemen Model secara grafis diwakili dalam Model sebagai sistem umum, objek, atau perakitan dengan perkiraan jumlah, ukuran, bentuk, lokasi, dan orientasi. Informasi non-grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model.
• LOD 300 Elemen Model secara grafis direpresentasikan dalam Model sebagai sistem, objek atau perakitan spesifik dalam hal kuantitas, ukuran, bentuk, lokasi, dan orientasi. Informasi non-grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model.
• LOD 400 Elemen Model secara grafis direpresentasikan dalam Model sebagai sistem, objek, atau perakitan tertentu dalam hal kuantitas, ukuran, bentuk, orientasi, dan antarmuka dengan sistem bangunan lain. Informasi non- grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model.
• LOD 500 Elemen Model secara grafis diwakili dalam Model sebagai sistem, objek atau perakitan tertentu dalam hal ukuran, bentuk, lokasi, kuantitas, dan orientasi dengan detail, informasi fabrikasi, perakitan, dan pemasangan.
Informasi non-grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model.
Contoh untuk Lampu:
LOD 100 Biaya menempelkan ke floor slabs
LOD 200 Lampu, generik /perkiraan ukuran- bentuk- lokasi
LOD 300 Desain ditetapkan 2x4 troffer, ukuran / bentuk / lokasi tertentu
LOD 350 Model aktual, Lightolier DPA2G12LS232, ukuran / bentuk / lokasi tertentu LOD 400 Seperti 350, ditambah detail pemasangan khusus, seperti pada soffit dekoratif
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 8 2.4. Model Dimensi (D) dalam BIM
BIM merupakan sistem, manajemen, metode atau runutan pengerjaan suatu proyek yang diterapkan berdasarkan informasi terkait dari keseluruhan aspek bangunan yang dikelola dan kemudian diproyeksikan ke dalam model 3 dimensi. Di dalamnya melekat semua informasi bangunan tersebut, yang berfungsi sebagai sarana untuk membuat perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan, serta pemeliharaan bangunan tersebut beserta infrastrukturnya bagi semua pihak yang terkait di dalam proyek seperti konsultan, owner, dan kontraktor.
Gambar 2.1. Pihak-pihak yang terkait BIM
Konsep BIM membayangkan konstruksi virtual sebelum konstruksi fisik yang sebenarnya, untuk mengurangi ketidakpastian, meningkatkan keselamatan, menyelesaikan masalah, dan menganalisis dampak potensial (Smith, Deke 2007). BIM berimplikasi memberi perubahan, mendorong pertukaran model 3D antara disiplin ilmu yang berbeda, sehingga proses pertukaran informasi menjadi lebih cepat dan berpengaruh terhadap pelaksanaan konstruksi.
(Eastman C., 2008).
Dengan menggunakan BIM dapat diperoleh 3D, 4D, 5D, 6D dan bahkan sampai 7D. Dimana 3D berbasis obyek pemodelan parametric, 4D adalah urutan dan penjadwalan material, pekerja, luasan area, waktu, dan lain-lain, 5D termasuk estimasi biaya dan part-lists, dan 6D mempertimbangkan dampak lingkungan termasuk analisis energi dan deteksi konflik, serta 7D untuk fasilitas manajemen.
BIM
Facility Manager
Owner
General Contractor
Architect
Structure Engineer Detailer
Mechanical Engineer Fabricator
Site Manager
Erector
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 9
3D
2. Model Kondisi eksisting:a. Laser scaning
b. Ground penetration (Konversi Radar (GPR) 3. Model Logistik dan safety
4. Animasi, rendering, walktrough 5. BIM Pre-Pabrikasi
6. Laser accurate BIM driven field layout
4D
SCHEDULING1. Simulasi tahapan proyek 2. Mempelajari penjadwalan:
a. Perencanaan akhir
b. Just in Time (JIT) mengirim peralatan c. Instalasi simulasi detil
3. Validasi visual untuk persetujuan pembayaran
5D
ESTIMATING1. Pemodelan konsep real time dan perencanaan biaya 2. Ekstrak kuantitas untuk mensuport detil estimasi biaya 3. Trade verification dari model pabrikan:
a. Struktur baja b. Pembesian
c. Mekanikal dan plumbing d. Elektrikal
4. Value Engineering:
a. Skenario b. Visualisasi c. Ekstak kuantitas 5. Solusi Pre-fabrication:
a. Ruang peralatan b. MEP
c. Multi-trade Prefabriacation
d. Arsitektural unik dan elemen-elemen struktur
6D
SUSTAINABILITY1. Analisis konsep energi (via Dprofiler) 2. Analisis detil energi (via Eco tech) 3. Sustainable element tracking 4. LEED tracking
7D
APLIKASI FACILITY MANAGEMENT 1. Strategi Life cycle BIM2. BIM as-builts
3. BIM embedded O&P Manuals 4. COBe data population dan extraction
5. Perencanaan Pemeliharaan BIM dan Technical support 6. BIM file hosting on lend Lease’s digital excharge system
Gambar 2. 2. Model Dimensi dalam BIM
Dengan demikian, secara umum, BIM didefinisikan pada dua kepentingan yang berbeda, yaitu:
• Adanya kerjasama antar stakeholder, yang secara efisien bertukar informasi (baik data maupun geometri), berkolaborasi dalam mengefisienkan proses pembangunan/konstruksi (kesalahan semakin sedikit, konstruksi semakin cepat),
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 10 menghasilkan bangunan lebih mudah dioperasikan, serta dapat meminimalisir produksi limbah sekaligus mengeluarkan biaya yang lebih murah. Dengan demikian, kunci BIM tidak hanya ditekankan pada model tiga dimensi akan tetapi bagaimana suatu informasi dikembangkan, dikelola, dibagi, melalui kolaborasi yang lebih baik.
• BIM juga dapat dilihat sebagai platform perangkat lunak yang memungkinkan untuk mengkoordinasikan atau menggabungkan karya masing-masing stakeholder menjadi satu Model Informasi Bangunan berorientasi obyek tiga dimensi (3D) dengan informasi yang melekat di dalamnya.
Jadi semua model yang mewakili bangunan tidak selalu disebut BIM, misalnya model yang hanya berisi data 3D visual tetapi tidak ada atribut objek, atau yang memungkinkan perubahan dimensi dalam satu tampilan tetapi tidak secara otomatis mencerminkan perubahan dalam tampilan lain. Dalam desain CAD 2D cenderung object driven. Itu berarti jika kita mengubah objek, dimensi akan berubah. Tetapi dalam desain Pemodelan Parametrik cenderung dimension driven, jika kita mengubah dimensi maka objek akan berubah.
Dalam sistem ini kita membuat sketsa suatu fitur dulu baru menjadikannya 3D. Objek sketsa dan dimensi bisa "dibatasi". Batasan adalah elemen yang meningkatkan maksud desain.
Beberapa kendala umum adalah membuat elemen sketsa sejajar, tegak lurus, bersinggungan, bertepatan, horizontal atau vertikal. Persamaan matematika juga bisa diatur dalam dimensi dan fitur dapat memiliki hubungan hirarkis.
Pada tahun 1982 dikembangkan sebuah perangkat lunak bernama ArchiCAD yang awalnya untuk Apple Macintosh asli. ArchiCAD adalah perangkat lunak CAD BIM arsitektur untuk Macintosh dan Windows yang dikembangkan oleh perusahaan Hungaria Graphisoft.
ArchiCAD menawarkan solusi khusus untuk menangani semua aspek umum estetika dan teknik selama proses desain keseluruhan dari lingkungan binaan - bangunan, interior, daerah perkotaan, dll.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 11 ArchiCAD diakui sebagai produk CAD pertama pada komputer pribadi yang dapat membuat gambar 2D dan geometri 3D parametrik. Dalam debutnya pada tahun 1987 ArchiCAD juga menjadi implementasi pertama BIM di bawah konsep "Virtual Building" dari Graphisoft.
2.5. Pemodelan 3D
Proses BIM dimulai dengan menciptakan 3D model digital dan didalamnya berisi semua informasi bangunan tersebut, yang berfungsi sebagai sarana untuk membuat perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan, serta pemeliharaan bangunan tersebut beserta infrastrukturnya bagi semua pihak yang terkait didalam proyek.
Keberadaan BIM mengubah proses konstruksi tradisional, dimana sering terjadi konflik dan kesalahpahaman antar stakeholder terkait karena alur informasi yang kurang jelas dan tidak tercatat dengan baik. Hal ini dapat menghasilkan pengerjaan ulang yang mengakibatkan keterlambatan waktu pelaksanaan pekerjaan karena masalah pelaksanaan baru diketahui setelah proyek berjalan. Secara otomatis biaya membengkak akibat keterlambatan waktu pengerjaan. Demikian pula dengan penggunaan software konvensional yang beragam untuk satu proyek (AutoCad untuk desain gambar, SAP untuk analisa struktur, Ms. Excel untuk perhitungan volume dan biaya, dan Ms. Project untuk penjadwalan) berpotensi untuk menghasilkan ketidakakuratan dalam perhitungan material maupun pekerjaan yang secara sistematis berpotensi mengakibatkan kurang baiknya mutu pekerjaan.
Dalam BIM, para stakeholder (owner, arsitek, kontraktor, engineer) saling bekerjasama, secara efisien bertukar informasi (baik data maupun geometri), berkolaborasi dalam mengefisienkan proses pembangunan/konstruksi sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan mempercepat proses konstruksi, menghasilkan pengoperasian bangunan yang lebih mudah, meminimalisir produksi limbah sekaligus mengeluarkan biaya yang lebih murah. Proses manajemen lebih accesible dan actionable karena bermuara pada satu model informasi sehingga dapat meminimalisir konflik informasi diantara berbagai pihak.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 12 Dengan demikian, kunci BIM tidak hanya ditekankan pada model 3 dimensi akan tetapi bagaimana suatu informasi dikembangkan, dikelola, dibagi, melalui kolaborasi yang lebih baik.
Karakteristik khas BIM adalah sebagai berikut:
a. Produk BIM diciptakan dan beroperasi pada database digital melalui kolaborasi. Dalam pemodelan ini, informasi mengenai suatu proyek konstruksi disimpan dalam database (bukan dalam drawing file atau spreadsheet). Informasi dalam database (gambar kerja, penjadwalan, estimasi biaya, dll) dapat diedit dan ditinjau ulang melalui format presentasi yang familiar bagi masing-masing pengguna (arsitek, ahli struktur, estimator, pekerja bangunan) namun tetap dapat dilihat ke dalam model informasi yang sama.
b. Dalam BIM, setiap perubahan direfleksikan pada semua presentasi/visualisasi. Informasi ini dapat didistribusikan pada masing-masing anggota tim melalui sebuah jaringan atau sharing file. Masing-masing dapat bekerja secara independen serta dapat menyebarluaskan hasil mereka pada anggota tim lain dan berinteraksi satu sama lain untuk penyempurnaan pekerjaan.
a. Mengelola berbagai perubahan dalam database mulai dari tahap desain, konstruksi, dan operasional sehingga setiap penggantian komponen dalam database akan mengubah komponen lainnya. Sebagai contoh, untuk memenuhi spesifikasi proyek, perubahan desain berupa pemilihan dan penggantian material tertentu akan berpengaruh terhadap estimasi biaya, pelelangan, dan konstruksi. Informasi baru ini akan tercatat ke dalam
"history" dan dapat dievaluasi oleh anggota tim sehingga mendukung terjadinya proses kolaborasi.
b. Menyimpan berbagai data dan informasi untuk dapat dipergunakan kembali.
Pembentukan data dimulai sejak arsitek menuangkan sketsa pada survey awal, terus berkembang ke dalam rencana bangunan dengan informasi yang melekat berupa ketinggian lantai, potongan, dan jadwal. Estimator kemudian dapat menggunakan informasi yang ada untuk memperkirakan biaya, sementara project manager konstruksi dapat memperkirakan penjadwalan dan fase konstruksi. Penggunaan kembali informasi bangunan dapat menjadi masukan bagi analisis energi, analisis struktur, pelaporan biaya, manajemen fasilitas dan lainnya.
Pemodelan Informasi Bangunan umumnya digunakan selama perancangan, konstruksi dan operasi agar:
• Memberikan dukungan untuk proses pengambilan keputusan proyek
• Antar stakeholder memiliki pemahaman yang jelas
• Memvisualisasikan solusi desain
• Membantu dalam proses desain dan koordinasi desain
• Meningkatkan keselamatan selama konstruksi dan sepanjang siklus hidup bangunan
• Mendukung analisis biaya dan siklus hidup proyek
• Mendukung transfer data proyek ke perangkat lunak pengelolaan data selama pengoperasian
• Menekan biaya dengan jumlah anggota tim yang lebih sedikit dan meminimalisir penggunaan kertas karena interaksi secara digital.
• Kecepatan kerja lebih tinggi karena ketika suatu perubahan dilakukan dalam database secara otomatis akan terkoordinasikan dalam proyek.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 13
• Kualitas lebih tinggi karena adanya perencanaan dan pengelolaan informasi yang terkontrol sehingga membuat proses konstruksi lebih efektif dan efisien
Tabel 2. 1. Kebutuhan Informasi pada Pemodelan A. Informasi Proyek:
a. Definisi Proyek, tipologi, lokasi, koordinat b. Memodelkan kondisi eksisting
c. Analisis tapak
d. Validasi program ruang dan perangkat (equipment) B. Informasi Model:
1. Level of Development (LoD) ▪ Tahap Konseptual
▪ Tahap Skematik
▪ Tahap Pengembangan Rancangan
▪ Tahap Konstruksi
▪ Tahap Khusus
2. Pemodelan Arsitektural ▪ Model spasial dan material
▪ Visualisasi untuk komunikasi dan analisis fungsional
▪ Pengecekan standar
▪ Evaluasi strategi keberlanjutan 3. Pemodelan dan Analisis Struktural
4. Pemodelan dan Analisis MEP ▪ Analisis energi
▪ Analisis distribusi beban listrik
▪ Analisis aliran udara
▪ Analisis pencahayaan
▪ Analisis engineering lainnya 5. Quantity Take-off dan Perencanaan Biaya
6. Pemodelan Konstruksi ▪ Clash Detection/ coordination
▪ Digital fabrication
▪ Perencanaan skedul konstruksi dan urutan pekerjaan (4D)
7. Pengelolaan Fasilitas/ As-built Models
▪ COBie/ Commissioning
▪ Handover/ Commissioning System
▪ Security Assessment dan Perencanaan Tanggap Bencana
Clash Detection
Clash Detection adalah proses dimana menemukan "Clash" pada model BIM. Deteksi benturan/bentrokan (Clash Detection) mempunyai arti yang sangat penting ketika ingin
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 14 menghapus permasalahan yang ditemukan selama peninjauan. Deteksi benturan/ bentrokan bisa dibedakan menjadi tiga jenis:
1. Hard clash (Bentrokan keras)
Bentrokan keras hanya ketika dua benda menempati ruang yang sama (mis., pipa melewati dinding di mana tidak ada pembukaan).
2. Soft clash/clearance clash (Bentrokan lembut)
Bentrokan lembut mengacu pada toleransi atau ruang yang diizinkan; sebagai contoh, zona penyangga antara komponen yang tersisa untuk menyediakan ruang untuk masa depan pemeliharaan.
3. 4D/workflow clash (4D / Bentrokan alur kerja)
Bentrokan 4D / alur kerja mengacu pada bentrokan dalam penjadwalan kru kerja, pengiriman material / materialisasi pengiriman benturan, dan masalah waktu lainnya.
2.6. Langkah-langkah Pemodelan 3D, Input Data dan Pemrosesan
Model 3D (Desain 3D) merupakan perwakilan dari lebar, panjang, dan tinggi suatu benda.
Pemodelan 3D adalah prosedur pengembangan model 3 Dimensi menggunakan perangkat lunak khusus. Prosedur ini dilakukan sebagai proses untuk menciptakan sebuah model yang mewakili objek sebenarnya secara tiga dimensi. Objek yang dibuatkan modelnya bisa berupa objek hidup ataupun benda mati. Sebuah model tiga dimensi dibuat dengan menggunakan sejumlah titik dalam ruang 3D, yang dihubungkan dengan berbagai data geometris seperti garis, bidang datar, dan permukaan melengkung yang menghasilkan bentuk 3 Dimensi utuh menyerupai objek yang dijadikan model. Pemodelan 3D dapat memperlihatkan kondisi eksisting serta memvisualisasikan keluaran proyek konstruksi.
Pemodelan dibidang konstruksi yang banyak dipakai adalah aplikasi Ravit atau Tekla. Program Revit merupakan program untuk mendisain bangunan baik secara arsitektural, sipil, mekanikal, maupun elektrikal. Dalam mendisain bangunan tersebut aplikasi Revit menyusun bangunan tersebut berdasarkan elemen-elemen bangunan seperti lantai, dinding, atap, pintu, sanitasi, lampu dan lain sebagainya. Elemen-elemen bangunan inilah yang disebut sebagai family atau dalam Revit disebut sebagai Revit Family. Didalamnya Revit mempunyai fitur tersendiri untuk membuat obyek family yang hanya bisa dibuat dida;am aplikasi Revit itu sendiri.
Sedangkan aplikasi Tekla hampir sama yang antara lain yaitu terintegrasinya pemodelan, analisis, desain struktur dengan menyertakan setiap detail penting saat mengelola proses konstruksi secara keseluruhan, volume material, jenis pekerjaan sampai kegiatan scheduling (4D), dan bahkan dapat digabungkan dengan program lainnya. Aplikasi Tekla Structures ini terhubung dengan berbagai jenis sistem melewati Tekla Open API, contoh format bisa yang didukung oleh Tekla Structures adalah IFC, CIS/2, SDNF dan DSTV . Contoh dari format yang sudah jadi hak milik yang didukung oleh Tekla Structures adalah DWG, DXF, dan DGN.
Sehingga kegiatan AEC (architect, engineering, construction) dapat terintegrasi dalam satu pemodelan yang dapat diakses secara real time.
Tabel berikut mencantumkan format-format berbeda yang dapat digunakan di Tekla Structure untuk mengimpor dan mengekspor data:
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 15 Tabel 2.2. Format dalam Tekla Structure
No Format Import Export
1 aSa (.TEK) X
2 Autodesk (.dwg) X X
3 Autodesk (.dxf) X X
4 Bentley ISM X X
5 BIM Collaboration format (.bcf) X X
6 BVBS (.abs) X
7 Cadmatic models (.3dd) X
8 CIS/2 LPM5/LPM6 analytical (.stp,.p21,.step) X X 9 CIS/2 LPM5/LPM6 design (.stp,.p21,.step) X X 10 CIS/2 LPM6 manufacturing (.stp,.p21,.step) X
11 CPIxml X
12 DSTV (.nc,.stp,.mis) X
13 EJE X
14 Elematic ELiPLAN, ELiPOS (.eli) X X
15 EPC X
16 Fabsuite (.xml) X X
17 FabTrol Kiss File (.kss) X
18 FabTrol MIS Xml (.xml) X X
19 High Level Interface File (.hli) X X
20 HMS (.sot) X
21 IBB Betsy (.fa, .f, .ev) X
(sumber: Tekla Structures 2016 Detailing, April 2016)
Dalam aplikasi Tekla terdapat data-data yang akurat, rinci, dan 3D yang dapat digunakan bersama oleh kontraktor, Structural Engineers, Steel Detailers and Fabricators, Precast and Cast-in-Place Concrete Contractors, Detailers and Manufacturers, Educational Institutions, dan Application Developers.
Semua perubahan secara otomatis akan update sewaktu-waktu dan butuh dilakukan revisi.
Pemodelan yang membutuhkan waktu singkat dan kemampuan mengoperasikannya akan memberikan hasil manajemen proyek yang efisien.
Cara menginstal aplikasi TEKLA Strukture versi Edukasi (Free Version):
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang aplikasi TEKLA Struktur, sebaiknya mengetahui cara menginstal aplikasi tersebut yang versi edukasi atau student version karena setiap kali pemakaian aplikasi harus on line diawal.
Langkah-langkah menginstal aplikasi TEKLA Strukture versi Edukasi adalah sebagai berikut:
1. Masuk ke websitenya: https://campus.tekla.com 2. Klik “Register here” yang di blok kuning
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 16 3. Masuk ke Form “Create Your Account”, dan isilah data: nama, e-mail, dan password
4. Cek email yang dipakai untuk mendaftar, jika sudah ada klik linknya untuk verifikasi
5. Kemudian pada form User account confirmation klik “here”
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 17 6. Kemudian masuk pada form SIGN IN, masukan lagi email dan passwor yang ditulis tadi
7. Masuk ke form My Profile, dan isi lengkap kemudian klik “save”
8. Kemudian scrol ke bawah paling bawah pada kolom TEKLA On Line klik “Tekla Campus”
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 18 9. Kemudian Klik “Continue Learnig”
10. Kemudian pada form LESSON klik “next” terus sampai selesai
11. Setelah Klik “Continue Learning”, maka license Tekla Campus dapat didownload free dengan menggunakan Trimble ID.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 19 12. Kemudian Klik 2x file Tekla yang telah di download tadi untuk di instal di komputer/laptop
13. Pilih bahasa yang akan dipakai, hanya ada 10 bahasa dan bahasa indonesia tidak ada, jadi pilih English saja dan klik “next>”
14. Klik lagi sampai muncul form Licennse Agreement dan centang “I accept the term and condition” kemudian klik “next>”
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 20 15. Kemudian muncul form Destination Folder, kemudian klik “install” tunggu sampai selesai
16. Jika sudah selesai akan muncul form seperti dibawah ini kemidan klik “Finish”
17. Proses penginstalan sudah selesai dan pada desktop komputer atau laptop kita akan muncul icon TEKLA Structure tinggal di klik 2x untuk menjalankannya
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 21 Cara membuka program aplikasi TEKLA Strukture:
Sebelum melangkah memodelkan suatu bangunan apakah dengan struktur beton ataupun baja, ada baiknya terlebih dulu mengetahui cara membuka softwarenya.
a. Buka aplikasi yang sudah terinstal pada desktop komputer atau laptop dengan enter atau klik 2x
b. Pastikan komputer atau laptop yang dipakai sudah on line, kemudian isikan email dan password yang kita pakai untuk mendaftar tadi, kemudian klik “sign in”
c. Pilih environmentnya blank project jika belum punya paket environment, lalu klik “OK”
d. Pilih “All models” pada menu atas untuk membuka file project yang sudah disimpan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 22 e. Pilih “New” untuk memulai proyek baru, tulis nama file yang akan dipakai untuk
menyimpan data, untuk versi edukasi type single-user tidak bisa untuk multi-user model
Tahap-tahap pemodelan struktur Baja maupun Beton dalam Tekla Structures secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
A- Pemahaman Antar Muka Tekla Structures
Berikut ini adalah contoh tampilan Tekla untuk mendisain konstruksi baja, antar muka Tekla Structures dapat dilihat dibagian atas ada menu utama atau toolbars utama, di samping kiri tool bars drawing dan kanan juga ada toolbars detil sambungan.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 23 Gambar 2.3. Tampilan Aplikasi Tekla
Gambar 2.4. Toolbars Aplikasi Tekla
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 24
• Toolbars utama, di dalamnya terdapat navigasi dasar untuk mengakses berbagai modul dan fitur dalam Tekla Structures. Navigasi dalam toolbar tersebut antara lain File, Edit, View, Modelling, Analisys, Drawing & Reports, Tools, Window dan Help.
• Toolbars drawing, didalamnya terdapat bagian – bagian untuk membuat model balok dan kolom yang berhubungan dengan baja, lalu bagian – bagian untuk membuat model balok, kolom, pelat serta penulangan yang berhubungan dengan beton, lalu bagian – bagian untuk merubah bentuk model baik itu menambahkan maupun mengrangi.
• Toolbars Detail Sambungan, yang didalamnya terdpat jenis sambungan pada baja yakni baut dan las.
• Hasil drawing, merupakan bidang kerja Tekla Structures, yang merupakan tempat memodel.
Gambar 2.5 diatas terlalu kecil untuk melihat icons toolbars utama, namun seperti program- program aplikasi yang lain pada umumnya haltersebut bisa juga diambil dari menu utama, berikut gambar toolbars utama yang diperbesar :
Gambar 2.5. Icon-icon Toolbars Utama
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 25 Gambar 2.6. Toolbars drawing dan Toolbars Detail Sambungan
B- Mulai Menggambar Grid
Untuk memulai menggambar pertama-tama membuka menu file dan pilih new, kemudian tulis nama file yang akan dipakai untuk menimpan gambar yang akan kita buat.
Isian Model name diisikan nama file. Untuk Model type terdapat dua pilihan yaitu single user dan multi user. Single user digunakan hanya untuk satu pengguna dan tidak saling terhubung, sedangkan multi user dapat dikerjakan oleh beberapa user dan dikepalai oleh satu server menggunakan koneksi LAN. Pada desain yang menggunakan model multi user harus diperhatikan apabila ada dua atau lebih pengguna yang melakukan editing di titik yang sama, maka proses penyimpanan data terakhir yang akan tersimpan.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 26 Gambar 2.7. Langkah awal memulai gambar
Setelah membuat file masuk ke menu Point kemudian pilih Grid, maka akan keluar format Grid seperti pada gambar 2.7.
Pembuatan Grid pada Tekla Structures dilakukan dengan melakukan pengeditan pada grid default yang otomatis tersedia ketika sebuah model baru dibuat. Prinsip grid pada Tekla Structures menggunakan koordinat Cartesian dengan arah sumbu utama X, Y dan Z.
Pada sumbu X dan Y, jarak antar grid bersifat relative dengan memasukkan jarak antar grid sementara pada arah sumbu Z bersifat absolute dengan mengacu pada ketinggian total grid dihitung dari nol. Masing-masing grid, berkorespondensi dengan label direncanakan untuk grid tersebut.
Jadi terdapat perbedaan cara pengisian kolom kordinat di setiap sumbunya, untuk sumbu X dan Y diisi dengan menuliskan titik awal dari kordinat sumbu tersebut dan dilanjutkan jarak tiap baris yang diinginkan, sedangkan untuk sumbu Z pengisian diawali titik awal dan dilanjutkan dengan jarak kumulatifnya.
Label yang tertera dalam pengisian Grid hanyalah penamaan dari setiap grid yang kita inginkan, tidak berpengaruh dengan posisi koordinat setiap sumbu. Apabila pengisian label lebih sedikit daripada grid yang ada, maka sisa grid akan kosong disisanya, sebaliknya apabila pengisian label lebih banyak maka akan terisi sesuai grid yang ada.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 27 Gambar 2.8. Langkah membuat grid
Untuk menampilkan gambar grid yang sudah kita masukan jarak-jaraknya pilihlah menu View lalu tekan Create View dan pilih Basic View seperti terlihat pada gambar 2.9.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 28 Gambar 2.9. Menampilkan Grid
Untuk melakukan pengeditan bisa mengklik gambar grid 2x dan akan keluar format grid yang tadi kita isi pertama kali sehingga kita bisa edit lagi sesuai keinginan seperti terlihat pada gambar 2.10.
Terdapat kubus bergaris putus-putus yang berada diluar grid, kubus tersebut berfungsi sebagai garis luar area kerja.
Pada program Tekla, batasan section yang bisa di tunjukan ada sembilan section untuk semua sumbu. Untuk mengatur section mana saja yang akan di munculkan ketik grid eksis (pastikan garis merah ditepi hilang) > klik kanan > create view > along grid line..>create atau Ctrl+i.
Sebelum memulai membuat struktur, pastikan grid yang dibuat sesuai dengan grid rencana dengan mengukur jaraknya.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 29 Gambar 2.10. Mengedit Grid
Gambar 2.11. Membuat View Elevasi
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 30 Untuk menggambar Denah atau Plan dimulai mengklik gambar grid 2x dan akan keluar format View property kemudian kita edit seperti terlihat pada gambar 2.12 dan gambar 2.13. ada anak panah yang menunjukkan icon-icon untuk mengedit Denah.
Dan setiap View Property yang kita edit bisa di save secara periodik atau dengan nama file yang berbeda, sehingga kelak akan bisa ditampilkan kembali (view list) jika kita perlukan.
Aplikasi Tekla dilengkapi fasilitas penyimpanan database yang dapt diedit, ditambah, dikurangi sehingga akan membuat aplikasi ini sangat cocok dengan konsep BIM yang dapat menginformasikan berbagi jenis modeling dari bangunan mulai dari elemen-elemen nya sampai dengan model bangunan. Caranya dengan masuk ke menu File lalu masuk ke Database seperti terlihat pada gambar 2.15.
Gambar 2.12. View Property
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 31 Gambar 2.13. Icon untuk membuat Plan
Gambar 2.14. Menyimpan View
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 32 Gambar 2.15. Membuat Database
C- Pemodelan Elemen Baja
Pemodelan element baja pada Tekla Structures seperti terlihat pada (gambar 2.16) terdiri dari pemodelan berbagai komponen antara lain:
1. Column, dipergunakan untuk membuat model sebuah kolom baja 2. Steel Beam, digunakan untuk membuat element balok
3. Poly Beam, digunakan untuk membuat elemen balok dengan bengkokan 4. Curved Beam, digunakan untuk membuat elemen balok lengkung
5. Contour Plate, digunakan untuk membuat pelat dengan polygon 6. Bolts Connection, digunakan untuk membuat detail sambungan baut 7. Weld Connection, digunakan untuk membuat detail sambungan las
Gambar 2.16. Icon Bar pemodelan elemen baja
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 33 D- Pemodelan Elemen Beton
Pemodelan elemen beton pada Tekla Structures seperti terlihat pada (gambar 2.17) terdiri dari pemodelan berbagai komponen antara lain:
1. Pad Footing, untuk membuat elemen pondasi telapak 2. Strip Footing, digunakan untuk membuat pondasi lajur 3. Concrete Column, digunakan untuk membuat kolom beton 4. Concrete Beam, digunakan untuk membuat balok beton
5. Concrete Poly Beam, digunakan untuk membuat balok beton dengan bengkokan.
6. Concrete Slab, digunakan untuk membuat pelat beton
7. Concrete Panel, digunakan untuk membuat panel dinding beton 8. Reinforcing Bar, digunkan untuk membuat penulangan
9. Reinforcing Bar Group, digunakan untuk membuat satu rangkaian penulangan seperti sengkang
10. Reinforcing Mesh, digunakan untuk membuat penulangan mesh
Gambar 2.17. Icon Bar pemodelan elemen beton
Untuk analisis struktur tidak dapat dilakukan di TEKLA untuk itu biasanya menggunakan aplikasi SAP atau ETAB. Sehingga sebelum dilakukan analisis pada program analisis dan desain, sebuah model dalam Tekla Structures dapat dikerjakan beban-beban yang direncanakan bekerja pada sebuah element struktur. Untuk SAP 2000 sudah dapat diintegrasikan dengan Tekla Structure.
Detail dan tahap pengintegrasian antara Tekla Structures dengan SAP2000 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nama model yang akan dianalisa
2. Pemilihan obyek model yang akan di ekspor ke SAP2000 3. Pengaturan kombinasi beban
4. Ekspor sebagai sebuah model SAP2000
5. Membuka Aplikasi SAP2000 dan dalam SAP 2000 proses analisa dan desain dilakukan.
Pada tahap ini desain seperti acuan kode dapat ditambah dan diatur ulang. Apabila dalam proses desain ditemukan element struktur yang gagal, perubahan dapat segera dilakukan dalam SAP2000 tanpa perlu mengulang tahapan dari awal.
6. Get Result, untuk mengambil kembali struktur yang telah didesain pada SAP2000. Jika pada tahap analisis dan desain ditemukan adanya pergantian elemen, Tekla Structures akan menampilkan jendela dialog tentang adanya perubahan ini.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 34 2.7. Contoh Pemodelan
Tampak Isometri
Tampak Muka Tampak Belakang
Keterangan:
A. WF 200.100.5,5.8 B. WF 200.100.5,5.8 C. PLATE 15 MM D. WF 200.100.5,5.8 E. HB 100.100.6.8 F. HB 100.100.6.8 G. HB 100.100.6.8 H. HB 100.100.6.8 I. UNP 100.50.6
Tampak Samping
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 35 1. BUATLAH FILE BARU
1. Buka program TEKLA XSTEEL
2. Click File > New, Pilih folder yang diinginkan, tulis nama file 3. Click OK
2. BUATLAH GRID-NYA 1. Click Points > Grid
2. Masukan jarak nilai x,y,z sesuai jarak pada gambar X → 0 6000 3000 (sesuai jarak arah x)
Y → 0 6000 6000 (sesuai jarak arah y)
Z → 0 3000 4000 5000 6500(jarak komulatif arah z) 3. Click Create > OK
4. Click View > Create View > Basic View 5. Click Create → muncul gambar grid 6. Click cancel
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 36 3. CEK LIBRARY
1. Click File > Database > Profile > Modify
2. Cek dimensi profile, apakah sudah sama dengan profil yang akan digambar 3. Bila belum ada, bikin profile baru yang sesuai dengan gambar
Profile gambar Profile Tekla Profile gambar Profile Tekla WF 200.100.5,5.8 H 200*100*5.5*8 WF 200.100.5,5.8 H 200*100*5.5*8 HB 100.100.6.8 H 100*100*6*8 HB 100.100.6.8 H 100*100*6*8 UNP 100.50.6 [ 100*50*5*7.5 UNP 100.50.6 [ 100*50*5*7.5
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 37 4. MENGEDIT VIEW PROPERTIES
1. Click View > Create View > Basic view 2. Double click kanan diluar grid view yang baru 3. Ganti properties yang ada
4. Click Modify > OK 5. Click
6. Pilih 2 titik di plan 1
7. Muncul view baru (Plan 1), Double click kanan diluar grid 8. Ganti properties yang ada
9. Click modify > OK
5. STRUKTUR UTAMA 1. Double click create column
2. Edit properties kolom sesuai gambar rencana (profile dan material)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 38 3. Select position > level, bottom: 0, top: 5000
4. Click Apply > OK
5. Click , click titik posisi kolom di Plan 1 6. Double click kolom, edit position
7. Double click create beam
8. Edit properties sesuai gambar rencana (profile dan material) 9. Click Apply > OK
10. Bikin titik bantuan ditengah A dan B pada Elevasi +6.5
11. Click ,click titik di plan A&+6.5 trus pilih Titik kedua di plan B&+6.5
12. Click , hubungkan titik di plan A +5.0 dengan Titik yang baru, begitu juga untuk sebelahnya
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 39 6. DETAILING
6.1 Base plate 1. Pilih view EL. 0
2. Bikin titik-titik bantu untuk pembikinan base plate sesuai dimensi rencana.
3. Double Click , ubah menjadi PLT15 & material SS400 4. Click , hubungan ke-4 titik terluar membentuk polygon
5. Double click plate pada gbr, edit properties position At depth dirubah dari middle menjadi behind
6. Bikin titik bantu untuk posisi baud (kanan & kiri)
7. Double click , ubah diameter menjadi 16, Isi Dx start point: 32 dan bolt dist: 2*60 8. Click , select part yg akan dibaud,click scroll,click titik awal dan akhir
9. Untuk mengedit baud (jarak & diameter),double click baud yang ada di gambar 10. Untuk membuat plat sirip, tentukan titik-titk terluar dari plat sirip tersebut.
11. Untuk memudahkan penentuan titik gunakan view PLAN A, bila belum ada buat dulu view tersebut dengan click kemudian click titik A-1 ke titik A-3
12. Tentukan titik-titik terluar plat sirip.
13. Double Click , ubah menjadi PLT8 & material SS400 14. Click , hubungan ke-4 titik terluar membentuk polygon
15. Double click pada corner plat, pilih sudut tumpul dengan jarak 10
16. Click modify > OK
17. Select object, click kiri > copy > mirror
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 40 18. Select titik garis mirror > OK
19. Untuk melihat penempatan plat sirip, Lihat pada view EL 0
20. Pindahkan posisi plat sirip dngan click kiri > move > translate > pilih titik awal kemudian titik akhir atau isi jarak pindah > Move
21. Untuk memperbanyak plat sirip gunakan fasilitas copy
22. Pilih object > Click kiri > Copy > translate > isi jarak atau pilih titk awal dan titik akhir > isi jumlah copy (1) > copy
23. Click > select part Yang akan dilas >select Part tempat las
24. Select semua part BP (plat sirip,plate,baud) > Copy > translate > jarak Ke kolom berikutnya (6000) > copy
6.2 Sambungan Kolom dg Balok
1. Pilih view PLAN 1, kemudian zoom pada bagian sambungan kolom dengan balok 2. Pertinggi kolom dg men-doble click kolom > position > level top: 5050 (+ 50) 3. Untuk bikin voute,tentukan titik bantu pada kolom
4. Doble click , edit profile dan material, kemudian hubungkan ke-2 titik
5. Click , pilih part yg akan Dipotong, pilih 2 titik batas Pemotongan, pilih part yang dibuang 6. Pemotongan dilakukan juga untuk part voute
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 41 7. Untuk bikin plat simpul pilih view PLAN A, double click > ubah menjadi PLT8 dan
SS400 > click ke-4 titik terluar
8. Bikin titik bantu untuk penempatan baud
9. Doble click , ubah diameter menjadi 16,start point 42, Bolt dist 6*70 > pilih plat dan wf yang akan dibaud > click Scroll tengah > click titik awal dan akhir
10. Edit posisi baud dengan mendoble click baud pada gambar pada bolt properties isi At depth middle : 100
11. Pilih view PLAN A > bikin titik bantu ditengah plan A & B
12. Bikin construction line di tengah plan A & B sebagai garis acuan untuk mirror copy 13. Pilih part, voute dan wf beam > click kiri select copy > mirror > click titik awal dan akhir
pada construction line ditengah plan A & B > copy
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 42 6.3 Sambungan Balok
1. Pilih view PLAN 1, zoom pada bagian sambungan balok ditengah plan A & B 2. Bikin titik bantu arah vertical dan horizontal (190 dan 300)
3. Doble Click > edit properties sesuaikan dengan beam > Click titik awal dan akhir di kanan dan kiri beam
4. Click > pilih part yang akan dipotong > Click titik 1&2 untuk batas pemotongan > Pilih part yang akan dibuang
5. Lakukan pemotongan utk semua part
6. Untuk bikin plat simpul bikin view tepat pada Posisi plat simpul, pilih view EL 0 kemudian click > click titik 1&2 pada tengah plan A&B, view tersebut diberi nama PLAN A1 7. Pada PLAN A1 click > click titik terluar (4 titik)
8. Double click untuk mengedit properties plat 9. Copy plat tersebut sehingga kedua plat bertumpuk 10. Pilih view PLAN A1, bikin titik bantu pd plat utk baud
11. Double click ganti Ø menjadi 16, start point 35, Bolt dist 5*70 > Apply OK > pilih plat simpul 1&2 > Click scroll tengah > click titik 1&2
12. Lakukan untuk baud sebelahnya.
6.4 Copy Part 1. Pilih view 3D
2. Select semua part yang ada
3. Click kiri > copy > translate > isi jarak Y 6000 dan jumlah 2 > copy
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 43 4. Lakukan semua step diatas untuk wf yang kecil
5. Bikin 1 dulu kemudian copy ke plan lainnya 7. GAMBAR DESIGN
1. Click Properties > Project > isi parameter sesuai dengan data project 2. Click Tools > Numbering > Full > OK
3. Click drawing > General arrangement
4. Click drawing > List > Double click list gambar yang ada
5. Click > click view 3D, untuk view isometric 6. Click > click view PLAN 1, untuk tampak depan 7. Click > click view PLAN A, untuk tampak samping
8. Edit properties masing-masing gambar dengan mendouble clik gambar
9. Untuk mengatur penempatan gambar, clik kiri diiluar gambar > pilih place view
10. Gambar design dapat pula ditambahkan dimensi, garis, atau keterangan lain, dengan men- click toolbars yang ada di kanan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 44 8. GAMBAR KERJA
1. Click properties > single part drawing
2. Edit properties yang diinginkan, seperti layout, part, part mark , dll
3. Click Layout > pilih layout assembly > pilih specified size > ganti drawing size dengan A4 (410 x 287) > pilih table layout assembly_a3
4. Select semua part yang ada
5. Click Drawing > Single part drawing 6. Click Drawing > Drawing List
7. Double click part yang akan dilihat dan diedit
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 45
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 46 9. REPORT
1. Click File > Report
2. Untuk melihat list semua part dan total berat → select part_list > Create from all 3. Untuk melihat hasilnya click show
4. Untuk melihat list semua baud dan dimensi → select bolt_list > Create from all 5. Untuk melihat hasilnya click show
2.8. SIMULASI PEMODELAN 3D SECARA BERKELOMPOK
2.8.1. Persiapan Simulasi Pemodelan 3D
a) Peserta diminta mempersiapkan diri dengan mempelajari kembali materi pada BAB II mengenai Pemodelan 3D yang telah dibahas sebelumnya.
b) Selanjutnya, Instruktur akan menyampaikan contoh suatu proyek BIM yang menggunakan pemodelan 3D
2.8.2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 3D
a) Peserta akan dibagi ke dalam 4 kelompok yang mana kelompok I adalah bidang SDA, kelompok II bidang Jalan dan Jembatan, Kelompok III bidang Ke Cipta Karya an, dan Kelompok IV bidang Perumahan. Apabila pembagian kelompok seperti ini tidak dimungkinkan maka dapat dibagi