• Tidak ada hasil yang ditemukan

penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di smp ... - SIMAKIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di smp ... - SIMAKIP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

43 PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DI SMP MUHAMMDIYAH 22 PAMULANG, TANGERANG SELATAN Imam Safi’i1 dan Wini Tarmini1

1Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data secara komprehensif tentang model penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di salah satu satuan sekolah menengah pertama (SMP) swasta yang ada di di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode etnografi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan mencakup empat aspek karakter, yaitu olah hati, olah pikir, olah raga/kinestetik, dan olah karsa. Pengitegrasian nilai-nilai pendidikan karakter secara eksplisit dilakukan melalui nasihat yang disampaikan secara langsung pada siswa saat mengikuti kegiatan sekolah, seperti upacara bendera, upacara peringatan hari-hari besar nasional, kegiatan perkemahan, outboand, kerja kakti, bakti sosial, dan salat berjamaah, serta berbagai nasihat lainnya yang diberikan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter secara implisit dilakukan melalui proses penghayatan yang dintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan yang dilangsungkan sekolah, baik berkaitan dengan proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter mengalir secara wajar dan alami karena siswa tidak merasa dinasihati atau digurui. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu model dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di Sekolah Menengah Pertama agar berlangsung lebih efektif dan efesien.

Kata kunci: Penanaman, nilai-nilai karakter

Abstract

This study aims to obtain comprehensive data on the model of PLANTING the values of character education in one of the private junior high school units in South Tangerang City. This study uses a qualitative approach by applying ethnographic methods. Based on the research that has been done, it can be seen that the values of the character education implanted include four aspects of character, namely heart, mindset, exercise / kinesthetic, and intention. Integrating character education values explicitly is carried out through advice delivered directly to students when attending school activities, such as flag ceremonies, national holidays commemorative ceremonies, camp activities, outbound work, community service, social service, and congregational prayer, and various other advice given when learning activities take place. Implanting the values of character education is implicitly carried out through a process of appreciation that is integrated into various activities carried out by the school, both related to the learning process and outside of learning. Planting character education values flows naturally and naturally because students do not feel counseled or patronized. The results of this study can be used as one of the models in the implementation of character education in junior high schools to take place more effectively and efficiently.

Keywords: planting, character values

(2)

44 PENDAHULUAN

Pendidikan karakter merupakan salah dari proses pembelajaran untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang unggul, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendidikan karakater menurut Mulyasa (2011: 3) memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral karana pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, melaikan bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan sehingga anak atau peserta didik memilki kesadaran dan pemahaman yang tinggi nserta kepeduliaan dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

SMP Muhammadiyah Pamulang, Tangerang Selatan merupakan lembaga salah satu pendidikan formal Muhammadiyah yang terus berupaya untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam tiap aspek pembelajaran agar nilai-nilai karakter tersebut betul-betul dapat dihayati serta dipraktikkan dalam keseharian siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah sehingga tujuan agar menjadi generasi yang rahmatan lilalamin dapat terwujud.

Di samping melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pembelajaran bahasa Indonesia juga merupakan salah satu wahana yang efektif untuk membentuk pribadi berkarakter atau ber- akhlakul karimah. Sebab bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang memiliki jam pertemuan lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran umum lainnya. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia guru dapat menerapkan nilai-nilai luhur yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sehingga mampu terinternailsasi dengan baik.

Pertanyaannya, bagaimanakah pengitegrasiaan nilai-nilai pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah Pamulang, Tangerang Selatan? Melalui penelitian ini peneliti ingin menggali secara mendalam berbagai upaya yang dilakukan oleh para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter, yaitu dengan melihat pola penyusunan perangkat pembelajaran bahasa Indonesia, pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, pengembangan alat evalusai pembelajaran bahasa Indonesia, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia yang yang dapat menunjang pendidikan karakter siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode etnografi, yaitu dengan melakukan observasi secara langsung terhadap situasi social pembelajaran yang menjadi fokus dan subfokus penelitian, yakni tentang pengitegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam pemebelajaran bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah 22 Pamulang, Tangerang Selatan. Melalui penelitian ini diharapkan ditemukan data yang komprehensif sehingga dapat dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan atau acuan untuk mengambil kebijakan tentang pengitegrasian pendidikan karakter pada pembelajaran bahasa Indonesia di beberapa Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah khususnya dan Sekolah Menengah Pertama pada umumnya sehingga upaya untuk merealisasikan generasi yang berkhlak mulia serta bermanfaat bagi dirinya, lingkungan, dan bangsanya secara bertahap dapat terwujud dengan baik.

Berkenaan dengan pendidikan, Mulyasa (2011: 32) menyatakan, bahwa melalui revitalisasi dan penekanan pendidikan karakter di berbagai lembaga pendidikan, baik informal, formal, maupun nonformal diharapkan bangsa Indonesia bisa menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang semakin rumit dan kompleks. Ia menegaskan, bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Lickona, dalam bukunya Educating for Character (1992) yang telah dialihbahasakan oleh Wamaungo (2012: 81) bahwa karakter mencakup kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, serta melakukan suatu kebaikan yang tercermin dalam kebiasaan berpikir, kebiasaan merasa, dan kebiasaan berbuat. Ia menambahkan dengan mengutip pendapat dari

(3)

45 Aristoteles, bahwa karakter yang baik adalah melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan dengan diri sendiri dan orang lain.

Samani dan Hariyanto, (2011: 41-42) juga menjelaskan bahwa karakter dapat dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap induvidu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurutnya, induvidu yang berkarakter baik adalah induvidu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Selain itu, ia juga berpendapat bahwa karakter dapat dianggap sebagai nilai- nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, etika, dan estetika.

Ketiga pendapat di atas meiliki subtansi yang sama dalam memandang nilai karakter, yaitu sebuah perilaku yang bernilai positif. secara lebih lanjut dapat disimpulkan, bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak dengan berdasarkan pada sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.

Nilai-nilai karakter yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian, dapat dikemukakan menjadi beberapa kategori, yaitu (1) karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif, (2) karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih, dan (3) karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk In-donesia, dinamis, kerja keras, dan ber-etos kerja.

Dari nilai-nilai karakter di atas, Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) mencanangkan empat nilai karakter utama yang menjadi ujung tombak penerapan karakter di kalangan peserta didik di sekolah, yakni jujur (dari olah hati), cerdas (dari olah pikir), tangguh (dari olah raga), dan peduli (dari olah rasa dan karsa).

Bagaimana dengan pengitegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia? Gagne, Briggs dan Wager (1992: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu rangkaian kegiatan (events) yang mempengaruhi pelajar/siswa sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dengan demikian pembelajaran merupakan keseluruhan proses yang melibatkan baik guru maupun siswa.

Berkenaan dengan pembelajaran bahasa, bahwa bahasa merupakan media utama bagi manusia untuk melakukan identifikasi diri dan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini mengandung makna, bahwa bahasa yang dimiliki serta dikuasai oleh memiliki peranan yang sangat vital sebagai upaya untuk mengenali potensi diri serta mengembangkan potensinya tersebut secara maksimal sebab melalui bahasa manusia mampu meramalkan, merencanakan, serta melakukan tindakan yang lebih terkontrol. Di samping itu, bahasa juga dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan itegrasi dan berkomunikasi dengan orang lain sehingga proses sosialisasi dapat berjalan dengan baik dan efektif.

Dengan demikian, pemahaman diri yang baik dan komunikasi yang baik akan dapat menjadi salah satu penunjang untuk meraih keberhasilan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Finoza (2009:3) bahwa semakin tinggi kemampuan berbahasa seseorang, makin tinggi pula kemampuan berpikirnya; makin teratur bahasa seseorang, makin teratur pula cara berpikirnya. Ia menekankan, bahwa seseorang tidak mungkin menjadi intelektual tanpa menguasai bahasa sebab seorang intektual pasti berpikir dan proses berpikir pasti memerlukan bahasa.

(4)

46 Selain keterampilan berbahasa, penunjang keberhasilan dalam hidup juga diperlukan karakter yang baik. Komponen karakter, menurut Lickona (1992: 69) mencakup pengetahuan moral, perasaan moral, tindakan moral. Pengetahuan Moral, mencakup kesadaran moral, mengetahui nilai moral, penentuan perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan , dan pengetahuan pribadi. Kesadaran Moral, mencakup hati nurani, harga diri , empati, cintai hal yang baik, kendali diri, dan rendah hati.

Sebaliknya, Tindakan Moral, mencakup kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.

Selanjutnya, bagaimana hubungan antara nilai-nilai karakter tersebut dengan pembelajaran bahasa? Tujuan pembelajaran bahasa adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, baik yang bersifat produktif maupun reseptif. Sebagai peningkatan keterampilan berbahasa siswa, pembelajaran bahasa memiliki peran yang strategis dalam pengembangan nilai-nilai karakter, baik karakter yang berkaitan dengan diri sendiri, orang lain, alam, mapun karakter yang berkaitan dengan Sang Pencipta. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat memilih bahan bacaan yang sarat nilai atau pesan sehingga siswa tidak hanya terampil membaca, namun juga mampu meresapi nilai-nilai kebaikan yang terdapat dalam teks bacaan.

Demikian halnya dalam pembelajaran menyimak atau mendengarkan, guru juga dapat memilih materi simakan yang sarat dengan nilai kebaikan sehingga yang diharapkan adalah bukan hanya sekadar meningkatkan daya simak siswa, melainkan juga secara tidak langsung mampu mengambil nilai-nilai kebaikan yang terdapat dalam materi simakan. Pun demikian untuk keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu menulis dan berbicara. Siswa dapat diarahkan untuk menulis serta berbicara dengan menggunakan bahasa yang komunikatif, santun, runtut, serta dengan memilih topik yang mengandung nilai-nilai positif.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian ini bermaksud meneliti dan mengkaji secara lebih mendalam tentang semua aspek budaya, gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam setting lingkungan yang alami sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Emzir (2008:152) berpendapat bahwa dalam terminology metode, secara umum istilah “ethnografi” mengacu kepada penelitian social yang salah satunya memiliki karakteristik yakni perilaku dikaji dalam konteks sehari-hari, bukan dibawah eksperimental yang diciptakan peneliti. Untuk itu Emzir, juga menjelaskan bahwa metode etnografi berakar pada bidang antropologi dan sosiologi.

Prosedur Penelitian yang dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah yang ditawarkan Spradley (Emzir 2008:153) yang mencakup (1) pemilihan suatu proyek etnografi; (2) pengajuan pertanyaan etnografi; (3) pengumpulan data etnografi;(4) pembuatan suatu rekaman etnografi); (5) analisis data etnografi dan (6) penulisan etnografi. Langkah-langkah tersebut dilakukan secara bersiklus dan berulang-ulang berdasarkan konteks yang ada.

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis domain yang diikuti dengan pengamatan terfokus. Pengamatan ini memusatkan perhatian terhadapa unsur-unsur yang muncul pada fokus penelitian. Setelah itu dilakukan pengamatan terfokus dilanjutkan dengan membuat analisis taksonomi. Analisis taksonomi ini melihat bagian-bagian dari setiap domain. Setelah ditemukan bagian-bagian tersebut diikuti dengan melakukan pengamatan terpilih. Pengamatan ini dimaksudkan untuk mendalami unsur-unsur domain. Selanjutnya peneliti membuat analisis kompensial dan melakukan reduksi data yang disertai dengan analisis tema budaya. Setelah analisis tersaji dalam bentuk paparan data, peneliti melakukan reduksi data dan penarikan simpulan berdasarkan hasil analisis sebelumnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(5)

47 Pengintgrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam iklim atau suasana sekolah. Iklim sekolah menjadi salah satu wahana yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter.

Lingkungan yang baik, bersih, dan kondusif tentu akan memberikan dampak yang baik serta menjadi penunjang yang efektif untuk keberlangsungan proses pendidikan serta penanaman nilai-nilai karakter. Sebaliknya, lingkungan yang tidak baik, tidak bersih, serta tidak konusif tentu akan berdampak buruk serta kurang menunjang proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter.

Berdasarkan survei, pengamatan, serta observasi yang mendalam terhadap lingkungan serta iklim Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 22 Pamulang, Tangerang Selatan diperoleh sejumlah data yang dapat menunjang proses penanaman nilai-nilai pendidikan karakter.

Pengintergrasian nilai-nilai pendidikan ke dalam iklim sekolah di SMP Muhammadiyah Pamulang dilakukan dengan dengan dua cara, yaitu degan melakukan kegiatan dan dengan mempublikasikan berbagai dokumen kegiatan di tempat-tempat yang strategis sehingga mudah dibaca dan dilihat oleh setiap siaswa. di samping itu juga dengan memasang tulisan atau spanduk di halaman sekolah yang berisi himbauan untuk meningaktkan kepedulian terhadap lingkungan.

Selanjutnya, Pengitegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Nilai-nilai karakter yang tersurat maupun yang tersurat dalam pelaksanaan pembelajaran juga sangat beragam, baik berkenaan dengan olah hati, olah pikir, maupun olah rasa.

Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut oleh guru terkadang disampaikan secara terpisah dengan matari pembelajaran melalui petuah atau nasihat yang diberikan oleh guru. Berbagai nilai pendidikan karakter yang diitegrasikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana tersirat dalam pembelajaran tentang teks prosedur adalah berupa kecermatan, ketelitian, berpikir kritis, berani menyatakan pendapat, dan menghargai pendapat orang lain.

Selanjutnya, pengitegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam pengembangan alat evalusai pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam konstalasi pembelajaran pembelajaran tercakup komponen dan tahapan-tahapan, yaitu perumusan tujuan pembelajaran, prosedur pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. (Jhon P de Cicco dalam Ahmad, 2012: 1). Evaluasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran karena dapat memberikan informasi mengenai tingkat keberhasilan maupun kebelumberhasilan dalam proses pembelajaran.

Alat evaluasi juga dapat dijadikan sebagai media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada siswa. Pada saat siswa membaca serta mengerjakan soal-soal evaluasi secara sadar maupun tidak sadar siswa diharapkan dapat menyerap berbagai nilai pendidikan karakter yang tersurat maupun yang tersirat dalam teks bacaan. Oleh karena itu, guru juga harus membuat perencanaan yang matang dalam penyusunan alat evaluasi, yaitu melalui pilihan kata, kalimat, serta wacana yang tepat dan sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter.

Alat evaluasi yang dikembangkan oleh guru pada umumnya berbasis teks, artinya alat-alat evaluasi yang dibuat guru adalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan teks. Teks yang dipilih oleh guru memiliki tema yang beragam, yaitu berkaitan dengan kepahlawanan, tokoh/penemu, dan lain-lain. Adapun berbagai nilai pendidikan karakter yang diharapkan serta dapat dipetik oleh siswa adalah berupa, sifat kecermatan, yaitu ditunjukkan dengan kemampaun memilih jawaban yang tepat di antara berbagai jawaban pengecoh, kamandirian, nasionalisme, pantang menyerah, peduli terhadap orang lain, dan percaya pada potensi diri.

Selanjutnya, kegiatan terakhir dalam pengitegrasian nilai-nilai pendidikan karakter adalah dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia. Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia terdapat tiga kategori, yaitu formatif, berupa ulangan harian, subsumatif (Ujian Tengah Semester) dan sumatif (Ujian Akhir Semester). Beragam nilai positif atau pendidikan karakter ditanamkan atau diintegrasikan oleh guru dalam kegiatan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berkaitan dengan olah hati, nilai karakter yang ditanamkan oleh guru pada saat melangsungkan kegiatan evaluasi adalah berupa mengajak siswa berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soao-

(6)

48 soal tes dan mengakhirinya dengan syukur atau ucapan hamdalah setelah selesai mengerjakan soal- soal tes, dan juga menanamkan sikap kanaah mengenai apapun serta berapapun hasil yang diperoleh setelah mengikuti tes sebab hasil bukanlah satu-satunya tujuan, melainkan proses dalam mendapatkan hasil itulah yang perlu dikedepankan oleh setiap siswa. Jika hasilnya kurang maksimal, hal tersebut berarti menunjukkan ikhtiar yang belum maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja serta usaha yang lebih keras dan sunggu-sungguh lagi agar hasil evaluasi berikutnya dapat meningkat.

Sebaliknya, bagi siswa yang telah memeroleh hasil yang maksimal berarti menunjukkan usaha maksimal yang telah dilakukan, namun ia tetap harus rendah hati dan menyadari bahwa hal tersebut adalah salah satu anugerah dari Allah SWT yang harus disyukuri dengan tetap tidak tinggi hati kepada teman-temannya yang belum mendapatkan hasil maksimal.

Selanjutnya berkenaan dengan olah pikir nilai-nilai pendidikan karakter yang diintergasikan oleh guru dalam pelaksanaan evaluasi adalah berupa usaha keras dan maksimal dalam mendapat hasil yang baik dan optimal dengan cara-cara yang baik dan benar dengan menekankan peraturan kepada siswa untuk tidak mencontek saat tes dan bertanya kepada teman perihal jawaban. Jadi, kemandirian dalam mengerjakan soal saat pelaksanann evaluasi juga menjadi kata kunci yang ditekankan oleh guru dan diitegrasikan dalam pelaksanaan evaluasi.

Kemudian, berkaitan dengan olah karsa nilai-nilai yang ditanamkan serta diintegrasikan oleh guru pada saat pelaksanaan evaluasi adalah berupa nontes yang yang berkaitan dengan keterampilan.

Evaluasi nontes yang dilakukan oleh guru adalah berupa kegiatan bermain peran. Saat bermain peras siswa harus berusaha menjiwai atau meresapi tokoh sehingga mampu berperan dengan baik sebagaimana diharapkan dalam scenario drama yang telah dikembangkannya. Di samping kegitan bermain peran, olah karsa yang dikembangkan oleh guru adalah berupa kegiatan presentasi dan berpidato, yaitu berupa kegiatan berbicara menyampaikan idea tau gagasan kepada khalayak dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta dengan menggunakan intonasi, ekpresi, dan gesture yang tepat sehingga dapat mendukung proses penyampaian ide secara efektif. Beragam nilai karakter yang ditanamkan dalam kegiatan tersebut adalah berupa berusaha atau latihan dengan sungguh- sungguh, pantang menyerah, menghargai pendapat orang lain, serta mendengarkan dengan saksama apa yang disampaikan oleh orang lain sehingga memperoleh kabaikan untuk dipraktikkan dalam kehidupan nyata.

SIMPULAN

Berdasarkan temuan serta pembahasan hasil penelitian yang telah diutarakan pada temuan dan pembahasan di atas, maka berikut dapat dinyatakan beberapa simpulan yang berkaitan dengan beberapa subfokus penelitian, yaitu (1) Pengitegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam suasana atau iklim di SMP Muhammadiyah Pamulang, Tangerang Selatan dilakukan dengan cara menciptakan suasana yang religius sejak awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Di samping itu juga dengan melakukan berbagai jenis kegiatan lainnya untuk dapat menumbuhkan karakter kemandirian, kerja sama atau gotong royong, kedisiplinan, serta berbagai kegiatan positif lainnya.

(2) Pengitegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam penyusunan perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah Pamulang, tangerang Selatan adalah dengan mencantumkan berbagai nilai karakter dalam pencapaaian target pembelajaran yang tertuang dalam kompetensi inti, yaitu berupa (a) menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, (b) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya, (c) memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata, dan (d) mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,

(7)

49 membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yangsama dalam sudut pandang/teori, (3) Pengitegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia oleh guru bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah Tangerang Selatan dilakukan dengan cara mendesain media pembelajaran yang dapat menimbulkan keantusiasan siswa, yaitu dengan menggunakan ICT serta menerapkan sistem pembelaran yang kooperatif, yakni melalui kerja sama kelompok untuk mendiskusikan serta memecahkan suatu persoalan atau fenomena alam dan social melalui teks prosedur dan eksplanasi, (4) Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah Pamulang, Tangerang Selatan dalam penyusunan alat evaluasi dilakukan dengan cara membuat soal- soal evaluasi yang berbasis pada teks tentang kepahlawanan, biografi tokoh nasional, serta biografi tokoh yang sukses dalam bidang tertentu sehingga siswa secara langsung maupun tidak langsung dapat menyerap berbagai karakter unggul yang dimiliki oleh tiap-tiap tokoh yang menjadi bahan evaluasi. dan (5) Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dalam pelaksanaan evaluasi yang diterapkan oleh guru bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah Pamulang, Tangerang Selatan adalah dengan cara membiasakan kepada para siswa untuk berdoa pada saat mulai mengerjakan soal-soal evaluasi serta mengakhirinya dengan mengucapkan hamdalah jika telah selesai mengerjakan soal- soal evaluasi. Di samping itu juga menganjurkan kepada seluruh siswa untuk tetap bersandar atau bertawakal kepada Allah SWT mengenai hasil akhir yang akan diperolehnya setelah berikhtiar dengan sungguh-sungguh.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad. Realitas Pemuda Indonesia: Kenakalan Remaja Kita Saat Ini http://muhammadakbar2.blogspot.co.id/2016/05/realita-pemuda-indonesia-kenakalan.html (diunduh, 06 Februari 2017)

Dit PSMP Kemdiknas. 2010. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat PSMP Kemdiknas.

Emzir. (2011) Metodologi Penelitan Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Finoza, Lamuddin. (2009). Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa.

Jakarta: Diksi.

Kemdiknas. (2010). Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pen-didikan Nasional.

Lickona, Thomas. (1992). Educating for Character. New York: Bantam Books.

Marzuki. (2017) Pengitegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah. Universitas Negeri Yogyakarta.

Mazzola, J. W. (2003). Bullying in school: a strategic solution. Washington, DC: Character Education Partnership

Mulyasa. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Ke-bijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Kemdik-nas.

(8)

50 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pen-didikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2006 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Pusat Kurikulum Kemdiknas. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang

Kemdiknas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Robert M. Gagne, Leslie J. Briggs, and Walter W. Wager. (1992). Principles of Instructional Design.

New York: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.

Samani, Muchlis dan Hariyanto. 2012). .Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandug: Rosda Karya.

Referensi

Dokumen terkait

dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan

(4) kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penanaman nilai-nilai perjuangan Diponegoro sebagai pendidikan karakter di SMP Diponegoro adalah kurangnya sumber

Beberapa hambatan atau kendala dalam penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran PPKn Kelas X di Madrasah Aliyah Muhammadiyah (MAM) Klaten berasal dari tiga sumber yakni:

Thomas Lickona (2013) mengemukakan bahwa karakter yang baik dengan sudut pandang yang sesuai dengan pendidikan moral, adalah karakter yang terdiri atas nilai-nilai

Landasan kajian ini meliputi struktur cerita novel yang terdiri atas tema, fakta cerita alur, tokoh, latar, dan sarana sastra judul, sudut pandang, gaya bahasa, serta nilai pendidikan

Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang

Dalam hal ini masyarakat bersama kepala desa memberikan jalan alternatif dalam penanaman nilai karakter melalui group musik patrol dengan tujuan agar masyarakat khusunya kaum remaja

Penanaman Nilai Religius Melalui Pembelajaran Mahfudzot Di Madrasah Tsanawiyah Darul Latief Ar-Rosyid Kabat Banyuwangi Berdasarkan penelitian dari wawancara dan dokumentasi di