• Tidak ada hasil yang ditemukan

penafsiran ayat-ayat sufistik (perspektif tafsir ibnu arabi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "penafsiran ayat-ayat sufistik (perspektif tafsir ibnu arabi)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

Untuk mendalami ilmu Al-Quran agar kefahamannya maksimum, serius dan mendalam, ilmu Tafsir itu perlu. Dalam konteks pengajian al-Quran yang mulia ini, usaha yang sukar diperlukan. Orang yang ingin bahagia dunia dan akhirat hendaklah memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran.

Karena fungsinya yang sangat strategis, maka Al-Qur’an harus dipahami secara tepat dan benar. Metode ini kemudian dikenal dengan metode penafsiran Al-Qur’an yang disebut dengan metode riwayah. Ibnu Arabi dianggap sebagai penafsir sufi Nadzary yang mendasarkan teori tasawufnya pada Al-Quran.

Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, tafsir sufi ini sangat kuat dipengaruhi oleh disiplin ilmu tasawuf. Pembagian selanjutnya adalah tafsir sufi Isyari yang diartikan sebagai: “penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang berbeda-beda yang mempunyai makna yang berbeda-beda.

PENDAHULUAN

  • Fokus Peneletian
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian
  • Definisi Istilah
  • Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembaca memahami isi penelitian ini dan agar artikel lebih terstruktur, penulis menyusun sistematika penulisan dalam lima bab dengan sub-sub bab pada setiap babnya, sebagai berikut. Bab ini akan berisi gagasan tentang konsep tasawuf dalam pemikiran tafsir Ibnu Arabi, biografi Ibnu Arabi, karya-karya Ibnu Arabi, ayat-ayat Alquran yang menjelaskan teologi tasawuf dari sudut pandang Ibnu Arabi. Bab ini berisi kesimpulan pembahasan penelitian ini dan jawaban rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, serta memuat saran-saran.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Kajian Teori

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Pendekatan deskriptif kualitatif yang ciri-cirinya adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan ayat-ayat tasawuf dari sudut pandang penafsiran Ibnu Arabi. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari buku, jurnal, dokumen, catatan dan lain-lain.

Intrumen Penelitian

Analisis Data

Hubermen menyatakan dalam buku Sugiyono bahwa kegiatan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus hingga selesai, sehingga datanya jenuh. Dengan demikian, data yang terbatas akan memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data lebih lanjut dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa berbagai uraian singkat, grafik, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Metode yang paling umum digunakan untuk menyajikan data penelitian kualitatif adalah teks parametrik. Miles dan Hubermen juga menyatakan “saat menampilkan data, selain teks naratif, data juga bisa dalam bentuk grafik matriks, jaringan”. Analisis isi secara sederhana diartikan sebagai metode pengumpulan dan analisis isi suatu “teks”.

Teks dapat berupa kata-kata, makna, gambar, simbol, ide, tema dan berbagai macam pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis ini berupaya memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkapkan makna yang kadang-kadang ada dalam teks dan memperoleh pemahaman tentang pesan yang diwakili.43. Analisis isi adalah teknik yang membuat kesimpulan yang dapat direplikasi dan valid dari data dengan mempertimbangkan konteks.

Menurut Webwr, analisis isi adalah metode penelitian yang menggunakan serangkaian prosedur untuk menarik kesimpulan yang valid dari pernyataan atau dokumen. Hal serupa juga terjadi pada Holsi yang mendefinisikan analisis isi sebagai segala teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui upaya menemukan ciri-ciri pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis. Eco (Content Analysis Method Prospects) dalam penelitian media arsitektur (http://..content analysis) berfokus pada bagaimana peneliti secara kualitatif memandang konsistensi isi komunikasi, bagaimana peneliti menafsirkan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, dan menafsirkan isi interaksi simbolik yang ada. terjadi dalam komunikasi.44.

Analisis konten dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik itu surat kabar, berita radio, iklan TV, atau materi dokumenter lainnya.

Teknik Pemeriksaan Pengabsahan Data

Keabsahan atau keabsahan data adalah kenyataan data yang diperoleh peneliti dengan data yang terjadi, sehingga data penelitian dapat disajikan dan dihitung.46.

Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Interpretasi data adalah memahami dan kemudian menafsirkan data yang telah dikumpulkan, diseleksi, dan diklasifikasi.

Teknik Analisis Data

Syeikh Mukhyid Muhhamad Ibn Ali, yang biasa dikenali sebagai Ibnu Arabi (atau Ibnu Arabi, khususnya di Timur), adapun dua gelaran yang paling terkenal diberikan kepada Ibnu Arabbi ialah Muhyi Al-Din (yang menghidupkan agama) dan al-Syaikh al- Akbar (Pengarah). Kemudian pada tahun 589/1202 H Ibnu Arabi berada di Mesir bersama murid dan pembantunya Abdullah al-Habashi. Karya Ibn Arabi yang terpenting ialah: al-Futuhat al-Makkiyah dan Fusus al-Hikam.

Adapun karya Ibn Arabi yang dituduh sebagai ungkapan cinta berahi iaitu Tarjuman al-Aswaq. Menurut Hamka, Ibnu Arabi boleh digelar sebagai orang yang mencapai kemuncak wahdat al-wujud. Ibn Arabi adalah seorang sufi, tetapi kerana mengajar doktrin wahdat al-wujud termasuk ahli sufi, dia mendapat kritikan pedas daripada ulama ortodoks.

Menurut Ibn Arabi, kewujudan semua yang wujud hanyalah satu kewujudan ciptaan, sesungguhnya kewujudan ciptaan. Namun kenyataan Ibn Arabi juga menggunakan perkataan kewujudan, yang hanya milik Tuhan yang dipinjamkan. Perlu difahami bahawa pemahaman Ibn Arabi tidak menyamakan segala sesuatu yang kelihatan bukan Tuhan dengan Tuhan.

Doktrin wahdat al-wujud Ibn Arabi bersifat monorealistik, iaitu menekankan kesatuan yang wujud dan wujud. Dalam tafsiran ayat al-Quran, Ibnu Arabi meletakkan makna zahir dan batin. Ibnu Arabi mentafsirkan ayat-ayat al-Quran menggunakan kaedah isyari atau ta'wil, yang sesuai dengan profilnya sebagai seorang sufi yang mengutamakan dzauq atau perasaan daripada akal.

Al-Din Muhammad, Abu Bakr Muhyi, “Bik Fan Tafsir Ibn Arabi” (Rumah Buku Bahasa Dokki Rajnal: edisi 1863).

PEMBAHASAN

Karya-karya Ibnu Arabi

Namun menurut Brokcleman, ada sekitar 150 karya Ibnu Arabi yang hanya berasal dari katalog Perpustakaan Mesir di Kairo, dan sekitar 90 karyanya yang tersisa masih ada. Ibnu Arabi menulis lebih dari 500 buku, termasuk Fusus dan Futuhat yang sangat terkenal, namun Sya'rani mengurangi jumlah yang disebutkan Jami menjadi 100. Karya yang terdiri dari 560 bab ini berisi uraian tentang prinsip-prinsip metafisika, berbagai ilmu agama dan juga tentang Pengalaman spiritual Ibnu Arabi sendiri.

Walaupun kitab Futuhat al-Hikam agak pendek, ia adalah karya Ibnu Arabi yang paling banyak dibaca, paling banyak disyarahkan, kerana ia adalah yang paling sukar, paling berpengaruh, dan paling terkenal. Menurut pengakuan Ibnu Arabi, beliau menerima karya ini daripada Nabi Muhammad SAW, yang menyuruh baginda menyebarkannya kepada manusia agar mereka mendapat manfaat daripadanya. Ketiga-tiga karya ini telah disunting, diberi pengenalan dan terjemahan pendek ke dalam bahasa Jerman oleh H.S Nyberg.

Karya Ibnu Arabi lainnya yang tidak boleh dilupakan adalah Ruh al-Quds yang disusunnya di Mekkah pada tahun 600/1203. Bagian biografi karya ini diterjemahkan oleh M. Asin Palacios ke dalam bahasa Spanyol dengan judul Vidas de Santones Andaluces. Menurut A.E.Afiffi, Filsafat Mistik Ibnu Arabi yang diterjemahkan dari Filsafat Mistik Muhyid Ibnu Arabi karya Sjahrir Mawi dan Nandi Rahman menyatakan bahwa sebagian besar bukunya ditulis di Timur, khususnya di Mekkah dan Damaskus.

Oleh sebab itu, Ibnu Arabi digelar sebagai pendiri Wahdat al-Wujud, walaupun kata Wahdat al-Wujud tidak terdapat dalam tulisannya, namun tulisannya banyak mengandung ungkapan yang mengandung makna tersebut, seperti kitab Al-Futhuhat Makkiyah (a. karya ensiklopedia hebat tentang tasawuf) dan Fusush al-Hikam. Doktrin Wahdat al-Wuxud Ibn Arabi adalah lanjutan daripada fahaman Abu Yazid al-Bistham tentang ittihad dan hulul yang merupakan pegangan al-Hallaj. Ibn Arabi adalah seorang sufi, tetapi kerana dia masih muda dia mengajar doktrin wahdat al-wujud, termasuk seorang sufi yang mendapat kritikan yang sangat pedas daripada ulama ortodoks.

Sejak masa mudanya, Ibnu Arabi telah dikencani dan dijadikan musuh, serta nyawanya terancam, namun sufi ini berhasil menarik simpati banyak orang dan beberapa penguasa, sehingga ia terhindar dari pembunuhan.

Konsep Tasawuf Falsafi Menurut Ibnu Arabi

Ibn Arabi mengemukakan teori tajali, yang bermaksud mendedahkan diri atau membuka diri, supaya Tuhan diumpamakan sebagai cermin, sehingga bayangan Tuhan itu diciptakan oleh dirinya sendiri. Sebagaimana doktrinnya dalam kitab Futuhat Al-Makkiyah dan Fushus Al-Hikmah, dzat Ilahi bagi Ibnu Arabi adalah segala yang ada, yang dapat dilihat dari dua aspek: (1) sebagai zat yang murni, sederhana dan tanpa sifat (sifat). , dan (2) sebagai zat yang dikurniakan harta. Selanjutnya, Ibn Arabi menjelaskan hubungan antara Tuhan dan alam, menurutnya ia adalah bayangan Tuhan atau bayangan wujud yang nyata dan alam tidak mempunyai wujud yang nyata.

Ibnu Arabi termasuk orang yang gemar membicarakan banyak pandangan dualistik tersebut, begitu pula Al-Ghozali. Sayyid Nasr berpendapat bahwa seluruh karya Ibnu Arabi merupakan penjelasan yang sangat lengkap tentang apa yang dipahami para sufi terdahulu. Pernyataan Ibnu Arabi sangat mempengaruhi penafsirannya, sebagai tafsir sufi, yang tentunya tidak mengecualikan dualitas ini, yaitu makna (zahir dan batin).

Ibnu Arabi menyatakan bahwa dalam ayat ini Allah berfirman kepada umat Islam agar manusia beribadah kepada Allah agar dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Ibnu Arabi dalam tafsir ayat ini menegaskan bahwa Allah memancar (bertajalli) dalam wujud yang berbeda-beda di alam semesta ini, dari segala penjuru dan segala benda. Kedua tafsir di atas merupakan contoh tafsir spiritual, yaitu tafsir menurut konsepsi ketuhanan Ibnu Arabi, yang tidak bermasalah, karena Ibnu Arabi sendiri.

Analisis Teori Heremeneutika Fazlur Rahman Terhadap Tafsir Ayat Al-Qur'an. Namun, tidak mutlak perlu menjadikan bahasa sebagai tujuan utama dalam menafsirkan Al-Qur’an. Nasaiy Aziz “Melalui Gerakan Ganda Fazlur Rahman dan Sintesis Menuju Pengabadian Al-Qur'an” (SEARFIQH: Banda Aceh, 2017), 91.

الشعبيون، محمد علي، «قرآن العمال الصالحين» (مكة: دار الكتب الإسلامية، 2003).

Penafsiran Ayat-ayat Sufistik Perspektif Tafsir Ibnu Arabi

Analisis teori Heremeneutika Fazlur Rahman terhadap penafsiran ayat-

PENUTUP

Saran

Hasbi Ash Shidqia, Tengku Muhammad “Ilmu-ilmu Al-Qur’an: Ilmu-ilmu yang Paling Penting dalam Menafsirkan Al-Qur’an” (Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2002).

Referensi

Dokumen terkait

Sufistik Tafsir Shaikh ‘Abd. Dalam kajiannya Aik mencoba menganlisis penafsiran al-Jilani dengan menggunakan pendekatan hermeneutika Eric Donald Hirsch Jr. Tentang teori

Ibnu Katsir menjelaskan pada ayat tersebut tentang apa saja yang bisa didapatkan oleh kaum muslim ketika melakukan jihad walaupun pada awalnya berat terasa untuk

Tafsir Ibnu Katsir Q.S Luqman ayat 12-19 , Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Q.S Luqman ayat 12-19 dan

Berdasarkan uraian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa belum ada penelitian yang membahas secara khusus tentang tafsir al-Zamakhsyari mengenai penafsiran ayat yang

Membandingkan suatu tafsir dengan tafsir lainnya mengenai sejumlah ayat al- Qur’an yang memuat kata israf, serta menafsirkannya dengan penafsiran Ibnu Katsir dan

Berdasarkan penelitian tentang penafsiran ayat menggunakan pendekatan sains moderen dalam studi analisa terhadap kitab Tafsir Ilmi Kemenag ada beberapa hal yang

Namun, diantara para ulama tafsir Indonesia yang juga ahli dalam bidang ilmu tasawuf, tidak satupun dari mereka yang menulis kitab tafsirnya menggunakan corak sufistik dalam

Sebagian besar tokoh sufistik di Indonesia yang disebutkan di atas, menggunakan penafsiran tafsir sufi nadzari, karena banyak di pengaruhi oleh paham wihdah al-wujud yang