• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penafsiran QS. Al-Baqarah Ayat 102-103 dan Konteks Historisnya

N/A
N/A
Alya 2304

Academic year: 2025

Membagikan "Penafsiran QS. Al-Baqarah Ayat 102-103 dan Konteks Historisnya"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENAFSIRAN QS. Al-Baqarah: 102-103

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Ahkam II Prodi Hukum Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu:

Drs. H. Sofyan Karim, Lc, M.A

Disusun Oleh:

Dina Alya Rahma (2302050008)

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM ASAHAN-KISARAN

2025

(2)

1 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...1

BAB I PENDAHULUAN...2

1.1 Latar Belakang...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1 Pengenalan Terhadap QS. Al-Baqarah...3

2.2 Tafsir QS. Al-Baqarah: 102-103...3

2.3 Tafsir Ahkam QS. Al-Baqarah: 102-103...5

2.4 Asbabun Nuzul QS. Al-Baqarah...6

BAB III PENUTUP...7

3.1 Kesimpulan...7

DAFTAR PUSTAKA...8

(3)

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk spiritual, tetapi juga sebagai pedoman hidup yang menyeluruh, termasuk dalam membimbing umat agar tidak terjerumus ke dalam praktik-praktik yang bertentangan dengan tauhid. Salah satu praktik yang secara tegas dikritik dan dilarang dalam Al-Qur’an adalah sihir (رحطنا), yang dalam sejarahnya pernah menjadi bagian dari penyimpangan umat terdahulu, khususnya Bani Israil.

QS Al-Baqarah ayat 102–103 merupakan bagian penting dalam membahas fenomena sihir, serta bagaimana sebagian manusia tergoda untuk mengikuti jalan yang menyesatkan demi meraih kekuasaan atau pengaruh. Ayat-ayat ini menyajikan kisah tentang kaum Bani Israil yang meninggalkan ajaran Allah dan memilih untuk mempelajari sihir dari setan-setan serta dari dua malaikat, Harut dan Marut, di Babilonia. Padahal, ilmu tersebut tidak diberikan untuk disalahgunakan, melainkan sebagai ujian bagi keimanan manusia.

Fenomena penyimpangan akidah seperti ini tidak hanya terjadi di masa lampau, tetapi juga masih relevan hingga hari ini, di mana sebagian orang masih tertarik pada praktik-praktik mistik, perdukunan, dan ilmu gaib yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, memahami pesan yang terkandung dalam QS Al-Baqarah ayat 102–103 menjadi sangat penting, tidak hanya sebagai pelajaran sejarah, tetapi juga sebagai peringatan agar umat Islam tetap berada dalam jalur tauhid yang lurus dan tidak terjerumus ke dalam kekufuran.

(4)

3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengenalan Terhadap QS. Al-Baqarah; 102-103

Surah Al-Baqarah ayat 102-103 merupakan bagian dari surat terpanjang dalam Al-Qur’an, yakni Surah Al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat. Kedua ayat ini mengandung pelajaran penting terkait keimanan, sihir, dan bahaya penyimpangan dari petunjuk Allah.

Ayat 102, menjelaskan tentang peristiwa di mana sekelompok Bani Israil menukar ajaran Allah dengan sihir. Dikisahkan bahwa mereka mengikuti ajaran sihir yang diajarkan oleh setan-setan di masa kerajaan Sulaiman, dan juga sihir yang dibawa oleh dua malaikat, Harut dan Marut, di Babilonia sebagai ujian. Allah menegaskan bahwa Nabi Sulaiman tidak melakukan kekafiran,

melainkan setan-setanlah yang mengajarkan sihir dan kekafiran kepada manusia. Sihir yang diajarkan itu digunakan untuk merusak hubungan antar manusia, termasuk antara suami dan istri, yang

menunjukkan betapa destruktifnya ilmu tersebut.

Ayat 103, melanjutkan peringatan tersebut dengan menegaskan bahwa seandainya mereka (Bani Israil atau siapa pun yang mengikuti jalan yang sama) beriman dan bertakwa, maka pahala dari Allah jauh lebih baik daripada ilmu sihir yang mereka pelajari. Ayat ini menunjukkan pentingnya keimanan dan ketaqwaan sebagai jalan yang benar dan selamat, dibanding mengejar kekuatan supranatural yang justru bisa menjerumuskan pada kekufuran dan kesesatan.

2.2 Tafsir QS. Al-Baqarah:102-103 A. Tafsir Ayat dan Terjemahan

Ayat (102):

نا اىُهْتَت بَي ا ْىُعَبَّتا َو َشبَُّنا ٌَ ْىًُِّهَعُي ا ْو ُرَفَك ٍَْيِطٰيَّشنا ٍَِّكٰن َو ٍُ ًْٰيَهُض َرَفَك بَي َو ٍََۚ ًْٰيَهُض ِكْهُي ىٰهَع ٍُْيِطٰيَّش

َٓل ْىُمَي ىّٰتَح ٍدَحَا ٍِْي ٍِ ًِّٰهَعُي بَي َو ََۗث ْو ُربَي َو َث ْو ُربَه َمِببَبِب ٍِْيَكَهًَْنا ىَهَع َل ِسَُْا ٓبَي َو َرْحِّطنا

ََ بًَََِّا ٌتَُْتِف ٍُْح

ٖهِب ٍَْي ِّرۤبَضِب ْىُه بَي َو َٖۗه ِج ْو َز َو ِء ْرًَْنا ٍَْيَب ٖهِب ٌَ ْىُل ِّرَفُي بَي بًَُهُِْي ٌَ ْىًَُّهَعَتَيَف َْۗرُفْكَت َلََف َِۗ ّٰاللّ ٌِْذِبِب َّلِا ٍدَحَا ٍِْي

ًٍََِن ا ْىًُِهَع ْدَمَن َو َْۗىُهُعَفَُْي َل َو ْىُه ُّرُضَي بَي ٌَ ْىًَُّهَعَتَي َو َصْئِبَن َو ٍَۗق َلََخ ٍِْي ِة َر ِخٰ ْلا ىِف ٗهَن بَي ُهى ٰرَتْشا

ٌَ ْىًَُهْعَي ا ْىَُبَك ْىَن َْۗىُهَطُفََْا ٓ ٖهِب ا ْو َرَشبَي

Terjemahan:

“Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman.

Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu) oleh sebab itu janganlah kufur!” Maka, mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat)

memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar

(5)

4

sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya)”.

 Ayat (103):

ٌَ ْىًَُهْعَي ا ْىَُبَك ْىَن ٌَۗرْيَخ ِ ّٰاللّ ِدُِْع ٍِّْي ٌتَب ْىُثًََن ا ْىَمَّتا َو ا ْىَُُيٰا ْىُهَََّا ْىَن َو

Terjemahan:

“Seandainya mereka benar-benar beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik, seandainya mereka mengetahui(-nya)”.1

B. Terjemahan Ayat Perkata

No Terjemahan Ayat

102 Dan mereka mengikuti Apa membaca

Syaitan Atas kerajaan Sulaiman Dan tidak kafir Sulaiman Akan tetapi Syaitan Kafir/ ingkar

Mereka mengajarkan Manusia

Sihir Dan apa Diturunkan Atas

Dua Malaikat Di Negeri Babil Harut dan Marut Dan tidak

Keduanya mengajarkan Dari

Seseorang

Hingga keduanya berkata Sesungguhnya

Kami beri cobaan Maka janganlah Kamu kafir

Maka mereka mempelajari Dari keduanya apa yang Mereka membedakan Dengannya antara Seorang laki-laki

ا ْىُعَبَّتا َو اىُهْتَت بَي ٍُْيِطٰيَّشنا ِكْهُي ىٰهَع ٍُ ًْٰيَهُض رَفَك بَي َو ٍُ ًْٰيَهُض ٍَِّكٰن َو ٍُْيِطٰيَّشنا ا ْو ُرَفَك ٌَ ْىًُِّهَعُي َشبَُّنا رْحِّطنا ٓبَي َو ل ِسَُْا ٰمَع ٍِْيَكَهًَْن ٱ َمِببَبِب َثو ُرٰـَه َثو ُرٰـَي َو

َي َو ب ٌِبًَِّهَعُي ٍْ ِي ٍدَحَأ ٰىَّتَح َٓلىُمَي

ًَََِّإ ب

ٍ ْحََ

ٌُُتَُْتِف َلََف ْرُفْكَت ٌَىًَُّهَعَتَيَف َىُهُِْي بَي ا

ٌَىُل ِّرَفُي هِب ٍَْيَب ۦ

ِء ْرًَْن ٱ

1 QS. Al-Baqarah (2): 102-103

(6)

5 Dan istrinya

Dan tidak mereka

Orang yang memberi mudharat Dengannya dari

Seorang pun kecuali Dengan izin Allah Mereka mempelajari Membahayakan mereka Memberi manfaat bagi mereka Dan sungguh mereka telah mengetahui

Siapa yang membeli (sihir itu) Tidak baginya di

Akhirat

Dari bagian (pahala) Dan sungguh buruk Mereka jual

Diri mereka sendiri Mengetahui

ِه ِج ْو َز َو ۦ

َو َو

ًُه ب ٍَي ِّربَضِب

هِب ُِ ٍِْي ۦ

دَحَأ ٍَّلِإ

ٌْذِإِب َِّللّٱ ٌَىًَُّهَعَتَي َو

ْىُه ُّرُضَي ْىُهُعَفَُي دَمَن َو ْاىًُِهَع

ًٍََن ِهٰى َرَتْشٱ

َو ُهَن ىِفۥ ب ِة َر ِخاَءْل ٱ ٍكٰـَهَخ ٍ ِي َصْئِبَن َو ا ْو َرَش ْىُهَطُفََأ ٌَىًَُهْعَي 103 Dan sekiranya mereka

Beriman dan bertaqwa (pasti) pahala dari Sisi Allah

Lebih baik sekiranya Mereka mengetahui

ىَن َو ْىُهَََّأ

ىَُُياَء َوٱ ىَمَّت ا

تَبىُثًََن ٍْ ِّي

دُِع َِّللّٱ

ٌرْيَخ ْىَّن

ىَُبَك

ََىًَُهْعَي ب

2.3 Tafsir Ahkam QS. Al-Baqarah: 102-103

 Ayat (102):

Menurut Ibnu Katsir dan Imam al-Suyuthi

Ayat ini menjelaskan bahwa setelah wafatnya Nabi Sulaiman, sebagian orang

menganggapnya sebagai seorang tukang sihir karena mereka menemukan catatan-catatan yang mereka anggap sebagai ilmu sihir di bawah singgasana beliau. Padahal, Nabi Sulaiman tidak pernah mengamalkan sihir, yang mengamalkan adalah setan-setan yang mengajarkan sihir kepada manusia. Mereka juga mengajarkan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babilonia, yaitu Harut dan Marut.

Kedua malaikat tersebut tidak mengajarkan sihir kepada seseorang sebelum memperingatkan bahwa mereka hanyalah ujian dari Allah, dan agar tidak kafir. Namun, manusia tetap mempelajari sihir dari mereka, yang dapat memisahkan antara suami dan istri.

Mereka tidak dapat memberikan mudarat kepada seseorang kecuali dengan izin Allah.2 Mereka mempelajari sesuatu yang dapat mencelakakan dan tidak memberi manfaat. Mereka telah mengetahui bahwa barang siapa yang menggunakan sihir tersebut tidak akan

2 Ahmad Mushthafa Al- Maraghi, Terjemah Al-Maraghi, (Semarang: CV. Toba Putra, 1992), h.327-328

(7)

6

memperoleh bagian di akhirat, dan sangat buruklah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui.

 Hukum:

Haram: Menggunakan atau mempelajari sihir adalah haram karena dapat merusak akidah dan mendatangkan mudarat.

Kufur: Menggunakan sihir dapat mengarah pada kekufuran, terutama jika meyakini bahwa sihir dapat memberikan manfaat tanpa izin Allah.

Ancaman berat: Bagi pelaku sihir, terdapat ancaman berat di akhirat karena perbuatan tersebut termasuk dosa besar.

 Ayat (103):

Menurut Al-Qurtubi:

Ayat ini menyatakan bahwa jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari sisi Allah pasti lebih baik daripada sihir yang mereka pelajari. Jika mereka mengetahui hal ini, mereka pasti akan memilih jalan yang benar.

 Hukum:

Anjuran untuk beriman dan bertakwa: Beriman kepada Allah dan bertakwa adalah jalan yang benar dan membawa pahala yang lebih baik di dunia dan akhirat.

Peringatan: Menggunakan sihir sebagai jalan hidup adalah kesalahan besar yang harus dihindari.3

2.4 Asbabun Nuzul QS. Al-Baqarah: 102-103

Setelah wafatnya Nabi Sulaiman, sebagian orang menganggapnya sebagai seorang tukang sihir karena mereka menemukan catatan-catatan yang mereka anggap sebagai ilmu sihir di bawah singgasana beliau. Padahal, Nabi Sulaiman tidak pernah mengamalkan sihir;

yang mengamalkan adalah setan-setan yang mengajarkan sihir kepada manusia. Mereka juga mengajarkan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babilonia, yaitu Harut dan Marut.

Kedua malaikat tersebut tidak mengajarkan sihir kepada seseorang sebelum memperingatkan bahwa mereka hanyalah ujian dari Allah, dan agar tidak kafir.4 Namun, manusia tetap

mempelajari sihir dari mereka, yang dapat memisahkan antara suami dan istri. Mereka tidak dapat memberikan mudarat kepada seseorang kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang dapat mencelakakan dan tidak memberi manfaat

3 Abu Anwar, Ulumul Qur’an, (AMZAH, 2002), h.35

4 Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, M.D. Asbabun Nuzul, latar belakang historis turunnya ayat-ayat al-Qur’an,

(Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000), h.27

(8)

7 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Surah Al-Baqarah ayat 102–103 adalah bahwa sihir adalah perbuatan yang

diharamkan dan berbahaya, serta dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam kekufuran. Nabi Sulaiman tidak terlibat dalam sihir, melainkan setan-setanlah yang menyebarkannya. Allah menurunkan dua malaikat sebagai ujian bagi manusia, dan mereka memperingatkan agar tidak mempelajari sihir. Meskipun begitu, banyak orang tetap memilih sihir yang merusak, padahal jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah jauh lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.

(9)

8

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mushthafa Al- Maraghi 1992, Terjemah Al-Maraghi, (Semarang: CV. Toba Putra) Abu Anwar 2002, Ulumul Qur’an, (AMZAH)

Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, M.D 2000. Asbabun Nuzul, latar belakang historis turunnya ayat- ayat al-Qur’an, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa : nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Al- Qur’an (surat Al - Baqarah ayat

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah dengan Hamka dalam Tafsir al-Azhar terhadap kata Isjudū li Ādama dalam surat al-Baqarah ayat 34 dan al-Kahfi ayat 50 dilakukan atas

Dengan penjabaran makna dari ayat 177 surat al-Baqarah dalam yang terdapat dalam tafsir al-Mishbah diharapkan dapat menjadi materi dakwah yang baik bagi para

Kemudian dalam hal menafsirkan ayat Alquran surah Al-Baqarah ayat 65 dan Al-A‟raf ayat 166 tentang laknat Allah yang menimpa bani Israil, berdasarkan dengan apa yang telah

Adapun di tinjau dari aspek teori integrasi , model penafsiran Al-Baqarah ayat 233 tentang penyusuan baik tafsir tematik maupun dalam tafsir ilmi dapat di

PENDIDIKAN TAUHID DALAM PERSPEKTIF AL- QUR’AN (Tinjauan Tafsir Al-Mishbah Surah Al-Baqarah ayat

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsep pendidikan demokratis dengan prinsip syura dalam perspektif islam terhadap kajian teoritis ayat ayat Al-Quran diantaranya 1 QS Yusuf ayat

Al-Quran ayat 21-24 surah Al-Baqarah menasihati manusia agar menyembah Allah, tidak membuat tandingan bagi-Nya, dan membuktikan kebenaran Al-Quran jika